Anda di halaman 1dari 3

TELAAH STAF MASALAH OUT BREAK DIFTERI

Dibuat oleh : Komite Akreditasi RS


Ditujukan kepada : Direktur Utama RS
Tanggal : 18 Desember 2017.

LATAR BELAKANG :
1. Data Kementerian Kesehatan menujukkan sampai dengan November 2017, ada 95
kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan
terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia.
2. Sementara pada kurun waktu Oktober hingga November 2017, ada 11 Provinsi yang
melaporkan terjadinya KLB difteri, antara lain di Sumatra Barat, Jawa Tengah, Aceh,
Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat dan Jawa Timur.
3. Sumatera Selatan termasuk satu diantara 20 Propinsi se Indonesia yang dinyatakan kena
wabah Diphteri.
5. Lima anak suspect Difteri di rawat intensif di ruang isolasi di RSMH (Sripo 19 Desember
2017).

LATAR BELAKANG ;
1. Standar Akreditasi JCI 2012.
Standar PPI 5; Ep 4 ; Program termasuk system untuk mengidentifikasi infeksi dan
menginvestigasi out break penyakit infeksi.
2. SNARS Edisi 1, 2018 ;
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk menurunkan risiko terkena infeksi
pada pasien, staf dan lainnya. Untuk mencapai sasaran ini RS harus proaktif menelusuri
risiko serta tingkat kecendrungan infeksi terkait dengan layanan kesehatan.
b. Standar PPI 8.3 Ep 1 ; RS menetapkan regulasi bila terjadi ledakan bila terjadi outbreak
penyakit infeksi air borne.

MASALAH ;
1. Bagaimana kesiapan RS RK Charitas menghadapi out break Difteri ini, sehubungan dengan
masuknya Propinsi Sumsel menjadi bagian dari Propinsi terjangkit outbreak difteri.
2. Kita harus membuat dokumentasi kesiapan dan langkah langkah menghadapi out break ini
sebagai bagian dari upaya menjalankan standar akreditasi RS.
3. Tidak menutup kemungkinan RS RK Charitas menjadi tempat rujukan bagi pasien pasien
yang tetap loyal kepada kita sehingga sulit kita menolaknya.

LANGKAH LANGKAH TINDAKAN ;


1. Komite medic bersama KSM Penyakit anak dan KSM Penyakit Dalam.

1
Mempersiapkan Clinical Pathway penanggulangan pasien difteri mulai pasien masuk
sampai berakhir perawatan, Clinical pathway di sosialisasikan mulai dari UGD, rawat jalan
dan rawat inap.
2. Pelajari kembali dan sosialisasikan SPO Penanggulangan Penyakit Menular yang telah di
buat.
3. UGD Rumah sakit agar mampu melakukan asesmen pasien Difteri secara cepat tepat dan
baik, di dukung pemeriksaan laboratorium, radiologi dan penunjang lain, buat PPK/SPO
pemeriksaan pasien Difteri dan SPO Transfer Pasien Penyakit Menular dari UGD ke Ruang
rawat.
4. Unit Rawat jalan harus lebih waspada saat melakukan skrening pasien sejak awal pasien
datang terutama skrening pasien yang suspect infeksi airborne diseases, setelah terjaring
ada pasien suspevt airborne disease maka laksanakan tehnik pengamanan (barier)
masker, sarung tangan, termasuk edukasi etika batuk, kemudian sabun dan desinfektan di
check ketersediaannya untuk digunakan secara benar bila diperlukan.
5. Unit perawatan; mempersiapkan ruang isolasi perawatan sebaik baiknya, laksanakan SPO
criteria masuk dan criteria keluar ruang isolasi.
6. Direktorat Medik, Direktorat Keperawatan, Direktorat Penujang Medik bersama sama
Pokja PPI RS melaksanakan koordinasi pelaksanaan program PPI dalam menanggulangi
outbreak Difteri dengan melibatkan dokter, perawat, microbiologist, farmasist,
epidemiologist, urusan Rumah tangga, Unit CSSD, dan Pokja MFK/K3RS.
7. Bagian Informasi dan Rekam medic mempersiapkan laporan KLB dan laporan epidemiologi
Difteri ke pihak Pemerintah Dinas Kesehatan dan Kementrian Kesehatan RI.
8. Bagian Humas dan Customer Relation RS sudah harus mempersiapkan diri jika memang
betul nanti ada kasus yg masuk ke RSRK Charitas, bagaimana arus informasi yang akan
dijalankan, seharusnya semua informasi harus satu pintu dan siapa yg diberi wewenang
mengelola informasi, apakah perlu press release suatu saat nanti, bagaimana memilah dan
milih informasi apa nanti yang akan di sampaikan kepada media, lazim nya warga media
akan berkerumun datang ke RS.
9. RS RK Charitas dapat menggunakan referensi sumber informasi out break Difteri dari ;
a. WHO CDC untuk informasi tentang “evidence based practice guidline”.
b. Publikasi dan penetapan standar organisasi profesi (IDAI dll).
c. Pedoman yang dikeluarkan pemerintah yang memuat praktek pencegahan infeksi terkait
dengan layanan klinis dan layanan penunjang.
d. Peraturan perundang undangan terkait outbreak penyakit.
10 SELESAI.

Ketua Komite Akreditasi

Dr.Syahrul Muhammad, MARS

2
3

Anda mungkin juga menyukai