Anda di halaman 1dari 20

Etika Bisnis Islam

“Ethics of Work Discrimination”

Kelompok :

1. Irvano Farhan (16311037)


2. Kintan Farah S (16311107)
3. Dimas Dwireno Dharmawan(16311149)
4. Ghofarda Candra Sukma (16311237)

Fakultas Ekonomi

Jurusan Manajemen

Universitas Islam Indonesia

2018/2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, masih banyak kasus diskriminasi yang terjadi di sekitar kita.
Dalam suatu pekerjaan, banyak terjadi kasus-kasus tentang diskriminasi pekerjaan
di Indonesia. Contohnya SPG Rokok, mereka hanya mementingkan penampilan
yaitu perempuan yang cantik dan berpenampilan menarik. Sedangkan perempuan
yang kurang cantik tidak akan diterima oleh perusahaan. Mereka tidak
mempertimbangkan talenta dan kemampuan memasarkan produk yang lebih
bagus.

Menurut buku Manuel G. Velasquez yang berjudul “Business Ethics Concepts


and Cases” dijelaskan bahwa diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga
elemen dasar. Pertama, keputusan yang merugikan seorang pegawai atau calon
pegawai bukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Kedua, keputusan yang
sepenuhnya atau sebagian diambil berdasarkan prasangka rasial atau seksual, streotip
yang salah, atau sikap lain yang secara moral tidak benar terhadap anggota kelompok
tertentu. Ketiga, keputusan yang merugikan pada kepentingan pegawai.

Menurut kelompok kami, diskriminasi terhadap perempuan merupakan


tindakan yang sebenarnya tidak diperbolehkan dilakukan oleh perusahaan.
Seharusnya perusahaan tidak membeda-bedakan karyawannya dan juga pada saat
proses penerimaan karyawan. Perusahaan seharusnya memilih karyawan atau
menerima karyawan yang mempunyai skill dan kemampuan yang bagus.

Sebuah perusahaan tidak diperbolehkan mendiskriminasikan para


karyawannya, karena diskriminasi telah menyalahi nilai-nilai moral dan diskriminasi
telah membeda-membedakan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya.
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan. Kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia disisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui Maha
teliti.” (QS. Al-Hujurat : 13)

Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia
beraneka ragam dari kulit putih hingga hitam agar kita saling mengenal. Namun,
dalam faktanya, hingga saat ini masih banyak terjadi diskriminasi terhadap sesama
manusia dari segi fisik, warna kulit, gender, suku, ras, agama, dll. Maka dari itu,
penting untuk memahami pentingnya etika diskriminasi dalam pekerjaan. Yang mana
akan menjadi tema dari kasus yang akan dibahas oleh kelompok kami.

Pada kesempatan kali ini, kami kelompok empat akan menyusun paper yang
terkait materi bab 9 yang berjudul “Ethics of Work Discrimination”. Materi yang akan
dibahas pada bab ini adalah sifat dari diskriminasi pekerjaan, tingkat diskriminasi,
argumen-argumen yang menentang diskriminasi, praktik diskriminasi dan tindakan
afirmatif. Dengan mempelajari materi tersebut, kita dapat mengetahui tentang etika
diskriminasi dalam sebuah perusahaan. Hal tersebut sangat penting bagi seluruh
karyawan dan atasan untuk mengetahui agar tidak terjadi kasus-kasus diskriminasi.
Selain itu kita juga dapat menghargai semua orang tanpa pandang usia, gender, kulit,
ras, suku, maupun agama. Perusahaan dapat menilai karyawan dari skill yang ada.

Perusahaan yang kami angkat untuk dibahas dalam paper ini adalah Sleman
Fried Chicken. Perusahaan ini bergerak dalam industri makanan yang berlokasi di Jl.
Dr. Radjimin, Paten, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Sleman Fried Chicken didirikan
oleh Kurnia Agma Putra pada tanggal 5 januari 2019. Sleman Fried Chicken didirikan
dari kegelisahan Agma, sang pemilik yang jenuh dengan kehidupan di kampus karena
pemilik sudah merasa nyaman dengan kehidupan pekerjaannya. Agma saat itu bekerja
di salah satu coffee shop di daerah Seturan, Yogyakarta. Karena jenuh dengan
aktifitasnya, maka Agma berinisiatif untuk membuka usaha dibidang ayam goreng.
Agma memilih membuka usaha dibidang ayam goreng karena ia pernah bekerja di
salah satu perusahaan makanan cepat saji "KFC" dan ibunya pada saat itu merupakan
salah satu Trainner karyawan di KFC. Mendengar keinginan Agma, Ibunya sangat
merespon positif untuk membuka usaha tersebut, maka dibentuklah Sleman Fried
Chicken ini.

Dasar kami untuk memilih Sleman Fried Chicken sebagai kasus kami karena
permasalahan yang terdapat dalam Sleman Fried Chicken sesuai dengan materi yang
akan kita bahas, yaitu “Etika Diskriminasi Pekerjaan”. Dimana perusahaan ini
memilih untuk merekrut semua karyawannya perempuan dan beragama Islam. Oleh
karena itu, Sleman Fried Chicken melakukan diskriminasi dalam hal perekrutan.

Selama menjalankan kegiatan operasionalnya, Sleman Fried Chicken memiliki


kedilemaan terkait dengan materi “Etika Diskriminasi Pekerjaan”. Maka kelompok
kami melakukan wawancara dengan saudara Agma selaku pemilik perusahaan
tersebut. Wawancara tersebut sudah kami lakukan pada hari Kamis, 18 April 2019 di
Sleman Fried Chicken. Tujuan dari wawancara ini adalah karena kami ingin menggali
informasi lebih lanjut mengenai latar belakang didirikannya Sleman Fried Chicken
dan dilema yang dihadapi oleh perusahaan tersebut dalam menjalankan usahanya
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada sang pemilik. Setelah kami
wawancara, informasi tersebut akan kami gunakan dalam menyusun paper ini.

Dilema yang dihadapi oleh Sleman Fried Chicken adalah terkait perekrutan
karyawan, dimana perusahaan cenderung untuk merekrut pegawai dari gender yang
sama. Pemilik memilih untuk merekrut pegawai perempuan dan beragama Islam,
dikarenakan perempuan cenderung lebih rapi, bersihan, dan ramah. Karena pegawai
yang dibutuhkan untuk menjaga Sleman Fried Chicken yaitu orang yang mau untuk
berih-bersih, cuci piring, memastikan ruko dalam keadaan rapi. Dari apa yang
dibutuhkan tersebut, Agma memutuskan untuk merekrut karyawan perempuan untuk
bekerja di rukonya. Karena Agma merasa bahwa perempuan lebih dapat diandalkan
untuk kebersihan dibandingkan laki-laki. Dilema ini yang akan kita angkat dalam
paper ini, karena sesuai dengan Etika Diskriminasi Pekerjaan.

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

Sejak menempuh jenjang perkuliahan, Agma sudah sering memikirkan


bagaimana caranya berbisnis dan bagaimana cara mendapatkan uang disaat itu,
namun hanya sampai ide-ide dan obrolan terhadap teman-teman saja tanpa
menerapkannya. Pada saat masuk di perkuliahan semester 3 mulailah Agma mencoba
merintis karir yang berawal dari bekerja di salah satu coffee shop di daerah
Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu hingga saat masuk perkuliahan semester 4
mulai lah timbul jenuh, rasa jenuh yang timbul bukan karena bosan akan
pekerjaannya, namun jenuh karena kehidupan perkuliahan dijalaninya dikarenakan
sudah merasa nyaman dengan kehidupan pekerjaannya hingga terbesit pikiran untuk
mengambil cuti perkuliahan.

Sampai akhirnya ketika semester 4 berakhir, Agma mulai memberanikan diri


untuk mengutarakan keinginan untuk mengambil cuti perkuliahannya ke orangtuanya.
Pada awalnya kedua orangtuanya menolak keinginannya karena menganggap kuliah
merupakan hal utama yang lebih penting dibandingkan dengan pekerjaan yang
dijalani saat itu yaitu saat di coffee shop. Namun Agma terus menjelaskan masalah-
masalahnya ketika berada di perkuliahan dan menjelaskan kejenuhannya akan
perkuliahan. Hingga akhirnya orang tuanya pun dengan berat hati mengijinkan untuk
mengambil cuti perkuliahan pada semester 5.

Berjalan satu bulan cuti yang sudah diambilnya, Agma merasa sangat senang
ketika bisa selalu berada dirumah dan merefreshkan pikirannya. Seiring berjalannya
waktu, Agma mulai merasa jenuh dengan kehidupan yang seperti ini. Akhirnya Agma
mulai terfikirkan ide untuk berbisnis yaitu dengan membuka suatu usaha ayam
goreng. Terbesitnya ide membuka usaha food and baverages disaat itu dikarenakan
basic Agma dan keluarga memang berada di bidang tersebut. Dulu Agma pun pernah
bekerja di salah satu perusahaan makanan cepat saji “KFC” dan kini bekerja di salah
satu coffee shop di daerah Seturan dan Ibunya pada saat itu merupakan salah satu
Trainner karyawan di rumah makan cepat saji “KFC”.

Berawal dari ide dan keinginan akan membuka usaha tersebut, Agma bercerita
kepada ibunya bahwa ingin membuka usaha ayam goreng tersebut. Respon yang
dilontarkan ibunya pun positif terhadap keinginan Agma tersebut, karena menurut
ibunya dengan membuka usaha tersebut bisa menjadi kegiatan positif disaat menjalani
cuti perkuliahan selain bekerja di coffee shop. Bermodalkan tabungan yang ada
selama bekerja di coffee shop dan adanya tambahan dari orang tua, serta berbekal
pengalaman dengan ibunya dibidang ayam goreng, Agma dan ibunya memutuskan
untuk mengkonsep usaha tersebut bersamaan.

Disaat mengkonsep timbul dilema disaat ingin menentukan nama brand untuk
usaha tersebut, dilema saat itu Agma dan ibunya memiliki perbedaan pendapat
terhadap nama brand tersebut. Dimana disaat itu Agma memiliki usul untuk
memberikan nama “Sleman Fried Chicken” dengan alasan nama tersebut menurutnya
bisa menjadi nama yang mudah diingat oleh pelanggan dan dalam segi pemasaran
menurutnya mudah untuk branding, sedangkan ibunya memiliki usul yang berbeda
yaitu dengan nama Waristo Chicken dengan kepanjangan rizqon wasián halalan
thoyyiban dengan arti “rezekinya luas, baik dan barokah” alasannya karena menurut
ibunya dengan memberi nama brand yang memiliki arti baik akan membawa berkah
yang baik bagi usahanya. Namun setelah perdebatan yang dilalui, akhirnya Agma dan
ibunya memutuskan untuk memberi nama brandnya Sleman Fried Chicken dengan
pertimbangan nama tersebut lebih mudah diingat dan tidak mengandung arti yang
buruk juga didalamnya.

Setelah konsep dan nama brand terbentuk, Agma dan ibunya mulai
mempersiapkan segalanya dan mulai meriset tempat untuk berjulan. Akhirnya Agma
memutuskan untuk menyewa ruko di daerah dekat Gor Tridadi Sleman. Agma
menganggap pasar disana sangat menjanjikan dengan pertimbangan pesaing dalam
usaha ayam goreng masih sedikit di sana. Maka dari itu lokasi tersebut strategis untuk
membuka usaha ayam goreng didaerah tersebut. Kemudian Agma dan ibunya mulai
mempersiapkan keperluan perlengkapan lainnya untuk memasak ayam goreng dan
keperluan operasional lainnya. Alat-alat yang dibeli juga sesuai dengan standart untuk
membuka usaha ayam goreng seperti kompor khusus deep fryer, display ayam yang
sudah matang, freezer dan lain-lain. Kemudian Agma dan ibunya mulai meracik
bumbu spesial sendiri berbekal dari pengalaman yang ada sebelumnya.

Kemudian dilanjutkan persiapan operasional, dalam memilih supplier Agma


dan ibunya menggandeng supplier ayam dari PT Saliman Riyanto Raharjo karena
orang tua Agma sudah mengenal CEO dari supplier tersebut. Setelah keperluan
operasional sudah terpenuhi, Agma dan ibunya mulai trial demi trial menu yang ingin
dijual dan kemudian membagikan kepada saudara dan teman-teman di pekerjaannya.
Dengan mendapat kan respon yang positif dari saudara dan teman-teman, akhirnya
Agma dan ibunya membuka pertama kali Sleman Fried Chicken pada tanggal 5
Januari 2019. Dalam membuka bisnisnya, harga paket yang ditawarkan Sleman Fried
Chicken relatif murah mulai dari Rp.7.500 – Rp.12.000.
Pada awalnya hanya Agma sendiri yang menjaga usaha tersebut dibantu
ibunya karena memang disaat itu kegiatan yang dilakukan Agma hanya bekerja di
coffee shop dan ibunya pun memutuskan untuk mengajukan resign karena ingin
mengurus usaha ayam goreng tersebut bersama-sama. Semenjak mulai buka usaha
ayam goreng tersebut, Agma pun mulai mempromosikan dan mengenalkan brand
Sleman Fried Chicken yang pada awalnya hanya memberi tahu saudara dan teman-
teman kemudian mulai menggunakan media sosial sebagai tempat untuk
mempromosikan usahanya.

Pada awal membuka usaha Sleman Fried Chicken, Agma dan ibunya bisa
menjual 10-30 potong ayam goreng perhari. Namun seiring berjalannya waktu dengan
usaha memperkenalkan lebih luas produk ayam goreng tersebut, kini Sleman Fried
Chicken mampu menjual 40-80 potong ayam perhari ditambah lagi dengan pesanan
untuk berbagai acara-acara.

Sleman Fried Chicken saat ini hanya mempekerjakan karyawan wanita yang
beragama Islam. Agma dan ibunya menganggap bahwa wanita lebih dapat diandalkan
dalam bidang usaha ini. Karena skill yang dibutuhkan dalam usaha ini, yaitu cuci
piring, bersih-bersih ruko, masak, dan harus bersikap ramah terhadap konsumen.
BAB III

DILEMA PERUSAHAAN

Sleman Fried Chicken sendiri merupakan sebuah bisnis atau usaha yang
terbilang baru ini tentunya tidak jauh dari dilema yang dialami oleh Agma. Usaha ini
sendiri masih dioperasikan sendiri oleh orang tua Agma. Atas kemauan dari orang tua
Agma usaha tersebut memperkerjakan karyawan wanita dibanding dengan laki-laki
dan yang beragama Islam. Ibu Agma yang berlatar belakang agama yang kuat
meyakini dari dalam hati bahwa karyawan wanita dinilai memiliki kepribadian yang
baik untuk bekerja di usaha tempat makan yang anaknya miliki. Sang ibu menilai
karyawan wanita itu dinilai lebih bersih, rapi dalam melakukan pekerjaan, ramah
terhadap pelanggan, dan memiliki pelayanan yang sangat baik dibandingkan dengan
karyawan laki-laki. Ibu Agma juga merasa karyawan laki-laki memiliki kinerja yang
kurang baik dibandingkan dengan wanita. Walau begitu, Agma sebagai pemilik juga
merasa jika merekrut dengan cara seperti yang ibunya mau itu sama saja merupakan
tindakan diskriminasi terhadap gender.

Agma merasa perekrutan seperti apa yang disarankan oleh ibunya dapat
menghambat seseorang yang memiliki kompetensi yang baik untuk bersaing dengan
regulasi yang dibuat. Agma menginginkan karyawan yang akan direkrut tidak tertuju
dari masalah gender maupun agama yang dianut agar usaha mereka dinilai toleran
terhadap semua orang. Terlepas dari latar belakang karyawan yang akan direkrut, ibu
Agma memberi masukan terhadap Agma, walaupun saran tersebut memberikan
keuntungan dan juga kekurangan bagi usahanya, tetapi keputusan yang diambil
nantinya menjadi keputusan yang mampu menentukan arah usahanya berjalan. Ibunya
juga memberikan hal-hal penting yang dipertimbangkan atas penilaian terhadap
kinerja yang dimiliki karyawan wanita dinilai lebih baik, lebih teliti, dan lebih
bersahabat dengan pelanggan dibandingkan dengan karyawan laki-laki yang dinilai
kurang bersih, rapi, dan gesit dalam pekerjaan serta pelayanan kepada pelanggan
dinilai kurang cocok. Setelah mendengar dan mempertimbangkan masukan yang
diberikan oleh ibunya, Agma kemudian mengambil sebuah keputusan yang
membuatnya yakin terkait perekrutan karyawan Sleman Fried Chicken. Agma
kemudian memperkerjakan karyawan wanita di tempat usaha yang ia miliki. Dia
merasa bahwa dengan menempatkan karyawan wanita di bagian operasi usahanya,
pekerjaan yang ada dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien karena wanita yang
diperkerjakan di sana sesuai dengan keinginan yang sudah di bangun untuk masa
depan usahanya tersebut.
BAB IV

PEMBAHASAN

a. Sifat Diskriminasi Pekerjaan

Sleman Chiken dalam teknis operasionalnya cenderung mempercayakan setiap


pekerjaan kepada perempuan. Karena dirasa perempuan lebih teliti dan kompeten
dalam bidang ini. karena bidang usahanya yang merupakan sebuah usaha rumah
makan, perspektif tersebut berasal dari pemilik usaha ini. serta dalam
rekruitmennya hanya mau menerima calon pegawai yang beragama muslim

b. Tingkat Diskriminasi

Tingkat Diskriminasi muncul berdasarkan kontribusi dan pencapaian dari


pegawainya. Jadi semakin tinggi kontribusi atau kinerja pegawai akan sangat
mempengaruhi respect pemilik usaha terhadap mereka. Hal tersebut berdasarkan
indikator – indikator yang di tetapkan pemilik usaha.

c. Perbandingan Penghasilan Rata-rata

Pada kasus ini sleman chiken menerapkan indikator penghasilan berdasarkan


kontribusi dan pencapaian dari pegawainya. Serta kerja lembur. Kedisiplinan juga
cukup mempengaruhi penghasilan pegawainya

d. Diskriminasi: Utilitas, Hak, dan Keadilan

Diskrimasi pada sleman chiken adalah : utilitarian, deskriminasi yang mengarah


pada penggunaan sumber daya manusia secara tidak efisien. Mengapa
diskriminasi nya cenderung mengarah ke utilitarian, hal tersebut Karena sleman
chiken dalam proses rekruitmen mereka mengutamakan seorang perempuan dan
beragama islam karena dirasa lebih kompeten dan relevan di usaha mereka.
Karena keluarga dari pemilik usaha beragama islam

e. Praktik Diskriminasi

 Tindakan yang dianggap diskriminatif:

o Hanya merekrut pegawai wanita.

o Hanya merekrut calon pegawai beragama islam

o Memiliki pengalaman di bidang yang hampir sama.

o Memiliki pemahaman nilai agama yang tinggi (Nilai Tambah)

o Belum menikah dan tidak memiliki kesibukan yang terlalu banyak.

 Di luar Ras dan Jenis Kelamin: Kelompok Lain

1. Tidak menerima Penderita cacat.

2. Tidak menerima Kaum gay atau transeksual.

3. Tidak menerima Pekerja kelebihan berat badan.

f. Tindakan Afirmatif

Tindakan afirmatif dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang lebih representatif


dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan dan
kelompok minoritas.

Pada kasus ini, Sleman Fried Chicken melakukan tindakan afirmatif, karena ia hanya
mempekerjakan kaum perempuan saja. Berdasarkan riset-riset yang ada di Indonesia
bahwasannya kaum perempuan saat ini masi tergolong kaum minoritas. Perempuan
banyak mengalami perlakuan yang berbeda dengan kaum laki-laki.
g. Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi

(i) Program tindakan afirmatif diinterpresentasikan sebagai salah satu bentuk


ganti rugi yang diberikan kaum pria kulit putih kepada perempuan dan
kelompok minoritas karena telah merugikan mereka secara tidak adil
mendiskriminasikan mereka di masa lalu.

(ii) Kelemahan prinsip ini mensyaratkan kompensasi hanya dari individu-individu


yang secara sengaja merugikan orang lain, dan memberikan kompensasi hanya
dari individu-individu yang dirugikan.

h. Tindakan Afirmatif Sebagai Intrumen untuk Mencapai Tujuan Sosial

Program tindakan afirmatif merupakan cara yang secara moral sah untuk
mencapai tujuan keadilan, sekipun mungkin bukan merupakan cara yang secara
moral diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut.

i. Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan Keberagaman

Keberhasilan atau kegagalan program tindakan afirmatif sebagian juga bergantung


pada dukungan yang diberikan perusahaan pada kebutuhan untuk mencapai
keberagaman secara rasial dan seksual dalam susunan tenaga kerja di perusahaan.

j. Keterkaitan Masalah Dengan Perspektif Syariah

Prinsip Dalil Al-Qur’an Proposisi Aplikasi Dalam Bisnis


Tujuannya adalah bukan untuk membeda -
bedakan manusia melainkan untuk
Memberikan kesempatan bagi
memahami, menerima, dan menghargai
seluruh elemen masyarakat,
perbedaan tersebut. Perbedaan yang ada juga
agar memiliki manfaat bagi
Kesetaraan QS.Al Hujurat : 13 hendaknya tidak menjadi alasan untuk saling
lingkungan sekitar, serta
menyakiti, berbuat tidak adil, atau
menghidari praktik
merendahkan manusia lainnya. Dimata Allah
diskriminasi
SWT yang menjadi pembeda makhluknya
adalah tingkat ketaqwaan.

Jadi dalam setiap pekerjaan


sangat perlu
Dalam Islam, setiap pekerjaan harus mempertimbangkan kelayakan
dilaksanakan secara profesional, dalam arti calon pekerja, apakah calon
harus dilakukan secara benar. Yaitu hanya pekerja itu berpengalaman dan
Profesionalitas Al-Hadits dilakukan oleh orang yang Ahli. Rasulullah berkompeten atau tidak dalam
saw pernah bersabda: “Bila suatu urusan bidang tersebut. Tentu pemilik
dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka usaha tidak ingin mengambil
tunggulah kehancuran” resiko yang besar. Hal tersebut
mempengaruhi
keberlangsungan usaha.

Keseimbangan harus
dilaksanakan dengan cara
Elemen kehidupan perlu diseimbangkan persaingan yang adil dalam
agar menghasilkan tatanan sosial yang pasar terbuka, memperlakukan
Keadilan QS.Al-Isra’: 35 terbaik dan adil, dengan kekuatan kelompok pihak lain secara adil dan
sosial secara natural akan menghasilkan memelihara keadilan dalam
keharmonisan sosial. distribusi upah serta
menghindari semua bentuk
diskriminasi.
BAB V

REKOMENDASI

Dari pembahasan yang telah kami teliti, kami telah mendiskusikan beberapa
rekomendasi yang dapat kami berikan terkait permasalahan yang ada di Sleman Fried
Chicken. Poin-poin dari rekomendasi tersebut, yaitu:

1. Kami menyarankan agar perekrutan yang dijalankan di tempat usaha Agma


berjalan dengan normal. Maksudnya di sini adalah setiap orang berhak
mengajukan diri sebagai calon karyawan, hal tersebut bertujuan untuk
menciptakan suasana yang kondusif tanpa ada membeda-bedakan jenis
kelamin dari calon karyawan. Semua pasti memiliki kompetensi yang tentunya
dibutuhkan terhadap seluruh kegiatan operasi yang berjalan.

2. Penempatan karyawan laki-laki dan perempuan harus dibedakan menurut


deskripsi pekerjaannya. Maksudnya adalah karyawan wanita lebih bisa
ditempatkan di posisi yang memang keunggulan dari wanita seperti mencuci
piring, menjadi kasir, pencatat keuangan, dan sebagainya. Sedangkan
karyawan laki-laki lebih diposisikan seperti memasak ayam, membeli
kebutuhan di usaha mereka, merapikan meja, dan sebagainya.
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil wawancara yang kami dapatkan, dapat ditarik


kesimpulan bahwa diskriminasi merupakan perlakuan yang tidak baik, karena dalam
definisinya sendiri diskriminasi adalah membeda-bedakan satu objek dari objek
lainnya, seperti membeda-bedakan jenis kelamin, ras, suku, budaya, dan agama. Oleh
karena itu diskriminasi terhadap perempuan merupakan tindakan yang sebenarnya
tidak diperbolehkan dilakukan oleh perusahaan. Seharusnya perusahaan tidak
membeda-bedakan karyawannya. Dimana dalam proses rekruitment karyawan,
perusahaan seharusnya memilih karyawan atau menerima karyawan bukan
berdasarkan jenis kelaminnya, sedangkan berdasarkan skills dan kemampuan yang
dimiliki setiap individu.

Dalam proses rekruitment pada Sleman Fried Chicken cenderung untuk


merekrut karyawan dari gender yang sama. Pemilik memilih untuk merekrut
karyawan yang begender sama yaitu perempuan. Diskriminasi yang terjadi dalam
kasus Sleman Fried Chicken merupakan utilitarian, karena diskriminasinya mengarah
pada penggunaan SDM secara tidak efisien. Sleman juga melakukan tindakan
afirmatif, karena hanya memperkerjakan kaum minoritas (perempuan).
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan As-Sunnah

Velasquez, Manuel. 2012. Business Ethics: Concept and Cases. United States of
America: Pearson
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai