Anda di halaman 1dari 3

Menganalisis Karakteristik Perawat yang Memfasilitasi Hubungan Terapeutik

Walaupun konsep komunikasi terapeutik dipelajari di setiap sekolah keperawatan, tidak semua
perawat mampu melakukan komunikasi terapeutik. Adapula perawat yang mampu namun tidak
mau melakukannya dikarenakan ketidakpercayaan atau masalah keterbatasan waktu. Dalam
artikel ini, akan dijelaskan karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik,
sehingga kita dapat melihat apakah seorang perawat telah berusaha semaksimal mungkin agar ia
dan kliennya dapat membangun hubungan terapeutik. Beberapa karakteristik tersebut adalah:
kejujuran (trustworthy) yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, penuh semangat dalam memberikan
informasi, berpikiran baik agar klien merasa dipedulikan, adanya perilaku empati dan bukan
simpati, bisa melihat isu klien dari persepsi klien, penuh perhatian akan perasaan klien, dan tidak
dipengaruhi oleh masa lalu klien atau perawat (Ramdhani; 2016).

1. Kejujuran
Kejujuran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata” jujur” yang
mendapat imbuhan ke-an, yang artinya “lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus
atau ikhlas” kejujuran sendiri dapat dilihat dari apa yang di sampaikan dan di perbuat
sesuai dengan niat atau hati nurani.
Kepercayaan adalah mengandalkan seseorang tanpa keraguan. Menjadi seseorang yang
terpercaya berarti bersedia membantu orang lain keragu-raguan. Untuk meningkatkan
kepercayaan perawat harus konsisten, reliabel, jujur, kompeten, dan respek. Terkadang,
tidak mudah bagi pasien untuk meminta bantuan. Tanpa kejujuran, hubungan perawat-
pasien sulit untuk berlanjut dan akan tetap sekedar interaksi biasa dan perawatan
superfisial. Hindari ketidakjujuran, jangan menyembunyikan informasi penting,
berbohong, atau mengubah fakta, karena selain menyebabkan ketidakpercayaan hal ini
juga melanggar kode etik dan legal keperawatan (Potter & Perry; 2013).
Dalam praktiknya, perawat harus selalu berkata jujur dalam kondisi apapun. Kejujuran
akan memungkinkan klien untuk menjadi lebih percaya kepada perawat sehingga klien
tidak sungkan mengungkapkan perasaannya. Sebaliknya, ketidak jujuran akan membuat
klien menjauh dan tidak akan terbina hubungan saling percaya.
2. Ekspresif dalam menyampaikan pesan
Perawat harus dapat menyampaikan pesan dengan penuh ekspresi dan tidak
membingungkan. Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti
klien. Perawat juga harus bisa menyesuaikan cara berkomunikasi sesuai dengan latar
belakang usia, pendidikan, dan kebudayaan klien.
3. Bersifat positif
Beberapa sikap positif yang baik adalah bersikap hangat, penuh perhatian, dan
penghargaan terhadap klien. Bersifat hangat berarti perawat berusaha memberikan
kenyamanan kepada klien dengan menggunakan kata-kata yang sopan dan nada suara
yang rendah. Penuh perhatian berkaitan dengan koneksi, hubungan saling mengenal, dan
keterlibatan antar perawat dan klien. Contoh perawat yang penuh perhatian adalah ketika
seorang klien mengalami nyeri pos-operasi lalu diberikan medikasi untuk mengendalikan
gejala nyeri, lalu perawat berbincang-bincang kepada klien dengan tenang selama
beberapa menit hingga nyeri reda, kehadiran perawat itu sendiri sudah membawa
kenyaman bagi pasien (Berman & Snyder; 2012)
4. Empati
Empati adalah kemampuan merasakan penderitaan orang lain. Untuk menjadi pendengar
yang baik, empati akan sangat membantu. Empati sangat berbeda dengan simpati dimana
simpati tidak selalu membuat pendengar merasa dihargai. Dr. Brene Brown, seorang
peneliti ilmu sosial mengumpamakan empati seperti seseorang yang melihat temannya
berada dalam sebuah lubang yang dalam dan gelap, lalu ia ikut turun ke dalam lubang itu
dan berkata ‘saya benar-benar memahami apa yang kamu rasakan’, sebaliknya simpati
adalah seperti seseorang yang hanya melihat dari atas temannya terjebak didalam lubang
dan berkata ‘wow, gelap ya disana!’ (Brown; 2012).
Empati sangat dibutuhkan didunia modern seperti sekarang ini khususnya dimana setiap
orang selalu sibuk dengan dunianya. Orang-orang bahkan tidak punya waktu untuk
mengevaluasi perasaannya sendiri, apalagi apa yang dirasakan orang lain. Empati dapat
menjadikan seseorang lebih dekat dan merasa dihargai sepenuhnya.
5. Mampu melihat dari sudut pandang pasien
Perawat harus mampu menempatkan dirinya dari sudut pandang pasien. Untuk dapat
melakukannya salah satu metode yang dapat digunakan adalah mendengar aktif.
Mendengarkan aktif dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal seperti: sering
melakukan kontak mata, berfokus pada pembicara, menyebutkan kembali hal-hal penting
agar pemahaman dan perhatian terjaga, memberikan isyarat non-verbal seperti
menggangguk untuk menyatakan persetujuan atau menaikkan alis untuk menyatakan rasa
terkejut (Sari; 2016).

Lesson learned:

1. Perawat yang peduli dan berusaha untuk membangun hubungan interpersonal akan selalu
mencoba dalam setiap kondisi untuk bersikap jujur, ekspresif, bersikap positif, empati,
dan mampu melihat situasi dari sudut pandang klien.

Referensi

-----------------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di


kbbi.kemdikbud.go.id/entri/religius. Diakses 11 januari 2017

Berman, A & Syner, S. (2012). Fundamentals of Nursing. New Jersey: Pearson LC.

Brown, B. (2012). Daring Greatly. New York: Gotham Books.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2013). Fundamentals of Nursing. St. Louis: Elsevier Mosby.

Ramdhani, T. (2016). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

Sari, A W 2016, ‘Pentingnya keterampilan mendengar dalam menciptakan komunikasi yang


efektif’, Jurnal EduTech, vol. 2, no. 1, pp. 1-9.

Anda mungkin juga menyukai