Case 2 Repro 2016
Case 2 Repro 2016
Case 2
Pre-eclampsia dan Eclampsia
(Sesi Pertama)
Judul kasus: Ny. Éclair
1. Keluhan pasien
2. Daftar hipotesis untuk keluhan pasien
3. Informasi lebih lanjut
4. Diagnosis kasus ini
10. Dapatkah Anda menjelaskan perubahan yang terjadi pada system sirkulasi maternal selama
kehamilan dengan pre-eclampsia?
Sekitar 5 persen dari semua perempuan hamil mengalami peningkatan cepat tekanan
darah arteri sampai tingkat hipertensi selama beberapa bulan terakhir kehamilan. Hal
itu juga berkaitan dengan bocornya sejumlah besar protein ke dalam urin. Keadaan
ini disebut preeclampsia.
Hal tersebut sering ditandai dengan retensi garam dan air berlebihan oleh ginjal ibu
dan dengan peningkatan berat badan serta timbulnya edema dan hipertensi pada
ibu. Selain itu, terdapat gangguan fungsi endotel vaskular dan spasme arteri terjadi
pada banyak bagian tubuh ibu, khususnya pada ginjal, otak, dan hepar. Aliran
darah ginjal maupun laju filtrasi glomerulus menurun, berlawanan dengan perubahan
yang terjadi pada perempuan hamil normal. Efek pada ginjal juga termasuk penebalan
lempeng glomerulus yang mengandung deposit protein pada membrane basalis.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk membuktikan bahwa preeclampsia
disebabkan oleh kelebihan sekresi hormon-hormon plasenta atau adrenal, tetapi
bukti terhadap dasar hormonal belum ada.
Teori lain adalah bahwa preeclampsia merupakan akibat dari sejenis reaksi
autoimun atau alergi pada ibu yang disebabkan kehadiran janin. Hal yang
mendukung adalah, gejala-gejala akut biasanya menghilang dalam beberapa hari
setelah kelahiran bayi.
Juga terdapat bukti bahwa preeclampsia diawali oleh insufisensi supply darah ke
plasenta, yang mengakibatkan pelepasan substansi plasenta yang menyebabkan
disfungsi endotel vaskular ibu yang meluas. Selama perkembangan plasenta normal,
trophoblast menginvasi arteriol endometrium uterus dan sepenuhnya mengubah
arteriol ibu menjadi pembuluh darah besar dengan resistensi yang rendah terhadap
aliran darah. Pada pasien preeclampsia, arteriol ibu gagal beradaptasi terhadap
perubahan tadi, dengan penyebab yang belum jelas, dan terdapat insufisiensi
supply darah ke plasenta. Hal tersebut, selanjutnya, menyebabkan plasenta
melepaskan berbagai bahan yang memasuki sirkulasi ibu dan menyebabkan
gangguan fungsi endotel vaskular, penurunan aliran darah ke ginjal, retensi
kelebihan garam dan air, dan peningkatan tekanan darah.
Walaupun faktor-faktor yang menghubungkan penurunan supply darah plasenta
dengan disfungsi endotel maternal masih belum pasti, beberapa penelitian eksperimen
mengindikasikan adanya peran peningkatan kadar cytokine inflamasi seperti
tumor nekrosis factor-α dan interleukin-6. Berbagai faktor plasenta yang mengganggu
angiogenesis (pertumbuhan pembuluh darah) juga dibuktikan berperan dalam peningkatan cytokine
inflamasi dan preeclampsia. Misalnya, protein anti-angiogenic soluble fms-related tyrosine kinase 1 (s-
Flt1) dan soluble endoglin meningkat dalam darah perempuan dengan preeclampsia. Zat-zat ini dilepaskan
oleh plasenta ke dalam darah maternal sebagai respon terhadap iskemia dan hypoxia plasenta. Soluble
endoglin dan s-Flt1 menimbultkan efek multiple yang dapat mengganggu dungsi endotel vaskular
maternal dan menyebabkan hipertensi, proteinuria, dan berbagai manifestasi sistematik lain preeclampsia.
Meskipun demikian, peran yang tepat berbagai faktor yang dilepaskan dari plasenta
yang iskemik dalam menyebabkan kelainan multiple cardiovascular dan renal pada
perempuan dengan preeclampsia masih belum jelas.
12. Mengapa pre-eclampsia dibedakan dari jenis hipertensi lainnya pada kehamilan?
Karena etiologi, patogenesis, dan manajemen klinis dari pre-eclampsia relatif berbeda dan
pre-eclampsia berpotensi menjadi lebih buruk. Dari kelainan-kelainan ini, sindroma pre-
eclampsia, baik sendiri atau superimposed pada hipertensi kronis, paling berbahaya.
6. Apa saja kriteria untuk memutuskan bahwa manajemen konservatif telah gagal?
a. Tanda eclampsia yang akan datang positif
b. Peningkatan tekanan darah yang progresif
c. Sindroma HELLP positif
d. RFT dan LFT meningkat
e. Kondisi janin buruk
Surabaya,…………………….
<TT/Paraf>
dr. __________________________
(Sesi Ketiga)
Di akhir dari 24 jam pertama dalam ruang persalinan, pasien secara klinis tetap berada
dalam kondisi stabil (BP 160/90 mmHg, PR 90x/menit, RR 18x/menit, tanpa demam, tanpa
oliguria). Tapi beberapa jam kemudian, ketika ia baru akan dibawa keluar dari ruang
persalinan, ia tiba-tiba mengalami kejang-kejang.