Kedudukan Wanita Dalam Islam
Kedudukan Wanita Dalam Islam
Sesungguhnya wanita muslimah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan
pengaruh yang besar dalam kehidupan setiap muslim. Dia akan menjadi madrasah
pertama dalam membangun masyarakat yang shalih, tatkala dia berjalan di atas petunjuk
Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Karena berpegang dengan keduanya akan menjauhkan
setiap muslim dan muslimah dari kesesatan dalam segala hal.
Kesesatan dan penyimpangan umat tidaklah terjadi melainkan karena jauhnya mereka
dari petunjuk Allah dan dari ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya. Rasulullah
bersabda, “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, di mana kalian tidak akan tersesat
selama berpegang dengan keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” (Diriwayatkan
oleh Imam Malik dalam al-Muwaththa’ kitab Al-Qadar III)
Sungguh telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an betapa pentingnya peran wanita, baik
sebagai ibu, istri, saudara perempuan, mapun sebagai anak. Demikian pula yang
berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Adanya hal-hal tersebut juga
telah dijelaskan dalam sunnah Rasul.
Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang harus
dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh karena itu,
menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan
santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih
didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini disebutkan dalam firman Allah,
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman: 14)
Begitu pula dalam firman-Nya, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga
puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku
untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi,
“Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi,
“Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi,
“Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari, Kitab al-
Adab no. 5971 juga Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah no. 2548)
Dari hadits di atas, hendaknya besarnya bakti kita kepada ibu tiga kali lipat bakti kita
kepada ayah. Kemudian, kedudukan isteri dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa
seseorang (suami) telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-
istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian.” (QS. Ar-Rum: 21)
Seorang pria menjadikan seorang wanita sebagai istrinya bisa karena cintanya kepada
wanita tersebut atau karena kasih sayangnya kepada wanita itu, yang selanjutnya dari
cinta dan kasih sayang tersebut keduanya mendapatkan anak.
Sungguh, kita bisa melihat teladan yang baik dalam masalah ini dari Khadijah, isteri
Rasulullah, yang telah memberikan andil besar dalam menenangkan rasa takut Rasulullah
ketika beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama kalinya di goa
Hira’. Nabi pulang ke rumah dengan gemetar dan hampir pingsan, lalu berkata kepada
Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku khawatir dengan diriku.” Demi
melihat Nabi yang demikian itu, Khadijah berkata kepada beliau, “Tenanglah. Sungguh,
demi Allah, sekali-kali Dia tidak akan menghinakan dirimu. Engkau adalah orang yang
senantiasa menyambung tali silaturahim, senantiasa berkata jujur, tahan dengan
penderitaan, mengerjakan apa yang belum pernah dilakukan orang lain, menolong yang
lemah dan membela kebenaran.” (HR. Bukhari, Kitab Bad’ al-Wahyi no. 3, dan Muslim,
Kitab al-Iman no. 160)
Kita juga tentu tidak lupa dengan peran ‘Aisyah. Banyak para sahabat, baik yang laki-laki
maupun yang perempuan, menerima hadits darinya berkenaan dengan hukum-hukum
agama.
Kita juga tentu mengetahui sebuah kisah yang terjadi belum lama ini berkenaan dengan
istri Imam Muhammad bin Su’ud, raja pertama kerajaan Arab Saudi. Kita mengetahui
bahwa isteri beliau menasehati suaminya yang seorang raja itu untuk menerima dakwah
Imam al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab. Sungguh, nasehat isteri sang raja itu
benar-benar membawa pengaruh besar hingga membuahkan kesepakatan antara Imam al-
Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Imam Muhammad bin Su’ud untuk
menggerakkan dakwah. Dan -alhamdulillah— kita bisa merasakan hasil dari nasehat istri
raja itu hingga hari ini, hal mana aqidah merasuk dalam diri anak-anak negeri ini. Dan
tidak bisa dipungkiri pula bahwa ibuku sendiri memiliki peran dan andil yang besar
dalam memberikan dorongan dan bantuan terhadap keberhasilan pendidikanku. Semoga
Allah melipat gandakan pahala untuknya dan semoga Allah membalas kebaikannya
kepadaku tersebut dengan balasan yang terbaik.
Tidak diragukan bahwa rumah yang penuh dengan rasa cinta, kasih dan sayang, serta
pendidikan yang islami akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Dengan izin
Allah seseorang yang hidup dalam lingkungan rumah seperti itu akan senantiasa
mendapatkan taufik dari Allah dalam setiap urusannya, sukses dalam pekerjaan yang
ditempuhnya, baik dalam menuntut ilmu, perdagangan, pertanian atau pekerjaan-
pekerjaan lain.
Kepada Allah-lah aku memohon semoga Dia memberi taufik-Nya kepada kita semua
sehingga dapat melakukan apa yang Dia cintai dan Dia ridhai. Shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan sahabat-sahabatnya.
BAG 2
BAG3
Di zaman yang dikatakan modern ini, pihak-pihak kapitalis sekuler kadang dengan jargon
equality gender sering mendiskreditkan dan menuduh islam yang menempatkan wanita
seperti second class dalam suatu masyarakat (dalam pandangan mereka). Dalam tulisan
ini penulis ingin memberikan suatu pemahaman yang bersih mengenai hal tersebut.
Untuk memberikan perbandingan yang baik, saya ingin sekiranya memberikan informasi
terlebih dahulu bagaimana keadaan hubungan pria dan wanita sebelum Islam datang,
sehingga dapat memberikan gambaran pengaruh dan perubahann apa saja terhadap
kehidupan sosial yang disebabkan oleh datangnya Islam.
Arab:
Pada dasarnya hubungan pria dan wanita dalam masyarakat arab seluruhnya tidak lebih
adalah suatu hubungan jantan dengan betina, dengan sedikit perbedaan, sesuai dengan
tingkat-tingkat kelompok dan golongan-golongan kabilah masing-masing, yang pada
umumnya tidak jauh dari cara hidup yang masih mirip-mirip dengan tingkatan manusia
primitif. Dalam hal ini kaum wanitanya pada zaman jahiliah yang mula-mula
mempertontonkan diri, memamerkan kecantikannya dengan berbagai-bagai perhiasan
yang bukan lagi terbatas hanya untuk suaminya. Mereka pergi keluar sendiri-sendiri atau
beramai-ramai untuk keperluan yang mereka adakan di tengah-tengah padang sahara.
Ditempat ini pemuda-pemuda dan kaum pria lainnya menyambut mereka, dan mereka
dipertemukan dengan kelompoknya masing-masing. Kedua belah pihak saling bertukar
pandangan, saling bercumbu dengan kata-kata yang manis-manis, yang membuat si
‘jantan’ jadi sengan dan si ‘betina’ jadi tenteram. Saking membudayanya
sikap ‘jantan-betina’ tersebut, bahkan Hindun istri Abu Sufyan tidak segan-segan
mengatakan dalam perang Uhud, membakar semangat pasukan Quraisy dengan kalimat:
Pada masa ini, wanita hanya dipandang sebagai ‘alat’ pemuas nafsu, dari para pria.
Para pria mengenal wanita hanya sebagai ‘betina’ dan yang akan menghamparkan
kasur. Anak laki-laki bagi mereka adalah kebanggaan dan anak perempuan sebagai suatu
aib.
Rumawi:
Tetapi jika pembaca menilai hal diatas dianggap sesuatu yang sangat rendah, ternyata
pada zamannya apa yang terjadi dibelahan dunia lain tidak lebih baik bahkan lebih parah
dari apa yang terjadi di Arab.
Rumawi sebagai pemegang undang-undang masa itu, sebagai yang perkasa dan berkuasa,
satu-satunya kerajaan yang paling kuat menyaingi Persia, menempatkan kedudukan kaum
wanita dibandingkan dengan prianya, ternyata masih dibawah kedudukan wanita Arab.
Menurut undang-undang Rumawi masa itu, wanita adalah harta-benda milik laki-laki,
dapat diperlakukan sekehendak hati, ia berkuasa dari soal hidup sampai matinya,
dipandang persis seperti budak. Ia menjadi milik bapaknya, kemudian milik suaminya,
lalu milik anaknya. Pemilikan demikian ini persisi seperti memiliki budak atau seperti
memiliki binatang dan benda mati. Wanita dipandangnya hanya sebagai pembangkit
nafsu berahi. Ia tidak punya kuasa apa-apa terhadap sifat kebetinaannya, hingga mau
tidak mau ia harus berpura-pura berbuat sopan sedapat mungkin, dan ini tetap berlaku
selama berabad-abad kemudian.
Pada masa itu, hubungan pria dan wanita hanya dilihat sebagai hubungan jantan-betina,
bahkan dianggap sebagai hubungan perbudakan dan sangat hina, sehingga pada masa-
masa tertentu ahli-ahli agamanya masih bertanya-tanya: Apakah wanita itu punya ruh
yang akan dapat diadili, atau seperti hewan saja tanpa ruh dan tidak ada pengadilan
Tuhan kepadanya dan tidak ada tempat pula di kerajaan Tuhan.
Disusul dengan
Dengan pendidikan itu, Islam mengubah mental manusia dari mental primitif jantan-
betina. Landasannya ialah mengubah sama sekali pandangan masyarakat itu akan
hubungan laki-laki dengan wanita. Islam menghendaki dihapusnya segala tanggapan
tentang sex(libido) yang menguasai pikiran manusia selama ini, dengan demikian yang
dikehendaki ialah mengarahkan masyarakat itu sesuai dengan tujuan hidup manusia yang
lebih tinggi dengan tidak mengurangi kesenangan hidupnya. Islam menyalurkan
‘keinginan’2 tersebut dalam suatu kerangka yang indah, sebuah pernikahan yang
suci.
Sekulerisme Kapitalisme
Tetapi pemahaman islam yang mulia itu dengan pemikiran yang dangkal dihujat oleh
pemikir2 yang menyatakan dirinya sebagai pemikir yang modern. Dengan konsep-konsep
emansipasi dan equality gender tersebut, mereka dengan aktif menyerukan bahwa konsep
islam telah menjadikan wanita sebagai warga kelas dua, suatu tuduhan yang rendah dan
licik.
Tetapi sebaik-baiknya pernyataan yang mereka katakan, fakta-fakta yang terjadi justru
mengatakan sebaliknya. Konsep kebebasan dan persamaan yang mereka perjuangkan
justru membuat hubungan pria-wanita yang ditinggikan dalam islam kembali kepada
hubungan jantan-betina. Di Amerika berdasarkan angka statistik nasional, 1,3 perempuan
diperkosa setiap menitnya, dan 1.872 perhari, 683.280 pertahun (Islam the choice of
thinking women). Di Amerika diperkirakan setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks
dilakukan dengan bayaran uang yang telah disepakati kedua belah pihak.
Konklusi Penulis
Sungguh pada wanita terdapat perhiasan-perhiasan yang dapat membuat nafsu pada laki-
laki muncul (dan juga sebaliknya). Oleh karenanya Allah sebagai Sang Pencipta yang
mengetahui potensi mahluknya dari A-Z, menciptakan aturan-aturan sehingga derajat
kemanusiaan kita yang memiliki akal untuk berpikir tidak jatuh kedalam derajat hewani
yang rendah. Diperintahkan-Nya wanita untuk menjaga perhiasannya tersebut, agar tidak
tercipta hubungan jantan-betina antar pria dan wanita.
Sayangnya banyak manusia yang sombong, dan tidak berpikir mendalam serta mustanir,
sehingga merasa dirinya lebih tahu apa yang baik untuk dirinya, padahal Allah telah
menetapkan segala sesuatunya bagi dia.
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (Al-Maidah:50)
BAG 4
Ada lima kewajiban wanita islam yang harus dilaksanakan oleh setiap wanita yang ingin
tergolong sebagai wanita yang shalihat, lima kewajiban itu ialah : wajibat diniyah,
wajibat syakhsiyah, wajibat baitiyah, wajibat ijtimaiyah, dan wajibat wathaniyah1.
Wajibat DiniyahIalah kewajiban membuktikan ketinggian islam diatas nilai, ideologi, dan
tatanan hidup lainnya.Untuk membuktikan ketinggian islam ada tiga langkah yang harus
ditempuh oleh para wanita Islam. Pertama, memiliki akhlak yang karimah (mulia).
Kedua, meniongkatkan ilmu dan kecerdasan. Ketiga, memperbanyak amal, gerak, dan
perjuangan yang baik.2. Wajibat SyakhsiyahIalah kewajiban yang harus dipenuhi
terhadap diri sendiri agar kualitas pribadinya semakin baik, jasmani dan rohani.kewajiban
terhadap jasmani antara lain menjaga kebersihan diri,baik kebersihan badan, pakaian
maupun lingkungan rumah dan perkakas rumah tangga. Kewajiban terhadap rohani
antara lain memiliki akidah yang salimah dengan membuang jauh segala keprcayaan dan
keyakinan yang tudak benar, membersihkan hati dari sfat sifat tercela lalu mengisinya
dengan sifat sifat terpuji.3. Wajibat baitiyahIalah kewajiban yang harus dilaksanakan
terhadap rumah tangga.Untuk bisa melaksanakan kewajiban terhadap rumah tangganya,
seorang wanita harus mengetahui banyak pengetahuan yang berkaitan dengan soal itu
antara lain denga membaca buku atau bacaan lainnya.4. Wajibat ijtimaiyahIalah
kewajiban yang harus dipenuhi terhadap masyarakat.wanita harus berperan aktif dalam
masyarakat selama sesuai dengan kodratnya, misalnya dalam bidang sosial, pendidikan
dan pengajaran, pemeliharaan anak yatim, pemeliharaan kesehatan masyarakat.5. Wajibat
wathaniyahIalah kewajiban yang bercita cita dan berusaha mencapai terwujudnya tanah
air, negara dan bangsa yang islami.Sejak masa sebelum nabi Muhammad, sampai pada
sahabat, dan seterusnya, wanita banyak berperan dalam perjuangan mewujudkan negeri
yang islami, baik melalui tumbuhnya masyarakat islam sampai pada peperangan terhadap
kaum kafir dan dipertahankannya peraturan-peraturan islam.
Bag 4
1. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang pria yang soleh.
2. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama
orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah S.W.T. dan orang yang
takutkan Allah S.W.T. akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
3. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu
diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah.
4. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak pria. Maka barang siapa
yang menyukakan anak perempuan seolah- olah dia memerdekakan anak Nabi
Ismail A.S.
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah
S.A.W.) di dalam syurga.
6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau
dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam
pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta
bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
7. Daripada Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan se Suatu daripada anak-
anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan
menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah
panggilan ibumu dahulu.
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka
dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia
kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara,
malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama
mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan
puasanya).
12. Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah yang lebih
besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya.” “Siapa pula berhak
terhadap pria?” tanya Aisyah kembali, Jawab Rasulullah S.A.W. “Ibunya.”
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara
kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana
sahaja yang dia kehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah
S.W.T. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000
tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka
beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. menatatkan baginya setiap
hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T.
mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa
seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan
daripada susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka
Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan
ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.
20. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
21. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000 pria yang jahat.
22. Rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat
wanita yang tidak hamil.
23. Wanita yang memberi minum air susu ibu (asi) kepada anaknya daripada
badannya (susu badannya sendiri) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik
susu yang diberikannya.
24. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam
keadaan letih akan mendapat pahala jihad.
25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat
isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
26. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan
kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih
awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan
wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan
menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.
27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit
akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati
anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
28. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh
binatang itu dengan doa keberkatan.
29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan
rezekinya.
30. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti
meyapu lantai di baitullah.
31. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
32. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.
33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap
kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira
sebagai mati syahid.
35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun solat.
36. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo(2½ thn),maka malaikat-
malaikat dilangit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya. Jika wanita
memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi
pahala satu tahun solat dan puasa.
37. Jika wanita memicit/mijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas
dan jika wanita memicit suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.
38. Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki
syurga.
39. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun
ibadat.
40. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah
akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai
purdah di dunia ini dengan istiqamah.
Bag 5
Pertama, tipe wanita dengan kepribadian kuat. Tipe ini diwakili oleh Siti Asiyah, istri
Fir'aun. Walaupun berada dalam "cengkeraman" Fir'aun, ia tetap teguh menjaga akidah
dan harga dirinya sebagai seorang Muslimah.
Allah SWT mengabadikan doanya dalam Alquran :
''Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam syurga dan
selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang
zalim.” (QS. At-Tahrim:11).
Kedua, tipe wanita yang berusaha menjaga kesucian dirinya. Tipe kedua ini diwakili oleh
Siti Maryam. Dalam Surat Maryam ayat 20 disebutkan bahwa Maryam adalah seorang
wanita suci yang tidak pernah disentuh seorang lelaki pun.
Karena keutamaan inilah, Allah SWT berkenan mengabadikan namanya menjadi nama
salah satu surat dalam Alquran dan menjadikannya ibu dari seorang nabi yang agung.
Ketiga, tipe wanita penghasut, penebar fitnah, penggemar gosip, dan sangat buruk
hatinya. Ia adalah Hindun, istrinya Abu Lahab. Alquran menjuluki wanita ini sebagai
"pembawa kayu bakar" atau wanita penyebar fitnah dan permusuhan. Allah SWT
berfirman,
''Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa dan demikian
pula istrinya, pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut.'' (QS. Al-Lahab:
1-5).
Dalam sejarah diceritakan bagaimana "kehebatan" Hindun dalam menyebarkan gosip dan
fitnah tentang Rasulullah SAW. Hindun pun dikenal sebagai partner terbaik Abu Lahab
untuk menghambat dakwah Islam.
Keempat, tipe wanita penggoda. Tipe ini diperankan oleh Siti Zulaikha. Petualangan
Zulaikha dalam menggoda Yusuf, dijelaskan dalam Alquran Surat Yusuf ayat 23, ''Dan
wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya, menggoda Yusuf untuk menundukkan
dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu seraya berkata, "Marilah ke sini,"
Walaupun para tokoh yang dikisahkan dalam Alquran tersebut hidup ribuan tahun yang
lalu, tapi karakteristik dan sifatnya tetap abadi hingga sekarang.
Bag 6
Dalam perjuangan ini, banyak pihak yang menunjuk Islam sebagai salah satu penghalang
terbesar bagi pemenuhan hak-hak perempuan. Tapi, jika kita mencarinya dalam Quran,
tampaknya bukan itu masalahnya. Masalahnya terletak pada adat istiadat konservatif
tradisional yang ada dalam masyarakat yang tidak menerapkan visi Quran tentang
tingginya martabat perempuan.
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa pria dan wanita dalam Islam setara secara intrinsik –
dalam peristiwa penciptaan – dan secara ekstrinsik dalam hubungan mereka satu sama
lain maupun kewajiban-kewajiban mereka terhadap Tuhan. Malah, Quran seakan lebih
meninggikan perempuan karena ia menyebutkan rahim di akhir ayat ini, tentu sebagai
penghormatan atas peran mereka sebagai ibu.
Dalam dunia Arab pra-Islam, para orangtua kerap membunuh bayi perempuan mereka
karena kelahiran seorang anak perempuan merupakan kesialan bagi keluarga itu. Quran
mengutuk sikap ini dengan mengatakan bahwa mereka yang melakukannya: "Dia
bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya.
Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan atau akan
membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan)
yang mereka tetapkan itu (Quran16:58-59).
Empat belas abad setelah kedatangan Islam serta kemajuan, perkembangan, pendidikan
dan pencerahan yang mengikutinya, kita masih bisa melihat stigma tentang anak
perempuan ini di beberapa wilayah di dunia, seperti di Asia Selatan, misalnya. Dalam
masyarakat di mana pria biasanya menafkahi seluruh keluarga, kelahiran seorang putra
selalu dipandang lebih layak untuk dirayakan.
Para pemimpin politik dan agama yang konservatif di beberapa masyarakat Muslim
seperti di wilayah-wilayah kesukuan di Pakistan, harus menghormati pandangan Quran
tentang status dan hak-hak wanita serta berusaha untuk membangunnya berdasarkan hal
itu.
Islam memberikan hak-hak waris kepada wanita 12 abad sebelum hak itu diberikan
kepada para wanita Eropa: "Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua
orangtua dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian pula dari harta peninggalan
kedua orangtua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang
ditetapkan" (Quran 4:7).
Islam muncul pada masa dan pada masyarakat yang memperlakukan perempuan sebagai
barang warisan. Sehingga merupakan sesuatu yang revolusioner bagi mereka untuk
memiliki hak waris bagi diri mereka sendiri.
Dalam wacana Muslim, perdebatan mengenai hak-hak wanita, atau hak-hak untuk urusan
itu, selalu dipahami dalam konteks hak dan kewajiban dari sudut pandang Islam. Untuk
menghormati hak dan kewajiban ini dan untuk memahami peran kita dalam
perkembangan masyarakat, kita harus mendidik diri sendiri. Pendidikan dan pengetahuan
wajib hukumnya bagi pria dan wanita dalam Islam.
Ajaran Islam harus lebih diutamakan daripada adat dan budaya yang memiliki bias
terhadap peran konstruktif perempuan dalam masyarakat Muslim. Bias ini ironisnya
kadang-kadang diungkapkan atas nama agama yang justru telah memberikan wanita hak-
hak yang jauh lebih besar daripada yang bisa diterima oleh struktur-struktur sosial itu.
Segala upaya pemberdayaan yang senada dengan visi Quran, yang menjunjung tinggi
status wanita di hadapan hukum, harus didukung sepenuhnya. Kepada mereka yang ingin
menyangkal hak-hak wanita semacam itu, kami bertanya, "Apakah mereka tidak
menghayati Al-Qur'an?" (Quran 4:82)
Bag 7
Allah berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.” (Qs. Adz-Dzaariyat: 56)
Allah telah menciptakan manusia dalam jenis perempuan dan laki-laki dengan memiliki
kewajiban yang sama, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Dia telah menempatkan pria
dan wanita pada kedudukannya masing-masing sesuai dengan kodratnya. Dalam
beberapa hal, sebagian mereka tidak boleh dan tidak bisa menggantikan yang lain.
Keduanya memiliki kedudukan yang sama. Dalam peribadatan, secara umum mereka
memiliki hak dan kewajiban yang tidak berbeda. Hanya dalam masalah-masalah tertentu,
memang ada perbedaan. Hal itu Allah sesuaikan dengan naluri, tabiat, dan kondisi
masing-masing.
Allah mentakdirkan bahwa laki-laki tidaklah sama dengan perempuan, baik dalam bentuk
penciptaan, postur tubuh, dan susunan anggota badan.
Allah berfirman,
“Dan laki-laki itu tidaklah sama dengan perempuan.” (Qs. Ali Imran: 36)
Karena perbedaan ini, maka Allah mengkhususkan beberapa hukum syar’i bagi kaum
laki-laki dan perempuan sesuai dengan bentuk dasar, keahlian dan kemampuannya
masing-masing. Allah memberikan hukum-hukum yang menjadi keistimewaan bagi
kaum laki-laki, diantaranya bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan,
kenabian dan kerasulan hanya diberikan kepada kaum laki-laki dan bukan kepada
perempuan, laki-laki mendapatkan dua kali lipat dari bagian perempuan dalam hal
warisan, dan lain-lain. Sebaliknya, Islam telah memuliakan wanita dengan
memerintahkan wanita untuk tetap tinggal dalam rumahnya, serta merawat suami dan
anak-anaknya.
Berhijab merupakan kewajiban yang harus ditunaikan bagi setiap wanita muslimah. Hijab
merupakan salah satu bentuk pemuliaan terhadap wanita yang telah disyariatkan dalam
Islam. Dalam mengenakan hijab syar’i haruslah menutupi seluruh tubuh dan menutupi
seluruh perhiasan yang dikenakan dari pandangan laki-laki yang bukan mahram. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam firman Allah Ta’ala:
“Semoga Alloh merahmati para wanita generasi pertama yang berhijrah, ketika turun
ayat:
“dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya,” (Qs. An-Nuur: 31)
“Maka mereka segera merobek kain panjang/baju mantel mereka untuk kemudian
menggunakannya sebagai khimar penutup tubuh bagian atas mereka.”
Subhanallah… jauh sekali keadaan wanita di zaman ini dengan keadaan wanita zaman
sahabiah.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa hijab merupakan kewajiban atas diri seorang
muslimah dan meninggalkannya menyebabkan dosa yang membinasakan dan
mendatangkan dosa-dosa yang lainnya. Sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan rasul-
Nya hendaknya wanita mukminah bersegera melaksanakan perintah Alloh yang satu ini.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Dan tidaklah patut bagi mukmin dan tidak (pula) bagi
mukminah, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, kemudian
mereka mempunyai pilihan (yang lain) tentang urusan mereka, dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan rasul-Nya. Maka sungguhlah dia telah sesat, dengan kesesatan
yang nyata.” (Qs. Al-Ahzab: 36)
1. Menjaga kehormatan.
2. Membersihkan hati.
3. Melahirkan akhlaq yang mulia.
4. Tanda kesucian.
5. Menjaga rasa malu.
6. Mencegah dari keinginan dan hasrat syaithoniah.
7. Menjaga ghirah.
8. Dan lain-lain. Adapun untuk rincian tentang hijab dapat dilihat pada artikel-artikel
sebelumnya.
Kembalilah ke Rumahmu
Islam telah memuliakan kaum wanita dengan memerintahkan mereka untuk tetap tinggal
dalam rumahnya. Ini merupakan ketentuan yang telah Allah syari’atkan. Oleh karena itu,
Allah membebaskan kaum wanita dari beberapa kewajiban syari’at yang di lain sisi
diwajibkan kepada kaum laki-laki, diantaranya:
Sedangkan keluarnya mereka dari rumah adalah rukhshah (keringanan) yang diberikan
karena kebutuhan dan darurat. Maka, hendaklah wanita muslimah tidak sering-sering
keluar rumah, apalagi dengan berhias atau memakai wangi-wangian sebagaimana halnya
kebiasaan wanita-wanita jahiliyah.
Perintah untuk tetap berada di rumah merupakan hijab bagi kaum wanita dari
menampakkan diri di hadapan laki-laki yang bukan mahram dan dari ihtilat. Apabila
wanita menampakkan diri di hadapan laki-laki yang bukan mahram maka ia wajib
mengenakan hijab yang menutupi seluruh tubuh dan perhiasannya. Dengan menjaga hal
ini, maka akan terwujud berbagai tujuan syari’at, yaitu:
1. Terpeliharanya apa yang menjadi tuntunan fitrah dan kondisi manusia berupa
pembagian yang adil diantara hamba-hamba-Nya yaitu kaum wanita memegang
urusan rumah tangga sedangkan laki-laki menangani pekerjaan di luar rumah.
2. Terpeliharanya tujuan syari’at bahwa masyarakat islami adalah masyarakat yang
tidak bercampur baur. Kaum wanita memiliki komunitas khusus yaitu di dalam
rumah sedang kaum laki-laki memiliki komunitas tersendiri, yaitu di luar rumah.
3. Memfokuskan kaum wanita untuk melaksanakan kewajibannya dalam rumah
tangga dan mendidik generasi mendatang.
Islam adalah agama fitrah, dimana kemaslahatan umum seiring dengan fitrah manusia
dan kebahagiaannya. Jadi, Islam tidak memperbolehkan bagi kaum wanita untuk bekerja
kecuali sesuai dengan fitrah, tabiat, dan sifat kewanitaannya. Sebab, seorang perempuan
adalah seorang istri yang mengemban tugas mengandung, melahirkan, menyusui,
mengurus rumah, merawat anak, mendidik generasi umat di madrasah mereka yang
pertama, yaitu: ‘Rumah’.
Bersolek merupakan fitrah bagi wanita pada umumnya. Jika bersolek di depan suami,
orang tua atau teman-teman sesama wanita maka hal ini tidak mengapa. Namun, wanita
sekarang umumnya bersolek dan menampakkan sebagian anggota tubuh serta perhiasan
di tempat-tempat umum. Padahal di tempat-tempat umum banyak terdapat laki-laki non
mahram yang akan memperhatikan mereka dan keindahan yang ditampakkannya. Seperti
itulah yang disebut dengan tabarruj model jahiliyah.
Di zaman sekarang, tabarruj model ini merupakan hal yang sudah dianggap biasa,
padahal Allah dan Rasul-Nya mengharamkan yang demikian.
Allah berfirman:
“Dan hendaklah kamu tetap berada di rumahmu, dan janganlah kalian berhias dan
bertingkah laku seperti model berhias dan bertingkah lakunya orang-orang jahiliyah
dahulu (tabarruj model jahiliyah).” (Qs. Al-Ahzab: 33)
Menikah merupakan sunnah para Nabi dan Rasul serta jalan hidup orang-orang mukmin.
Menikah merupakan perintah Allah kepada hamba-hamba-Nya:
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang
layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memberi kemampuan kepada mereka
dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(Qs. An-Nuur: 32)
Pernikahan merupakan sarana untuk menjaga kesucian dan kehormatan baik laki-laki
maupun perempuan. Selain itu, menikah dapat menentramkan hati dan mencegah diri dari
dosa (zina). Hendaknya menikah diniatkan karena mengikuti sunnah nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan untuk menjaga agama serta kehormatannya.
Kemaslahatan-kemaslahatan pernikahan:
Demikianlah beberapa perkara yang harus diperhatikan oleh setiap muslimah agar dirinya
tidak terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan dan tidak menjerumuskan orang lain ke
dalam dosa dan kemaksiatan. Allahu A’lam.