Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBASAHAN

Berdasarkan anamnesis dari Ny. S umur 26 tahun dengan G2P0A1, usia kehamilan
24 minggu, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari, nyeri
perut yang awalnya dari nyeri ulu hati menjalar ke perut kanan bagian bawah, nyeri dirasakan
terus menerus serta terdapat mual dan penurunan nafsu makan, tidak disertai demam, pusing,
muntah, BAB biasa dan BAK lancar. Dari riwayat sebelumnya pasien tidak pernah
mengalami hal yang sama, serta terdapat riwayat abortus anak pertama diusia 12 minggu.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan tampak perut cembung, disertai nyeri tekan
regio lumbar. Dan pada pemeriksaan pemunanjang didapatkan wbc: 22,88, neutrofil 19,5.
Apda pemeriksaan usg abdomen : kesan apendisitis dengan diameter 0,81 cm.

Pada kasus ini yang mendukung awalnya diagnosis apendisitis pada kehamilan
berdasarkan dari anamnesis menurut score alvarado yaitu dengan score 7, dimana terdapat
nyeri perut yang menjalar dari ulu hati ke perut kanan bawah dan nyeri dirasakan terus-
menerus, serta terdapat mual, dan penurunan nafsu makan, dan pada pemeriksaan darah rutin
didapatkan leukositosis dan neutrofil meningkat.

Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur , Insiden tertinggi pada umur 20- 30
tahun. Insiden pada perempuan dan laki-laki sebanding. Apendisitis dapat disebabkan karena
adanya obtruksi

Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Dalam beberapa jam, nyeri akan berpindah
ke kanan bawah ke titik Mcburney, disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya
sehingga merupakan nyeri somatik.

Pada kehamilan keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut,mual dan muntah, pada
kasus didapatkan pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pada regio lumbar, dan ini sesuai pada
teori dimana pada kehamilan lebih lanjut sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral
sehingga keluhan tidak dirasakan diperut kanan bawah tetapi lebih diregio lumbar kanan.

Pada pemeriksaan fisik apendisitis yang didapatkan pada kasus yaitu rovsing
sign,blumberg sign ,psoas sign,dan obturator sign didapatkan negatif. Pada kasus apendisitis
pada kehamilan karena terjadi pergeseran sekum ke kraniolaterodorsal oleh uterus, keluhan
yang dirasakan trimester II dan III akan bergeser kekanan sampai ke pinggang kanan. Tanda
pada kehamilan trimester tidak berbeda dengan pada orang tidak hamil karenanya perlu
dibedakan apakah keluhan berasal dari uterus atau apendiks. Salah satu cara yang digunakan
yaitu apabila penderita miring ke kiri, nyeri akan berpindah sesuai dengan pergeseran uterus,
ini membuktikan nyeri bukan berasal dari apendiks.

Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis akut , dan bila diagnosis
meragukan , sebaiknya penderita di observasi di rumah sakit 1-2 jam. Dan dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa laboratorium serta usg abdomen.

Penatalaksanaan pada kasus apendisitis, bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan
paling tepat dan satu-satunya pilihan yang baik yaitu dengan apendektomi. Pada apendisitis
tanpa komplikasi, biasanya tidak perlu antibiotik kecuali pada apendisitis gangrenosa atau
apendisitis perforata. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat
mengakibatkan abses atau perforasi. Komplikasi yang paling membahayakan pada apendisitis
yaitu perforasi dan menjadi peritonitis.

Apendektomi dilakukan pada infitrat periapendikuler tanpa pus yag telah ditenangkan.
Sebelumnya, pasien diberi antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan
anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan
apendektomi. Pada anak kecil, wanita hamil dan usia lanjutm jika secara konservatif tidak
membaik atau berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya.perlu dilakukan
laparatomi dengan insisi yang panjang agar mudah melakuka pencucian rongga peritoneum
dari pus maupun pengeluaran fibrin serta membersihkan kantong nanah.

Tatalaksana pada apendisitis pada kehamilan,dilakukan pembedahan segera dan


merupakan pilihan pengobatan dan akan memberi hasil yang memuasakn dari berbagai usia
gestasi asalakan belum terjadi perforasi. Dan perlu dilakukan anastesi yang sesuai berupa
spinal anastesi, dan selama operasi berhati-berhati untuk mencegah timbulnya komplikasi
obstetri. Dan pemberian antiobitik yang relatif aman selama kehamilan.

Ruptur atau perforasi dari abses apendiks yang berdekatan dengan uterus, dan
peritonitis akan membuat akibat yang buruk dari kelangsungan kehamilan. Secara umum,
apendisitis pada kehamilan dengan intervensi segera dan tidak adanya komplikasi supurasi,
prognosis untuk kelangsungan kesehatan bagi ibu dan janin selama kehamilan adalah baik.

Anda mungkin juga menyukai