BAB KEK Dan 44
BAB KEK Dan 44
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri
dan anak yang saling berinteraksi dan memiliki hubungan yang erat untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Interaksi yang baik antara anak dan orang tua merupakan hal
penting dalam masa perkembangan anak. Interaksi yang baik di tentukan oleh kualitas
pemahaman dari anak dan orang tua untuk mencapai kebutuhan keluarga
(Soetjiningsih, 2012).
Berbagai permasalahan yang dapat terjadi di dalam keluarga baik secara fisik
maupun psikologis, yang salah satunya adalah masalah kehamilan. Secara fisik banyak
terjadi perubahan pada saat hamil misalnya, terjadi peningkatan BB, edema pada muka
dan ekstremitas. Sedangkan yang secara psikologis, pada umumnya tidak semua ibu
hamil dapat menerima kehamilannya, salah satunya terjadi akibat ketidaksiapan
perubahan peran menjadi seorang ibu dan ketidaksiapan merawat bayi atau juga kurang
siapnya dalam masalah ekonomi. Kehamilan merupakan proses fisiologis dan
merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi, dan adaptasi ibu
terhadap perubahan hormon sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi.
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal. Penentuan kehamilan resiko tinggi atau
tidak sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin.
Jika ibu sehat dan di dalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan
organis dalam jumlah yang cukup maka, pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam
kandungan akan berjalan baik (Nurhayati dan Taupan, 2012). Ada beberapa faktor
resiko yang dialami ibu hamil resiko tinggi yaitu, pendarahan, hipertensi, KEK (Kurang
Energi Kronis) dan sebagainya.
Faktor resiko ibu hamil salah satunya adalah KEK (Kurang energi kronis) yaitu,
suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk yang disebabkan kurangnya
konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro. Kebutuhan wanita
akan meningkat dari biasanya jika pertukaran dari hampir semua bahan itu terjadi
sangat aktif terutama pada trimester III. Peningkatan jumlah konsumsi makan perlu
1
ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori akan menyebabkan malnutrisi (Weni,
2010).
Dampak yang ditimbulkan pada Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis), salah
satunya berdampak bagi ibu hamilnya yaitu dapat melemahkan fisiknya yang pada
akhirnya menyebabkan pendarahan, partus lama, abortus dan infeksi sedangkan pada
bayi yang terlahir dari Ibu Hamil yang menderita KEK akan mengalami keguguran, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, berat badan lahir rendah (BBLR)
(Susilowati, 2008).
Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan
ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang
dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan ibu hamil. Kualitas bayi
yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Jika
zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai
konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya (Misaroh &
Praverawati, 2010).
Pengetahuan ibu terhadap gizi dan permasalahannya sangat berpengaruh
terhadap status gizi keluarga. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan
mampu memilih jenis makanan yang tepat untuk dirinya dan janinnya baik dari segi
kuantitas dan kualitas. Selain pengetahuan gizi, pengetahuan kesehatan kehamilan juga
perlu bagi ibu hamil. Dengan demikian, pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan
salah satu faktor protektif dalam mempertahankan kualitas kehamilan. Pengetahuan
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan keluarga yang tepat pada ibu
hamil dengan faktor resiko secara bio, psiko, sosio dan spritual terhadap respon
keluarga dengan pendekatan proses keperawatn yang didasarkan pada ilmu dan
kiat perawatn secara ilmiah.
2. Tujuan khusus
a. Menggambarkan pengkajian pada keluarga Tn. R dengan kehamilan resiko
tinggi pada Ny. M.
b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. R dengan kehamilan
resiko tinggi pada Ny. M.
2
c. Menggambarkan rencana tindakan keperawatan pada keluarga Tn. R dengan
kehamilan resiko tinggi pada Ny. M.
d. Menggambarkan pelaksanaan tindakan keperawatan pada keluarga Tn. R
dengan kehamilan resiko tinggi pada Ny. M.
e. Menggambarkan evaluasi keperawatan keluarga Tn. R dengan kehamilan
resiko tinggi pada Ny. M
f. Menggambarkan dokumentasi keperawatan keluarga Tn. R dengan kehamilan
resiko tinggi pada Ny. M.
C. Studi Literatur
Dalam pembuatan laporan ini penulis menggunakan metode pengkajin dan di tunjang
dengan berbagai sumber dari berbagai jurnal dan berbagai buku, dalam metode
pengkajian kepada klien penuli mepengumpulan data dengan menggunakan cara :
1. Observasi
Mengamati segala sesuatu terutama untuk menguatkan data hasil wawancara
dan untuk memperoleh data objektif yang mendukung masalah keperawatan.
2. Wawancara
Menanyakan langsung tentang data-data yang diperlukan kepada klien dan
orang-orang terkait/keluarga. Melalui komunikasi lisan mengenai masalah-
masalah yang sedang diteliti sehingga mendapat data subjektif secara langsung
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa keadaan fisik keluarga Tn. R secara integral menggunakan cara
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
4. Studi Dokumentasi
Melihat data atau catatan kesehatan anggota keluarga terutama data dan catatan
kesehatan ibu hamil dari buku kesehatan Ny. M
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdapat 4 (empat ) bagian atau bab yang disusun
secara sistematis dengan susunan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang pengambilan
kasus, tujuan penulisan secara umum maupun khusus, metode
3
penulisan secara obeservasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi, pegkajian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis
Membahas tentang konsep dasar dari penyakit KEK serta mebahas
tentang konsep keluarga dan kosep asuhan keperawatan keluarga
sesuai dengan kasus kelolaan.
BAB III : Pembahasan
Yang membahas tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : Penutup
Bab ini berisikan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan
pada keluarga dan rekomendasi bagi Institusi Pendidikan,
Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan
bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan
belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi
dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta menggali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan
keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
5) Fungsi Biologis
Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6) Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7) Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku untuk mempersiapkan
7
anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
9
4. Merencanakan anak (KB)
5. Menyesuiakan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
2. Keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing Family)
Keluarga yang menantikan kelahiran di muali dari kehamilan sampai
kelahiran anak sampai pertama dilanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan ( 2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu di siapkan oleh
pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan
merasa di abaikan karena fokus perhatian kedua pasangan kepada bayi.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tangung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya atau dana
5) Mempasilitasi role learning angota keluaga
6) Bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan
7) Mengaadakan kegiatan keagama secara rutin.
3. Keluarga anak dengan pra sekolah
Tahap ini dimuali pada usia anak 2,5 tahun dan berakhir saat anak usia 5
tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuh dan minat
dari anak pra sekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Tugas dari
perkembangan anak usia pra sekolah adalah:
a. Memenuhi kebutuhan angota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang alain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu pasangan dan anak (tahap paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
10
4. Keluarga dengan anak usia sekolah (family with Children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki usia sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga
mencapai jumlah keluarga yang maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.
Tugas dan tahap perkembangan keluarga tahap ini adalah:
1. Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan dan
semangat bekajar
2. Tahap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
3. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
4. Menyediakan aktifitas untuk anak
5. Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
5. Keluarga dengan anak remaja (family with teenangers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama usia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat meniggalkan rumah orangtua
tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tangung jawab serta
kebebasan yang besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkatnya otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (luonching center families )
Tahapan ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama
pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan
dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
11
c. Membantu orang tua suami atau istri yangs edang sakit dan memsauki
masa tua
d. Meempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan sebagai suami Istri, kakek,dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contohbagi anak
anak
7. Keluarga dengan usia pertengahan (midlle age families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
terakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini
semua anak meningalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas
Tahap perkembangan pada tahap ini adalah:
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah
minat social dan waktu santai
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
d. Keakraban dengan pasangann
e. Memelihara hubungan /kontak dengan anak dan keluarga
f. Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakrban
pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat satu pasangan pensiun
lanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut merupakan ralitas
yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang
harus di alami keluarga. Sterssor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,
kehilangan berbagai hubungan social seperti kehilangan pekerjaan serta
perasaan penuruna produktifitas dan fungsi kesehaatan.
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila dihitung dari saat lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (Wiknjosastro,
2009).
12
Kebutuhan wanita akan meningkat dari biasanya jika pertukaran dari hampir semua
bahan itu terjadi sangat aktif terutama pada trimester III. Peningkatan jumlah
konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori akan
menyebabkan malnutrisi. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu
keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena,
2013).
Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat
digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan ibu hamil. Kualitas bayi
yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil.
Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan
mempunyai konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya
(Misaroh & Praverawati, 2010).
Pengetahuan ibu terhadap gizi dan permasalahannya sangat berpengaruh
terhadap status gizi keluarga. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang baik
akan mampu memilih jenis makanan yang tepat untuk dirinya dan janinnya baik
dari segi kuantitas dan kualitas. Selain pengetahuan gizi, pengetahuan kesehatan
kehamilan juga perlu bagi ibu hamil. Dengan demikian, pengetahuan gizi dan
kesehatan merupakan salah satu faktor protektif dalam mempertahankan kualitas
kehamilan. Pengetahuan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kesehatan.
Kriteria Ibu Hamil yang KEK :
a. Pertambahan berat badan selama hamil kurang dari normal (kurang dari 9
kg).
Pertambahan berat badan yang ideal selama hamil adalah 10-16 kg,dimana
pada trimester I = +1, trimester II = + 3 kg, trimester III = + 6 kg.
Pertambahan BB ini juga sekaligus memantau pertumbuhan janin.
b. Pada pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) kurang dari 23,5 cm.
Pada kasus KEK pada batas 23,5 cm mempunyai resiko relative cukup
tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai
resiko 2x lebih banyak untuk melahirkan BBLR. BBLR mempunyai risiko
13
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan
anak.
c. Pada pengukuran kadar Hb kurang dari normal (< 11 gram %)
Dari penelitian menunjukkan bahwa, ada hubungan kadar Hb ibu hamil
dengan BB lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb semakin tinggi berat badan
bayi yang dilahirkan ibu yang mempunyai riwayat anemia berat (< 9 gram %)
mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang tidak menderita anemia.
2. Etiologi
a. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:
1) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang dengan
tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian
besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi
tinggi akan berkurang belanja untuk makanan. Pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas
hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik
makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi
penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut
untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya.
2) Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur
penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan
tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan/ informasi tentang
gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
3) Faktor pola konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung
sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non
heme (nabati), menu makanan juga banyak mengandung serat yang
merupakan faktor penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan
Kesmas FKMUI, 2007).
14
4) Factor perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya
wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan
anak-anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit
3000 kalori/hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok,
pecandu, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan
sebaliknya (Arisman, 2007).
b. Faktor Biologis
1) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang
terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan
antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan
dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan
(Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih
dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status
gizi ibu hamil akan lebih baik
2) Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2
tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat
mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak
akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih
sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Agus
Wilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu
tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri
(ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan
setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka
akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang
dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
15
3) Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan
satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas,
tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua
atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas viabilitas.
Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami
lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas kehamilan. Kehamilan dengan jarak pendek
dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan
yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena
dapat menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi
belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan
(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
4) Berat badan saat hamil
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-
rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah
zat makanan yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan
dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan selama
hamil sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya
hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah ( Erna, dkk, 2004 ). Pertambahan berat badan selama hamil
sekitar 10-12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1
kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan
berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan
janin.
16
3. Manifestasi Klinis
a) Tanda-tanda KEK menurut Sediaoetomo (2002), meliputi:
a. Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
b. Badan kurus
c. Rambut kusam
d. Turgor kulit kering
e. Conjungtiva pucat
f. Tensi kurang dari 100 mmHg
g. Hb kurang dari normal (<11 gr%)
b) Gejala KEK menurut winkjosastro (2002), meliputi:
1) Nafsu makan kurang
2) Mual
3) Badan lemas
4) Mata berkunang-kunang
4. Dampak KEK (Kekurangan Energi Kronis)
1) Bagi ibu
Bagi ibu hamil yang menderita KEK dapat melemahkan fisiknya yang pada
akhirnya menyebabkan perdarahan, partus lama, abortus dan infeksi
(Susilowati, 2008).
2) Bagi bayi
Bayi yang terlahir dari ibu hamil yang menderita KEK akan mengalami
keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan , berat badan
lahir rendah (BBLR) (Susilowati, 2008).
5. Pencegahan KEK (Kekurangan Energi Kronis)
Menurut chinue (2009), cara pencegahan KEK adalah:
1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi yaitu:
2) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam,hati,telur) dan bahan makanan nabati ( sayuran
bewarna hijau tua , kacang-kacangan, tempe).
3) Makan sayur sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
(daun katuk, singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat
bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
4) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet
penambah darah.
17
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Antropometri antara lain: pengukuran LILA (Lingkar Lengan
Atas) < 23,5 cm, IMT < 18,5, kenaikan berat badan ibu kurang dari 1 kg pada
trimester pertama, kurang dari 3 kg pada trimester kedua, dan kurang dari 6
kg pada trimester ketiga.
2) Pemeriksaan Klinis yaitu tampak lemah dan pucat, conjungtiva pucat, nadi
lemah atau lambat, keringat dingin.
3) Pemeriksaan Laboratorium yaitu serum albumin (gr/100ml) wanita hamil <3,0
(kurang), 3,0-3,4 (criteria margin), 3,5+(cukup) dan serum protein (gr/100ml)
wanita hamil 5,5 (kurang), 5,5-5,9(criteria margin), 6,0+ (cukup).
4) Pemeriksaan Dietetik digunakan food recall 24 jam. Metode ini dapat
memberikan gambaran asupan zat gizi yang lebih optimal dan memberikan
variasi yang lebih besar tentang intake ibu hamil (individu). Hasil
dibandingkan dengan AKG yakni 1900 kkal ditambah 180 kkal pada trimester
I, 300 pada trimester II dan III.
5) Sensitivity dan Specifity dalam penelitian ini pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek
melainkan jangka panjang (kronis) karena mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh.
LILA hanya sensitif untuk mereka wanita usia subur dan ibu hamil.
Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan
dapat dilakukan oleh siapa saja.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Ibu Hamil Resiko Tinggi
(KEK)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terahdap anggota keluarga yang di binanya. Pengkajian
merupakan syarat utama untuk mengidentifikaasi masalah, pengkajian
keperawatan bersifat dinamis, interaktif, dan fleksibel data dikumpulkan secara
sistematis dan terus menerus dengan menggunakan alat pengkajian. Pengkajian
keperawatan keluarga dapat menggunakan metode observasi, wawancara dan
pemeriksaan fisik (Maglaya 2009).
18
Dalam melakukan pengkajian keluarga hal-hal yang perlu dikaji berdasarkan teori
/ model family canter nursing, Fridmen (2014) mengungkapkan terdapat 7
komponen pengkajian yaitu :
Data Umum
1. Identitas kepala keluarga (KK)
Meliputi nama kepala keluarga, umur, pendidikan kepala keluarga, pekerjaan
kepala keluarga dan alamat.
Tabel
Format Anggota Keluarga
Nama Umur Sex Hub Dengan Pendidika Pekerjaan Keteran
KK n gan
3. Genogram
Genogram harus mencakup minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur,
kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan gambar
dengan simbol berbeda, seperti:
Laki-laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Tinggal serumah :
Menikah :
Klien :
19
4. Tipe keluarga
Menentukan tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap kepala keluarga.
5. Suku bangsa
Identifikasi asal suku bangsa keluarga, bahasa yang dipakai keluarga, dan
kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
6. Agama
Identifikasi agama yang dianut keluarga dan kepercayaan yang mempengaruhi
kesehatan.
7. Status sosial ekonomi keluarga
Identifikasi rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga, jenis pengeluaran
keluarga tiap bulan, tabungan khusus kesehatan, dan barang (harta benda)
yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi).
8. Aktivitas rekreasi keluarga
Identifikasi aktivitas rekreasi yang biasa dilakukan oleh keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Identifikasi tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua yang
terdapat dalam keluarga.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Identifikasi tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kaji
adanya hubungan antara tugas perkembangan yang belum terpenuhi dengan
penyakit stroke yang dialami oleh klien.
3. Riwayat keluarga inti
Identifikasi terbentuknya keluarga inti dan penyakit yang diderita keluarga
orang tua ( adanya penyakit menular dan keturunan).
4. Riwayat keluarga sebelumnya (suami-istri)
Identifikasi riwayat penyakit keturunan, menular di keluarga dan riwayat
kebiasaan atau gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan.
3. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Identifikasi ukuran rumah (luas rumah), kondisi dalam dan luar rumah,
kebersihan rumah, ventilasi rumah, saluran pembuangan air limbah (SPAL),
20
air bersih, pengelolaan sampah, kepemilikan rumah, kamar mandi dan daerah
rumah.
2. Karakteristik tetangga dan komunikasi Rw
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat
didalamnya meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan dan kesepakatan
penduduk setempat serta budaya yang dapat mempengaruhi status kesehatan
keluarga.
3. Mobilitas geografis keluarga
Menjelasakan tentang apakah keluarga sering pindah rumah serta dampak
pindah rumah terhadap kondisi keluarga.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai wakttu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauhaman keluara berinteraksi
dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga
Sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari masyarakat
setempat.
4. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana pola antar keluarga. Pola komunikasi fungsional bila
komunikasi dilakukan secara efektif, proses komunikasi berlangsung dua arah
dan saling memuaskan kedua belah pihak. Komunikasi disfungsional bila
komunikasi ridak fokus pada satu ide pembicaraan sehingga pesan yang
disampaikan tidak jelas.
2. Struktur kekuatan keluarga
Respon keluarga bila da anggota keluarga yang sakit, Kekuatan yang
digunakan keluarga dalam menangani masalah
3. Struktur peran
Peran seluruh anggota keluarga baik formal maupun informal
4. Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan
dalam keluarga.
21
5. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Dalam fungsi afektif di jelaskan bagaiman cara keluarga mengekspresikan
perasaan kasih sayang, perasaan saling memiliki, salinng mendukung
terhadap anggota keluarga, saling menghargai anatara anggota keluarga serta
menjaga kehangatan dalam anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana keluarga memperkenalkan anggota
keluarga dengan dunia luar serta bagaimana interaksi dan hubungan dalam
keluarga.
3. Fungsi peawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit, serta sejauhmana pengetahuan keluarga dalam
memahami sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga yaitu keluarga mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawaan
terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan, memanfaatkan fasilitas kesehtan yang terdapatt
dilingkungan setempat
6. Stres dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga.
2. Respon keluarga terhadap stress.
3. Strategi koping yang digunakan.
4. Srtategi adaptasi yang disfungsional (adakah cara keluiarga mengatasi
masalah secara maladaptif).
7. Pemeriksaan fisik keluarga
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga pemeriksaan fisik
mulai penampilan umum, kesadaran,vital sign, rambut, kepala, mata, hidung,
telinga, mulut, leher, dada, abdomen, genetalia, ekstremitas atas dan bawah.
a. Pemeriksaan fisik data fokus
1) Identitas klien
22
2) Riwayat kesehatan, meliputi: keluhan utama, riwayat kesehatansekarang,
riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan keluarga
3) Riwayat obstetric dan ginekologi, meliputi: riwayat menstruasi, riwayat
kontrasepsi,riwayat perkawinan riwayat kehamilan, riwayat persalinan.
4) Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan umum
Penampilan umum, kesadaran, penampilan fisik,
(2) Tanda-tanda vital
(3) Antropometri
Berat badan, tinggi badan, LLA.
(4) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala bagaimana apakah ada benjolan
atau tidak, warna rambut, distribusi rambut merata,
terjadinya rontok/tidak, kebersihannya tergantung
ibu hamil
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak
(5) Wajah
Inspeksi : pada wanita hamil kulit muka biasanya terjadi
cloasma gravidarum (peningkatan pigmentasi) yang
diakibatkan karena adanya stimulasi hormone
melanosit terutama pada daerah batang hidung dan
pipi, namun setelah melahirkan bisasanya cloasma
gravidarum ini berangsur-angsur akan menghilang,
biasanya pada ibu hamil terjadi edema pada wajah.
Palpasi : terdapat nyeri tekan atau tidak
(6) Mata
Inspeksi : kesimetrisan mata, konjungtiva, seklera, pupil,
reflek kornea, gerakan bola mata, fungsi
penglihatan.
Palpasi : Adanya nyeri tekan atau tidak pada daerah kelopak
mata.
(7) Hidung
Inspeksi : bentuk, mukosa, kebersihan, ada polip/tidak,
fungsi penciuman.
23
Palpasi : ada nyeri sinus frontalis/maksilaris atau tidak.
(8) Gigi dan Mulut
Inspeksi : kebersihan, warna mukosa bibir, kebersihan gigi,
caries gigi, pembesaran tonsil, pembengkakan dan
perdarahan gusi, warna lidah, fungsi pengecapan.
(9) Telinga
Inspeksi : bentuk telinga, kebersihan, fungsi pendengaran.
Palpasi : nyeri telinga / tidak.
(10) Leher
Inspeksi : ada tidaknya pembesaran JVP, ada tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan.
Palpasi : adanya atau tidaknya pembesaran tiroid, ada atau
tidaknya pembesaran kelenjar getah bening akibat
peradangan dan peningkatan vaskularis.
(11) Dada dan punggung
Inspeksi : kesimetrisan bentuk dan pergerakannya
Auskultasi : bunyi paru-paru atau suara nafas dan jantung
Perkusi : daerah paru.
(12) Jantung
Inspeksi : adanya pembesaran jantung atau tidak.
Auskultasi : apakah bunyi jeantung teratur atau tidak, irama,
suara jangtung.
Perkusi : apakah terdengar suara murmur atau gallops.
Palpasi : terdapat pembengkakan atau tidak
13) Payudara
Inspeksi : kesimetrisan ukuran antara payudara yang kiri dan kanan,
kebersihan payudara, dilatasi vena, ada tidaknya
pembengkakan pada payudara, hiperpigmentasi pada areola
dan puting, keadaan putting susu menonjol atau tenggelam.
Palpasi : ada/tidak nyeri tekan pada payudara, ada tidaknya
benjolan di payudara, teraba panas atau tidak
14) Abdomen
Inspeksi : apakah adanya linea nigra, striae gravidarum dan bekas
luka.
24
Auskultasi : bising usus dengan normal 6-12 kali per menit.
Palpasi :
Leopod I
Pemeriksaan untuk menentukan tuanya kehamilan dari tinggi fundus
uteri dan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di fundus
uteri. Sebelum bulan ketiga fundus uteri belum teraba dari luar, pada
saat umur kehamilan 12 minggu tinggi fundus 1-2 jari diatas simpisis,
16 minggu tinggi fundus per ½ an simpisis dan pusat, 20 minggu
tinggi fundus 3 jari dibawah pusat, 24 minggu tinggi fundus setinggi
pusat, 28 minggu tinggi fundus 3 jari diatas pusat, 32 minggu tinggi
fundus per ½ an prosesus xipoideus dan pusat, 36 minggu tinggi
fundus 3 jari dibawah prosesus xipoideus, dan 40 minggu tinggi
fundus per ½ an prosesus xipoideus dan pusat.
Leopod II
Untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana
letaknya bagian-bagian kecil dari janin. Apabila teraba bagian keras
melintang berarti punggung, apabila teraba keras dan bundar berarti
kepala, apabila teraba bundar dan agak lembek berarti bokong.
Kadang-kadang disamping terdapat kepala atau bokong ialah pada
letak lintang.
Leopod III
Untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah, apakah kepala
atau bokong dan untuk menentukan apakah bagian yang terbawah
dari janin sudah masuk PAP atau belum.
Leopod IV
Untuk menentukan seberapa besar masuknya bagian terbawah dari
janin masuk ke dalam rongga panggul. Divergent yaitu ukuran yang
terbesar kepala sudah melewati PAP, sedangkan convergent yaitu
ukuran terbesar kepala belum melewati PAP
15) Genitalia
Inspeksi : distribusi rambut pubis, vulva (adakan edema, varieses,
selaput lender, keadaan perineum, ganda chadwick, secret
vagina, perdarahan, volume, bau dan ada massa atau tidak,
ada haemoroid atau tidak.
25
16) Ektremitas atas dan bawah
Inspeksi : fungsi ektremitas, LILA normal pada ibu hamil yaitu
minimal 23,5 cm, varieses, edema, ada luka atau tidak,
kekuatan otot.
Palpasi : CRT, turgor kulit.
Perkusi : reflek patella
17) Pemeriksaan Penunjang
Lab : Hb (11,5-16gr/al)
USG : melihat hasil konsepsi, jenis kelamin janin dan usia
kehamilan.
Rontgent : gambaran skelet (>21mg)
Amniosentesis : mendeteksi masalah genetic
Fotoskopi : visualisasi janin secara langsung menggunakan
teleskop kecil melalui dinding abdomen dan uterus
mengambil contoh darah janin (Kurnaesih, 2014).
26
kelenjar tidak ada, pembesaran
kelenjar jugularis tidak ada.
6 Thorax Simetris, bunyi jantung normal,
tidak ada kelainan, suara nafas
vesicular.
7 Abdomen Tidak ada pembengkakan hepar,
ginjal, limpa, tidak teraba
benjolan, bising usus positif, tidak
ada nyeri tekan.
8 Ektremitas atas dan bawah, Tidak ada kelainan pergerakan,
persendian kekakuan sendi, kekuatan otot 5,
ROM aktif.
5 5
5 5
9 Sistem Genetalia Tidak dikaji
c. Harapan keluarga
Di akhir pengkajian perawat menanyakan apa harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan.
8. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisa untuk dapat dilakukan
perumusan diagnosa keperawatan. Analisa data dibuat dalam bentuk matriks
seperti tabel. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian.
Tipologi dari diagnosis keperawatan.
a. Diagnosis actual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, di mana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga
memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Secara umum
faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis keperawtan
keluarga adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan
persepsi).
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
27
3) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau
tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik finansial, fasilitas, sitem
pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis)
b. Diagnosis Resiko Tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda
tersebut dapat menjadi masalah actual apabila tidak segera mendapatkan
bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan. Faktor-faktor resiko
untuk diagnosis resiko dan resiko tinggi memperlihatkan keadaan di mana
kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok. Faktor ini membedakan
klien atau kelompok resiko tinggi dari yang lainnya pada populasi yang sama
yang mempunyai resiko.
c. Diagnosis Potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan.Diagnosis keperawatan sejahtera tidak mencakup faktor-
faktor yang berhubungan.Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau
potensi keluarga dapat ditingkatkan kearah yang lebih baik. Setelah data
dianalisis kemudian perlu menyusun prioritas masalah kesehatan keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), prioritas masalah kesehatan keluarga
dengan menggunakan proses skoring sebagai berikut.
Tabel Skoring
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan Masalah dapat Diubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial Masalah untuk Dicegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
28
Rendah 1
4 Menonjolnya Masalah 1
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara berikut.
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
2) Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan bobot.
Skor
x Bobot
Angka
3) Jumlahkan skor tertinggi
untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh
bobot.
Diagnosa keperawatan (Riasmini, 2017) yang mungkin muncul pada klien dengan
kehamilan resiko tinggi adalah sebagai berikut :
1. Aktual
1) Gangguan rasa aman cemas.
2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.
3) Gangguan rasa nyaman dan nyeri pinggang.
4) Gangguan konsep diri : body image.
5) Defisiensi pengetahuan (perubahan dan ketidaknyamanan terkait kehamilan.
2. Resiko
1) Resiko terjadi anemia.
2) Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.
3) Resiko terjadi perdarahan saat kehamilan atau persalinan.
4) Resiko terjadi konflik peran pada keluarga.
3. Potensial
1) Perilaku sehat (Persiapan untuk persalinan)
29
9. Intervensi
Merupakan rencana tindakan yang disusun berdsarkan prioritas masalah, yang
meliputi:
1. Aktual
Tabel
Intervensi Diagnosa Aktual
30
mengenai cara
pemberian makanan
bergizi.
3 Gangguan rasa Nyeri sedikit berkurang 1. Anjurkan klien untuk
nyaman nyeri sering istirahat.
pinggang 2. Anjurkan posisi tubuh
untuk baik.
3. Anjurkan menggunakan
penghangat pada
pinggang.
4 Gangguan Klien dapat memahami 1. Jelaskan perubahan
konsep diri : tentang perubahan pada tubuh selama
body image badannya kehamilan.
2. Berikan kesempatan
pada klien untuk
mendiskusikan
perasaan mengenai
perubahan bentuk
tubuh.
5 Defisiensi Adanya peningkatan 1. Ajarkan tindakan
pengetahuan pemahaman dan perawatan diri untuk
(perubahan dan pengetahuan mengatasi
ketidaknyamana ketidaknyamanan
n terkait umum pada kehamilan
kehamilan) trimester 3.
2. Anjurkan untuk
mengosongkan
kandung kemih secara
teratur.
3. Anjurkan untuk
membatasi asupan
cairan sebelum tidur.
4. Kenalkan bahwa
keadaan ini adalah
31
wajar.
2. Resiko
Tabel
Intervensi Diagnosa Resiko
No Diagnosa Tujuan Intervensi
32
dengan resiko tinggi.
2. Identifikasi sejauh mana
tingkat pengetahuan
keluarga tentang
penyebab pada ibu
hamil resiko tinggi.
3. Anjurkan untuk
melahirkan ditolong
oleh tenaga kesehatan.
4. Anjurkan untuk
memeriksakan
golongan darah.
5. Anjurkan untuk
mempersiapkan donor
darah.
4 Resiko terjadi Tidak terjadinya konflik 1. Beri penyuluhan
konflik peran dalam keluarga tentang alat KB yang
pada keluarga efektif setelah
melahirkan.
2. Beri alternatif keluarga
untuk memutuskan
penggunaan alat KB
setelah melahirkan.
3. Beri kesempatan
keluarga untuk memilih
KB yang efektif dan
sesuai.
33
3. Potensial
Tabel
Intervensi Diagnosa Potensial
No Diagnosa Tujuan Intervensi
34
10. Implementasi dan Evaluasi
1. Aktual
Tabel
Implementasi dan Evaluasi Diagnosa Aktual
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
36
2. Resiko
Tabel
Implementasi dan Evaluasi Diagnosa Resiko
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
3. Potensial
Tabel
Implementasi dan Evaluasi Diagnosa Potensial
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
38
4. Menjarkan ibu untuk
melakukan senam
hamil.
5. Memberikan informasi
lisan dan tertulis
mengenai tanda
persalinan dan
perbedaan antara
persalinan palsu dan
sebenarnya.
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk
melihat keberhasilannya. Apabila berhasil/tidaknya, maka perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan waktu dan kesedian keluarga. Langkah-langkah dalam mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang diberikan, baik kepada individu maupun keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana
keluarga mengatasi masalah tersebut.
2. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.
3. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan
dengan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung kepada dimensi evaluasi
yang diinginkan.
4. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data
yang diperlukan.
5. Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan
standar untuk evaluasi.
6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan.
7. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan alasan
kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau kemungkinan ada
faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
39
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP (subjektif, objektif, analisa,
perencanaan). Secara operasional :
S : hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif , setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
O : hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait
dengan diagnosa keperawatan.
P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon keluarga pada
tahap evaluasi.
Tahap evaluasi dapat dilakukan secara pormatif dan sumatif. Evaluasi pormatif
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan diakhir.
40
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
41
c. Genogram
Keterangan :
: perempuan : menikah
: laki-laki : meninggal
d. Tipe Keluarga
Tipe dari keluarga ini adalah tipe keluarga inti dimana terdiri dari kepala
keluarga,ibu dan satu anak
e. Suku bangsa
Kepala keluarga berasal dari suku sunda jawa barat dan istri kepala keluarga
berasal dari suku sunda jawa barat, dan mengunakan bahasa sunda dalam
bersosialisasi di dalam keluarga. dan keluarga berkewarganegaraan Indonesia.
f. Agama
Agama yang di anut oleh keluarga adalah agama islam kegiatan keagamaan
yang dilakukan kepala keluarga dan anggota keluarga adalah dengan
melakukan kegiatan ibadah sholat lima waktu.
42
g. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan yang didapatkan dari hasil pekerjaan dari Tn. R yang bekerja
sebagai karyawan BPJS, dan Ny. M mengatakan Tn. R berpenghasilan ±Rp
300.000/bulan. Ny. M mengatakan pengeluaran keluarganya tiap bulan ±Rp
150.000. Dan keluarga Tn. R tidak memiliki tabungan untuk kesehatannya.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Aktivitas rekreasi keluarga yang dilakukan Ny. M pada setiap harinya dengan
berinteraksi dengan adik perempuanya yang selalu datang ke rumahnya, dan
bercanda dengan adiknya sembari duduk dan nonton TV.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahapan perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. R saat ini berada pada tahap perkembngan beginning familly atau
pasangan baru keluarga .
b. Tahapan yang belum terpenuhi
Tn. R sebagai kepala keluarga belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari
kelurganya. Karena untuk memenuhi kebutuhan kelurganya masih di bantu oleh
kedua oraanya.
c. Riwayat keluarga inti
Ny. R mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit
menular dan turunan sebelumnya, jika salah satu anggota keluarga mengalami
sakit maka Ny. M mengatarkan anggota keluarganya ke pelayanan kesehatan
terdekat guna menerima pertolongan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya ( suami Istri )
1) Riwayat keturunan dan penyakit menular di keluarga baik dari pihak istri
maupu suami. Ny. M mengatakan bahwa dari keluarga baik dari Tn. R
maupun Ny. M tidak memiliki riwayat penyakit menuular dan keturunan.
2) Riwayat kebiasaan /gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
Ny. M mengatakan bahwa dirinya selalu memperhatiakan kesehatan dirinya
beserta kesehtan sang suami.
43
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah di identivikasi sebagai berikut:
1) Luas rumah
Rumah di bangun dengan ukuran 5 bata
2) Tipe rumah
Tipe rumah dengan tipe permanen
3) Jumlah Ruangan
Terdapat 5 ruangan dimana ke 5 ruangan ini adalah 1 kamar tidur , 1
ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur dan 1 kamar mandi
4) Jumlah ventilasi rumah
Jumlah ventilasi yang ada di rumah Ny. M sebanyak 4 buah
5) Jarak septic tank dan sumber air
Jarak sumber air dengan dengan septic tank sejauh kurang lebih 6 meter
6) Sumber air minum
Sumber air minum yang di gunakan Ny. M adalah bersumber dari air
pegunungan asli.
7) Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah dilakukan oleh keluarga dengan cara membuang
sampah pada tempat penampungan sampah atau membakar sampah
yang memang bisa dibakar seperti sampah plastik atau sejenis kain.
8) Denah rumah
Ruang Ruang
keluarga tamu
44
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Tn. R mengatakan hubungan dengan tetangga dan masyarakat di
sekitar rumahnya baik, dan saling membantu apabila ada kesulitan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Klien mengatakan bertempat tinggal di daerah tersebut sejak kecil bersama
kedua orang tuanya sampai sekararng setelah menikah pun tetap disana.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny. M mengatakan bahwa sering berkumpul dengan keluarga yang lain setip
malam hari dan melakukan berbincag-bincang sembari menonton tv.
Dilingkunganya pasien sering berinteraksi dengan tetangga dan sering
mengobrol.
e. System pendukung keluarga
Jumlah keluarga Tn. R bejumlah 4 orang dimana, jika anggota keluarga ada
yang sakit saling mendukung dengan membawa anggota keluarga yang sakit ke
pelayanan kesehatan.
f. Pola komunikasi keluarga
Menurut Tn. R dalam keluarganya berkomunikasi bisa menggunakan bahasa
sunda dan menggunakan komunikasi dua arah.
g. Struktur kekuatan keluarga
1) Respon kekuatan bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah
Keluarga Tn. R jika terjadi masalah dalam keluarga tersebut, selalu
mengutamakan musyawarah dengan anggota keluarga
2) Kekuatan yang di gunakan keluarga dalam menangani masalah
Klien mengatakan dengan bermusyawarah dan di kembalikan ke anggota
keluarga serta mendorong anggota keluarga yang mempunyai masalah
untuk membuat keputusan sendiri.
h. Struktur peran
1) Tn. R : adalah sebagai kepala keluarga di samping itu klien adalah
seorang ayah dari seorang anak dan seorang suami dari Ny. M serta
sebagai tulang punggung keluarga
2) Ny. M : adalah sebagai ibu rumah tangga di samping itu klien adlah
seorang ibu dari dua anak dan seorang istri dari Tn. R serta sebagai
pemberi kasih sayang dalam keluarga.
45
i. Nilai dan norma keluarga
Sebagai umat islam keluarga memiliki nilai -nilai dan norma yang di anut seperti
sopan santun terhadap orang tua, istri terhadap suami, dan Tn. R masih
mempunyai waktu dengan keluarga karena ada waktu libur selama 2 hari.
4. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn R saling mendukung dalam memenuhi kkebutuhan hidupnnya
sehingga dapat terpenuhi kehidupan keluarganya, dapat menyelesaikan
masalah dengan bermusyawarah dan keputusan biasanya diambil atau
ditentukan oleh Tn R sebgai kepala keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Hubungan keluarga dengan masyarakat cukup baik, dan hubungan keluarga
juga terjalin dengan baik.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menurut keluarga, masalah kesehatan apa yang sedang di hadapi keluarga
(pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab, presepsi keluarga terhadap
masalah). Menurut Ny. M dirinya tau sedikit mengetahui penyakit yang di derita
dirinya maupun keluarga yang lain.
d. Fungsi reproduksi
Saat ini Ny. M tidak menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik KB maupun
yang berupa pil.
e. Fungsi ekonomi
Ny. M mengatakan penghasiln suaminya sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, dan papan keluarga kecilnya.
5. Stress dan koping keluarga
a. Setresor jangka pendek dan panjang
Menurut Ny. M stressor yang ada pada pekerjaan di rumahnya sedangkan Tn.
R stersor dengan pekerjaan diluar rumah yang harus meninggalkan keluarganya
lama. Stersor jangka panjang yang dirasakan Tn. R dan Ny. M yaitu kondisi
kesehatan Ny. M dan keluarga yang di fikirkan.
b. Respon keluarga terhadap stress
Jika terdapat masalah keluraga selau meenyelesaikannya secara kekeluargaan
dan di bicarakan dengan baik.
46
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga
Tn. R Ny. M
1) Keadaan Umum Baik Baik
2) TTV: TD 130/80 mmHg 110/90 mmHg
Nadi 88 x/m 90 x/m
Suhu 36,0°C 36,5°C
RR 18 x/m 19 x/m
3) Kepala
Bentuk Simetris Simetris
Rambut Hitam/beruban Hitam
Kulit kepala Bersih Bersih
kelainan - -
4) Mata
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis
Kesimetrisan Simetris Simetris
Visus 5/6 5/6
5) Hidung
Tulang hidung Simetris Simetris
Lubang hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada secret
sekret
Fungsi Normal Normal
penciuman
6) Telinga
Lubang telinga Bersih, tdk ada Bersih, tdk ada serumen
Fungsi serumen Baik, tidak menggunakan
pendengaran Baik, tidak alat bantu dengar
menggunakan alat
bantu dengar
7) Mulut &
tenggorokan
Bibir Lembab, merah Lembab, merah muda
47
Gigi muda Bersih, tdk lengkap
Gusi Bersih, tdk lengkap Merah muda, edema (–)
Merah muda, Tidak bengkak
Tonsil edema (–)
Tidak bengkak
8) Leher
Kelenjar Tiroid Tidak ada Tidak ada pembesaran
pembesaran
9) Dada
Paru-paru Suara nafas Suara nafas vesikuler
Jantung vesikuler Tidak ada pembesaran
Tidak ada
pembesaran
10) Abdomen Simetris Simetris
Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
Bising usus 10 x/m Bising usus 10 x/m
11) Integument Bersih Bersih
CRT 3 detik CRT 3 detik
12) Ekstrimitas Normal Normal
1. Nutrisi
a. Makan
Jenis Nasi + Lauk +sayur (kadang)
Porsi ½ porsi
Frekuansi 2 x /hari
Nafsu makan Kurang baik
b. Minum
Jenis Air putih
Frekuensi 7-8 gelas /hari
48
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 x/ hari
Konsistensi Lembek
Kesulitan Tidak ada
b. BAK
Frekuensi 4-5 x/hari
Warna Kuning jernih
Kesulitan Tidak ada
3. Istirahat tidur
Lamanya 7 jam
Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada
Waktu 21.00-04.00
Masalah tidur Tidak ada
4. Kebersihan diri
Mandi 2 x/hari
Cuci rambut 3x/minggu
Gunting kuku 1x/minggu
5. Olah raga
Jenis (tidak dilakukan)
waktu
6. Harapan keluarga
Ny. M mengatakan semoga penyakit yang di deritanya bisa segera pulih dan
sembuh. Menurut Ny. M dengan adanya petugas kesehatan yang datang
kerumahnya mengharapkan supaya petugas kesehatan bisa memberikan
pengetahuan kepada keluarganya dengan penyuluhan seperti ini.
Kriteria tingkat kemandirian
Tingkat kemandirian
No Kriteria Keluarga
I II III IV
1. Menerima Petugas perawatan kesehatan
masyarakat
49
2. Menerima pelayanan keperawatan yang
diberikan sesui dengan rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatan secara benar
4. Melakukan tindakan keperawatan sederhana
sesuai yang di anjurkan
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai
anjuran
7. Melakukan tindakan promotif secara aktif
Berdasarkan observasi, keluarga Tn. R termasuk kedalam Keluarga Mandiri Tipe III,
karena memenuhi kriteria 1-6.
50
ANALISA DATA
No DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ds. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
- Klien mengatakan napsu kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. R
makan kurang karena masih khususnya Ny. M berhubungan dengan
ada mual muntah di pagi hari ketidakmampuan keluarga mengenal
- Klien mengatakan makan masalah nutrisi ibu hamil.
2x/hari dengan habis hanya ½
porsi.
- Klien mengatakan berat badan
turun
- Klien mengatakan cepat lelah
Do.
- Klien tampak lemas dan bibir
pucat
- LLA: 22 cm
- BB sebelum hamil 50 kg
- BB setelah hamil 44 kg
- TB: 148 cm
- Hb: 11, 8 gr/%
Ds:
- Klien mengatakan akhir-akhir Kecemasan pada keluarga Tn. R
ini susah tidur malam. khususnya Ny. M berhubungan dengan
Do: ketidakmampuan keluarga mengenal
- Kontak mata kurang masalah
- Klien tampak gelisah
- Klien selalu berkeluh kesah
tentang persalinan pertamanya
nanti.
51
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. R
khususnya Ny. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah nutrisi ibu hamil
2. Kecemasan pada keluarga Tn. R khususnya Ny. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
.
C. PERENCANAAN / INTERVENSI (PLANNING)
a. Menetukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. R
khususnya Ny. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah nutrisi ibu hamil.
No Kriteria Skor Bobot Pembenaan
1 Sifat masalah. 3/3 x 1 = 1 1 Karena sedang terjadi
Skala : pada klien
Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat 1/2 x 2 = 1 2 Masalah dapat teratasi
diubah. jika klien mau melakukan
Skala : saran-saran dari perawat
Mudah untuk mengatasi
Sebagian masalahnya Masalah
Tidak dapat dapat teratasi jika klien
mau melakukan saran-
saran dari perawat untuk
mengatasi masalahnya
3 Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 1 Dengan dilakukannya
dicegah. penkes pengetahuan klien
Skala : bertambah
Tinggi
Cukup
Rendah
52
4 Menonjolnya masalah. 2/2 x 1 = 1 1 Karena sedang dirasakan
Skala : klien
Masalah berat, harus
segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak
perlu segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
Jumlah 4
53
Rendah
4 Menonjolnya 1/2 x 1 = ½ 1 Karena sedang
masalah. dirasakan klien
Skala :
Masalah
berat, harus
segera
ditangani
Ada masalah,
tetapi tidak
perlu segera
ditangani
Masalah tidak
dirasakan
Jumlah 4 5/ 4
6
54
b. Menyusun Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga
N Rencana
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan
o Tindakan
1. 28/11/18 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Tujuan Umum: 1. Berikan penyuluhan tentang
kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. R Setelah dilakukan tindakan nutrisi ibu hamil
khususnya Ny. M berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga keperawatan selama 2 minggu 2. Observasi BB/tiap 3 hari.
mengenal masalah nutrisi ibu hamil. diharapkan ketidakseimbangan nutrisi 3. Observasi peningkatan nutrisi.
teratasi. 4. Anjurkan klien makan sedikit tapi
sering.
Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selam 1x24 jam
ketidakseimbangan nutrisi berkurang
dengan kriteria hasil :
1) Klien dapat menjelaskan kembali
nutrisi tentang ibu hamil.
2) Klien tidak mengeluh mual muntah.
2. 28/11/18 Kecemasan pada keluarga Tn. R Tujuan Umum: 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
khususnya Ny. M berhubungan Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan pendidikan kesehatan
dengan ketidakmampuan keluarga keperawatan selama 2 minggu tentang penyakitnya.
mengenal masalah diharapkan pengetahuan klien 3. Informasikan cara mengatasi
bertambah. penyakitnya.
55
Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam dien
mengerti dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat menjelaskan kembali
tentang penyakit yang di deritanya.
2. Klien dapat menyebutkan kembali
tanda dan gejala.
3. Klien dapat menyebutkan kembali
cara mengatasi penyakitnya.
56
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Dignosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
Nining Widaningrum
2 Kecemasan pada keluarga Tn. R 05-12- 2018 (09.45) 19-04-2018
khususnya Ny. M berhubungan 1) Membina hubungan saling (09.00)
dengan ketidakmampuan percaya.
keluarga mengenal masalah 2) Mengobservasi tingkat S : Klien mengatakan masih
kecemasan klien. belum faham tentang
3) Memberikan informasi tentang mengatasi rasa cemasnya.
tanda-tanda persalinan. Klien mengatakan belum
4) Menginstruksikan klien mengerti tentang tanda-
menggunakan teknik relaksasi : tenda persalinan.
napas dalam. O : Klien tampak masih
gelisah dan kontak mata
masih kurang.
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 2,3,4
Nining Widaningrum
57
BAB IV
A. Kesimpulan
58
B. Rekomendasi
Pada akhir penulisan ini ada beberapa hal yang perlu penulis rekomendasikan
kepada beberapa pihak sebagai berikut:
1. Bagi keluarga
Diharapkan keluarga Tn. R dapat melakukan perawatan pada Ny. M sehingga
tidak terjadinya komplikasi masalah akibat keadaan ibu hamil karena resiko tinggi
dan dapat melaksanakan saran atau anjuran dari penulis agar keluarga selalu
memeriksakan kehamilannya secara teratur ke pelayanan kesehatan setempat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik pada pembinaan kesehatan keluarga
sebaiknya institusi memberikan waktu yang cukup dan dikhususkan untuk
pembinaan keluarga, dan diharapkan institusi melengkapi buku-buku kesehatan
masyarakat di perpustakaan, buku-buku terbitan baru agar mahasiswa tidak
kesulitan mencari sumber.
3. Bagi Pihak Puskesmas
Penulis mengharapkan pihak puskesmas dapat melanjutkan asuhan
keperawatan keluarga setelah penulis memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga Tn. R dengan ibu hamil resiko tinggi pada Ny. M serta mengevaluasi
keadaan kesehatan Ny. M dengan kehamilan resiko tinggi.
Dengan begitu setidaknya ibu hamil resiko tinggi pada Ny. M lebih bisa terpantau
perkembangannya dan bisa sedikit demi sedikit mengurangi terjadinya resiko
yang mengancam pada ibu dan bayi baik pada saat kehamilan maupun pada
saat proses kelahiran.
59
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Friedman ,Marilyn M.(2010) Buku ajar keperawatan keluarga :riset, Teori,dan Prektek
edisi 5 jakarta :EGC
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu.
60
LAMPIRAN
61
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Satuan Acara Penyuluhan penyakit KEK (Kekurangan Energi Kronis) pada pada Ny. M
dan kelurga, yang dilakukan di rumah Pasien. Adapun alasan dilakukannya penyuluhan
kepada Ny. M dan kelurga, yaitu untuk menyadari bahaya Kekurangan Energi Kronis
bagi kelurga terutama pada ibu hamil.
C. Materi Penyuluhan
a. Menjelaskan pentingnya gizi seimbang bagi ibu hamil
b. Menjelaskan tentang kebutuhan zat gizi untuk ibu hamil
c. Menjelaskan bahan makanan yang harus dihindari dan dibatasi oleh ibu hamil
62
d. Menjelaskan manfaat gizi seimbang untuk ibu hamil
e. Menyebutkan contoh menu makanan ibu hamil
f. Menjelaskan dampak kekurangan gizi pada ibu hamil
g. Menjelaskan pemberian nutrisi pada ibu hamil yang mengalami masalah
kehamilan
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Media Penyuluhan
1. Leflet
F. Setting Tempat
1. Rumah keluarga
G. Kegiatan Penyuluhan
N Tahap Sasaran
Waktu Kegiatan penyuluhan dan sasran
o pengkajian
1. Pembukaa 2 Menit 1. Menjawab salam dan
n 1. Membuka acara dengan mendengarkan
mengucapkan salam dan perkenalan.
perkenalan. 2. Mendengarkan
2. Menyampaikan topik dan tujuan penyampaian topik dan
penyuluhan kepada sasaran. tujuan.
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui kesepakatan
kesepakatan penyuluhan pelaksanaan Penkes
dengan sasaran
63
2. Kebutuhan zat gizi untuk ibu
hamil
3. Bahan makanan yang harus
dihindari dan dibatasi oleh ibu
hamil
4. Manfaat gizi seimbang untuk
ibu hamil
5. Contoh menu makanan ibu
hamil
6. Dampak kekurangan gizi pada
ibu hamil
7. Teknik pemberian nutrisi pada
ibu hamil yang mengalami
masalah kehamilan
3 Evaluasi/ 8 Menit Evaluasi : 1. Menjawab pertanyaan
Penutup 2. Mendengarkan
1. Meminta keluarga
kesimpulan
menjelaskan atau
3. Menjawab salam
menyebutkan kembali
:
a. Pengertian gizi seimbang
ibu hamil
b. Kebutuhan zat gizi untuk
ibu hamil
c. Bahan makanan yang
harus di batasi dan
dihindari oleh ibu hamil
d. Manfaat gizi seimbang
untuk ibu hamil
e. Contoh menu makanan ibu
hamil
f. Dampak kekurangan gizi
pada ibu hamil
g. Teknik pemberian nutrisi
pada ibu hamil yang
mengalami masalah
kehamilan
64
2. Memberikan pujian atas
keberhasilan ibu menjelaskan
pertanyaan dan memperbaiki
kesalahan,serta menyimpulkan.
Penutup :
H. Evaluasi
1. Keluarga dan pasien memperhatikan dan mendengarkan materi dengan baik
2. Keluarga dan pasien memahami dan mengerti tentang Gizi Seimbang Pada Ibu
Hamil
3. Keluarga dan pasien mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
benar
65
GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL
66
• Ikan : ½ potong
• Tempe : 1 potong
• Sayuran : 1 ½ mangkok
• Minyak : ½ sendok makan
3. Trimester III (28- Lahir) : 4-5 kilogram
Meski pada minggu ke-28 pertambahan volume darah ibu hamil mencapai
puncaknya, namun secara keseluruhan pertambahan berat badan pada
trimester ini kembali melambat. Syukurlah, karena itu pun sudah membuat ibu
hamil kepayahan membawa perut pesarnya.
Pada saat ini janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Umumnya nafsu makan ibu sering lapar jangan makan yang berlebihan
sehingga BB tidak naik terlalu banyak. Bahan makanan yang banyak
mengandung lemak dan hidrat arang seperti makanan yang manis-manis dan
gorengan dikurangi.
Bahan makanan sumber zat pengatur dan pembangun perlu diberikan lebih
banyak dibanding pada kehamilan TM 2 karena selain untuk pertumbuhan
janin sangat diperlukan ibu untuk proses persalinan. Pada masa ini lambung
menjadi sedikit terdesak, dan ibu merasa kepenuhan karena itu berikan
makanan dalam porsi kecil asal sering agar gizi yang diperlukan ibu dapat
terpenuhi.
Berapa badan ibu hamil harus naik
Jika sebelum hamil berat badan anda kurang, atau sebaliknya kegemukan,
sebaiknya sesuaikan dulu dengan berat badan normal sesuai klasifikasi berat
badan. Ini karena, berat badan sebelum hamil ternyata mempengaruhi
seberapa seberapa banyak kenaikan berat badan yang dianjurkan selama
hamil.
1) Bila berat badan anda sebelum hamil normal, maka pertambahan
sebaiknya antara 9-12 kg.
2) Bila berat badan anda sebelum hamil berlebih, maka pertambahan
sebaiknya antara 6-9 kg.
3) Bila anda mengandung bayi kembar dua atau lebih, maka kemungkinan
berat badan anda akan bertambah lebih banyak dari jika mengandung satu
bayi.
67
B. KEBUTUHAN ZAT GIZI SELAMA KEHAMILAN
1. Sumber Karbohidrat
Sebagai sumber tenaga bisa didapatkan dari makanan seperti umbi, beras,
jagung, singkong, talas, kentang, sagu dan gandum, serta hasil olahan seperti
bihun, tepung-tepungan, roti dll.
2. Sumber Protein
Sebagai zat utama untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh yang
dapat diperoleh dri sumber protein hewani, seperti daging, ayam, ikan, susu ,
telur dan keju, serta sumber protein nabati seperti kacang kedelai, kacang
tanah, kacang merah, kacang hijau dan kacang tolo, serta hasil olahan seperti
tempe, tahu, susu kedelai, da noncom.
3. Sumber Zat Pengantar ( Vitamin C dan Vitamin A)
Dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan untuk
perkembangan psikomotor dan penglihatan anak. Dapat diperoleh dari buah-
buahan yang berwarna kuning seperti : jeruk, wortel, minyak ikan, kuning telur
sayuran daun seperti bayam, kangkung dan buah-buahan yang berwarna
merah seperti tomat dan papaya.
68
D. MANFAAT GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi ibu dan janin
2. Mencapai status gizi ibu hamil dalam keadaan normal, sehingga dapat
menjalani kehamilan dengan baik dan aman
3. Membentuk jaringan untuk tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu
4. Mengatasi permasalahan selama kehamilan
5. Ibu memperoleh energi yang cukup yang berfungsi untuk menyusui setelah
kelahiran bayi
69
3. Pengaruh pada janin:
a. Keguguran
b. Bayi lahir mati
c. Cacat bawaan
d. Anemia pada bayi
e. Berat badan lahir rendah
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Friedman ,Marilyn M.(2010) Buku ajar keperawatan keluarga :riset, Teori,dan Prektek
edisi 5 jakarta :EGC
70