4.1 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari air formasi.
2. Mengetahui pengertian tentang alkalinitas.
3. Menentukan pH.
4. Mengetahui apa saja alat dan bahan yang digunakan pada
percobaan kali ini.
5. Mengetahui volume yang didapatkan dari titrasi sebagai nilai P dan
nilai M.
4.2 Dasar Teori
Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate
water atau intertial water adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama
dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam
garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan
asam sekali.
Air formasi dapat didefinisikan sebagai air yang berakumulasi
dengan hidrokarbon yang terletak pada kedalaman tertentu sesuai dengan
zona produktif karena air formasi selalu menempati sebagian dari suatu
reservoir, minimal 10 % dan maksimal 100 % dari keseluruhan pori – pori
batuan. Secara langsung air formasi berfungsi untuk mendorong
hidrokarbon naik ke permukaan pada mekanisme water-drive. Atas dasar
masalah tersebut maka tidak hanya hidrokarbon yang diteliti sifat fisik dan
sifat kimianya, tetapi air formasi juga perlu sekali untuk dilakukan analisis
baik secara fisik maupun kimia. Sifat –sifat yang terkandung dalam air
formasi:
1. Sifat fisik pada air formasi meliputi :
• Kompresibilitas
• Kelarutan gas didalam air
• Viskositas air
• Berat jenis
• Konduktifitas
2. Sifat kimia pada air formasi meliputi :
• Ion – ion negatif (anion)
• Ion – ion positif (kation)
Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal
dari air formasi dari lapisan lain yang masuk ke dalam lapisan produktif,
biasanya disebabkan oleh :
1. Penyemenan yang kurang baik.
2. Kebocoran casing yang disebabkan oleh :
• Korosi pada casing
• Sambungan kurang rapat
• Pengaruh gaya tektonik rapat (patahan)
3. Pemasangan joint kurang rapat
4. Adanya gaya tektonik
Karakteristik air formasi terutama alkalinitas, salinitas dan
resistivitas sangat erat kaitannya dengan semua tahapan kegiatan industri
perminyakan, diantaranya dari sisi pemboran perlu diperhatikan
karesteristik kimia air formasi dalam kaitannya dengan penggunaan lumpur
pemboran dan fluida komplesi guna meminimalisasi kerusakan formasi,
begitu pula pada saat pemilihan fluida saat melakukan stimulasi sumur jika
terjadi kerusakan formasi. Kondisi air formasi merupakan salah satu faktor
penting yang harus diperhitungkan.
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang
menunjukan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam
golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan
kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan derajat keasaman
(pH). Perairan yang mengandung alkalinitas ≥ 20 ppm menunjukkan bahwa
perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam atau basa sehingga
kapasitas penyangga atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH,
alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu dan kekuatan ion.
Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan
dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh
organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang
tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.
Alkalinitas dari air bisa didefinisikan sebagai kapasitasnya terhadap
asam netral. Zat alkali di dalam air termasuk hidroksida. Alkalinitas dapat
dideteksi oleh rasanya yang asam dan mereka menyebabkan kertas lakmus
merah menjadi biru (pH test paper). Konsentrasi fosfat dan silika jarang
ditemukan di saluran alami rumah. Senyawa yang mengandung ion ini dapat
digunakan dalam proses penapisan air yang bervariasi.
Alkalinitas dari suatu cairan biasa dilaporkan sebagai ion (CO3-) ,
(HCO3-) dan (OH-) yaitu dengan menitrasi air sampel dengan larutan asam
yang lemah dan larutan indikator. Larutan indikator (penunjuk) yang
digunakan dalam penentuan kebasahan (CO3-) dan (OH-) adalah
Phenolphthalein (PP), sedangkan untuk menentukan (HCO3-) adalah
indikator Methyl Orange (MO). Sedangkan untuk menentukan kandungan
(Ca2+) dan (Mg2+) perlu terlebih dahulu ditentukan kesadahan total. Unsur
ion baku dalam air formasi adalah Cl, yang konsentrasinya lemah sampai
pekat.
Kesadahan pada air mungkin disebabkan oleh adanya satu atau
lebih ion. Ini termasuk hidroksida, karbonat, dan bikarbonat. Ion hidroksida
selalu ada didalam air, walaupun terkadang konsentrasinya sangat kecil.
Tetapi, hidroksida dengan konsentrasi tinggi di saluran air alami dianggap
tidak biasa, kecuali setelah melewati penapisan jenis tertentu. Jumlah
karbonat yang kecil ditemukan pada saluran air alami di tempat tertentu,
sangat jarang melebihi 3 atau 4 grain/gallon. Mereka juga dapat ditemukan
di air setelah penapisan, seperti pelembut lime soda ash. Bikarbonat adalah
sumber yang paling umum penyebab alkalinitas. Hampir semua saluran
alami memiliki jumlah yang dapat dihitung, dari 0 sampai sekitar 50
grain/gallon.
Air formasi biasanya disebut dengan Oil Field Water atau Connate
Water atau Intertial Water adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama
dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam
garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan
asam sekali.
Air formasi dapat didefinisikan sebagai air yang berakumulasi
dengan hidrokarbon yang terletak pada kedalaman tertentu sesuai dengan
zona produktif karena air formasi selalu menempati sebagian dari suatu
reservoir, minimal 10 % dan maksimal 100 % dari keseluruhan pori - pori
batuan.
Secara langsung air formasi berfungsi untuk mendorong
hidrokarbon naik ke permukaan pada mekanisme Water-Drive. Atas dasar
masalah tersebut maka tidak hanya hidrokarbon yang diteliti sifat fisik dan
sifat kimianya, tetapi air formasi juga perlu sekali untuk dilakukan analisis
baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat yang terkandung dalam air
formasi:
Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal
dari air formasi dari lapisan lain yang masuk ke dalam lapisan produktif,
biasanya disebabkan oleh :
1. Penyemenan yang kurang baik.
2. Kebocoran Casing yang disebabkan oleh :
a. Korosi pada Casing
b. Sambungan kurang rapat
c. Pengaruh gaya tektonik rapat (patahan)
3. Pemasangan Joint kurang rapat
4. Adanya gaya tektonik
Karakteristik air formasi terutama alkalinitas, salinitas dan
resistivitas sangat erat kaitannya dengan semua tahapan kegiatan industri
perminyakan, diantaranya dari sisi pemboran perlu diperhatikan
karesteristik kimia air formasi dalam kaitannya dengan penggunaan lumpur
pemboran dan fluida komplesi guna meminimalisasi kerusakan formasi,
begitu pula pada saat pemilihan fluida saat melakukan stimulasi sumur jika
terjadi kerusakan formasi. Kondisi air formasi merupakan salah satu faktor
penting yang harus diperhitungkan.
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang
menunjukan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam
golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan
kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan derajat keasaman
(pH). Perairan yang mengandung alkalinitas ≥ 20 ppm menunjukkan bahwa
perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam atau basa sehingga
kapasitas penyangga atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH,
alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu dan kekuatan ion.
Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO 3. Perairan
dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh
organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang
tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.
Tabel 4.1
Kualitas Air Berdasarkan Alkalinitas
Kandungan Alkalinitas
Kondisi Perairan
(Mg/L)
dideteksi oleh rasanya yang asam dan mereka menyebabkan kertas lakmus
merah menjadi biru (pH test paper). Konsentrasi fosfat dan silika jarang
ditemukan di saluran alami rumah. Senyawa yang mengandung ion ini dapat
digunakan dalam proses penapisan air yang bervariasi.
Alkalinitas dari suatu cairan biasa dilaporkan sebagai ion (CO 3-) ,
(HCO3-) dan (OH-) yaitu dengan menitrasi air sampel dengan larutan asam
yang lemah dan larutan indikator.
Larutan indikator (penunjuk) yang digunakan dalam penentuan
kebasahan (CO3-) dan (OH-) adalah Phenolphthalein (PP), sedangkan untuk
menentukan (HCO3-) adalah indikator Methyl Orange (MO). Sedangkan
untuk menentukan kandungan (Ca2+) dan (Mg2+) perlu terlebih dahulu
ditentukan kesadahan total. Unsur ion baku dalam air formasi adalah Cl,
yang konsentrasinya lemah sampai pekat.
Kesadahan pada air mungkin disebabkan oleh adanya satu atau
lebih ion. Ini termasuk hidroksida, karbonat, dan bikarbonat. Ion hidroksida
selalu ada didalam air, walaupun terkadang konsentrasinya sangat kecil.
Tetapi, hidroksida dengan konsentrasi tinggi di saluran air alami dianggap
tidak biasa, kecuali setelah melewati penapisan jenis tertentu. Jumlah
karbonat yang kecil ditemukan pada saluran air alami di tempat tertentu,
sangat jarang melebihi 3 atau 4 grain/gallon. Mereka juga dapat ditemukan
di air setelah penapisan, seperti pelembut Lime Soda Ash. Bikarbonat adalah
sumber yang paling umum penyebab alkalinitas. Hampir semua saluran
alami memiliki jumlah yang dapat dihitung, dari 0 sampai sekitar 50
grain/gallon.
5. Gelas Ukur
6. Labu Erlenmeyer
7. Labu Ukur
8. Neraca Digital
9. pH Paper
10. Pipet Tetes
11. Pipet Volumetrik
12. Spatula
13. Tiang Statif
14. Tissue
4.3.2 Bahan
1. Air Formasi
2. Aquadest
3. Indikator Phenolphthalein (PP)
4. Indikator Metyl Orange (MO)
5. Larutan H2SO4 0,02 N
6. Larutan NaOH 20%
Menitrasi Air Formasi yang telah ditambahkan Larutan NaOH 20% dan
Indikator Phenolphthalein dengan larutan H2SO4 0,02 N.
Mencatat total volume yang habis terpakai untuk nilai volume P dan nilai
volume M.
−¿
Ditanya : a. Konsentrasi [ HCO¿ ] = ...?
3
−¿¿
b. Konsentrasi CO3 ] = ...?
¿
−¿¿
c. Konsentrasi [ OH ] = ...?
Jawab :
Tabel 4.2
Kondisi Ion-ion pada Alkalinitas
P=0 M x 20 0 0
P=M 0 0 20 x P
2P = M 0 40 x P 0
2P < M 20 (M - 2P) 40 x P 0
2P > M 0 40 (M - P) 20 (2P - M)
−¿
Jadi, air formasi yang diuji tidak mengandung [ HCO¿
3
−¿ −¿
], [ CO¿ sebesar 0,8 Me/L dan [ OH¿ ] sebesar8,8 Me/L.
3
4.7 Analisa Data
4.7.1 Analisa Percobaan
Pada praktikum kali ini berjudul analisa fluida reservoir
percobaan keempat ini mengenai analisa kimia air formasi I.
Tujuan dari percobaan analisa kimia air formasi I ini
adalah bertujuan untuk mengetahui cara menentukan pH air
formasi, memahami alkinitas pada air formasi, mengetahui sifat
yang terkandungan pada air formasi, mengetahui kandungan air
formasi, memahami kegunaan air formasi.
Air formasi biasa disebut dengan Oil Field Water atau
Connate Water atau Intertial Water adalah air yang ikut terproduksi
bersama-sama dengan minyak dan gas. Air ini biasanya
mengandung bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl
sehingga merupakan air yang asam bahkan asam sekali. Secara
langsung air formasi berfungsi untuk mendorong hidrokarbon naik
ke permukaan pada mekanisme Water-Drive. Atas dasar masalah
tersebut maka tidak hanya hidrokarbon yang diteliti sifat fisik dan
sifat kimianya.
Alat-alat yang digunakan pada percobaan analisa kimia air
formasi I adalah Balp, Buret, Corong Gelas, Gelas Kimia, Gelas
Ukur, Labu Erlenmeyer, Labu Ukur, Neraca Digital, pH Paper,
Pipet Tetes, Pipet Volumetrik, Spatula, Tiang Statif dan Tissue.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan meliputi Air Formasi,
Aquadest, Indikator Phenolphthalein (PP), Indikator Methyl
Orange (MO), Larutan H2SO4 0,02 N dan Larutan NaOH 20%.
Prosedur percobaan dari praktikum ini meliputi,
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum,
mengambil Air Formasi dengan menggunakan Pipet Volumetrik
dan Balp sebanyak 2 mL, memasukkan Air Formasi yang sudah
diambil sebanyak 2 mL ke dalam Labu Erlenmeyer, memasukkan
4.8 Kesimpulan
Dalam percobaan Analisa Kimia Air Formasi I dapat diambil
kesimpulan, diantaranya: