id
SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD NAJIB
NIM. I0405037
Disusun oleh
MUHAMMAD NAJIB
NIM. I0405037
Dosen Pembimbing
Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari Kamis, tanggal
21 Oktober 2010
Mengetahui,
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu sendiri
niscaya kamu memperoleh (balasan) di sisi Allah sebagai balasan
yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.”
(Al Muzamil:20)
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, hidayah dan inayah-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan penulisan skripsi
ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana
teknik di Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menghaturkan terima kasih yang sangat mendalam kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian dan penulisan skripsi ini,
khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Kuncoro, S.T., M.T. selaku pembimbing skripsi I yang
dengan sabar dan penuh pengertian telah memberikan banyak bantuan dan
ilmunya dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Eko P. B, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik yang selama ini
telah membantu dan memperjuangkan dalam kelancaran kegiatan akademik.
3. Bapak Dody Ariawan, ST., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik UNS dan sebagai tim penguji yang telah memberikan
masukan-masukan dan ilmu yang berharga.
4. Bapak Dr. Muh. Nizam, S.T., M.T., dan bapak Ir. Wijang R, M.T., sebagai
tim penguji yang telah memberikan masukan-masukan dan ilmu yang
berharga.
5. Keluarga tercinta (Abah, ibu, dan kakak) yang telah memberikan sumbangan
besar baik moril maupun materil.
6. Ajeng Fitri Setiasih, S.E., kekasih pujaan hati yang telah menemani dalam
susah dan senang serta dengan sabar menunggu kelulusan penulis.
7. Pakde Bude, Om Tante, Mbah yuk Mbah kung, semuanya Bani Nahrowi
Bani Muslim, terima kasih banyak.
8. Teman-teman Angkatan 2005 dan teman-teman seperjuangan (Ridwan,
kunto, gagas, bayu, dan nikman) Teknik Mesin FT UNS.
9. Teman-teman bermain anak warkop ”yu sampi”, anak-anak ponpes al-
ittihad, SMANSA 05 Rembang, kos ”Bachelor”, teman bulutangkis RSJ-
club dan bengawan sport, terima kasih banyak dan tetep jadilah yang
terbaik. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penyusun
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
SURAT PENUGASAN TUGAS AKHIR ..................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... .. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
MOTTO ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V. PENUTUP......................................................................................... 44
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 44
5.2. Saran ............................................................................................ 44
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. IFSS and Mechanichal Properies Of Jute Fiber Mat Reinforced
Composites ..................................................................................... 7
Tabel 2.2. Sifat Mekanis Serat Alam .............................................................. 14
Tabel 2.3. Spesifikasi Unsaturated Polyester Resin (UPRs)........................... 16
Tabel 3.1. Data Spesimen Komposit Skin....................................................... 31
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Rami Non Perlakuan......... 36
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Rami Perlakuan Alkali...... 38
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kekuatan tarik rata-rata komposit serat ijuk-epoxy ................. 6
Gambar 2.2 Effect of percentage volume fraction of fiber on tensile
strength of untreated and treated okra woven fiber reinforced
polyestercomposites………………………….............................. 7
Gambar 2.3. SEM micrograph...................................................................... 8
Gambar 2.4. Pengaruh Waktu Perlakuan Alkali Terhadap Komposit ......... 8
Gambar 2.5. Pembagian Komposit Berdasarkan Penguat ............................ 12
Gambar 2.6. Ilustrasi Komposit Berdasarkan Penguat ................................. 12
Gambar 2.7. Daun dan Serat Rami ............................................................... 13
Gambar 2.8. Proses Hand Lay Up................................................................. 19
Gambar 2.9. Grafik Regangan dan Tegangan ............................................... 22
Gambar 3.1. Serat Rami ................................................................................ 23
Gambar 3.2. Unsaturated Polyester Resin (UPRs) ....................................... 23
Gambar 3.3. Timbangan Digital ................................................................... 23
Gambar 3.4. Oven Pemanas .......................................................................... 24
Gambar 3.5. Moisture Analyser .................................................................... 25
Gambar 3.6. Alat-alat Pembuatan Spesimen ................................................ 26
Gambar 3.7. Perlakuan Alkali Serat.............................................................. 27
Gambar 3.8. Proses Pelurusan dan Pemotongan Serat.................................. 27
Gambar 3.9. Pembuatan Mat Serat Rami. ..................................................... 29
Gambar 3.10. Dimensi Komposit Skin Serat Rami ......................................... 29
Gambar 3.11. Bentuk Spesimen Uji Tarik ...................................................... 31
Gambar 3.12. Mesin Uji Tarik UTM .............................................................. 32
Gambar 3.13. Diagram Alir Penelitian ........................................................... 34
Gambar 4.1. Grafik Kadar Air Serat Rami ................................................... 35
Gambar 4.2. Grafik Tegangan Tarik Komposit Serat Rami Non Perlakuan. 36
Gambar 4.3.Grafik Regangan Tarik Komposit Serat Rami Non Perlakuan. 37
Gambar 4.4.Grafik Modulus Komposit Serat Rami Non Perlakuan............. 38
Gambar 4.5.Grafik Tegangan Tariok Komposit Serat Rami Perlakuan
Alkali…………………………………..……………………... 39
Gambar 4.6. Grafik Regangan Tarik Komposit Serat Rami Perlakuan
Alkali ......................................................................................... 40
Gambar 4.7. Grafik Modulus Tarik Komposit Serat Rami Perlakuan Alkali 40
Gambar 4.8. Foto Makro Komposit Serat Rami Non Perlakuan.................. 42
Gambar 4.9. Foto Makro Komposit Serat Rami Perlakuan Alkali............... 43
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Langkah-langkah perhitungan kebutuhan serat dan matrik........ 48
Lampiran 2. Perhitungan fraksi volume serat real .......................................... 50
Lampiran 3. Dimensi spesimen uji tarik komposit …………………………. 51
Lampiran 4. Data hasil pengujian tarik……………………………………… 52
Lampiran 5. Data pengujian kadar air……………………………………….. 53
Lampiran 6. Grafik hasil uji tarik spesimen…………………………………. 54
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
INTISARI
Kata Kunci : serat rami, fraksi volume komposit, perlakuan alkali, kekuatan
tarik komposit
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Selama ini serat rami kebanyakan hanya diolah menjadi bahan baku
tekstil. Seperti industri kerajinan serat rami di Koppontren Darussalam, Garut,
Jawa Barat. Produksi kerajinannya telah diekspor sampai ke Jepang. Disisi lain
serat rami sebagai penguat bahan komposit dirasa kurang dikembangkan. Padahal
serat rami diyakini merupakan serat alam berbasis selulosa yang memiliki sifat
mekanis paling tinggi diantara serat alam lainya. Serat rami memilki kadar
selulosa mencapai 45-53 persen, sedangkan lignin sebagai komponen yang
merugikan bahan komposit hanya 21-26 persen (Soemardi, 2009). Serat rami yang
dipadu dengan epoxy dapat digunakan sebagai bahan baku tabung gas. Dalam
bidang militer komposit berpenguat serat rami dapat digunakan untuk bahan helm
anti peluru. Helm tahan peluru ini memiliki kemampuan menahan peluru hingga
level IV standar National of Justice (NIJ) (Marsyahyo, 2007).
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi plastik, sejak tahun
1990-an teknologi komposit bermatrik polimer mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Bahkan pada dasawarsa terakhir, kecenderungan perkembangan
material komposit bergeser pada penggunaan kembali serat alam sebagai
pengganti serat sintetik. Hal ini didukung oleh beberapa keunggulan yang dimiliki
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
oleh serat alam, di antaranya adalah massa jenisnya yang rendah, terbaharukan,
produksi memerlukan energi yang rendah, proses lebih ramah, serta mempunyai
sifat insulasi panas dan akustik yang baik (Jamasri, 2009).
Menurut Jamasri (2009) penggunaan kembali serat alam dipicu oleh
adanya regulasi tentang persyaratan habis pakai produk komponen otomotif bagi
negara-negara Uni Eropa dan sebagian Asia. Bahan sejak tahun 2006, negara-
negara Uni Eropa telah mendaur ulang 80 persen komponen otomotif dan akan
meningkat menjadi 85 persen pada tahun 2015. Di Asia khususnya di Jepang,
sekitar 88 persen komponen otomotif telah di daur ulang pada tahun 2005 dan
akan meningkat pada tahun 2015 menjadi 95 persen.
Saat ini, komposit serat alam telah menjadi pilihan utama pada beberapa
aplikasi di bidang industri dunia. Seperti produsen elekronik NEC dan mobil
Toyota di Jepang (Toyota Corp. Japan,2005). Meski begitu, sampai saat ini
komposit serat alam belum banyak digunakan di berbagai industri di Indonesia.
Industri yang sudah memanfaatkannya, misalnya PT INKA Madiun yang telah
mengaplikasikan komposit baik serat sintetik maupun serat alam sebagai
komponen gerbang kereta api. Substitusi panel baja dengan panel komposit itu
mencapai 60 persen (Sumber: www.suaramerdeka.com/cybernews).
Matrik dan penguat (serat) adalah unsur utama penyusun komposit. Matrik
berfungsi mendistribusikan beban-beban ke serat serta melindungi serat-serat dari
abrasi dan impak (Smallman dan Bishop, 1999). Sedangkan serat merupakan
unsur utama penahan beban. Perbandingan komposisi antara matrik dan serat
merupakan faktor penentu dalam memberikan karakteristik kekuatan komposit
yang dihasilkan. Perbandingan ini dapat ditunjukkan dalam bentuk fraksi volume
serat (Vf).
Kemudian permasalahan lain yang timbul adalah cara meningkatkan
ikatan (mechanical bonding) antara serat rami dan matrik. Karena sifat alami serat
alam adalah hydrophilic yaitu suka terhadap air, berbeda dari polimer yang
hydrophobic. Perbedaan sifat ini membuat resin dan serat alam susah menyatu.
Pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat permukaan serat alam selulosa telah
diteliti dimana kandungan optimum air mampu direduksi sehingga sifat alami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
adalah 216,8 Mpa dan 26,79 Gpa. Harga ini meningkat 123% dan 163,7%
dibanding komposit pada vf = 20,13%. Studi perlakuan alkali (5% NaOH)
komposit kenaf acak-UPRs menunjukkan bahwa pada perlakuan alkali selama 2
jam menghasilkan kekuatan tarik dan modulus teringgi untuk sembarang vf, dan
selanjutnya diikuti oleh komposit yang diperkuat serat tanpa perlakuan. Pada vf =
40 %, kekuatan komposit tertinggi tersebut adalah sekitar 80 MPa dan modulus
tariknya 10 GPa.
Gambar 2.1. Kekuatan tarik rata-rata dari berbagai macam komposisi serat ijuk-
epoxy (Widodo, 2008).
K. Murali Mohan Rao, Dkk (2009) telah meneliti tentang serat okra anyam
dalam jurnalnya yang berjudul Tensile properties characterization of okra woven
fiber reinforced polyester composites. Dalam penelitiannya serat okra anyam
divariasi menjadi tiga yaitu serat okra anyam tanpa perlakuan kimia (OW),
perlakuan 0.125% NaOH selama 6 jam (CT-1), dan perlakuan 0.125% NaOH
selama 45 menit (CT-2). Hasilnya diperoleh serat okra anyam dengan perlakuan
kimia (CT-2) memilki kekuatan paling tinggi dari yang lain (Gambar 2.2).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
X.Y. Liu dan G.C. Dai (2007) dalam risetnya yang berjudul Surface
Modification And Micromechanical Properties OfJute Fiber Mat Reinforced
Polypropylene Composites, menyimpulkan bahwa modifikasi permukaan serat
jute dengan perlakuan alkali adalah sangat efektif untuk meningkatkan ikatan
adhesi antara serat dan matrik dalam komposit polypropylene berpenguat serat
jute. Perlakuan alkali dapat menghilangkan lapisan lilin dan lemak pada serat
yang dapat menyulitkan serat dibasahi resin. Dari pengamatan dengan SEM-
micrograph, terlihat permukaan serat jute tanpa perlakuan alkali lebih halus
dibanding serat jute perlakuan alkali yang terlihat lebih kasar (Gambar 2.2).
Perlakuan alkali juga dapat meningkatkan kekuatan geser interfacial, kekuatan
tarik dan kekuatan mulur dari komposit (Tabel 2.1).
Tabel 2.1. IFSS and mechanical properties of jute fiber mat reinforced PP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3. SEM micrographs of: (a) untreated jute (5000×); (b) 5%NaOH treated jute
(5000×); (c) untreated jute (10000×); and (d) 5%NaOH treated jute (10000×).
Ray dkk (2001) dalam penelitiannya Effect of alkali treated jute fibres on
composite properties, memperoleh hasil bahwa perlakuan alkali (5% NaOH) pada
serat jute dapat menaikkan kekuatan dari komposit serat jute. Tetapi durasi
perlakuan serat yang lama dapat mengikis hemi selulosa pada serat jute, sehingga
kekuatan serat jute menurun secara signifikan (Gambar 2.3).
Gambar 2.4. Pengaruh waktu perlakuan alkali terhadap nilai perubahan modulus
dan kekuatan mulur dari komposit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
B. Properties Komposit
Komposit merupakan paduan dari dua atau lebih bahan yang mempunyai
sifat yang berbeda, maka hasilnya akan diperoleh sifat serta karakteristik yang
berbeda pula. Menurut Urquhart (1991) sifat maupun karakteristik dari komposit
ditentukan oleh :
· Material yang menjadi penyusun komposit
Karakteristik komposit ditentukan berdasarkan karakteristik material
penyusun menurut rule of mixture sehingga akan berbanding secara
proporsional.
· Bentuk dan penyusunan struktural dari penyusun
Bentuk dan cara penyusunan komposit akan mempengaruhi karakteristik
komposit.
· Interaksi antar penyusun
Bila terjadi interaksi antar penyusun akan meningkatkan sifat dari
komposit.
C. Klasifikasi Komposit
Secara umum pengelompokan komposit dapat dibedakan menjadi dua,
pengelompokan tersebut yaitu berdasarkan matrik dan penguatnya. Berdasarkan
matriknya komposit dapat digolongkan menjadi tiga (Courtney, 1983) yaitu :
a) Komposit matrik logam (KML), yaitu logam sebagai matrik
b) Komposit matrik polimer (KMP), yaitu polimer sebagai matrik
c) Komposit matrik keramik (KMK), yaitu keramik sebagai matrik.
Yang kedua adalah berdasarkan unsur penguatnya, menurut Courney (1983)
dapat dibedakan menjadi tiga :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
botani dari Negeri Belanda yang bernama George E. Rumphius pada tahun 1660
di daerah India Timur dan diberi nama Ramium majus.
Kemudian pada tahun 1737 tanaman tersebut dideskripsi dalam Hortus
Cliffortianus oleh Carl yon Linne (Linnaeus) menjadi Boehmeria nivea. Tanaman
rami pertama kali diintroduksikan ke Negeri Belanda tahun 1733, Rami mulai
ditanam di Indonesia sejak tahun 1937, yang mencakup wilayah pertanaman di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, dan Sulawesi (Anonim,
1986).
Rami merupakan tanaman tahunan dengan bentuk tanaman herba
berumpun banyak yang menghasilkan serat dari kulit batangnya. Serat rami
tergolong dalam serat panjang, kuat, dan baik untuk bahan baku tekstil karena
memiliki struktur yang mirip dengan serat kapas (Berger, 1969; Buxton dan
Greenhalgh, 1989). Untuk diambil seratnya, batang tanaman rami dipanen setiap
dua bulan sekali dan diproses dengan mesin dekortikator sehingga menghasilkan
serat kasar (china grass). Sebelum dipintalmenjadi benang, serat kasar yang
masih banyak mengandung getah (gum) perlu dibersihkan melalui proses
degumming, dan proses pemutihan serta pelemasan dengan pemberian minyak
(oiling) sehingga menjadi serat yang putih dan lemas (rami top).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.2. Sifat Mekanis Serat Alam (Muller dan Krobjilowski, 2003)
Properties
Tensile Young’s
Fiber Elongation Density Diameter Length
Strength Modulus
(%) (gr/cm3) (µm) (mm)
(Mpa) (Gpa)
Ramie bast 1050 61,5 3,6 – 3,8 1,5 – 1,6 40 – 80 60 – 26
Kenaf bast 930 53 1,6 1,4 200 2–6
Coco shell 175 4–6 25 1,2 100 – 400 -
Sisal leaf 835 9,4 – 22 2–4 1,16- 1,5 50 – 200 1–5
Banana bast 540 - 3 1,3 50 – 250 -
Pineapple
740 - 2,4 - - -
leaf
5 –
E- Glass 1800 69 – 73 2–3 2,5 -
25
Penggunaan resin jenis ini dapat dilakukan dari proses hand lay up sampai
dengan proses yang kompleks yaitu dengan proses mekanik. Resin ini banyak
digunakan dalam aplikasi komposit pada dunia industri dengan pertimbangan
harga relatif murah, curing yang cepat, warna jernih, kestabilan dimensional dan
mudah penanganannya (Billmeyer, 1984). Pengesetan termal digunakan Benzoil
Peroksida (BPO) sebagai katalis. Temperatur optimal adalah 800-1300C, namun
demikian kebanyakan pengesetan dingin yang digunakan. Metyl Etyl Keton
Peroksida (MEKPO) digunakan sebagai katalis dan ditambahkan pada 1-2 %
(Surdia dan Saito, 1985).
Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin Unsaturated
Polyester (UP) Yukalac 157Ò BTQN-EX. Pemberian bahan tambahan katalis
jenis methyl ethyl ketton peroxide (MEKPO) pada resin UPRs berfungsi untuk
mempercepat proses pengerasan cairan resin (curing). Penambahan katalis dalam
jumlah banyak akan menimbulkan panas yang berlebihan pada saat proses curing
(Bilmeyer, 1984).
c. Katalis Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO)
Katalis yang digunakan adalah katalis Methyl Ethyl Keton Peroxide
(MEKPO) dengan bentuk cair, berwarna bening. Fungsi dari katalis adalah
mempercepat proses pengeringan (curring) pada bahan matriks suatu komposit.
Semakin banyak katalis yang dicampurkan pada cairan matriks akan mempercepat
proses laju pengeringan, tetapi akibat mencampurkan katalis terlalu banyak adalah
membuat komposit menjadi getas (Surdia dan Saito, 1985).
Penggunaan katalis sebaiknya diatur berdasarkan kebutuhannya. Pada saat
mencampurkan katalis ke dalam matriks maka akan timbul reaksi panas (600-
900C). Proses pengerasan resin diberi bahan tambahan yaitu, katalis jenis Metyl
Etyl Keton Peroksida (MEKPO), katalis digunakan untuk mempercepat proses
pengerasan cairan resin pada suhu yang lebih tinggi. Pemakaian katalis dibatasi
sampai 1% dari volume resin (P.T. Justus Sakti Raya, 2001).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
pengeringan. Air bebas ini tidak mempengaruhi sifat dan bentuk kecuali
berat. Bila air bebas telah keluar dan kondisi dinding sel jenuh air, maka
dapat dikatakan suatu bahan telah mencapai kadar air titik jenuh serat (fiber
saturation point).
b. Air terikat (bound water) adalah air yang berada di dalam sel selulosa. Air
teikat ini sangat sulit untuk dilepas apabila mengalami pengeringan. Air
terikat inilah yang dapat mempengaruhi sifat misalnya penyusutan.
Kadar air bebas sel selulosa pada serat harus dihilangkan, namun kadar air
terikat di dalam sel harus dipertahankan agar tidak terjadi degradasi kekuatan serat
selulosa (Diharjo, dkk. 2006). Penentuan kadar air pada serat dilakukan dengan
membagi massa serat basah (massa awal) dengan massa serat setelah kondisi
kering (massa tetap). Kadar air pada kayu dan serat dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan 2.1 (Simpson, 1997).
dengan catatan : Kdair = kadar air (%); Wa = massa serat basah (gr); Wo = massa
kering serat (gr).
2.4. Fraksi Volume Serat (vf)
Jumlah perbandingan yang biasanya digunakan dalam pembuatan
komposit adalah rasio berat (fraksi berat) dan rasio volume (fraksi volume), hal
ini dikarenakan satuan dari matrik dan serat biasa dihitung dengan satuan massa
dan satuan volume (Prayetno, 2007).
Fraksi Volume (vf) :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
dengan catatan : mf = massa serat (gr); mm = massa matrik (gr); ρf = massa jenis
serat (gr/mm3); ρm = massa jenis matrik (gr/mm3).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai
data pendukung bagi spesifikasi bahan (Dieter, 1986).
Uji tarik adalah salah satu uji stress-strain mekanik yang bertujuan untuk
mengetahui kekuatan bahan terhadap gaya tarik. Dalam pengujiannya, bahan uji
ditarik sampai putus. Pengujian tarik dilakukan untuk mencari tegangan dan
regangan (stress strain test). Dari pengujian ini dapat kita ketahui beberapa sifat
mekanik material yang sangat dibutuhkan dalam desain rekayasa. Hasil dari
pengujian ini adalah grafik beban versus perpanjangan atau elongasi (Pramono,
2008).
Hal-hal yang mempengaruhi kekuatan tarik komposit antara lain (Surdia,
1995) :
a. Temperatur
Apabila temperatur naik, maka kekuatan tariknya akan turun
b. Kelembaban
Pengaruh kelembaban ini akan mengakibatkan bertambahnya absorbsi air,
akibatnya akan menaikkan regangan patah, sedangkan tegangan patah dan
modulus elastisitasnya menurun.
c. Laju Tegangan
Apabila laju tegangan kecil, maka perpanjangan bertambah dan
mengakibatkan kurva tegangan-regangan menjadi landai, modulus elastisitasnya
rendah. Sedangkan kalau laju tegangan tinggi, maka beban patah dan modulus
elastisitasnya meningkat tetapi regangannya mengecil.
A. Tegangan Tarik
Ilmu kekuatan bahan adalah kumpulan pengetahuan yang membahas
hubungan antara gaya intern, deformasi dan beban luar. Persamaan keseimbangan
statis diterapkan terhadap gaya yang bekerja pada suatu bagian benda, agar
diperoleh hubungan antara gaya luar yang bekerja pada bagian konstruksi dengan
gaya intern yang melawan bekerjanya beban luar. Gaya tahan intern ini yang
disebut tegangan (Dieter, 1986), yang dirumuskan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
(2.6)
Dengan catatan :
· P = Beban yang diberikan dalam arah tegak lurus terhadap penampang
spesimen ( N )
· A0 = Luas penampang mula-mula spesimen sebelum diberikan
pembebanan ( m2 )
· σ = Engineering Stress ( Pa )
B. Regangan Tarik
Besarnya regangan adalah jumlah pertambahan panjang karena
pembebanan dibandingkan dengan panjang daerah ukur mula-mula (gage length).
Nilai regangan ini adalah regangan proporsional yang didapat dari garis
proporsional pada grafik tegangan-tegangan hasil uji tarik komposit (Surdia T dan
Saito, 1985). Regangan dapat dihitung dengan rumus :
(2.7)
Dengan catatan:
· ε = Engineering Strain (%)
· L0 = Panjang mula-mula spesimen sebelum diberikan pembebanan (mm)
· ΔL= Pertambahan panjang (mm)
C. Modulus Elastisitas
Pada daerah proporsional yaitu daerah dimana tegangan dan regangan
yang terjadi masih sebanding, defleksi yang terjadi masih bersifat elastis dan
masih berlaku hukum Hooke. Besarnya nilai modulus elastisitas komposit yang
juga merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan pada daerah
proporsional dapat dihitung dengan persamaan (Surdia T dan Saito, 1985):
(2.8)
Dengan catatan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
23
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
c. NaOH
Larutan NaOH diperoleh dari Kimia Farma Surakarta, ini digunakan untuk
memberikan perlakuan alkali pada serat rami.
d. Katalis
Penelitian ini menggunakan katalis Methyl Ethyl Ketton Peroxide (MEKPO) yang
diperoleh dari PT. Justus Kimia Raya Semarang. Katalis berfungsi untuk mempercepat
pengerasan.
e. Release
Ini berfungsi untuk memudahkan pelepasan komposit dari cetakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
e. Moisture Analyser
Alat ini digunakan untuk menyelidiki kadar air serat rami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
lebih lanjut, baik untuk diuji maupun maupun dibuat menjadi mat serat
(komposit).
PRESS MOLD
Orientasi acak mat
Papan
Mat Serat
3 mm
100 mm
180 mm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
A B
Gambar 3.12. a. Mesin Uji Tarik UTM b. Spesimen Uji Tarik Komposit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
PENGADAAN MATERIAL
serat rami, polyester, hardener,
dan peralatan yang digunakan
Resin Unsaturated
PEMBUATAN KOMPOSIT SKIN Polyester Yukalac
variasi fraksi volume serat 20%,
157 BTQN- EX +
30%, 40%, dan 50%
Katalis MEKPO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
KESIMPULAN
SELESAI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1. Grafik hubungan antara kadar air serat rami dengan lama pengeringan serat
rami.
Kadar air serat rami menurun seiring lamanya pengeringan serat dengan pemanasan
pada suhu 1050C. Kadar air serat rami menurun secara signifikan pada menit ke enam
pemanasan serat. Hal ini dikarenakan air bebas yang terdapat pada serat menguap dengan
cepat dan selanjutnya air terikat pada serat akan menguap pada pemanasan selanjutnya.
Dalam penelitian ini, kadar air dalam serat dipilih sekitar 9% berdasarkan penelitian
sebelumnya (Diharjo, 2007).
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Data hasil pengujian tarik komposit berpenguat serat rami tanpa perlakuan alkali
dengan matrik polyester dengan variasi fraksi volume serat ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Untuk memudahkan menganalisa data-data hasil penelitian ini, maka hasilnya dipaparkan
dalam bentuk kurva sifat tarik komposit seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Rami Non Perlakuan
Variasi Variasi Tegangan Tarik (MPa) Regangan (%) Modulus Elastisitas (GPa)
vf awal vf real Min Maks Rata- Min Maks Rata- Min Maks Rata-
rata rata rata
20% 19,87% 17,24 24,92 21,45 0,2 0,4 0,26 6,23 11,11 8,7
30% 29,66% 23,54 27,86 25,17 0,2 0,4 0,34 5,73 12,14 7,8
40% 39,68% 27,16 33,34 29,54 0,2 0,5 0,32 8,30 14,21 10,3
50% 47,89% 26,52 33,24 29,41 0,2 0,5 0,34 7,52 12,67 9,2
Gambar 4.2. Grafik hubungan antara tegangan tarik komposit serat rami dengan fraksi
volume serat.
Pada fraksi volume serat 19,87% memiliki kekuatan paling lemah yaitu sebesar 21,45
MPa kemudian meningkat seiring bertambahnya fraksi volume serat dan mencapai
puncaknya pada fraksi volume serat 39,68% sebesar 29,54 MPa (Gambar 4.2). Ini disebakan
serat merupakan unsur dalam komposit yang berfungsi sebagai penahan beban, semakin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
tinggi fraksi volume serat maka kandungan serat dalam komposit akan semakin meningkat
sehingga sangat berpotensi untuk memberikan dukungan yang lebih pada komposit untuk
menahan beban.
Akan tetapi, volume serat yang tinggi tidak selalu memberikan pengaruh yang baik
terhadap kekuatan komposit. Ini terbukti pada fraksi volume serat 47,89% terjadi penurunan
kekuatan walaupun tidak signifikan yaitu sebesar 29,41 MPa (Gambar 4.2). Hal ini dapat
dijelaskan bahwa kekuatan komposit tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah serat saja, tetapi
juga dipengaruhi jumlah matrik sebagai pengikat serat. Semakin tinggi fraksi volume serat
otomatis volume matrik juga akan semakin berkurang. Dalam jumlah yang terlalu sedikit
dibanding serat, matrik tidak mampu dengan baik mengikat antara serat satu dengan yang
lain. Akibatnya pada saat pembebanan tarik, beban yang diberikan pada komposit tidak dapat
dapat terdistribusi dengan baik dikarenakan ikatan antar serat lemah.
Komposit serat rami tanpa perlakuan alkali mempunyai nilai regangan tertinggi pada
fraksi volume serat 47,89% yaitu 0,34%, sedangkan pada fraksi volume serat 19,87%
mempunyai nilai regangan terendah 0,26% (Gambar 4.3). Sedangkan modulus tariknya
memiliki nilai tertinggi pada fraksi volume 39,68% sebesar 10,3 GPa, sedangkan pada fraksi
volume 19,87%, 29,66% dan 47,89% mempunyai harga modulus tarik yang masing-masing
8,7 GPa, 7,89 GPa, dan 9,29 GPa (Gambar 4.4). Nilai modulus tarik sangat dipengaruhi oleh
regangannya, semakin rendah regangan yang terjadi maka nilai dari modulus tarik akan
semakin tinggi.
Kekuatan komposit serat rami non perlakuan sangat dipengaruhi oleh jumlah serat
dan matriknya. Jumlah serat ataupun jumlah matrik yang terlalu tinggi terbukti tidak
memberikan pengaruh yang baik pada kekuatan komposit. Untuk itu dapat diambil
kesimpulan, kekuatan tarik komposit maksimal terjadi dengan memadukan komposisi serat
dan matrik tertentu. Pada komposit serat rami non perlakuan memiliki kekuatan maksimal
pada fraksi volume serat 39,68% karena memiliki kekuatan tarik dan kekakuan lebih tinggi
dari variasi fraksi volume serat yang lain yaitu sebesar 29,54 MPa dan 10,3 GPa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Gambar 4.3. Grafik hubungan regangan tarik komposit serat rami dengan fraksi
volume serat.
Gambar 4.4. Grafik hubungan modulus tarik komposit serat rami dengan fraksi
volume serat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
4.3. Pengaruh Perlakuan Alkali Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Serat Rami.
Dari pengujian tarik yang telah dilakukan pada komposit berpenguat serat rami
perlakuan alkali (5% NaOH) optimasi fraksi volume serat 39,68% diperoleh hasil seperti
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Rami Perlakuan Alkali Fraksi Volume Serat
39,68%.
Gambar 4.5. Grafik hubungan antara tegangan tarik komposit dengan lama perlakuan alkali
Pada fraksi volume serat 39,68%, komposit serat rami perlakuan alkali selama 2 jam
mempunyai nilai kekuatan tarik rata-rata lebih tinggi dibanding dengan komposit serat rami
tanpa perlakuan alkali. Bertambahnya kekuatan tarik ini dikarenakan perlakuan alkali serat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
menyebabkan permukaan serat menjadi kasar sehingga memudahkan serat untuk dibasahi
resin akibatnya ikatan antar muka serat dengan matrik menjadi lebih kuat. Perlakuan alkali
pada serat dapat mengurangi lapisan lemah seperti lilin, lemak dan kotoran lainnya pada
permukaan serat yang dapat menghalangi ikatan antara serat dan matrik (Liu dan Day, 2007).
Komposit serat rami perlakuan alkali optimasi fraksi volume serat 39,68% memiliki
kekuatan tarik maksimum pada perlakuan alkali selama 2 jam dengan nilai 41,60 MPa,
kemudian kekuatan tariknya menurun seiring bertambahnya waktu perlakuan alkali. Ini
dikarenakan perlakuan alkali yang lebih lama dapat merusakkan unsur selulosa pada serat
(Ray dkk, 2001), padahal selulosa ini merupakan unsur pendukung utama kekuatan serat.
Akibatnya serat rami yang diberi perlakuan alkali lebih lama mengalami penurunan kekuatan
yang signifikan. Serat yang telah menurun kekuatannya menjadikan kekuatan komposit juga
ikut turun.
Gambar 4.6. Grafik hubungan antara regangan tarik komposit dengan lama perlakuan alkali
serat rami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Gambar 4.7. Grafik hubungan antara modulus tarik komposit dengan lama perlakuan alkali
serat rami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
Pada komposit berpenguat serat rami non perlakuan memiliki pull out serat yang
lebih panjang dan terlihat tidak teratur dibandingkan komposit berpenguat serat rami
perlakuan alkali. Mekanisme kegagalan seperti ini masih tampak pada komposit berpenguat
serat rami perlakuan alkali selama 2 jam, 4 jam, dan 6 jam walaupun dalam jumlah yang
sedikit dan relatif lebih pendek (Gambar 4.9). Komposit berpenguat serat rami perlakuan
alkali selama 8 jam memilki pull out serat yang jauh lebih halus dari yang lainnya (Gambar
4.11), ini disebabkan ikatan serat dan matriknya lebih baik. Perlakuan alkali serat terbukti
dapat menghilangkan lapisan lilin pada permukaan serat dan mengakibatkan permukaan serat
menjadi kasar (Liu dan Day, 2007). Lapisan lilin pada permukaan serat dapat menghalangi
ikatan antar muka serat-matrik dan permukaan serat yang kasar memudahkan serat untuk
dibasahi resin sehingga ikatan adhesi antar muka serat dan matrik menjadi lebih kuat. Jadi
ketika terjadi pembebanan tarik, matrik dan serat mengalami patah pada saat yang hampir
bersamaan karena ikatan kuat yang terjadi. Sehingga pull out yang terjadi pada komposit
serat rami perlakuan alkali dapat diminimalisir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
0,5 cm
A B
Pull out
Pull out
Pull out
Pull out
C D
Gambar 4.8. Foto penampang patahan spesimen ujitarik komposit serat rami non perlakuan.
a. Komposit serat rami non perlakuan fraksi volume serat 20%.
b. Komposit serat rami non perlakuan fraksi volume serat 30%.
c. Komposit serat rami non perlakuan fraksi volume serat 40%.
d. Komposit serat rami non perlakuan fraksi volume serat 50%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
Pull out
A C
Pull out
Pull out
B D
Gambar 4.9. Foto penampang patahan spesimen ujitarik komposit serat rami perlakuan alkali.
a. Komposit serat rami perlakuan alkali selama 2 jam.
b. Komposit serat rami perlakuan alkali selama 4 jam.
c. Komposit serat rami perlakuan alkali selama 6 jam.
d. Komposit serat rami perlakuan alkali selama 8 jam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan analisa pengujian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan :
1. Komposit dengan penguat serat rami tanpa perlakuan dan matrik polyester
(UPRs) dengan variasi fraksi volume serat memiliki kekuatan tarik tertinggi
(29,54 MPa) pada fraksi volume serat 39,68% .
2. Komposit yang diperkuat serat rami perlakuan alkali (5% NaOH) selama 2
jam memiliki kekuatan tarik tertinggi yaitu sebesar 36,71 MPa.
3. Komposit berpenguat serat rami tanpa perlakuan alkali memiliki karakteristik
kegagalan fiber pull out yang panjang dan banyak pada penampang patahan
komposit, sedangkan pada komposit berpenguat serat rami perlakuan alkali
memiliki fiber pull out yang lebih pendek dan sedikit.
5.2. Saran
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Selain itu
penulis juga menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pencetakan komposit, antara lain :
1. Pada proses pembuatan serat acak hendaknya serat disusun merata agar
memudahkan pencetakan,dan menghasilkan cetakan komposit yang tebalnya
sama dalam satu bidang.
2. Meminimalkan keberadaan rongga udara (void) pada komposit yang akan
dibuat sehingga akan menaikkan kekuatan komposit dengan menggunakan
alat tekan yang lebih baik.
44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
45
commit to user