Hukum Islam Dan Kontribusi Hukum Islam Di Indonesia PDF
Hukum Islam Dan Kontribusi Hukum Islam Di Indonesia PDF
Oleh :
RAHMAT HAFIS RIFALDI
NIM : 1879202011
Dosen Pengampu : Ridwan SS, M.Ag
c. Hadits Taqririyah
Seluruh hadits yang berbentuk ketetapan atau persetujuan Nabi
Muhammad SAW terhadap suatu perkara yang dilakukan sahabat atau
umatnya. Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW memberikan persetujuan
atau ketetapan terhadap hal-hal positif yang dilakukan sahabatnya. Sebagai
contoh, Nabi Muhammad SAW menyetujui kalimat-kalimat azan yang
dikumandangkan oleh sahabat yang bernama Bilal Bin Rabbah.
d. Hadits Hamiyah
Hadits Nabi Muhammad SAW yang masih berbentuk harapan. Menurut
ahli hadits, bentuk hadits seperti ini sangat sedikit, bahkan ada yang
mengatakan tidak ada. Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW adalah
sosok teladan yang tidak pernah meminta umatnya melakukan sesuatu
sebelum ia sendiri melakukannya. Begitupun, ada yang berpendapat bahwa
Nabi Muhammad SAW pernah berniat untuk berpuasa pada Muharram, tetapi
sebelum ia menunaikannya, beliau telah dipanggil Allah Swt inilah salah
satunya sumber informasi tentang hadits hammiyah.
Hadits terdiri dari :
a. Matan, yaitu isi atau kandungan dari suatu hadits yang memuat berbagai
pengertian.
b. Sanad, yaitu jalan yang menyampaikan kepada matan hadits,yaitu nama-
nama para perawinya yang berurutan menjadi sandaran dalam
periwayatan hadits menjadi perantara Nabi Muhammad SAW sampai
kepada perawi atau orang yang meriwayatkan suatu hadits
c. Rawi yaitu orang-orang yang meriwayatkan haditst
Klasifikasi Hadits
a. Hadits Shahih
Yaitu hadits yang dapat dipakai sebagai landasan hukum. Hadits yang
sahih para perawinya bersambung sampai kepada Nabi SAW, perawinya
orang yang taat beragama, kuat hafalannya dan isinya tidak bertentangan
dengan Al-Qur’an.
b. Hadits Hasan (baik)
Yaitu hadits yang memenuhi persyaratan seperti perawinya semuanya
bersambungan, perawinya taat beragama, agak kuat hafalannya, tidak
bertentangan dengan Al-Qur‟an dan tidak cacat di dalamnya.
c. Hadits Daif (lemah)
Yaitu hadits yang tidak memenuhi criteria persyaratan hadits hasan
apalagi shahih. Hadits daif tidak boleh dijadikan sebagai landasan hukum.
3. Ijtihad
Menurut bahasa Ijtihad artinya bersungguh-sungguh. Menurut istilah Ijtihad
ialah bersungguh-sungguh menggunakan akal pikiran untuk merumuskan dan
menetapkan hukum atau suatu perkara yang tidak ditemukan kepastian hukumnya
dalam Al-Qur’an maupun Hadits.
Bentuk-bentuk Ijtihad :
a. Ijma’
Menggunakan bahasa Ijma’ berarti menghimpun, mengumpulkan dan
menyatukan pendapat. Menurut istilah ijma’ adalah kesepakatan para ulama
tentang hukum suatu masalah yang tidak tercantum di dalam Al-Qur’an dan Al-
Hadits.
b. Qiyas
Menurut bahasa Qiyas berarti mengukur sesuatu dengan contoh yang lain,
kemudian menyamakannya. Menurut istilah, Qiyas adalah menentukan hukum
suatu masalah yang tidak ditentukan hukumnya dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
dengan cara menganalogikan suatu masalah dengan masalah yang lain karena
terdapat kesamaan ‘illat (alasan).
c. Istihsan
Menurut bahasa, Istihsan berarti menganggap/mengambil yang terbaik dari
suatu hal. Menurut istilah, Istihsan adalah meninggalkan qiyas yang jelas (jali)
untuk menjalankan qiyas yang tidak jelas (khafi), atau meninggalkan hukum
umum (universal / kulli) untuk menjalankan hukum khusus (pengecualian
/istitsna’), karena adanya alasan yang menurut pertimbangan logika
menguatkannya. Contoh: menurut istihsan sisa minuman dari burung-burung yang
buas seperti elang, gagak, rajawali dan lain-lain itu tetap suci berbeda dengan sisa
minuman dari binatang-binatang buas seperti harimau, singa, serigala dan lain-
lain yang haram dagingnya karena sisa makanan binatang-binatang buas ini
mengikuti hukum dagingnya, maka sisa minumannya juga haram (najis).
d. Masalihul Mursalah
Menurut bahasa, Masalihul Mursalah berarti pertimbangan untuk mengambil
kebaikan. Menurut istilah, Masalihul Mursalah yaitu penetapan hukum yang
didasarkan atas kemaslahatan umum atau kepentingan bersama dimana hukum
pasti dari maslah tersebut tidak ditetapkan oleh oleh syar’I (al Qur’an dan Hadits)
dan tidak ada perintah memperhatikan atau mengabaikannya. Contoh penggunaan
masalihul mursalah kebijaksanaan yang diambil sahabat Abu Bakar shiddiq
mengenai pengumpulan al Qur’an dalam suatu mush-haf, penggunaan ‘ijazah,
surat-surat berharga.
e. Istish-hab
Melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah diterapkan karena
adanya suatu dalil sampai datangnya dalil lain yang mengubah kedudukan hukum
tersebut. Misalnya apa yang diyakini ada, tidak akan hilang oleh adanya keragu-
raguan, contoh : orang yang telah berwudlu, lalu dia ragu-ragu apakah sudah batal
atau belum, maka yang dipakai adalah dia tetap dalam keadaan wudlu dalam
pengertian wudhunya tetap sah. Seperti itu juga dalam hal menentukan suatu
masalah yang hukum pokoknya mubah (boleh), maka hukumnya tetap mubah
sampai datang dalil yang mnegharuskan meninggalkan hukum tersebut.
1.1. Kesimpulan
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan
oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan
benda alam sekitarnya.
Perkembangan hukum Islam di Indonesia memiliki peluang yang sangat
cerah dalam pembangunan hukum nasional, karena secara sosioantropologis dan
emosional, hukum Islam sangat dekat dengan rnasyarakat Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Selain itu secara historis hukum Islam
telah dikenal jauh sebelum penjajah masuk ke Indonesia. Peluang bagi masa
depan hukum Islam di Indonesia juga terbuka karena telah banyak aturan dalam
hukum Islam yang disahkan menjadi hukum nasional dan hal ini memperlihatkan
bagaimana politicall will pemerintah yang memberikan respon dan peluang yang
baik bagi hukum Islam. Dengan melihat realitas kedekatan, kompleksitas materi
hukum Islam pada masa datang, peluang hukum Islam dalam pembangunan
hukum nasional akan lebih luas lagi.
Demikian juga peran akademisi yang melakukan pengembangan dan
penelitian yang konstruktif dapat menunjang perkembangan hukum Islam di
Indonesia. Yang tidak kalah pentingnya adalah peran para ulama, kyai yang secara
ikhlas mengajarkan dan tetap menyiarkan materi-materi hukum Islam kepada para
santri serta jamaahnya yang tersebar di berbagai pelosok tanah air. Semua itu
secara alami akan tetap menjaga keberadaan hukum Islam di Indonesia.
Ada tiga faktor yang menyebabkan hukum Islam masih memiliki peran
besar dalam kehidupan bangsa kita. Pertama, hukum Islam telah turut serta
menciptakan tata nilai yang mengatur kehidupan umat Islam, minimal dengan
menetapkan apa yang harus dianggap baik dan buruk, apa yang menjadi perintah,
anjuran, perkenan, dan larangan agama. Kedua, banyak keputusan hukum dan
unsur yurisprudensial dari hukum Islam telah diserap menjadi bagian dari hukum
positif yang berlaku. Ketiga, adanya golongan yang masih memiliki aspirasi
teokratis di kalangan umat Islam dari berbagai negeri sehingga penerapan hukum
Islam secara penuh masih menjadi slogan perjuangan yang masih mempunyai
appeal cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA