Anda di halaman 1dari 3

PERAWATAN LUKA BAKAR DENGAN KONSEP STERIL

Luka bakar adalah bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan yang


disebabkan oleh sumber daya yang memiliki suhu yang sanggat tinggi yaitu api,
air panas, zat kimia, listrik, dan radiasi. Perawatan luka bakar harus menggunkan
konsep steril, tidak jauh berbeda dengan rumah sakit lainnya dalam melakukan
rawat luka. Penangan utama pada pasien dengan luka bakar adalah resusitasi
cairan. Setelah keadaan umum pasien membaik, dilakukan perawatan luka.
Tujuannya agar luka segera sembuh dengan rasa sakit yang minimal. Setelah luka
dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki
beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari
kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua,
luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi.
Ketiga, penutupan lukadiusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa
nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.
Proses penyembuhan luka berdasarkan sifatnya, (1) Penyembuhan primer
(healing by primary intention)Tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih,
tidak ada jaringan yang hilang. Biasanya terjadi setelah suatu insisi. Penyembuhan
luka berlangsung dari internal ke eksternal.(2) Penyembuhan sekunder (healing by
secondary intention) Sebagian jaringan hilang, proses pe-nyembuhan berlangsung
mulai dari pem-bentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya. (3)
Delayed primary healing (tertiary healing) Penyembuhan luka berlangsung
lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual (Kartika,
2015).
Perawatan pada pasien dengan luka bakar (combus) di Burn Unit RSUP
Sanglah adalah konsep steril yang menyerupai tindakan invasif di ruang operasi.
(1) Perawat dan dokter yang bertugas menggunakan gown, penutup kepala,
masker, dan handscoon steril; (2) terdapat meja setegah lingkaran untuk menata
alat-alat steril; (3) 4 timbah medis, yang terdiri dari tempat kain kotor, bahan
sekali pakai yang infeksius (kasa, plester, ultrafix, lumatulle, handscoon, dll),
botol infus kosong (sebelumnya dipotong menjadi 2 bagian), dan 1 timba sisanya
untuk jaga-jaga jika salah satunya penuh; (4) penggunaan lampu pasien (lampu
pijar seperti di ruang operasi). Selain itu, sebelum dilakukan perawatan luka bakar
pasien akan diberikan obat bius melalu inhalasi. Hal yang perlu diperhatikan
selama proses pembiusan adalah SpO2 dan Kesadaran (GCS) pasien. Perawatan
luka bakar di RSUP Sanglah dilakukan berdasarkan derajat luka bakar dengan
estimasi waktu penyembuhan yang berbeda-beda dan jadwal rawat luka atau
debridement yang berbeda-beda pada setiap pasien. Proses perawatan luka
berdasarkan pada SOP yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit (RSUP
Sanglah).
PENCEGAHAN VAP DENGAN ORAL HYGIENE

VAP didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih


setelah ventilator mekanik diberikan. VAP merupakan bentuk infeksi nosokomial
yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada
pasien yang menggunakan ventilator mekanik (Wiryana, 2007).Institute for
Healthcare Improvement (IHI) mengeluarkan sebuah rangkaian pencegahan VAP
yang dinamakan VAP bundle (VAPb). Lima rangkaian VAPb, yaitu elevasi (head
of the bed) HOB 30–45 derajat, terapi profilaksis tromboembolik, terapi
profilaksis ulkus peptikum, evaluasi sedatif harian, kesiapan esktubasi, dan
perawatan oral. Penelitian di Inggris memaparkan bahwa di rumah sakit yang
menggunakan prosedur VAPb memiliki potensi penurunan angka kejadian VAP
sebesar 58% (Sadli dkk., 2017).
Augustyn (2007) mengemukakan pencegahan VAP dapat dilakukan
dengan melakukan tindakan mencuci tangan, memakai sarung tangan,
dekontaminasi oral, intervensi farmakologis oral, dan stress ulcer prophylaxis. Di
samping itu, pengisapan sekret endotrakheal, perubahan posisi klien, posisi
semifowler, dan pemeliharaan sirkuit ventilator juga dapat mencegah terjadinya
VAP. Perawatan rongga mulut juga merupakan bagian dari VAPb yang dapat
menurunkan risiko VAP. Terapi profilaksis yang diberikan pada pasien VAP
adalah antibiotik dan obat dekontaminasi oral (chlorhexidine dan povidone-
iodine).
Oral hygine di ruang ICU RSUP Sanglah dilakukan 2 kali sehari (pagi dan
sore) menggunakan obat kumur (chlorhexidine) dan kassa. Alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah kassa 5 biji yang diletakkan di dalam kom kecil kemudian
diberi cairan (obat kumur), pinset khusus oral hygiene, dan bengkok (kresek)
untuk kassa bekas pakai. Selain itu untuk mencegah terjadinya VAP pasien yang
terpasang trakeostomi juga akan dilakukan suction dengan 2 model, yaitu terbuka
dan tertutup.
Model sistem hisap terbuka dilakukan dengan cara melepas sabungan
antara selang ventilator dengan pipa endotrakeal. Pada model sistem hisap
tertutup dilakukan sebaliknya, yakni tanpa melepas sambungan antara selang
ventilator dan pipa endoktrakeal sehingga oksigen tetap adekuat dan dapat
meminimalkan resiko infeksi (Paggoto et al, 2008). Manfaat lain dari model
sistem hisap tertutup yakni dapat digunakan selama 24 jam atau lebih pada
sambungan ventilator, menghemat biaya perawatan, menurunkan stress psikologi
pasien, memiliki resiko yang kecil terhadap kontaminasi silang, serta hipoksemia
(Zeitoun et al, 2003).
PERAWATAN PADA PASIEN POST FINGER FLAP

Evaluasi pasien dengan trauma pada jari dimulai dengan menelaah riwayat
mekanisme trauma dan faktor-faktor penting yang berkaitan dengan pasien,
seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan riwayat masalah pada tangan
sebelumnya serta penyakit sistemik yang diderita pasien.1 Pemeriksaan tangan
yang menyeluruh meliputi penilaian kulit, vaskularisasi, fungsi neurologis serta
fungsi tendon fleksor dan ekstensor. Daerah trauma diinspeksi dengan perhatian
yang khusus mengenai karakteristik lukanya.
Finger flap merupakan tindakan medis yang digunakan untuk menutupi
atau mengatasi cidera pada ujung jari dengan kehilangan volar pulp tissue. Pada
umumnya, flap pada sisi lateral dari digit (jari) yang berdekatan, tetapi dapat juga
dilakukan secara proksimal. Finger flap dilakukan pada pasien An. D dengan
combustio 1% grade IIA-IIB manus sinistra digiti IV-V ec electrical injury. Salah
satu komplikasi atau efek finger flap adalah syndrome kompartemen.
Sindrom kompartemen merupakan masalah medis akut setelah cedera
pembedahan,di mana peningkatan tekanan (biasanya disebabkan oleh
peradangan) di dalam ruang tertutup (kompartemen fasia) di dalam tubuh
mengganggu suplai darah atau lebih dikenal dengan sebutan kenaikan tekanan
intra-abdomen. Tanpa pembedahan yang cepat dan tepat, hal ini dapat
menyebabkan kerusakan saraf dan otot kematian (Arief Muttaqin. 2011).
Terdapat 5 gejala klinis yng terjadi pada syndrome komparteme, yaitu (1)
Pain (nyeri). Nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena,
ketika ada trauma langsung; (2) Pallor (pucat), diakibatkan oleh menurunnya
perfusi ke daereah tersebut; (3) Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut
nadi); (4) Parestesia (rasa kesemutan); dan (5) Paralysis merupakan tanda lambat
akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut dengan hilangnya fungsi bagian
yang terkena kompartemen sindrom.
Di RSUP Sanglah untuk mencegah terjadinya compartemen sindrom
adalah dnegan kompres hangat menggunakan cairan NaCl 15-20 menit sekali dan
sinari dengan lampu pijar. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu (Potter & Perry, 2010). Normal salin 0,9% sebagai bahan kompres luka
merupakan salah satu bahan yang bersifat osmolaritas tinggi (Ayodeji et al, 2006).
normal salin 0,9% memiliki respon anti inflamasi sehingga dapat menurunkan
gejala nyeri dan eritema yang timbul pada luka, serta meningkatkan aliran darah
menuju area luka, sehingga mempercepat proses penyembuhan luka.

Anda mungkin juga menyukai