com
LAPORAN KASUS
SINDROM KOMPARTEMEN
Disusun Oleh :
Juwita Kwan Ciu I 11106037
2011
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 1/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Mahasiswa
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 2/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
BAB I
1.1 Identitas
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 70 Tahun
Agama : Islam
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 3/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
Lima hari perawatan di rumah sakit (pasca operasi) kaki kiri pasien
d. Riwayat Operasi
OS belum pernah menjalani operasi sebelumnya.
a. Tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, kesan gemuk
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Napas
: 18x/menit
b. Status Generalis
Kepala-Leher :
Kepala : Tak ada kelainan
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Hidung : Sekret (-), Darah (-)
Telinga : Sekret (-), Darah (-)
Leher : Tidak ada keterbatasan gerak
Thorax :
Paru :
o Inspeksi : Bentuk dan Gerak Simetris
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 4/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
Abdomen :
o Inspeksi : Tampak cembung
Extremitas :
Ekstremitas Atas
o Dextra : DOTS (-)
Ekstremitas Bawah
o Dextra : DOTS (-)
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 5/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
dorsalis pedis
Feel : Nyeri tekan (+), parestesi (+), paralisis (-), pulsasi dorsalis
pedis(+)
Move : keterbatasan gerak (+)
Darah Rutin
1.6 Diagnosis
Post fasciotomi dengan sindrom kompartemen
1.7 Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tetes/menit
Ketorolac drip
Ceftriaxon 2x1gr
Gentamicin 2x1 amp
Ranitidin 2x1 amp
Diet tinggi protein
1.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 6/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Anatomi
Kompartemen merupakan daerah tertutup yang dibatasi oleh tulang,
interosseus membran, dan fascia, yang melibatkan jaringan otot, saraf dan
pembuluh darah. Otot mempunyai perlindungan khusus yaitu fascia, dimana
fascia ini melindungi semua serabut otot dalam satu kelompok.
Secara anatomik, sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak
yaitu terletak di lengan atas (kompartemen anterior dan posterior), di lengan
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 7/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
Atas Brachialis;
A. Brachialis;
N. Musculocutaneus
Struktur yang Menembus Kompartemen : N.
Musculocutaneus, N. Medius, M. Ulnaris, A.
Brachialis, V. Basilica
Posterior M. Triceps brachii;
A. Profunda brachii, A. Collateralis ulnaris;
N. Radialis
Struktur yang Menembus Kompartemen : N.
Radialis dan N. Ulnaris
Lengan Anterior M. Pronator teres, M. Flexor carpi radialis, M.
Bawah Palmaris longus, M. Flexor carpi ulnaris, M.
Flexor digitorum superficialis, M. Flexor
pollicis longus, M. Flexor digitorum profundus,
M. Pronator quadratus;
A. Ulnaris, A. Radialis;
N. Medianus
Lateral M. Brachioradialis, m. Flexor carpi radialis
longus;
A. Radialis, a. Brachialis;
N. Radialis
Posterior M. Extensor carpi radialis brevis, M. Extensor
digitorum, M. Extensor digiti minimi, M.
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 8/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
N. Tibialis
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 9/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
2.1.3 Patofisiologi
Patofisiologi sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal
normal yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah
kapiler, dan nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia.
Tanpa memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan
menyebabkan obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan
terus meningkat hingga tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada
titik ini, tidak ada lagi darah yang akan masuk ke kapiler, menyebabkan
kebocoran ke dalam kompartemen, sehingga tekanan dalam kompartemen
semakin meningkat. Penekanan saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan
nyeri hebat.
Bila terjadi peningkatan intrakompartemen, tekanan vena meningkat.
Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini
penghantaran oksigen juga akan terhenti, Sehingga terjadi hipoksia jaringan
( pale). Jika hal ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang
akan menyebabkan kerusakan ireversibel komponen tersebut.
Ada 3 teori tentang penyebab iskemia, yaitu:
1. Spasme arteri akibat peningkatan tekanan kompartemen
2. “Theori of critical closing pressure.” Akibat diameter yang kecil dan
tekanan mural arteriol yang tinggi, tekanan transmural secara signifikan berbeda
(tekanan arteriol-tekanan jaringan) ini dibutuhkan untuk memelihara patensi. Bila
tekanan jaringan meningkat atau tekanan arteriol menurun perbedaan tidak ada,
yaitu critical closing pressure dicapai, arteriol akan menutup.
3. Karena dinding vena yang tipis, vena akan kolaps bila tekanan jaringan
melebihi tekanan vena. Bila darah mengalir secara kontinyu dari kapiler, tekanan
vena secara kontinyu akan meningkat pula sampai melebihi tekanan jaringan dan
drainase vena dibentuk kembali.
Sedangkan respon otot terhadap iskemia yaitu dilepaskannya histamine like
substances mengakibatkan dilatasi kapiler dan peningkatan permeabilitas endotel.
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 10/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
Ini berperan penting pada transudasi plasma dengan endapan sel darah merah ke
Nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena,
ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling
penting, terutama jika munculnya nyeri tak sebanding dengan keadaan
klnik (pada anak-anak tampak semakin gelisah atau memerlukan
analgesia lebih banyak dari biasanya). Otot yang tegang pada
kompartemen merupakan gejala yang spesifik dan sering. Gambarannya
biasa berat, konstan dan nyeri terlokalisasi.
2. Parestesia : Rasa kesemutan
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 11/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
2.1.5 Diagnosis
Dalam mendiagnosis suatu kasus sindrom kompartemen, sama seperti kasus
lainnya, dengan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik menyeluruh dan dengan
bantuan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan carilah tanda-tanda khas dari
sindrom kompartemen yang ada pada pasien, karena dapat membantu penegakkan
diagnosis.
Pada anamnesis biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri hebat setelah
kecelakaan atau patah tulang, ada dua yang dapat dijadikan dasar untuk
mendiagnosis kompartemen sindrom yaitu nyeri dan parestesia (namun parestesia
gejala klinis yang datangnya belakangan).
Pada pemeriksaan fisik kita harus mencari tanda-tanda fisik tertentu yang
terkait dengan sindrom kompartemen, diawali dengan rasa nyeri dan rasa terbakar,
penurunan kekuatan dan akhirnya kelumpuhan ekstremitas. Pada bagian distal
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 12/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
penting untuk mengetahui perkembangan gejala yang terjadi, antara lain nyeri
pada saat istirahat atau saat bergerak dan nyeri saat bergerak ke arah tertentu,
terutama saat peregangan otot pasif dapat meningkatkan kecurigaan kita dan
merupakan awal indikator klinis dari sindrom kompartemen. Nyeri tersebut
biasanya tidak dapat teratasi dengan pemberian analgesik termasuk morfin.
Kemudian bandingkan daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena.
Nyeri yang dikeluhkan pasien, harus kita pantau dan pertimbangkan ada
saraf yang terkena.
a. Saraf sensoris mulai hilang kemampuannya, diikuti oleh saraf
motorik.
b. Beberapa saraf dapat mengakibatkan efek meningkatkan tekanan.
c. Sebagai contoh, dalam kompartemen tungkai bawah bagian depan,
saraf peroneal cepat terpengaruh, dan sensasi di anatara jari-jari kaki bisa
hilang.
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 13/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
1. Selulitis
2.
Coelenterate dan Jellyfish Envenomations
3. Deep Vein Trombosis dan Thrombophlebitis
4. Gas Ganggrene
5. Necrotizing Fasciitis
6. Peripheral Vascular Injuries
7. Rhabdomyolis
3. Pemeriksaan Lainnya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 14/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
b. Pulse oximetry
Sangat membantu dalam mengidentifikasi hipoperfusi ekstremitas, namun
tidak cukup sensitif.
2.1.8 Tatalaksana
Tujuan dari terapi sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi
neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, biasanya dengan
bedah dekompresi. Tindakan non-operatif tertentu mungkin bisa berhasil, seperti
menghilangkan selubung eksternal. Jika hal tersebut tidak berhasil maka tindakan
operasi dekompresi perlu dipertimbangkan. Indikasi mutlak untuk operasi
dekompresi sulit untuk ditentukan, tiap pasien dan tiap sindrom kompartemen
memiliki individualitas yang berpengaruh pada cara untuk menindaklanjutinya.
Berbeda dengan kompleksitas diagnosis, terapi kompartemen sindrom
sederhana yaitu fasciotomi kompartemen yang terlibat. Walaupun fasciotomi
disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun beberapa hal, seperti timing , masih
diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi neuromuskular
adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi.
Penanganan sindrom kompartemen meliputi :
1. Terapi medikamentosa/non operatif
Pemilihan terapi secara medikamentosa digunakan apabila masih menduga
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 15/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
pencangkokan kulit.
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 16/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
2.1.9 Komplikasi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 17/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
jaringan, saat perfusi kapiler mengalami gangguan terjadi hipoksia pada jaringan.
Hal ini dapat meningkatkan Volkman contracture. Bila semakin parah tidak
teratasi maka akan terjadi rhabdomyolis dan kidney failure.
Sindrom kompartemen dapat mengalami komplikasi antara lain :
1. Kerusakan saraf yang permanen
2. Infeksi
a.Sepsis
b. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
2.1.10 Prognosis
Prognosis pada kasus sindrom kompartemen bisa menjadi baik atau
bertambah buruk, tergantung seberapa cepat penanganan kompartemen sindrom
dilaksanakan dan pada ada tidaknya komplikasi.
2.1.11 Pencegahan
1. Lakukan pemeriksaan dengan yang ahli dan dipantau
perkembangan
2. Hubungi atau kembali ke rumah sakit bila nyeri terasa berat, kaku,
sensasi terbakar atau kelemahan pada ekstremitas yang terkena.
3. Rujuk bila sindrom kompartemen disertai dengan :
a. ketidakmampuan atau tidak akurat dalam mendiagnosis
sindrom kompartemen karena keterbatasan alat atau diagnostik
imaging
b. Penanganan dengan bedah yang tidak memadai
c. Tidak tersedianya fasilitas ICU
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 18/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tungkai bawah kiri. Dari
anamnesis didapatkan bahwa pada awalnya pasien hanya mengeluhkan adanya
bercak berwarna merah kehitaman yang muncul tiba-tiba semakin lama semakin
melebar. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri yang semakin bertambah hebat,
bengkak, kesemutan dan kaki yang tidak bisa digerakkan. Hal ini menandakan
telah munculnya 3 dari 5 tanda klasik dari sindrom kompartemen yaitu pain,
paresthesia dan paralysis . Pasien menyangkal adanya trauma dan terkena gigitan
ular. Saat masuk rumah sakit pasien langsung menjalani fasciotomi.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan lima hari setelah fasciotomi
didapatkan oedem dan eritem pada tungkai atas dan kaki kiri pasien. Selain itu,
juga terdapat nyeri tekan dan parestesi pada kaki kiri. Tungkai bawah pasien
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 19/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
menempatkan ekstremitas yang terkena sejajar dengan jantung dan harus segera
dilakukan fasciotomi untuk mencegah kerusakan jaringan intrakompartemen.
Pada pasien ini fasciotomi dilakukan segera setelah pasien dirawat di rumah sakit.
Penatalaksanan yang dianjurkan pada pasien ini meliputi ketorolac sebagai
analgesik untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Ceftriaxon dan
gentamisin diberikan sebagai antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pada
pasien ini. Pada pasien ini juga diberikan ranitidine untuk mencegah stress ulcer.
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 20/21
5/10/2018 LAPORANKASUSSindromKompartemen -slidepdf.com
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A Grahm. Solomo, Louis. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur system Apley.
Edisi ketujuh. 1995. Jakarta: Widya Medika.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua. 2005.
Jakarta : EGC.
Snell, Richard S.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi keenam.
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-sindrom-kompartemen 21/21