Kelompok :
Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, masih banyak kasus diskriminasi yang terjadi di sekitar kita.
Dalam suatu pekerjaan, banyak terjadi kasus-kasus tentang diskriminasi pekerjaan
di Indonesia. Contohnya SPG Rokok, mereka hanya mementingkan penampilan
yaitu perempuan yang cantik dan berpenampilan menarik. Sedangkan perempuan
yang kurang cantik tidak akan diterima oleh perusahaan. Mereka tidak
mempertimbangkan talenta dan kemampuan memasarkan produk yang lebih
bagus.
Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia
beraneka ragam dari kulit putih hingga hitam agar kita saling mengenal. Namun,
dalam faktanya, hingga saat ini masih banyak terjadi diskriminasi terhadap sesama
manusia dari segi fisik, warna kulit, gender, suku, ras, agama, dll. Maka dari itu,
penting untuk memahami pentingnya etika diskriminasi dalam pekerjaan. Yang mana
akan menjadi tema dari kasus yang akan dibahas oleh kelompok kami.
Pada kesempatan kali ini, kami kelompok empat akan menyusun paper yang
terkait materi bab 9 yang berjudul “Ethics of Work Discrimination”. Materi yang akan
dibahas pada bab ini adalah sifat dari diskriminasi pekerjaan, tingkat diskriminasi,
argumen-argumen yang menentang diskriminasi, praktik diskriminasi dan tindakan
afirmatif. Dengan mempelajari materi tersebut, kita dapat mengetahui tentang etika
diskriminasi dalam sebuah perusahaan. Hal tersebut sangat penting bagi seluruh
karyawan dan atasan untuk mengetahui agar tidak terjadi kasus-kasus diskriminasi.
Selain itu kita juga dapat menghargai semua orang tanpa pandang usia, gender, kulit,
ras, suku, maupun agama. Perusahaan dapat menilai karyawan dari skill yang ada.
Perusahaan yang kami angkat untuk dibahas dalam paper ini adalah Sleman
Fried Chicken. Perusahaan ini bergerak dalam industri makanan yang berlokasi di Jl.
Dr. Radjimin, Paten, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Sleman Fried Chicken didirikan
oleh Kurnia Agma Putra pada tanggal 5 januari 2019. Sleman Fried Chicken didirikan
dari kegelisahan Agma, sang pemilik yang jenuh dengan kehidupan di kampus karena
pemilik sudah merasa nyaman dengan kehidupan pekerjaannya. Agma saat itu bekerja
di salah satu coffee shop di daerah Seturan, Yogyakarta. Karena jenuh dengan
aktifitasnya, maka Agma berinisiatif untuk membuka usaha dibidang ayam goreng.
Agma memilih membuka usaha dibidang ayam goreng karena ia pernah bekerja di
salah satu perusahaan makanan cepat saji "KFC" dan ibunya pada saat itu merupakan
salah satu Trainner karyawan di KFC. Mendengar keinginan Agma, Ibunya sangat
merespon positif untuk membuka usaha tersebut, maka dibentuklah Sleman Fried
Chicken ini.
Dasar kami untuk memilih Sleman Fried Chicken sebagai kasus kami karena
permasalahan yang terdapat dalam Sleman Fried Chicken sesuai dengan materi yang
akan kita bahas, yaitu “Etika Diskriminasi Pekerjaan”. Dimana perusahaan ini
memilih untuk merekrut semua karyawannya perempuan dan beragama Islam. Oleh
karena itu, Sleman Fried Chicken melakukan diskriminasi dalam hal perekrutan.
Dilema yang dihadapi oleh Sleman Fried Chicken adalah terkait perekrutan
karyawan, dimana perusahaan cenderung untuk merekrut pegawai dari gender yang
sama. Pemilik memilih untuk merekrut pegawai perempuan dan beragama Islam,
dikarenakan perempuan cenderung lebih rapi, bersihan, dan ramah. Karena pegawai
yang dibutuhkan untuk menjaga Sleman Fried Chicken yaitu orang yang mau untuk
berih-bersih, cuci piring, memastikan ruko dalam keadaan rapi. Dari apa yang
dibutuhkan tersebut, Agma memutuskan untuk merekrut karyawan perempuan untuk
bekerja di rukonya. Karena Agma merasa bahwa perempuan lebih dapat diandalkan
untuk kebersihan dibandingkan laki-laki. Dilema ini yang akan kita angkat dalam
paper ini, karena sesuai dengan Etika Diskriminasi Pekerjaan.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Berjalan satu bulan cuti yang sudah diambilnya, Agma merasa sangat senang
ketika bisa selalu berada dirumah dan merefreshkan pikirannya. Seiring berjalannya
waktu, Agma mulai merasa jenuh dengan kehidupan yang seperti ini. Akhirnya Agma
mulai terfikirkan ide untuk berbisnis yaitu dengan membuka suatu usaha ayam
goreng. Terbesitnya ide membuka usaha food and baverages disaat itu dikarenakan
basic Agma dan keluarga memang berada di bidang tersebut. Dulu Agma pun pernah
bekerja di salah satu perusahaan makanan cepat saji “KFC” dan kini bekerja di salah
satu coffee shop di daerah Seturan dan Ibunya pada saat itu merupakan salah satu
Trainner karyawan di rumah makan cepat saji “KFC”.
Berawal dari ide dan keinginan akan membuka usaha tersebut, Agma bercerita
kepada ibunya bahwa ingin membuka usaha ayam goreng tersebut. Respon yang
dilontarkan ibunya pun positif terhadap keinginan Agma tersebut, karena menurut
ibunya dengan membuka usaha tersebut bisa menjadi kegiatan positif disaat menjalani
cuti perkuliahan selain bekerja di coffee shop. Bermodalkan tabungan yang ada
selama bekerja di coffee shop dan adanya tambahan dari orang tua, serta berbekal
pengalaman dengan ibunya dibidang ayam goreng, Agma dan ibunya memutuskan
untuk mengkonsep usaha tersebut bersamaan.
Disaat mengkonsep timbul dilema disaat ingin menentukan nama brand untuk
usaha tersebut, dilema saat itu Agma dan ibunya memiliki perbedaan pendapat
terhadap nama brand tersebut. Dimana disaat itu Agma memiliki usul untuk
memberikan nama “Sleman Fried Chicken” dengan alasan nama tersebut menurutnya
bisa menjadi nama yang mudah diingat oleh pelanggan dan dalam segi pemasaran
menurutnya mudah untuk branding, sedangkan ibunya memiliki usul yang berbeda
yaitu dengan nama Waristo Chicken dengan kepanjangan rizqon wasián halalan
thoyyiban dengan arti “rezekinya luas, baik dan barokah” alasannya karena menurut
ibunya dengan memberi nama brand yang memiliki arti baik akan membawa berkah
yang baik bagi usahanya. Namun setelah perdebatan yang dilalui, akhirnya Agma dan
ibunya memutuskan untuk memberi nama brandnya Sleman Fried Chicken dengan
pertimbangan nama tersebut lebih mudah diingat dan tidak mengandung arti yang
buruk juga didalamnya.
Setelah konsep dan nama brand terbentuk, Agma dan ibunya mulai
mempersiapkan segalanya dan mulai meriset tempat untuk berjulan. Akhirnya Agma
memutuskan untuk menyewa ruko di daerah dekat Gor Tridadi Sleman. Agma
menganggap pasar disana sangat menjanjikan dengan pertimbangan pesaing dalam
usaha ayam goreng masih sedikit di sana. Maka dari itu lokasi tersebut strategis untuk
membuka usaha ayam goreng didaerah tersebut. Kemudian Agma dan ibunya mulai
mempersiapkan keperluan perlengkapan lainnya untuk memasak ayam goreng dan
keperluan operasional lainnya. Alat-alat yang dibeli juga sesuai dengan standart untuk
membuka usaha ayam goreng seperti kompor khusus deep fryer, display ayam yang
sudah matang, freezer dan lain-lain. Kemudian Agma dan ibunya mulai meracik
bumbu spesial sendiri berbekal dari pengalaman yang ada sebelumnya.
Pada awal membuka usaha Sleman Fried Chicken, Agma dan ibunya bisa
menjual 10-30 potong ayam goreng perhari. Namun seiring berjalannya waktu dengan
usaha memperkenalkan lebih luas produk ayam goreng tersebut, kini Sleman Fried
Chicken mampu menjual 40-80 potong ayam perhari ditambah lagi dengan pesanan
untuk berbagai acara-acara.
Sleman Fried Chicken saat ini hanya mempekerjakan karyawan wanita yang
beragama Islam. Agma dan ibunya menganggap bahwa wanita lebih dapat diandalkan
dalam bidang usaha ini. Karena skill yang dibutuhkan dalam usaha ini, yaitu cuci
piring, bersih-bersih ruko, masak, dan harus bersikap ramah terhadap konsumen.
BAB III
DILEMA PERUSAHAAN
Sleman Fried Chicken sendiri merupakan sebuah bisnis atau usaha yang
terbilang baru ini tentunya tidak jauh dari dilema yang dialami oleh Agma. Usaha ini
sendiri masih dioperasikan sendiri oleh orang tua Agma. Atas kemauan dari orang tua
Agma usaha tersebut memperkerjakan karyawan wanita dibanding dengan laki-laki
dan yang beragama Islam. Ibu Agma yang berlatar belakang agama yang kuat
meyakini dari dalam hati bahwa karyawan wanita dinilai memiliki kepribadian yang
baik untuk bekerja di usaha tempat makan yang anaknya miliki. Sang ibu menilai
karyawan wanita itu dinilai lebih bersih, rapi dalam melakukan pekerjaan, ramah
terhadap pelanggan, dan memiliki pelayanan yang sangat baik dibandingkan dengan
karyawan laki-laki. Ibu Agma juga merasa karyawan laki-laki memiliki kinerja yang
kurang baik dibandingkan dengan wanita. Walau begitu, Agma sebagai pemilik juga
merasa jika merekrut dengan cara seperti yang ibunya mau itu sama saja merupakan
tindakan diskriminasi terhadap gender.
Agma merasa perekrutan seperti apa yang disarankan oleh ibunya dapat
menghambat seseorang yang memiliki kompetensi yang baik untuk bersaing dengan
regulasi yang dibuat. Agma menginginkan karyawan yang akan direkrut tidak tertuju
dari masalah gender maupun agama yang dianut agar usaha mereka dinilai toleran
terhadap semua orang. Terlepas dari latar belakang karyawan yang akan direkrut, ibu
Agma memberi masukan terhadap Agma, walaupun saran tersebut memberikan
keuntungan dan juga kekurangan bagi usahanya, tetapi keputusan yang diambil
nantinya menjadi keputusan yang mampu menentukan arah usahanya berjalan. Ibunya
juga memberikan hal-hal penting yang dipertimbangkan atas penilaian terhadap
kinerja yang dimiliki karyawan wanita dinilai lebih baik, lebih teliti, dan lebih
bersahabat dengan pelanggan dibandingkan dengan karyawan laki-laki yang dinilai
kurang bersih, rapi, dan gesit dalam pekerjaan serta pelayanan kepada pelanggan
dinilai kurang cocok. Setelah mendengar dan mempertimbangkan masukan yang
diberikan oleh ibunya, Agma kemudian mengambil sebuah keputusan yang
membuatnya yakin terkait perekrutan karyawan Sleman Fried Chicken. Agma
kemudian memperkerjakan karyawan wanita di tempat usaha yang ia miliki. Dia
merasa bahwa dengan menempatkan karyawan wanita di bagian operasi usahanya,
pekerjaan yang ada dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien karena wanita yang
diperkerjakan di sana sesuai dengan keinginan yang sudah di bangun untuk masa
depan usahanya tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN
b. Tingkat Diskriminasi
e. Praktik Diskriminasi
f. Tindakan Afirmatif
Pada kasus ini, Sleman Fried Chicken melakukan tindakan afirmatif, karena ia hanya
mempekerjakan kaum perempuan saja. Berdasarkan riset-riset yang ada di Indonesia
bahwasannya kaum perempuan saat ini masi tergolong kaum minoritas. Perempuan
banyak mengalami perlakuan yang berbeda dengan kaum laki-laki.
g. Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
Program tindakan afirmatif merupakan cara yang secara moral sah untuk
mencapai tujuan keadilan, sekipun mungkin bukan merupakan cara yang secara
moral diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut.
Keseimbangan harus
dilaksanakan dengan cara
Elemen kehidupan perlu diseimbangkan persaingan yang adil dalam
agar menghasilkan tatanan sosial yang pasar terbuka, memperlakukan
Keadilan QS.Al-Isra’: 35 terbaik dan adil, dengan kekuatan kelompok pihak lain secara adil dan
sosial secara natural akan menghasilkan memelihara keadilan dalam
keharmonisan sosial. distribusi upah serta
menghindari semua bentuk
diskriminasi.
BAB V
REKOMENDASI
Dari pembahasan yang telah kami teliti, kami telah mendiskusikan beberapa
rekomendasi yang dapat kami berikan terkait permasalahan yang ada di Sleman Fried
Chicken. Poin-poin dari rekomendasi tersebut, yaitu:
KESIMPULAN
Velasquez, Manuel. 2012. Business Ethics: Concept and Cases. United States of
America: Pearson
LAMPIRAN