Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendiks atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah usus buntu, adalah salah
satu organ visceral pada sistem gastrointestinal yang sering menimbulkan masalah kesehatan.
Adanya peradangan pada apendiks vermiformis disebut dengan apendisitis. Peradangan akut
pada apendiks memerlukan tindak bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya
berbahaya. Peradangan pada apendiks merupakan kausa laparotomi tersering pada anak dan
orang dewasa.
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak
sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendicitis akut mengalami perforasi setelah
dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan dan
antibiotik yang lebih baik, appendicitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah
masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan. Diagnosis appendicitis akut pada
anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat hanya pada 50-70% pasien-pasien
pada saat penilaian awal. Angka appendectomy negatif pada pediatrik berkisar 10-50%.
Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling
penting dalam mendiagnosis appendicitis. Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan
pengangkatan dari appendix yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan
laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian akan
tinggi, terutama disebabkan karena peritonitis dan shock. Reginald Fitz pada tahun 1886
adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Appendicitis acuta merupakan salah satu
penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan apendisitis?
2. Apa penyebab apendisitis?
3. Bagaimana tanda dan gejala apendisitis?
4. Bagaimana anatomi apendisitis?
5. Bagaimana fisiologi dan patofisiologi apendisitis?
6. Bagaimana farmakologi apendisitis?
7. Bagaimana terapi diet untuk penderita apendisitis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien apendisitis?
9. Bagaimana pendidikan kesehatan mengenai apendisitis?
10. Bagaimana evidence base pada apendisitis?

C. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan apendisitis
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab apendisitis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala apendisitis
4. Untuk mengetahui anatomi apendisitis
5. Untuk mengetahui fisiologi dan patofisiologi apendisitis
6. Untuk mengetahui farmakologi pada apendisitis
7. Untuk mengetahui terapi diet pada penderita apendisitis
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien apendisitis
9. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan tentang apendisitis
10. Untuk mengetahui evidence base apendisitis

D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan apendisitis
2. Mahasiswa mampu memahami penyebab apendisitis
3. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala apendisitis
4. Mahasiswa mampu memahami anatomi apendisitis
5. Mahasiswa mampu memahami fisiologi dan fatopisiologi apendisitis
6. Mahasiswa mampu memahami farmakologi pada apendisitis
7. Mahasiswa mampu memahami terapi diet pada penderita apendisitis
8. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien apendisitis
9. Mahasiswa mampu memahami pendidikan kesehatan tentang apendisitis
10. Mahasiswa mampu memahami evidence base apendisitis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Apendisitis

Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm, melekat pada
sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri
secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil,
apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan boleh segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya (Wim de Jong et al, 2005)

2
Apenditits merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada vermiforis. Sehingga
merupakan penyakit yang paling sering memerlukan pembedahan kedaruratan. Apabila tidak
ditangani dengan segera maka akan berakibat fatal (Kowalak, 2011).

B. Penyebab Apendisitis

1) Faktor utama penyebab terjadinya appendisitis akut pada dasarnya adalah obstuksi
lumen apendiks, obstruksi bagian distal kolon, erosi mukosa, konstipasi dan diet
rendah serat.

2) Tumor apendiks

3) Cacing ascaris

4) Hyperplasia jaringan limfe

5) Benda asing

C. Gejala Apendisitis

Gejala awal apendisitis adalah rasa nyeri yang samar didaerah epigastrium disekitar
umbilicus atau peri umbilicus, dimana nyeri yang terjadi akibat gerakan peristaltik apendiks
untuk menghilangkan benda yang merintangi tersebut. Pada pemeriksaan fisik pasien terlihat
pucat, adanya nyeri tekan, nyeri lepasdan tahan otot dititik MC Burney18.Gejala apendisitis
bervariasi tergantung stadiumnya:

1) Apendisitis akut.
Gejala yang ditimbulkan adalah demam tinggi, muntah-muntah, nyeri perut kanan bawah,
untuk berjalan sakit sehingga agak tebongkok, namun tidak semua orang akan menunjukan
gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang atau muntah-muntah saja (nadiana)
kondisi ini memerlukan intervensi bedah.

2) Apendisitis kronik .

3
Pada stadium ini gejala yang ditimbulkan sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi
nyeri samar didaerah sekitar pusar dan terkadang dmam yang hilang timbul. Sering kali
disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu.

D. Anatomi Apendiks

Menurut Smeltzer dalam Brunner & Suddarth, apendiks adalah ujung seperti jari yang
kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup
ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum.
Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi
tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendicitis)14. Menurut Oswari, apendiks
terletak di daerah sekum di ujung tenia (pita otot). Panjang pendeknya usus buntu itu tidak
berpengaruh terhadap terjadinya peradangan. Ujung usus buntu dapat terletak pada semua
arah caecum misalnya dapat sampai ke panggul, ke sakrum atau melilit ke usus halus. Letak
yang paling banyak ditemui adalah retrosekal (di belakang sekum).

E. Fisiologi dan Patofisiologi

Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke


dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara appendiks
tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis. Immunoglobulin sekretoar yang
dihasilkan oleh Gut Associated Lymfoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran
cerna termasuk appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi, namun demikian pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
sebab jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan jumlah jaringan limfa di
saluran cerna, dan seluruh tubuh.

Patofisiologi

4
F. Farmakologi Apendisitis

Penyakit apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya
ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti,
diantaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen)appendiks oleh
timbunan tinja/feses yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, erosi
mukosa oleh cacing askaris dan E.histolytica, parasit, benda asing dalam tubuh,kanker primer
dan striktur [5]. Penelitianepidemiologi menunjukkan peran kebiasaanmakanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis [3]. Apendisitis dapat

5
diklasifikasikan menjadi apendisitis akut dan kronik. Dimana apendisitis akut jauh lebih
sering dijumpai daripada apendisitis kronik.

Terapi farmakologi bagi pasien penderita apendisitis dapat dilakukan melalui hal, yaitu :

1. Penggunaan antibiotik

Jenis antibiotika yang digunakan pasien apendisitis akut adalah sefalosporin generasi III
(sefotaksim dan seftriakson), sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol,
aminoglikosida (gentamisin), penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem). Pada saat
KRS antibiotika yang paling banyak digunakan adalah siprofloksasin.

2. Analgetika

Jenis analgetika yang digunakan adalah ketorolak trometamin, metamizol Na, dan tramadol
HCl. Dosis obat yang digunakan semuanya sesuai dengan pustaka dengan rute pemberian
intravena dan per oral pada saat KRS

3. Terapi Cairan

Penggantian cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik sistemik adalah pengobatan
pertama yang utama pada peritonitis difus termasuk akibat apendisitis dengan perforasi.
Cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus diganti segera dengan cairan
intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik, atau pasien tua atau kesehatan yang buruk
harus dipasang pengukur tekanan vena central. Balance cairan harus diperhatikan. Cairan
atau berupa ringer laktat harus di infus secara cepat untuk mengkoreksi hipovolemia dan
mengembalikan tekanan darah serta pengeluaran urin pada level yang baik. Darah di berikan
bila mengalami anemia dan atau dengan perdarahan secara bersamaan.

4. Antiulser, misalnya senyawa xanthone. Anda bisa membuat ramuannya sendiri atau
membeli produk yang sudah jadi dipasaran seperti Jus Manggis Xamthone Plus

5. Antiemetika

Efektivitas obat pada kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan penurunan leukosit, LED,
dan intensitas nyeri serta tidak didapatkan infeksi luka operasi (ILO). Problem obat pada

6
kasus apendisitis akut hanya ditemukan pada satu pasien yaitu reaksi alergi (hipersensitifitas)
terhadap sefotaksim.

6. Pembedahan Operasi Apendisitis

Apendisitis akut diobati dengan pembedahan, yaitu dengan mengangkat apendiks.


Pembedahan dapat dilakukan dengan cara konvensional yaitu irisan kecil di bagian perut
kanan bawah, atau dengan menggunakan laparoskopi, yang membutuhkan tiga atau empat
irisan kecil. Pada pembedahan, apendiks hampir selalu diangkat, bahkan jika dijumpai
ternyata apendiks dalam keadaan normal. Hal ini dilakukan agar nyeri perut kanan bawah di
masa akan datang tidak lagi ditujukan pada apendisitis. Pemulihan setelah operasi
apendiktomi konvensional biasanya berlangsung beberapa minggu. Pasien biasanya
diberikan obat pereda nyeri dan diminta untuk membatasi aktifitas fisik. Sedangkan
pemulihan setelah apendiktomi dengan laparoskopi biasanya berlangsung lebih cepat, tetapi
membatasi aktifitas berat tetapi diperlukan, yaitu kurang lebih 4 sampai 6 minggu setelah
pembedahan.

G. Terapi Diet Apendisitis


1) Diet tinggi serat akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan makanan
dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras
2) Minum air putih 8 gelas sehari dan tidak menunda buang air besar juga akan
membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.

H. Asuhan Keperawatan Apendisitis


Pengkajian

Tanggal dan Jam Pengkajian : 25 Januari 2016 pukul 11.30 WIB


Teknik pengumpulan data : wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
Ruang : kenanga
Pengkaji : fedi sudrajat

7
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Nn.n
Umur : 15 tahun
Alamat : kalierang
Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal Masuk : 25 Januari 2016 Pukul 09.40 WIB
No. RM : XXXX
Diagnosa Medis : Apendisitis
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.M
Umur : 46 Tahun
Alamat : Kalierang
Hubungan : Ibu

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama saat MRS
Klien mengeluh nyeri pada kuadran kanan bawah.
2. Keluhan Utama saat Pengkajian
Pada saat pengkajian, klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah, klien
mengatakan sekarang merasa ceas dan takut dengan tindakan operasi apendiktomi
yang akan di ja lani.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke poli bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada tanggal 25
Januari 2016 pukul 09.40 WIB. Di poli bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
klien mengatakan sudah mengalami nyeri sekitar 1 minggu yang lalu. Klien
dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan klien di diagnosa terkena apendiksitis.
Dokter menyarankan agar klien direncanakan rawat inap untuk persiapan operasi
apendiks. Klien dibawa ke ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 11.30 untuk mendapatkan perawatan.
Rencana tindakan Apendiktomy pada tanggal 27 Januari 2016. Hasil pemeriksaan
Laboratorium dengan Leukosit 12910u/L.Klien mengeluh nyeri pada perut kanan

8
bawah sejak ± satu minggu yang lalu, klien mengalami demam tinggi, lemas,
pusing dan di perut bagian kanan bawah terasa nyeri semakin bertambah sakit
ketika bergerak dan nyeri timbul sewaktu-waktu. Nyeri seperti diremas-remas.
Nyeri perut kanan saat ditekan. Skala nyeri 6. Klien mengatakandemam / panas
sejak 2 hari yang lalu danbadannya meriang. Klien juga mengatakan takut/merasa
khawatir tentang kondisi yang dialaminya sekarang dengan rencana tindakan
operasi yang dijadwalkan tanggal 27 januari 2016. Klien menyatakan cemas bila
mengingat penyakitnya.Pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapat TD:
100/70mmHg, nadi: 96 x/menit, Suhu: 37,60C, RR: 20x/menit. 4. Riwayat
Penyakit Sebelumnya Klien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang
sama sebelumnya dan belum pernah melakukan operasi apapun. 5. Riwayat
Penyakit Keluarga Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai
penyakit yang sama.

C. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
1. Oksigenasi/Bernapas Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien mengatakan
tidak mengalami gangguan baik saat menarik napas atau menghembuskan napas.
RR= 20 x/m tanpa menggunakan alat bantu nafas.
2. Eliminasi Sebelum sakit : klien mengatakan BAB dan BAK normal Saat
pengkajian : klien mengatakan BAB lunak agak encer 2 kali sehari.
3. Makan dan Minum Sebelum sakit : klien mengatakan biasa makan 3x sehari
dengan nasi, sayur, lauk dan minum 8-10 gelas air putih sehari. Tidak ada
pantangan makanan apapun. Saat pengkajian : klien mengatakan tidak nafsu
makan, makan hanya 1/2 porsi dari yang disediakan RS dan minum hanya 4 gelas
sehari
4. Istirahat tidur Sebelum sakit : klien mengatakan biasa tidur malam dari jam
22.00 WIB – 04.00 WIB tidak ada gangguan tidur. Klien jarang tidur siang. Saat
pengkajian : klien mengatakan mengalami gangguan tidur, yang terkadang merasa
nyeri saat tidur malam. Klien tidak bisa tidur karena memikirkan rencana operasi
yang akan dilakukan. Klien tampak lingkaran hitam pada mata.
5. Gerak dan aktifitas Sebelum sakit : klien mengatakan dapat beraktifitas dengan
baik Saat pengkajian : klien mengatakan gerak aktifitasnya terbatas akibat nyeri

9
yang dideritanya. Bertambah sakit jika bergerak dan hanya berbaring di tempat
tidur.
6. Personal Hygiene Sebelum sakit : klien mengatakan biasa mandi 2x sehari pagi
dan sore Saat pengkajian : klien mengatakan hanya di lap 2x sehari oleh
keluarganya
7. Berpakaian Sebelum sakit : klien mengatakan biasa memilih dan memakai baju
sendiri
Saat pengkajian : klien mengatakan saat memakai baju dan celana klien dibantu
keluarganya ataupun melepas pakaian karena tangannya sebelah kanan terpasang
infus
8. Pengaturan suhu tubuh Sebelum sakit : klien mengatakan suhu tubuhnya normal
Saat pengkajian : klien mengeluh tubuhnya panas dan suhu tubuh pasien 37,6’C
9. Rasa aman dan Nyaman Sebelum Sakit : klien mengatakan tidak mengalami
gangguan rasa aman dan nyaman Saat pengkajian : klien mengatakan masih
memikirkan keadaannya, merasa cemas akan penyakit dan tindakan operasi yang
akan dijalaninya. klien tampak cemas, gelisah, sedikit berkeringat, klien tampak
tidak nyaman dengan nyeri perut bagian bawah kanan yang dialaminya, seperti
diremasremas, bertambah sakit jika kaki digerakkan dan pasien mengatakan
tidak nyaman dengan kondisinya.
10. Interaksi Sosial Saat pengkajian pasien mengatakan interaksi dengan keluarga
ataupun tenaga kesehatan lainnya baik baik saja.
11. Prestasi dan produktifitas Sebelum sakit : klien mengatakan dapat bersekolah
kelas 3 SMP. Saat pengkajian : klien mengatakan tidak dapat bersekolah lagi
karena nyeri/sakit yang dialaminya.
12. Rekreasi Sebelum sakit : klien mengatakan melakukan rekreasi bersama keluarga
kadang-kadang Saat sakit : klien mengatakan tidak dapat berekreasi seperti
biasanya. Klien tidak dapat bersekolah dan hanya menonton tv saja.
13. Belajar Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien terbiasa membaca buku saja.
Klien mengatakan sudah mulai latihan-latihan ujian nasional. Sekarang di RS
hanya bisa baca-baca buku. 14. Ibadah Saat pengkajian pasien mengatakan tidak
dapat beribadah karena sakit.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Cukup
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Suhu : 37,6Oc

10
4. Nadi : 80 x/ mnt
5. RR : 20 x/ mnt
6. TD : 100/70 mmHg

Keadaan Fisik Head to Toe

1. Kepala : Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut normal,


warna rambut hitam, tidak ada lesi atau benjolan, klien tampak gelisah, ekspresi
wajah tegang.
2. Mata : Bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva merah muda, Sklera
unikterik, pergerakan mata terkoordinasi, terdapat lingkar hitam pada mata
3. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat lumen,
penciuman baik, mukosa hidung lembab, tidak ada pernafasan cuping hidung.
4. Mulut : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, gigi bersih rapih, dan lidah
bersih, tidak ada stomatitis, meringis kesakitan.
5. Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat nyeri tekan dan pendengaran
baik.
6. Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan .
7. Thorax : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot/dinding dada, terdengar
suara redup pada area jantung, sonor pada area paru, suara paru vesikuler.
8. Abdomen : Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan empat tahap inspeksi,
auskultasi, palpasi dan perkusi. Inspeksi didapat abdomen klien bersih. Auskultasi
abdomen klien didapat bising usus klien aktif di empat kuadran dengan frekuensi
12 kali/ menit.Palpasi yang dilakukan yaitu pemeriksaan pada area kanan bawah
terdapat nyeri tekan dan nyeri saat membungkuk/setiap gerak. Perkusi yang
dilakukan terdapat bunyi timpani. Klien sering memegangi perutnya yang sakit.
Kulit teraba panas.
9. Genitalia : Jenis kelamin perempuan kelainan tidak terkaji
10. Anus : Tidak ada tanda tanda peradangan, kebersihannya cukup
11. Ekstremitas : Atas : Tangan kanan terpasang IVFD RL 20 tpm

11
Bawah : Tidak terdapat luka, edema, ataupun sianosis pada
kuku.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

Nama HASIL Satuan Nilai Normal


Tgl 25/01/2016
Pemeriksaan
Hemoglobin 14,8 g/dl 12-16
Leukosit 12910 u/L 4.000-10.800
Hematokrit 43 % 37-47
Eritrosit 4,8 10^6/uL 4.2-5.2
Trombosit 304000 /uL 150000-450000
MCV 90.4 fl 79-99
MCH 27.3 pg 27-31
MCHC 30.2 % 33-37
RDW 22.6 % 11.5-14.5
MPV 8.5 fl 7.2-11.1

Basofil 0.1 % 0-1


Eosinophil 0.4 % 2-4
Batang 3.2 % 2-5
Segmen 86.6 % 40-70
Limfosit 5.1 % 25-40
Monosit 4.6 % 2.0-8.0

Ureum Darah 20.9 Mg/dl


Keratin Darah 0.82 Mg/dl
GDS 101 Mg/dl
Urine lengkap
Fisis warna Kuning Kng muda- kng
tua
Kejernihan Jernih Jernih
Bau Khas Khas
Kimia
Berat jenis 1.015 1.010-1.030
PH 8.0 4.6-7.8

12
Leukosit 500 Negative

F. THERAPY
1. Ceftriaxone 3 x 1 gram
2. IVFD RL 20 tpm
3. Ranitidin 2x50mg

G. ANALISA DATA

N Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan


O
1. Klien mengeluh nyeri pada perut Tampak meringis Nyeri akut b.d
kanan bawah sejak ± satu minggu menahan nyeri dan agen cidera
yang lalu terlihat memegang biologis
Di perut bagian kanan bawah terasa perut bagian kanan
semakin bertambah sakit ketika bawah.
bergerak. Nyeri seperti diremas- Pemeriksaan
remas. Nyeri perut kanan saat tanda-tanda vital
ditekan dan nyeri timbul sewaktu- klien didapat TD:
waktu. Skala nyeri 6 100/70mmHg,
nadi: 96 x/menit,
Suhu: 37,60C, RR:
20x/menit.
2. Klien mengatakan takut/merasa TTV: TD: 100/70 Ansietas b.d
khawatir tentang kondisi yang mmHg, N: 96 kurang
dialaminya sekarang dengan x/menit RR:20 pengetahuan
rencana tindakan operasi yang x/menit. klien tentang prosedur
dijadwalkan tanggal 27 januari tampak gelisah dan operasi
2016. Klien menyatakan cemas ekspresi wajah
bila mengingat penyakitnya. tegang.
3. Klien mengatakan demam / panas Kulit teraba panas. Hipertermi
sejak 2 hari yang lalu dan klien TTV: TD: berhubungan
mengatakan badannya meriang. 100/70mmHg, dengan
nadi: 96 x/menit, infeksi/proses
Suhu: 37,60C, RR: penyakit pada

13
20x/menit. apendiks
4. klien sering menanyakan tentang klien nampak Kurang
penyakitnya. sering bertanya pengetahuan
dank lien nampak (tentang penyakit
khawatir. TTV: & pengobatan)
TD: 100/70mmHg, berhubungan
nadi: 96 x/menit, dengan kurang
Suhu: 37,60C, RR: informasi tentang
20x/menit. penyakit dan
prosedur tindakan.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi/proses penyakit pada apendiks.
3. Kurang pengetahuan (tentang penyakit & pengobatan) berhubungan dengan
kurang informasi tentang penyakit dan prosedur tindakan.
4. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang prosedur operasi

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Hari/ Diagnosa Rencana keperawatan


Tujuan Intervensi Rasional
Tgl Keperawatan
1. 25/01 Nyeri akut b.d Tujuan intervensi a.Monitoring Melihat tingkat
/2016 agen cidera nyeri akut adalah nyeri lokasi nyeri yang
biologis/perad setelah dilakukan karakteristik, dan didapatkan
angan pada tindakan integritas nyeri sebagai
apendisitis keperawatan dengan skala (0- pendoman
ditandai pada Nn. N 10) 1x/hari intervensi
dengan : DS : selama 2x24 jam b. Monitor tanda- selanjutnya. b.
Klien diharapkan nyeri tanda vital Perubahan
mengeluh akan 1x/hari tanda-tanda vital
nyeri pada berkurang/hilang Ajarkan teknik merupakan
perut kanan kriteria :Klien relaksasi: napas indikator
bawah sejak ± tidak mengeluh dalam terjadinya nyeri.
satu minggu nyeri lagi pada d. Lakukan c. Teknik

14
yang lalu Di saat beraktivitas, masase pada relaksasi (napas
perut bagian nyeri turun dari 6 daerah nyeri dalam) dapat
kanan bawah menjadi 4 klien e. Ajarkan teknik meningkatkan
terasa dapat bergerak kompres hangat sup-lain O2 ke
semakin dengan leluasa, f. Berikan posisi jaringan
bertambah tanda-tanda vital klien yang sehingga nyeri
sakit ketika dalam batas nyaman: duduk berkurang. d.
bergerak. normal. g. Kaji Dapat
Nyeri seperti pengalaman klien mengurangi
diremas- mengatasi nyeri nyeri e. Cara
remas. Nyeri untuk
perut kanan mengurangi
saat ditekan nyeri. f.
dan nyeri Cara/respon
timbul untuk
sewaktu- mengurangi
waktu. Skala nyeri g.
nyeri 6 DO : Mengetahui
Tampak pengalaman
meringis klien dalam
menahan mengatasi nyeri
nyeri dan
terlihat
memegang
perut bagian
kanan bawah.
Pemeriksaan
tanda- tanda
vital klien
didapat TD:
100/70mmHg,

15
nadi: 96
x/menit,
Suhu: 37,6
0C, RR:
20x/menit.
2. 25/01 Ansietas b.d setelah dilakukan Monitor tingkat Dengan
/2016 kurang tindakan kecemasan klien mengetahui
pengetahuan keperawatan 1x/hari. tentang lingkup
tentang pada Nn. N 2. Beri kecemasan klien
prosedur selama 2x24 jam kesempatan klien akan
operasi diharapkan untuk memudahkan
ditandai ansietas akan mengungkapkan pe-nentuan
dengan : teratasidengan keluhannya. intervensi se-
DS : Klien
kriteria: Klien lanjutnya. 2.
mengatakan
mengerti tentang Dengan
takut/merasa 3. Beri informasi
penyakit atau mendengarkan
khawatir tentang
kondisi yang keluhan, klien
tentang perawatan yang
dialaminya. Klien akan merasa
kondisi yang diperlukan
kooperatif dalam diperhatikan dan
dialaminya selama dirawat
perawatan dan dapat
sekarang
pengobatan. mengurangi
dengan
Ekspresi wajah kecemasannya.
rencana 4. Ciptakan
tidak tegang 3. Pemberian
tindakan lingkungan yang
informasi yang
operasi yang nyaman dan
adekuat dapat
dijadwalkan tenan
menurunkan
tanggal 27
kecemasan klien
januari 2016.
dan dapat
DO : -
melakukan pera-
Ekspresi
watan dengan
wajah tegang
baik. 4. Agar
- Klien dan

16
keluarga klien tidak me-
selalu rasa bosan dalam
bertanya menghadapi
tentang perawatan.
kondisnya. -
Klien terlihat
gelisah
3. 25/01 Hipertermi setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk
/2016 berhubungan tindakan terutama suhu mengetahui
dengan keperawatan perkembangan
infeksi/proses pada Nn. N 2. Berikan suhu tubuh klien
penyakit pada selama 2x24 jam kompres hangat 2. Membantu
apendiks diharapkan 3. Anjurkan menghilangkan
ditandai hipertermi akan menggunakan panas secara
dengan: DS: teratasi dengan pakaian tipis 4. konduksi 3.
Klien kriteria: Batasi aktivitas Untuk
mengatakan Pasientidak fisik 5. Anjurkan membantu
demam / demam, suhu banyak minum penguapan 4.
panas sejak 2 tubuhpasien 6. Kolaborasi Aktivitas dapat
hari yang lalu dalambatas dalam pemberian meningkatkan
dan klien normal(36,8 – antibiotic: metabolism 5.
mengatakan 37,30C.), ceftriaxone 1gr. Minum/cairan
badannya kulitpasien dapat membantu
meriang. tidakteraba mengatur suhu
hangat, tubuh 6.
DO: Kulit
kulitpasien tidak Antibiotic
teraba panas.
kemerahan berguna untuk
TTV: TD:
membunuh
100/70mmHg,
kuman penyebab
nadi: 96
infeksi
x/menit,
Suhu: 37,60C,

17
RR:
20x/menit.
4. 25/01 Kurang setelah dilakukan 1. Diskusikan 1. pemahaman
/2016 pengetahuan tindakan tentang tentang penyakit
(tentang keperawatan pengobatan yang dapat
penyakit & pada Nn. N diberikan dan meningkatkan
pengobatan) selama 1x24 jam efek samping kerjasama
berhubungan diharapkan obat. dengan program
dengan pengetahuan terapi. 2.
2. Berikan
kurang klien tentang Berikan
informasi untuk
informasi proses penyakit penjelasan tgg
membatasi
tentang dan penyakit dan
aktivitas guna
penyakit dan pengobatannya pengobatannya.
mencegah
prosedur meningkat 3. Menambah
kelelahan. 3.
tindakan.. dengan kriteria pengetahuan
Jelaskan prosedur
DS : klien :klien kien tentang
tindakan
sering menyatakan telah tindakan yang
pembedahan
menanyakan memahami akan diberikan.
tentang tentang penyakit
penyakitnya. dan
pengobatannya,
DO : - klien
klien kooperatif
nampak
dalam program
sering
pengobatan
bertanya dank
lien nampak
khawatir.
TTV: TD:
100/70mmHg,
nadi: 96
x/menit,
Suhu: 37,60C,

18
RR:
20x/menit.

J. IMPLEMENTASI dan EVALUASI

Tanggal Kode Jam Implementasi Evaluasi


NDX
25/01/20 1. 11. 30 Mengkaji tingkat Evaluasi tanggal 20 Januari 2016
16 nyeri, lokasi, pukul 21.00
karakteristik dan
S : - Klien mengatakan abdomen
integritas nyeri
masih terasa sakit. Skala nyeri 4
dengan skala (0- O :- Ekspresi wajah nampak
10) meringis
11.40 Mengukur tanda- - Pasien rencana operasi
- Tanda-tanda vital TD:
tanda vital (TD,
100/70mmHg, nadi: 96 x/menit,
N, RR, S)
11.50 Mengajarkan Suhu: 37,60C, RR: 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
teknik relaksasi : P : Lanjutkan intervensi
nafas dalam 1. Kaji tingkat nyeri
12.20 Memberikan 2. Observasi tanda-tanda vital
3. Anjurkan teknik relaksasi nafas
kompres hangat
dalam jika nyeri
selama 20 menit 4. Memberikan kompres hangat
12.20 Memberikan
pada abdomen
posisi yang
nyaman pada
klien
16.00 Memberikan
kompres hangat
selama 20 menit

25/01/20 1. 21.00 Memonitor Evaluasi tgl 25/01/2016 pukul


16 tingkat kecemasan 21.00
S : Klien mengatakan masih sedikit
klien
11.40 memberikan merasa cemas terhadap

19
kesempatan klien Penyakitnya
O : Klien nampak gelisah
untuk
A : Masalah belum teratasi
mengungkapkan P : Lanjurkan intervensi
keluhannya, 1. Kaji tingkat kecemasan klien
12.20 Memberikan
2. Dengarkan semua keluhan
informasih
3. Bantu untuk mengidentifikasi
tentang perawatan
cara untuk memahami berbagai
yang dilakukan
perubahan akibat penyakit dan
selama sakit
penanganannya.
12.30 Memberikan
4. Beri dorongan spiritual pada
dorongan spiritual
klien
pada klien (berdoa
& ihtiar)

25/01/20 3. 20.45 Mengobservasi Evaluasi tgl 25/01/2016 pukul


16 TTV 21.00
16.00 Memberikan obat S: klien mengatakan badannya
antibiotic tidak terasa panas
O: suhu tubuh klien 36,50C
(ceftriaxone 1gr)
16.00 Memberikan Kulit klien tidak teraba hangat
kompres hangat di Kulit klien tidak kemerahan
A : masalah hipertermi tercapai
kening P : lanjutkan tindakan keperawatan
11.30 Menganjurkan
dan pertahankan kondisi klien
klien untuk
banyak minum air
putih
(8gelas=2000cc)
11.30 Menganjurkan
klien untuk
istirahat

25/01/20 4. 11.30 Memberikan Evaluasi tgl 26/01/2016 pukul


16 informasi untuk 21.00
S :Klien mengatakan perutnya
membatasi

20
aktivitas guna masih terasa sakit. Skala Nyeri 3
O :- Ekspresi wajah sudah tidak
mencegah
menahan nyeri
kelelahan,
- Pasien rencana operasi
Menjelaskan - Tanda-tanda vital
TD: 110/70mmHg, nadi: 88
kepada klien
x/menit, Suhu: 36,50C, RR:
tentang prosedur,
20x/menit
tindakan
A : Masalah teratasi sebagian
keperawatan, P : pertahankan intervensi
13.30 Jelaskan prosedur 1. Kaji tingkat nyeri
2. Observasi tanda-tanda vital
tindakan
3. Anjurkan teknik relaksasi nafas
pembedahan
dalam jika nyeri
08.00 Mengkaji tingkat 4. Memberikan kompres hangat
nyeri, lokasi, pada abdomen jika nyeri
karakteristik dan timbul
integritas nyeri
dengan skala (0-
10) hasil: masih
nyeri dengan skala
5
08.10 Mengukur tanda-
tanda vital
08.30 Memberikan
kompres hangat di
abdomen
13.20 Menganjurkan
klien
menggunakan
teknik nafas
dalam untuk
mengurangi
16.10 nyeri Memberikan
kompres hangat
pada abdomen

21
26/01/20 2. 08.40 Memonitor Evaluasi tgl 26/01/2016 pukul
16 tingkat kecemasan 21.00
S : klien mengatakan sudah merasa
klien.
08.50 Menganjurkan tenang dengan menggunakan
klien teknik nafas dalam
O : Klien sudah tenang, tidak
menggunakan
gelisah
teknik nafas
A : Masalah kecemasan teratasi
dalam untuk P : Pertahankan intervensi
menurunkan rasa
cemas
13.30 Menjelaskan
dampak prosedur
pembedahan

26/01/20 3. 24.00 Memberikan Evaluasi tgl 26/01/2016 pukul


16 antibiotic: 21.00
S: klien mengatakan badannya
ceftriaxone 1gr
08.45 Melakukan sudah tidak terasa panas
O: didapatkan suhu tubuh klien
pemeriksaan TTV
36,10C, kulit klien sudah tidak
(terutama suhu
08.45 Mengingatkan teraba hangat
A: Masalah Hipertermi teratasi
klien untuk P: Pertahankan intervensi
banyak minum air
putih
(8gelas=2000cc)

I. Pendidikan Kesehatan Apendisitis


1) SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

22
APENDISITIS

I. Topik : mengenal penyakit apendisitis

Sub Topik : Penyakit system pencenaan


Sasaran : mahasiswa 2A S1 Keperawatan
Tempat : lapangan serba guna stikesmi
Hari / Tanggal : Sabtu, 16 Februari 2019
Waktu : 25 menit
Penyuluh : kelompok 1

II. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit diharapkan para warga mampu


memahami tentang penyakit APENDISITIS

b. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selam 25 menit para warga dapat


memahami :

 Mahasiswa dapat paham tentang apa itu apendisitis

 Mahasiswa dapat paham tentang penyebab apendisitis

 Mahasiswa dapat paham akan tanda dan gejala apendisitis

III. MATERI PENYULUHAN

a. Pokok Bahasan

Pentingnya mengetahui apa itu penyakit apendisitis

b. Sub pokok bahasan :

23
 Pengertian apendisitis

 Penyebab apendisitis

 Tanda dan gejala apendisitis

IV. METODA, MEDIA,SUMBER

a. Metoda : ceramah dan tanya jawab

b. Media : Leaflet

c. Sumber : www.dinkes.com

V. WAKTU

Waktu yang di butuhkan 25 menit


Sasaran : Mahasiswa 2A S1 Keperawatan
Penyuluh : Kelompok 1
Materi : APENDISITIS

VI. PELAKSANAAN

No Waktu Kegiatan Penyuluh Sasaran


1. 3menit Pembukaan  Mengucapkan Menjawab salah dan
salam meyimak tujuan
 Menjelaskan kegiatan
tujuan kegiatan
 Kontrak waktu
2. 10 menit Materi  Menjelaskan Meyimak penjelasan
penyuluhan mengenai
pengetian
apendisitis
 Menjelaskan
penyebab
apendisitis

24
 Menjelaskan tanda
dan gejala
apendisitis

3. 10 menit Diskusi  Membuka sesi  Bertanta


 Menyimak
pertnyaan
 Menjawab
pertanyaan
4. 2 menit Penutup  Menyimpulkan  Menyimak
 Menutup acara  Menjawab
 Mengucapkan salam
salam

VII. EVALUASI

a. Bentuk : Lisan

b. B. jenis : pertanyaan langsung

c. Pertanyaan :

1. Jelaskan pengertian apendisitis ?

2. Apa penyebab apendisitis ?

3. Bagaimana tanda dan gejala apendisitis?

MATERI PENYULUHAN

a. Pengertian Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan boleh segera untuk
mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Wim de Jong et al, 2005

25
b. Penyebab Apendisitis

Faktor utama penyebab terjadinya appendisitis akut pada dasarnya adalah


obstuksi lumen apendiks, obstruksi bagian distal kolon, erosi mukosa, konstipasi dan diet
rendah serat

c. Gejala Apendisitis

Gejala awal apendisitis adalah rasa nyeri yang samar didaerah epigastrium disekitar
umbilicus atau peri umbilicus, dimana nyeri yang terjadi akibat gerakan peristaltik
apendiks untuk menghilangkan benda yang merintangi tersebut. Pada pemeriksaan fisik
pasien terlihat pucat, adanya nyeri tekan, nyeri lepasdan tahan otot dititik MC
Burney18.Gejala apendisitis bervariasi tergantung stadiumnya:

3) Apendisitis akut.
Gejala yang ditimbulkan adalah demam tinggi, muntah-muntah, nyeri perut kanan
bawah, untuk berjalan sakit sehingga agak tebongkok, namun tidak semua orang akan
menunjukan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang atau muntah-muntah saja
(nadiana) kondisi ini memerlukan intervensi bedah.

4) Apendisitis kronik .

Pada stadium ini gejala yang ditimbulkan sedikit mirip dengan sakit maag dimana
terjadi nyeri samar didaerah sekitar pusar dan terkadang dmam yang hilang timbul.
Sering kali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu.

2) Leaflet
(Terlampir)

J. Evidance Base Apendisitis

26
ACUTE APPENDICITIS : EVIDENCE BASED MANAGEMENT

APENDISITIS AKUT : MANAJEMEN BERBASIS BUKTI

Medina Andrade Luis Angel MD, dkk.

Dengan semua perbaikan dalam teknik bedah dan manajemen perioperatif pada
apendisitis akut, komplikasi utama dan lebih sering setelah apendektomi adalah infeksi
luka. Evolusi dalam pengetahuan tentang antibiotik dan penggunaannya yang tepat dalam
berbagai skenario memungkinkan kita untuk membangun yang lebih baik saat pemberian,
jenis antibiotik yang digunakan dan periode yang harus diberikan setelah operasi menurut
temuan. Pedoman aktual dalam penggunaan antibiotik merekomendasikan untuk
memberikan dosis profilaksis untuk gram (-) aerob dan anaerob, 60 menit sebelum
sayatan bedah. Antibiotik yang direkomendasikan termasuk asefalosporin seperti
cefoxitin (1 sampai 2 g IV), ampisilin / sulbaktam (3 g IV), kombinasi dari ceftriaxone
(50mg / kg IV) PLUS metronidazole (30mg / kg IV), atau pada pasien alergi penisilin
kombinasi clindamycin plus ciprofloxacin1-5. Secara pribadi saya lebih suka kombinasi
ceftriaxone plus metronidazole untuk hasil yang sangat baik diperoleh dalam protokol
pribadi, dan ini memungkinkan kami untuk mendapatkan tingkat infeksi luka superfisial
<2% dan tingkat abses <5%. Dalam kasus radang usus buntu yang tidak rumit,
rekomendasi tersebut tidak diberikan lebih banyak antibiotik setelah operasi karena tidak
terkait dengan tingkat komplikasi yang berkurang. Setelah kasus-kasus usus buntu yang
rumit, antibiotik harus dilanjutkan sampai respons sistemik inflamasi tanda-tanda absen5-
7.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi
seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7
cm. Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara apendiks tampaknya
berperan pada pathogenesis apendisitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(gut associated lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks
ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi
terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
B. Saran

28
Kepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing untuk melakukan
kebiasaan hidup sehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari,
pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola
hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul pada sistem pencernaan adalah apendisitis.

DAFTAR PUSTAKA

LeMone, Priscilla, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5 Vol. 2.Jakarta:
EGC

Brunner dan Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2. Jakarta :
EGC

Sudrajat, Fedi. 2016. Analisis Asuhan Keperawatan Pada Nn. N Dengan Masalah Nyeri Akut Di
Ruang Kenanga. Purwokerto

Hidayatullah, Rendy. 2014. Efektivitas Antibiotik yang Digunakan Pada Pasca Operasi
Apendisitis di RUMKITAL Dr. Mintohardjo. Jakarta Pusat

Zulfikar, Fandi, dkk. 2013. Studi Penggunaan Anti Biotik Pada Kasus Bedah Apendiks di
Instalasi Rawat Inap. Jember

Angel, Medina Andrade Luis, dkk. 2016. Acute Appendicitis: Evidence Based Management.
Vol.2 Issue 2. Mexico : ARC Journal Of Surgery

29
30

Anda mungkin juga menyukai