Berisi landasan teori yang mendasari penelitian terdahulu yang sejenis dan
adalah:
berkepentingan.
13
14
dengan cara yang berarti, atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat
perusahaan.”
berikut :
berikut :
pajak penghasilan.
menggunakan Self Assessment system. Pada sistem ini masyarakat Wajib Pajak
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan adalah sebagai berikut :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi, atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
17
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Pengertian pajak menurut MJH. Smeets dalam Sukrisno Agoes (2014 : 6)
menyebutkan bahwa :
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H dalam Siti
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat dalam Siti Resmi
(2014 : 1) adalah :
18
Menurut Erly Suandy (2014 : 10) ciri-ciri pajak yang tersimpul dalam
Menurut Siti Resmi (2014 : 3 ) terdapat dua fungsi pajak yaitu fungsi
dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga
digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh
lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan
semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas
bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan
Menurut Diana Sari (2013 : 40) terdapat beberapa manfaat uang pajak,
1. Menurut Sifatnya
a. “Pajak Subyektif, yaitu pajak yang erat kaitannya atau hubungannya
dengan subyek pajak atau yang dikenakan pajak dan besarnya
dipengaruhi oleh keadaan Wajib Pajak. Pajak ini disebut pajak
langsung (jadi langsung dikenakan pada subyeknya). Dimulai dengan
menetapkan orangnya, baru kemudian dicari syarat-syarat objektifnya.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Obyektif, yaitu pajak yang erat hubungannya dengan obyek
pajak, yang selain daripada benda dapat pula berupa kendaraan,
perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban
membayar. Besarnya tidak ditentukan oleh keadaan Wajib Pajak. Pajak
ini disebut pajak tidak langsung karena tidak langsung pada
subyeknya. Dimulai dengan objeknya, seperti keadaan, peristiwa,
perbuatan, dll., baru kemudian dicari orangnya yang harus membayar
pajaknya, yaitu subyeknya. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut Pembebanannya :
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang langsung dibayar atau dipikul oleh
Wajib Pajak yang bersangkutan dan pajak ini langsung dipungut
pemerintah dari Wajib Pajak, tidak dapat dilimpahkan kepada orang
lain serta dipungut secara berkala (periodik). Contoh : PPh, PBB.
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang dipungut kalau ada suatu
peristiwa atau perbuatan tertentu, seperti penggerakan barang tidak
bergerak, pembuatan akte, dan lain-lain dan membayar pajak dapat
melimpahkan beban pajaknya kepada pihak lain serta pajak ini tidak
mempergunakan surat ketetapan pajak. Contoh : PPN dan PPnBM,
Bea Meterai.
3. Menurut Kewenangannya :
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang wewenang pemungutannya atau dikelola
oleh Pemerintah Pusat dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin negara dan pembangunan (APBN). Contoh : PPh,
PPN dan PPnBM, PBB, Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang wewenang pemungutannya atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah (baik Pemerintah Provinsi maupun
22
Menurut Diana Sari (2013 : 78) sistem perpajakan dapat disebut sebagai
metoda atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak dapat mengalir ke kas negara. Ada 2 sistem pemungutan pajak, yaitu :
berikut :
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.
kategori, yaitu :
dari :
perpajakan.
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut :
sebagai berikut :
assesment yang dilakukan oleh Wajib Pajak, harus berpegang teguh pada
Undang-undang perpajakan.”
pengawasan pelaksanaan self assesment yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk
26
undang-undang.
sebagai berikut :
Hal-hal yang harus diperhatikan menurut Erly Suandy (2014 : 205) antara
Menurut John Hutagaol dalam Siti Kurnia Rahayu (2013 : 260) faktor-
berikut :
1. “Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi yang dimanfaatkan oleh Wajib Pajak harus
diiringi oleh penggunaan perangkat teknologi Informasi oleh pemeriksa
yang disebut Computer Assisted Audit Technique (CAAT).
2. Jumlah Sumber Daya Manusia
Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja
pemeriksaan. Apabila tidak sebanding maka harus melakukan peningkatan
kualitas pemeriksa dan melengkapinya dengan teknologi informasi
didalam pelaksanaan pemeriksaan.
30
sebagai berikut :
1. “Metode langsung
Metode langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan
melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT yang
dilakukan langsung terhadap laporan keuangan dan buku-buku, catatan-
catatan, serta dokumen-dokumen pendukungnya sesuai dengan urutan
proses pemeriksaan.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013 : 323) definisi dari laporan pemeriksaan
kepatuhan prosedur dan mutu pemeriksaan yang telah dilakukan. Oleh karena
1. “Umum
Membuat keterangan-keterangan mengenai :
a. Identitas Wajib Pajak
b. Pemenuhan kewajiban perpajakan
c. Gambaran kegiatan Wajib Pajak
d. Penugasan dan alasan pemeriksaan
e. Data/informasi yang tersedia
f. Daftar lampiran
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
Membuat penjelasan secara lengkap mengenai :
a. Pos-pos yang diperiksa
b. Penilaian pemeriksa atas pos-pos yang diperiksa
c. Temuan-temuan pemeriksa
3. Hasil Pemeriksaan
Merupakan ikhtisar yang menggambarkan perbandingan antara laporan
Wajib Pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan perhitungan mengenai
besarnya pajak-pajak yang terhutang.
4. Kesimpulan dan Usul Pemeriksaan
Laporan Pemeriksaan Pajak haruslah informatif, agar dapat memenuhi
tujuan pembuatannya. Untuk itu suatu Laporan Pemeriksaan pajak harus
disusun dengan suatu sistematika yang baik, teratur dan terstandarisasi.”
33
istilah tersebut. Mulyadi membedakan pengertian biaya ke dalam arti luas dan arti
“Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya merupakan bagian dari harga
pokok yang dikorbankan dalam usaha untuk memperoleh penghasilan.”
yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense (Supriyono 2011 : 14) :
“Biaya dalam arti cost (harga pokok) adalah jumlah yang dapat diukur
dalam satuan uang dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang
diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah
terjadi) maupun pada masa yang akan datang (harga perolehan yang akan
terjadi). Sedangkan expense (beban) adalah biaya yang dikorbankan atau
dikonsumsi dalam rangka memperoleh pendapatan (revenue) dalam suatu
periode akuntansi tertentu.”
atau jasa yang diharapkan memberi manfaat sekarang atau masa yang akan
datang.”
untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini
operating cost, yang terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk
memungut pajak yang disebut sebagai administrative cost dan biaya-biaya yang
adalah :
“Semua biaya baik secara pisik maupun psikis yang harus dipikul oleh
Menurut John L. Turner et all dalam Siti Kurnia Rahayu (2010 : 150)
adalah keseluruhan biaya - biaya yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam
Menurut Sandford dalam Siti Kurnia Rahayu (2010 : 151) Biaya Kepatuhan
harus dibuka untuk masyarakat sebagai pemohon atau pengguna informasi publik
sebagai berikut :
37
transparansi sebagai :
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
kepentingan lainnya.
1. “Informatife (Informatif)
Pemberian arus informasi, berita, penjelasan mekanisme, proedur, data,
fakta, kepada stakeholders yang membutuhkan informasi secara jelas dan
akurat.
1) Tepat waktu
Harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi, sosial, politik serta untuk
menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
2) Memadai
3) Jelas
Terang, nyata dan gamblang.
4) Akurat
Infomasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
menyesatkan bagi pengguna yang menerima dan memanfaatkan
informasi tersebut. Akurat juga berarti informasi harus jelas
mencerminakan maksudnya.
5) Dapat Diperbandingkan
Laporan keuangan hendaknya dapat diperbandingkan antar periode
waktu dengan instansi yang sejenis. Dengan demikian, daya
banding berarti bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk
membandingkan kinerja organisasi dengan organisasi lain yang
sejenis.
6) Mudah diakses
2. Disclosure (Pengungkapan)
Pengungkapan kepada masyarakat atau publik (stakeholders) atas aktivitas
dan kinerja finansial.
1) Kondisi Keuangan
Suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas keuangan perusahaan
atau organisasi selama periode atau kurun waktu tertentu.
2) Susunan Pengurus.
Komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur
organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda
tersebut diintegrasikan (koordinasi).
40
mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta disediakan
pelayanan.
terbuka pada setiap tindakannya dan siap menerima kritikan maupun masukan,
terutama yang dapat dari masyarakat adalah merupakan kebutuhan utama agar
dan masyarakat.
ditarik dari masyarakat harus disertai dengan tanda bukti resmi sesuai
dengan jumlah yang dibayarkan.
5. Kepastian dan kurun waktu penyelesaian pelayanan harus
diinformasikan secara jelas pada masyarakat. Waktu penyelesaian
pelayanan adalah jangka waktu penyelesaian suatu pelayanan publik
mulai dari dilengkapinya/dipenuhinya persyaratan teknis dan atau
persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses
pelayanan. Unit pelayanan instansi pemerintah dalam memberikan
pelayanan harus berdasarkan nomor urut permintaan pelayanan, yaitu
yang pertama kali mengajukan pelayanan harus lebih dahulu
dilayani/diselesaikan apabila persyaratan lengkap (melaksanakan azas
First In First Out/FIFO). Kepastian dan kurun waktu penyelesaian
pelayanan publik harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di
depan loket pelayanan, ditulis dengan huruf cetak dan dapat dibaca
dalam jarak pandang minimum 3 (tiga) meter atau disesuaikan dengan
kondisi ruangan.
6. Pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan
pelayanan harus ditetapkan secara formal berdasarkan SK.
7. Lokasi pelayanan harus jelas. Tempat dan lokasi pelayanan diusahakan
harus tetap dan tidak berpindah-pindah, mudah dijangkau oleh
pemohon pelayanan, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
cukup memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan
informatika (telematika). Untuk memudahkan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan, dapat membentuk Unit Pelayanan Terpadu
atau pos-pos pelayanan di Kantor Kelurahan/Desa/Kecamatan serta di
tempat-tempat strategis lainnya.
8. Janji pelayanan harus tertulis secara jelas. Akta atau janji pelayanan
merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan instansi pemerintah
dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Janji pelayanan
ditulis secara jelas, singkat dan mudah dimengerti, menyangkut hanya
hal-hal yang esensial dan informasi yang akurat, termasuk di dalamnya
mengenai standar kualitas pelayanan. Dapat pula dibuat “Motto
Pelayanan”, dengan penyusunan kata-kata yang dapat memberikan
semangat, baik kepada pemberi maupun penerima pelayanan.
Akta/janji, motto pelayanan tersebut harus diinformasikan dan ditulis
dengan huruf cetak dan dapat dibaca dalam jarak pandang minimum 3
(tiga) meter atau disesuaikan dengan kondisi ruangan.
9. Standar pelayanan publik harus realistis dan dipublikasikan pada
masyarakat. Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun
Standar Pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan
kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai
jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan
merupakan ukuran kualitas kinerja yang dibakukan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan
atau penerima pelayanan. Standar pelayanan yang ditetapkan
hendaknya realistis, karena merupakan jaminan bahwa janji/komitmen
43
yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para
pemberi dan penerima pelayanan.
10. Informasi pelayanan dipublikasikan dan disosialisasikan pada
masyarakat melalui media. Untuk memenuhi kebutuhan informasi
pelayanan kepada masyarakat, setiap unit pelayanan instansi
pemerintah, wajib mempublikasikan mengenai prosedur, persyaratan,
biaya, waktu, standar, akta/janji, motto pelayanan, lokasi serta
pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab sebagaimana
telah diuraikan di atas. Publikasi dan atau sosialisasi tersebut di atas
melalui antara lain, media cetak (brosur, leaflet, booklet), media
elektronik (Website, Home-Page, Situs Internet, Radio, TV), media
gambar dan atau penyuluhan secara langsung kepada masyarakat.”
“Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan.
Sehingga dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa
Kepatuhan Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta
melaksanakan ketentuan perpajakan.”
Kepatuhan Wajib Pajak menurut Machfud Sidik dalam Siti Kurnia Rahayu
dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan
pajaknya tersebut.”
Kepatuhan perpajakan adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak taat dan patuh
(2013:139), kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari beberapa hal sebagai
berikut:
Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 dalam Siti Kurnia Rahayu (2013 : 139)
Pengertian Wajib Pajak menurut Erly Suandy (2014 : 105) sebagai berikut:
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.”
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Oleh karena
kewajiban perpajakannya.
4...Pemeriksaan pajak
5...Tarif pajak.
maupun bagi Wajib Pajak sendiri selaku pemegang peranan penting tersebut. Bagi
fiskus, kepatuhan pajak dapat meringankan tugas aparat pajak, petugas tidak
terlalu banyak melakukan pemeriksaan pajak dan tentunya penerimaan pajak akan
Sedangkan bagi Wajib Pajak, manfaat yang diperoleh dari kepatuhan pajak
seperti yang dikemukan Siti Kurnia Rahayu (2013 : 143) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
KPP Pratama
Bandung Tegallega.
Hal ini dapat terlihat
dari korfisien jalur
antara pemeriksaan
pajak terhadap
kepatuhan wajib
pajak sebesar 0,566.
Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Tegallega). Biaya
semakin naik, maka tingkat kepatuhan Wajib Pajak akan semakin menurun,
Orang Pribadi pada di KPP Pratama Bandung Tegallega. Hal ini dapat terlihat
dari korfisien jalur antara pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
sebesar 0,566.
Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Mojokerto. Bahwa dalam penelitian ini
menolak Ho dan menerima Ha, yang artinya adalah terdapat pengaruh prinsip
transparansi terhadap kepatuhan Wajib Pajak yang diperoleh sebesar 0,589 dapat
disimpulkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang sedang antara variabel
positif juga menunjukkan hubungan yang searah, yang artinya apabila variabel
akan meningkat.
53
sepenuhnya ditentukan oleh aparat pajak dan fiskus. Sedangkan self assesment,
dilaporkan oleh Wajib Pajak seharusnya dianggap benar oleh fiskus, kecuali
Salah satu upaya untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi
Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Wajib Pajak.. Dan penelitian yang dilakukan oleh Devi Marina (2015)
Wajib Pajak berada pada interval 37, 9-45 yang termasuk dalam kriteria “sangat
memadai”.
55
complience cost. Meskipun biaya kepatuhan ini tidak memberatkan Wajib Pajak
kepatuhan perpajakannya.”
“Biaya Kepatuhan mencakup uang tunai (direct money cost), waktu (time
cost) dan perasaan (psychological cost). Uang tunai yakni uang tunai yang
dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya seperti biaya pengarsipan dan biaya-biaya tak terduga.
Waktu yakni waktu khusus yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan seperti mengisi dan melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT). Perasaan yakni rasa kecemasan yang dirasakan oleh
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dan menunggu
hasil keputusan pegawai pajak atas kegiatan perpajakannya.”
dikeluarkan besar dan waktu yang dibutuhkan Wajib Pajak banyak, maka Wajib
56
perpajaknnya.
(2013) bahwa kualitas pelayanan petugas pajak, sanksi perpajakan dan biaya
UMKM.. Dan penelitian yang dilakukan oleh Arabella (2012) hasil penelitian
Pajak.
upaya yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam
good governance atau tata kelola yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan
(2015) bahwa penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha, yang artinya adalah
kewajiban perpajakan kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam membayar
Kesadaran untuk menjadi Wajib Pajak yang patuh merupakan salah satu
luput dari perkecualian baik dimana saja serta siapa saja semua sama berdasarkan
dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi yang paling utama adalah karena tidak
adanya data tentang Wajib Pajak yang dapat digunakan untuk mengetahui
kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah akan menimbulkan selisih antara biaya
kepatuhan pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang
penghasilan (income) yang semakin besar cenderung lebih patuh, penerapan tarif
yang lebih rendah mendorong kepatuhan Wajib Pajak ketimbang penerapan tarif
Pajak, persepsi Wajib Pajak mengenai penggunaan uang pajak secara transparan
Pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi. Hal ini dapat terlihat dari koefisien jalur
yang signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini dapat terlihat
sebesar 0,566. Dan penelitian yang dilakukan oleh Herlina Ari Wulandari (2015)
Wajib Pajak yang diperoleh sebesar 0,589 dapat disimpulkan bahwa terdapat
1. Siti Kurnia Rahayu (2013) 1. Para pegawai dalam Account Representative pada Kantor
2. Siti Kurnia Rahayu (2010) Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta
3. Hutagaol (2007) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
3. Kuesioner dari 30 responden
Referensi
Analisis Data
1. Sugiyono (2015)
2. Masyhuri dan Zainuddin (2009) Regresi Linear Berganda
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
61
pengujian hipotesis untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel
Pajak.
Pajak.
Pajak.