Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTERMI

1. Pengertian

Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk
mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 370C (peroral)
atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal
(Linda Juall Corpenito). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal
(Doenges Marilynn E.)

2. Mekanise kehilangan panas

 Radiasi

Mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gel. Panas inframerah (panjang
gelombang 5 – 20 mm), tanpa adanya kontak langsung. Mekanisme kehilangan panas
paling besar pada kulit (60% ). Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat dipindahkan
ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit

 Konduksi

Perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda – benda yg ada disekitar
tubu. Proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil à sifat isolator
benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus
menerus. Perpindahan langsung dari badan ke obyek tanpa gerakan : kompres

 Evaporasi

 Perpindahan panas dengan penguapan (cairan agas)

Selama suhu kulit >> tinggi suhu lingkungan à panas hilang melalui radiasi & konduksi,
tetapi ketika suhu lingkungan >> tinggi suhu kulit , tubuh melepaskan panas dengan
evaporasi 1 gram air yg mengalami evaporasi a kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilo
kalori. Kondisi tidak berkeringat, evaporasi berlangsung 450 – 600 ml/hari à kehilangan
panas terus menerus dgn kec. 12 – 16 kalori/jam. Evaporasi tidak dapat dikendalikan o/k
terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit & sistem pernafasan
(IWL)

 Konveks

Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan.Kehilangan


panas melalui konveksi sekitar 15%. Melalui sirkulasi : kipas angin

2. Etiologi

 Dehidrasi

Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir
dan obat-obatan

Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa.

Peradangan

Ketidak efektifan suhu sekunder pada usia lanjut

Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan produksi panas
dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris.

3. Manifestasi Klinis

Suhu tinggi 37.80C (1000F) peroral atau 38.80C (1010F)

Taki kardia

Kulit kemerahan

Hangat pada sentuhan

Menggigil

Dehidrasi
Kehilangan nafsu makan

Proses Terjadi

Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil)

Peningkatan denyut jantung

Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan

Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi

Merasakan sensasi dingin

Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi

Rambut kulit berdiri

Pengeluaran keringat berlebihan

Peningkatan suhu tubuh

Fase II: proses demam

Proses menggigil lenyap

Kulit terasa hangat / panas

Merasa tidak panas atau dingin

Peningkatan nadi dan laju pernafasan

Peningkatan rasa haus

Dehidrasi ringan hingga berat

Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf

Lesi mulut herpetik


Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang )

Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein

Fase III: pemulihan

Kulit tampak merah dan hangat

Berkeringat

Menggigil ringanKemungkinan mengalami dehidrasi

Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia bermanfaat sebagai
proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan interleukin-1 yang akan mengaktifkan sel T. suhu
tinggi (demam) juga berfungsi meningkatkan keaktifan (kerja) sel T dan B terhadap organisme
pathogen. Namun konsekuensi demam secara umum timbul segera setelah pembangkitan demam
(peningkatan suhu). Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi
berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar
sisa metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan kejang.

Komplikasi

Pengaruh hipertermia terhadap sawar darah otak/ BBB adalah meningkatkan permeabilitas BBB
yang berakibat langsung baik secara partial maupun komplit dalam terjadinya edema serebral
(Ginsberg, et al, 1998). Selain itu hipertermia meningkatkan metabolisme sehingga terjadi lactic
acidosis yang mempercepat kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema
serebral (Reith, et al, 1996). Edema serebral (ADO Regional kurang dari 20 ml/ 100 gram/
menit) ini mempengaruhi tekanan perfusi otak dan menghambat reperfusi adekuat dari otak,
dimana kita ketahui edema serebral memperbesar volume otak dan meningkatkan resistensi
serebral. Jika tekanan perfusi tidak cukup tinggi, aliran darah otak akan menurun karena
resistensi serebral meninggi. Apabila edema serebral dapat diberantas dan tekanan perfusi bisa
terpelihara pada tingkat yang cukup tinggi, maka aliran darah otak dapat bertambah (Hucke, et
al, 1991).
Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat sirkulasi kolateral yang
cukup aktif, kemudian darah akan mengalir secara pasif ke tempat iskemik oleh karena
terdapatnya pembuluh darah yang berada dalam keadaan vasoparalisis. Melalui mekanisme ini
daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin nekrotik (daerah penumbra) masih dapat
diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat diperkecil sampai daerah pusat yang kecil saja yang
tidak dapat diselamatkan lagi/nekrotik (Hucke, et al, 1991).

Apabila sirkulasi kolateral tidak dimanfaatkan untuk menolong daerah perbatasan lesi iskemik,
maka daerah pusatnya yang sudah nekrotik akan meluas, sehingga lesi irreversible mencakup
juga daerah yang sebelumnya hanya iskemik saja yang tentunya berkorelasi dengan cacat
fungsional yang menetap, sehingga dengan mencegah atau mengobati hipertermia pada fase akut
stroke berarti kita dapat mengurangi ukuran infark dan edema serebral yang berarti kita dapat
memperbaiki kesembuhan fungsional (Hucke, et al, 1991).

Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu:

Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen.

Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:

Beri pasien banyak minum. pasien menjadi lebih mudah dehidrasi pada waktu menderita panas.
Minum air membuat mereka merasa lebih baik dan mencegah dehidrasi.

Beri pasien banyak istirahat, agar produksi panas yang diproduksi tubuh seminimal mungkin.
Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher belakang.

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Corpenito.1998.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.Jakarta.EGC

Doenges M.E.1999.Rencana Keperawatan Edisi 3. Jakarta.EGC

Nanda International.2009-2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai