Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR NASIONAL GEOTEKNIK

PILE 2005

Pengaruh Pemancangan Tiang pada Tanah Pasiran

Budijanto Widjaja, Anastasia Sri Lestari, dan Lisa Widjayanti


Universitas Katolik Parahyangan

ABSTRAK
Dalam perancangan daya dukung pondasi tiang pancang, parameter desain
umumnya diambil berdasarkan hasil uji lapangan dan uji laboratorium sebelum
fiang dipancang. Akibat konstruksi pemancangan pada tiang, daya dukung tiang
pada tanah pasiran dapar meningkat terhadap waktu sebesar 2.6 - 3.9 kali lebih
besar terhadap daya dukung prediksi awal. Mekanisme ini disebut sebagai
mekanisme setup. Setup ini rergantung pada derajat kepadatan tanah dan tekanan
air pori ekses yang terjadi. Pada studi kasus ini dibahas tiang pancang segiempar
35 cm x 35 cm dengan panjang pembenaman 6. 0 m yang berada pada lapisan
pasir medium hingga padat. Difunjukkan bahwa hasil SP1; CPT, dan DMT untuk
kondisi setelah tiang dipan cang mengalami perubahan yang signifikan terhadap
kondisi sebelum pemancangan. Rumusan empirik Denver & Skov (1988), Svinkin
(J 996), dan Bogard & Matlock (1990) digunakan untuk menyimulasikan
perubahan daya dukung akibat setup tersebut. Se/ain itu, ditunjukkan juga
koefisien fJ untuk perhitungan daya dukung jangka panjang berdasarkan has ii uji
pembebanan tiang.

Kata Kuuci: Setup, pas1r, fiang pancang, uji pembebanan fiang

1. PENDAHULUAN
Umumnya, dalam mendesain besarnya daya dukung tiang pancang, data
parameter tanah yang digunakan di dalam desain adalah berupa hasil penyelidikan
tanah yang dilakukan sebelum tiang tersebut dipancang. Tentunya, dalam ha! ini
terdapat perbedaan besarnya daya dukung aksial tekan tiang sebelum dan sesudah
tiang dipancang. Hal ini memunculkan pengertian mekanisme setup. Mekanisme
ini muncul sebagai akibat adanya peningkatan besarnya daya dukung tanah
terhadap waktu akibat proses pemancangan tiang. Besamya setup sangat
tergantung pada jenis tanah, metode konstruksi, dan disipasi air pori. Beberapa
peneliti telah mengusulkan beberapa formula daya dukung akibat setup. Dalam
makalah ini, tipe tanah yang diteliti adalah tanah pasiran dengan kepadatan
medium hingga padat.

51
2. SETUP
Tiang pancang dikategorikan sebagai displacement pile yang berarti bahwa dalam
pelaksanaannya, tiang mendesak tanah di sekitamya sehingga daya dukung
pondasi sangat dipengaruhi oleh tegangan lateral yang bekerja di sekeliling tiang
termasuk bagian ujung pondasi.

Terdapat perbedaan mekanisme perubahan kuat geser tanah yang muncul pada
tanah pasir lepas (loose sand) dan tanah pasir yang relatif padat (dense sand)
akibat pemancangan. Pemancangan tiang tergantung pada kepadatan relatif tanah
pasiran dapat menyebabkan setidaknya tiga macam kejadian yakni perubahan
posisi partikel pasir, pecahnya butiran pasir, dan pemadatan.

Pada tanah pasir yang lepas, akibat kompresi tanah di sekeliling tiang dan akibat
permeabilitas tanah yang tinggi, tekanan air pori ekses yang terjadi akan dengan
cepat terdisipasi. Pada jenis tanah ini, setidaknya ketiga kejadian di atas sangat
berpengaruh dan terutarna yang paling dominan adalah pemadatan.

Pada tanah pasiran yang relatif padat akan terjadi dilasi lokal yaitu terjadinya
ekspansi tanah yang umumnya bersifat sementara. Akibatnya memunculkan
tekanan air pori ekses negatif sehingga mengakibatkan kuat geser tanah relatif
meningkat. Namun, peningkatan kuat geser yang semakin besar tentunya sangat
berpengaruh terhadap semakin tinggi kesulitan di dalam pemancangan tiang. Oleh
karena itu, perhatian utama di dalam makalah ini adalah untuk mempelajari
besarnya perubahan permanen akibat pemancangan tiang.

Kesulitan pemancangan tersebut pada tanah pasir padat dapat diatasi dengan
melakukan predril/ sebelum tiang diinstalasi. Predrill ini akan menjadikan tanah
relatif menjadi relatif lebih lepas sehingga tiang relatif dapat dipancang.

Terlihat bahwa daya dukung tiang terkait dengan disipasi tekanan air pori ekses.
Akibat adanya disipasi air pori ini tentunya terkait dengan masalah wak.'tu dan
jenis tanah. Pada tanah pasiran dengan permeabilitas yang dapat mencapai satu
juta kali lebih tinggi daripada tanah lempung. Laju peningkatan daya dukung tiang
terhadap waktu ini pada tanah pasiran disebut deugan setup. Setup pada tiang
umumnya sangat berhubungan erat dengan peningkatan gesekan selimut tiang
(Lukas & Bushell, 1989; Chow et al., 1998; Bullock, 1999; Fellenius et al., 2000).
Masalah setup ini pertarna kali disebutkan dalam literatur pada tahun 1900 oleh
Wendel (Long et al., 1999). Untuk setup pada tanah pasiran pertama kali
dilakukan oleh Tavenas & Audy (1972) dan Samson & Authier (I 986).

Peningkatan kuat geser tanah yang terjadi pada interface antara tiang dan tanah
dapat disebabkan pula oleh aging. Sebagai garnbaran untuk tiang pancang beton
dari hasil penelitian Axellsson (2002), sebanyak 75% tiang uji, setup diakibatkan
oleh masalah aging yang terjadi hingga 7 bulan setelah tiang dipancang.

52
Untuk mengukur daya dukung tiang akibat setup ini dibutuhkan minimum dua
kali pengukuran daya dukung. Pengukuran pertama dilakukan sedapat mungkin
pada saat akhir pemancangan tiang dan pengukuran kedua dilakukan dalam kurun
waktu yang relatif lebih lama (Komurka, 2004). Tan et al (2004) mengusulkan
agar pengukuran kedua dilakukan di atas 24 jam untuk tanah pasiran sebagai
akibat adanya anggapan bahwa tekanan air pori ekses telah terdisipasi.
3. RUMUSAN EMPIRIK LAJU SETUP
Terdapat beberapa rumusan empirik terhadap laju setup untuk tanah pasir.
Umumnya laju setup ini dianggap linear terhadap peningkatan logaritma waktu.
Beberapa rumusan yang diusulkan tersebut antara lain adalah:
• Denver & Skov (1988)

Q(t) = Q.(I+ Alog( :,)) (!)

dengan
t = waktu yang ditinjau setelah akhir tiang dipancang
to = waktu initial yang berhubungan dengan Q0
Q(t) = daya dukung tiang waktu t
Qo = daya dukung waktu to
A = konstanta

Nilai A tersebut diusulkan sebesar 0.2 untuk tiang di pasir (Denver &
Skov, 1988). Long et al. (1999) mengindikasikan nila A bervariasi antara
0.2 - 1.0.

• Svinkin (1996)
Svinkin mengembangkan rumusan empirik berdasarkan hasil uji
pembebanan tiang pada lima buah tiang pancang beton pada tanah pasiran
pad at. Rumusan yang diusulkan adalah :
Q(f) = (1.025 - } _4) Qts O t O.\ (2)
dengan
Q(t) = daya dukung tiang saat waliu t

• Bogard & Matlock (1990) dan Tan et al. (2004)


Q, 2 _ (0.2T50 +ti}(T50 +ti)
(3)
Q11 - (0.2Tso +t1XTso +t2)
dengan
t, dan ti = waktu yang ditinjau setelah akhir tiang dipancang (hari)
Qu dan Q,2 = daya dukung tiang pada t 1 dan ti
T50 = konstanta matching curve

4. STUDI KASUS
Pada lokasi pemancangan tiang, sebelurnnya telah dilakukan pengujian lapangan
dan uji laboratorium Uji lapangan yang dilakukan meliputi Standard Penetration

53
Test (SPT), Sondir (CPT), dan Dilatometer (DMT). Secara umum, penguJ1an
lapangan ini dilakukan pad a bu Ian September - Oktober 2002.

Uji laboratorium yang dilakukan meliputi indeks properti tanah termasuk analisis
saringan dan uji triaksial. Secara umum, dari hasil pengujian menunjukkan bahwa
lapisan tanah merupakan lapisan pasir.

Tiang yang digunakan dalam kasus ini berupa tiang pancang dengan penampang
35 x 35 cnl. Panjang liang yang terbenam adalah 6.0 m. Tiang pancang ini
diinstalasi pada tanggal l 8 September 2003 . Tiang sendiri dipancang dengan
menggunakan hammer hidrolik tipe BAN UT 4+ I ton dan tinggi jatuh sebesar 0.23
m. Dari hasil kalendering pada akhir pemru1cangan, diperoleh nilai set sebesar 1.5
mm/pukulan.

Pengujian tiang statik skala penuh dengan sistem kentledge dilakukan pada
tanggal 27 Juli 2004. Pengujian tiang ini dilakukan hingga mencapai kondisi
failure.

Pada studi kasus ini dibahas mengenai:


I. Pengarnbilan parameter tanah desain berdasarkan pengujian lapangan (SPT,
CPT, dan DMT)
2. Uji sensiti,·itas daya dukung tiang berdasarkan melode konvensional terhadap
parameter tanah sebelum dan sesudah tiang dipancang
3. Analisis balik laju sel11p menggunakan hasi l uji pembebanan tiang untuk
menentukan koelisien 0

Pada gambar I dan grunbar 2 menunjukkan lokasi beberapa jenis tiang yang diuji
meliputi tiang bor, con1im.1011s.flight nuger pile. dan tiang pancang. Tiang pancang
yang diuji dalam kasus ini adalah tiang C-1.

C,'ambar I : Lokasi Uji Lapanga11

54
4.1 KONDISI GEOLOGI
Jenis tanah yang dominan adalah berupa tanah pasir kelanauan yang merupakan
hasil pelapukan (residual soil) dari batuan granit. Tanah residual umumnya
terdapat di daerah tropis atau daerah yang mengalami tingkat pelapukan yang
relatif tinggi. Batuan granit sendiri termasuk batuan beku dalam yang terbentuk
akibat mendinginnya magma cair dan terbentuk jauh di dalam kulit bumi. Karena
proses pendinginannya lamb at sekali, ukuran kristalnya relatif besar.

---· }:oo¾"•i------------
~ I I iCMI J
1 i:n r ~ ' t

T : I
C2 T2 :
I

1---t-i--•> ----- ----- '' j


t---;L·:~;~ -~-:--,.- ~-'-__;
i1 00 ..L 1
_ \ s C1 LOKA.sl

I
I
I

;;;i
I

©t-------f--•> .;:, e, CMII 7


I 0'4TI I
I
I
I
• 00 : E9 I
I

J_____
I
I
I

T_~-- £~ - ----- ----- --- _q,,_,_____ _:


E2 1
' lO I I
_1M~!l't I
I
I I
I I
!o!tl1nao.; I
CPT • son<lr : ED I
OMT • dlilit ometc, I
CPte I
S • pemboran leknk I
SPT•5tatldatdpen,trabonlut
L----- ----- ------ ___________
I
J
t

Gamhar 2 : Layout Denah Pondasi

4.2 PARAMETER TANAH


Parameter tanah diperoleh dari hasil uji lapangan dan uji laboratorium. Uji
lapangan yang dilakukan meliputi SPT, CPT, dan DMT. Dari beberapa uji
tersebut, dilakukan pengujian baik untuk kondisi sebelum dan setelah tiang
dipancang untuk mengetahui perubahan sifat tanah.

4.2.1 Berdasarkan uji SPT (N6o)


Berdasarkan nilai N6o, untuk menentukan daya dukung pondasi tiang
konvensional digunakan korelasi dengan derajat kepadatan relatif (Dr) dan sudut
geser dalam (t). Korelasi nilai N6o dengan Dr dan t menggunakan korelasi dari
Skempton (1986).

55
4.2.2 Berdasarkan uji Dilatometer
Dari hasil DMT dapat diperoleh besarnya sudut geser dalam dan koefisien tekanan
tanah lateral berdasarkan usulan dari Marchetti {1997, 1999). Korelasi parameter
tanah berdasarkan DMT adalah sebagai berikut:
1
cp' = 20° + - - - - (4)
(0.04+ 0.06)
KD
Ko = 0.376 + 0.095KD-0.0046(qcfci:) (5)

4.2.3 Parameter Desain


Dalam analisis, dilakukan simplifikasi stratifikasi tanah. Parameter tanah yang
digunakan digunakan dua macam yaitu kondisi tanah sebelum dilakukan
pemancangan dan kondisi setelah pemancangan. Karena hal tersebut berhubungan
dengan perubahan perilaku pasir akibat pengaruh instalasi pemancangan.

a. Kondisi Tanah Sebelum Pemancangan


Simplifikasi masalah pada kondisi tanah sebelum dipancang adalah berdasarkan
data dari hasil uji lapangan dan uji laboratorium. Uji lapangan yang dilakukan
meliputi SPT, CPT, dan DMT. Adapun uji laboratorium yang digunakan berupa
indeks properti dan uji triaksial.

Hasil uji SPT ditunjukkan pada gambar 3 berdasarkan nilai N6o yang telah
dikoreksi terhadap energi dari nilai NsPr lapangan. Nilai koreksi N6o dalam
korelasi dengan kepadatan pasir sedikit berbeda dengan korelasi umum dengan
NSPT (Budhu, 2000). Berdasarkan N60, tanah hingga kedalaman 5.0 m berada
dalam kepadatan medium, sedangkan pada kedalaman lebih dari 5.0 m merupakan
pasir padat.

N.,.,
0 10 20 30 40
0

j 5

B --s1
-s3
9 _..,._54
-ss
10

Gamhar 3 : Hubungan N6o dan Kedalaman

56
Untuk mengetahui perubahan perilaku tanah akibat pemancangan, CPT dilakukan
sebanyak 5 buah sebelum pemancangan dan 4 buah setelah tiang dipancang
(gambar 2). Dari hasil CPT terlihat bahwa nilai tahanan konus (qc) sebelum dan
sesudah dipancang cukup berbeda hingga kedalaman 5.0 m Peningkatan nilai qc
rata-rata hingga kedalaman tersebut mencapai 10% - 40%.

2
Ge (kg/cm )

0 s 10 15 20
o~~~"::======~::;;---7

9,--,===========-,
10 ,..__ _ _ _ _ _ _ _ ___,

Gambar 4 Hubuugau Taltanau Komts dan Kedalaman Tanalt

Dari hasil uji DMT, terjadi perubahan pada perilaku tanah pasir. Perubahan
tersebut meliputi peningkatan nilai modulus dilatometer (Ed) rata-rata sebesar dua
kali lebih besar hingga kedalaman 5.0 m Koefisien tegangan horisontal juga
menunjukkan hasil serupa di mana tekanan tanah lateral (Kn) membesar di bagian
atas tiang dan Kn menurun seiring dengan peningkatan kedalaman tiang.
Sedangkan, nilai indeks material (Io) memberikan informasi tentang jenis tanah
yak:ni pasir kelanauan (gambar 5).

Berdasarkan hasil uji lapangan dan laboratorium, secara skematis kondisi tanah
sebelum pemancangan ditunjukkan di gambar 6.

b. Kondisi Tanah Setelah Pemancangan


Kondisi tanah setelah pemancangan didasarkan pada uji CPT dan DMT. Hasil uji
CPT dan DMT setelah pemancangan dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5.

4.3 PREDIKSI DAYA DUKUNG PONDASI TIANG


4.3.1 Metode Konvensional
Oleh karena penentuan daya dukung pondasi berdasarkan metode konvensional
adalah menggunakan data parameter tanah melalui uji laboratorium yang
dilakukan hanya sekali, yaitu sebelum pemancangan tiang sehingga analisisnya

57
hanya berdasarkan kondisi tan.ah sebelum pemancangan. Metode konvensional
yang digunakan adalah metode Meyerhoff (1976) untuk tahanan ujung dan
metode Puntuk tab.an.an selimut.

~deksMlllerlal, Id

. --- --- 10 I> II Cl

... _ ......./_.._.----~-----,_f~~7l
s>
~· 1.0

i ! r rr---· !
~.. ' -\""··-....-
! i
i

.. i ..t-.;.--Lj_j fl \'1 ! ! i
j/'lj i i ( !
. ... •• --1i'~4 i----,--·r·-1
,{(' ' (: L,9: : : :
~\ ')i_) .. --+-·+) :
.,
I '-.._\1,. I

·-r··t--'~-1."-,-·T·-;
O o :

,....·H-'
/~{)~~-::{_j}:J
!l-
. Jt~Fl,
t J:',,·-~·
,..} .i : :
), _:.--!.• !
~,111/i.-'
i
,_. 1·:: ..,,,..,;: I i lui. , ·,, ...·,j ·i
-i ;y11··-:
"T[.kl~
''("!,. ' •.· . : .. ~\tJ____L__ J____ J
j ~ I ;.-j:,0 i {f ;j i i !
I ... --~f.r-.
:.,,.,,.: __ ; •• , • • ?

·:·-t·•."1---,
:

j '\l,1 ..•,- : : : i I I I :
; :, '·. }~;. •I:,., :, i
"'~=---·•.. ! i •• }~---:____ : __ J___ !
1
I:
: '··~
i ().: ;)'\
··t-·-+•'fl·,.$,..+--!
r-· : i.2 dI •l i
'
i
'
i !
· :
! ! ~~'h-i •._ I !
' ' _,\,,\"'<.:-,. _,.f :
.. ' ·,. i' .i i' i:
·___ j ___ j ___ J ___ j

Lf
I
••~•-t~~{-
l•t,. . I
I••~••-!
i
'. ' '
:i i i i !
.:

:'fl)
I I I I :

i i i ! !i i i i !
--,~---1--t--t·-1
t • 0 I :

i i i, '· i !
•·• .. ~I ...:-.(..;..5
I ·,1 Y- 'I
~~---l
:
u
' ' ;-..c,/ ' :
i i < {<i ! ;! ! ! ! !
I
: : :):v: ' •• ;---1----1----1-- - 0
,. .• 1-•• .1. •• -l-(..4'.:-..J .. -:
.. i H-?i I I

i
I

i
I

i
O

i
:

!
: :
! ! ! ! ]"-, !
: l,: ·,: :
\i i i i !
Lt •····•··•·•-·•··•••····-•·•••••····' lO •• 'L.:.......:.......:.......:....... :

Gambar 5 H1tb1mga1t Modulus Dilatometer, lttdeks Tegangan Horiso11tal, dan


Indeks Material terhadap Kedalamau Berdasarkan Hasil DMT (garis solid :
kondisi tana/i sebelum pemaucaugatt, garis terputits : kondisi setelah
dipanca,ig)

58
Tiang Pancang: 0.35 m x 0.35 m
E = 3 ,9.10' kg/an 2
0

- -- - - -- ~ ------------- --------~ - -=..,,_...__ _ __

Mediu m Sand
N00 = 13
Or = 45% (Skempton, 1986)
• = 32 ° (Skempton, 1986)
y = 1,79 tJm'
u = 0.320

Dense Sand
N00 = 27 • = 37 • (Skempton, 1986)
Or = 45% (Skempton, 1986) y =1 .90 tJm'
u = 0.320

--------------------------------------~'J-~u~------------------

Gamhar 6 Huhmigan Ta/ia11a1i Komts dau Ketlalanum Tanah

4.3.2 Daya Dukung Berdasarkan Hasil Uji Lapangan


Berdasarkan Hasil SPT
Uji SPT dilakukan hanya sebelum tiang dipancang sehingga untuk analisis daya
dukung pondasi berdasarkan data SPT pada kondisi setelah pemancangan
dilakukan dengan mengorelasikan data SPT dan data sondir (CPT). Pada lokasi ini
perbandingan qJN (qc = tahanan ujung konus) untuk lokasi ini adalah sebesar
empat untuk lapisan pasir. Daya dukung pondasi berdasarkan data SPT
menggunakan metode Meyerhoff (1956) dan Schmertmann (1967). Hasil
peningkatan setup untuk kedua metode berturut-turut adalah mencapai 24% dan
22%.

Berdasarkan Hasil CPT


Pada studi kasus dilakukan uji CPT saat sebelum dan setelah pemancangan.
Dengan hasil CPT, digunakan metode Schmertmann-Notthingham (197 5). Hasil
perhitungannya ditunjukkan pada tabel 4.2. Sondir pertama dilakukan pada
tanggal 23 Mei 2003 yaitu pada saat tiang belum dipancang dan sondir kedua
dilakukan cukup dekat dengan waktu pemancangan (18 September 2003) yaitu
pada tanggal 25 September 2003. Dari hasil tersebut ditunjukkan bahwa terjadi
peningkatan akibat setup sebesar 25%.

4.3.3 Metode Transfer Behan


Pada metode transfer beban, daya dukung pondasi tiang pancang didasarkan pada
kondisi tan.ah sebelum clan setelah dilakukan pemancangan. Pemodelan kurva t-z
dan q-z untuk tan.ah pasir ini menggunakan metode Coyle & Castello (1966). Dari
metode transfer beban ini dapat digambarkan hubungan beban dan penurunan

59
tiang. Berdasarkan kedua kondisi untuk sebelum sebelum dan sesudah
pemancangan, daya dukung mengalami kenaikan daya dukung sebesar 7%.

Sebagai pembanding, tentunya kurva beban dan penurunan tersebut dibandingkan


dengan hasil pengukuran dari uji pembebanan yang merupakan kondisi setelah
tiang dipancang. Jika dilihat dari basil kurva tersebut maka metode transfer beban
ini cukup mendekati meskipun untuk beban yang sama penurunan relatif lebih
kecil untuk beban di atas 140 ton.

Tahel 1 : Resume Prediksi Duya D1tk11ng Ultimit {Q1t)


Daya Dukung Ultimit (ton)
Metode Parameter Tanah Parameter Tanah
Sebelum Dipancang Setelah Dipancang
Metode Ko11vensional (Hasil UjiLaboratorium)
Meyerhoff ( 1976) dan Tomlinson (1986) 66. 7
Berdasarkan Data SPT
Meyerhoff(1956) 160.8 198.6
Schmertmann (1967) 133.0 162.5
Berdasarkan Data CPT .
Sclunertrnann- Nottingham (1975) 97.8.. 121.8•••
Metode Transfer Beban
Coyle & Castello (1966) 139.4 149.0
Catatan:
•Nilai pbcrubah akibat setup (lihat sub bab 4.6.1) •• Tanggal 23 Mei 2003 ••• Tanggal 25 September 2003

Pada gambar 7 ditunjukkan kurva hubungan antara hasil uji pembebanan tiang
dengan basil model Coyle & Castello (1966). Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa pada beban di bawah 100.0 ton, kedua kurva saling berhimpit. Namun,
untuk kondisi di atas 100.0 ton, kurva model Coyle & Castello cenderung berada
di bawah hasil uji lapangan hingga melebihi beban ultimit uji pembebanan tiang
yang terjadi.

4.4 INTERPRETASI HASIL UJI PEMBEBANAN TIANG


Hasil uji pembebanan tiang ditunjukkan pada gambar 7. Interpretasi hasil uji
pembebanan untuk memprediksi besarnya daya dukung ultimit menggunakan lima
metode, yaitu Metode Davisson (1972), Dee Beer (1967), Mazurkiewich (1972),
Chin (I 971), dan Decourt (1999).

Salah satu hasil interpretasi dengan metode Decourt ditunjukkan pada gambar 8.
Metode ini menggambarkan hubungan antara Q terhadap Q/S. Perpotongan garis
yang linear pada akhir pengujian memiliki kemiringan l /C 1 pada sumbu beban
merupakan nilai Qu. Keuntungan dari metode ini adalah marnpu diketahui basil
ultimit tiang sewaktu uji pembebanan tiang dilakukan. Metode ini agak mirip
dengan metode Chin di mana metode Chin memplot hubungan antara S/Q
terhadap S.

60
Hasil interpretasi ditabelkan pada tabel 2. Berdasarkan hasil uji pembebanan tiang
diperoleh bahwa Qu berkisar antara 129 - 159 ton. Metode Decourt cukup dekat
dengan hasil interpretasi daya dukung dengan metode Mazuerkiewich.

Beban, Q (Ion)
0 50 100 150 200
0
10
20
/ -~ebelum .
30 mu,.,,, 1.,0y,., 0i l.,il5"•"" \ ' """'I
e 40
· .S
C
!! 50
Uji Pembebanan liang
5.,
C 60
Cl.
70
80
90
100

Gambar 7 : Kllrva Beban Terliadap Penurunan

30
Metode Decourt (1999)

25

20
E
E
i 15
~
0
10

0
0 50 100 150 200

Q (Ion)

Gamhar 8 : Interpretasi Hasil Uji Pemhebanan Tiang denga,i Metode Decourt


(1999)

61
Tabel 2 : Hasi/ Interpretasi Hasi/ Uji Pembebanan Tiang
Metode Daya Dukung Ultimit (ton)
Davisson {1972) 132
De Beer (1967) 129
Mazurkiewich (I 972) 156
Chin (1971)* 142
Decourt (1999) 159

4.5 ANALISIS BALD( LAJU SETUP


4.5.1. Penentuan Koefisien p
Untuk meninjau laju setup, cara yang digunakan adalah melakukan analisis balik
untuk memperoleh perubahan koefisien p akibat pemancangan berdasarkan hasil
uji pembebanan. Data tersebut dianggap telah mewakilkan kondisi tanah setelah
pemancangan dengan mengambil enam segmen dengan panjang 1.0 m/segmen
dalam perhitungannya.

Menurut Coduto (2001 ), nilai p ini dapat mewakili kondisi tanah sehingga daya
dukung pada lokasi lokal tersebut dapat ditentukan selama memiliki kondisi
perlapisan tanah yang serupa. Tabel 3 menunjukkan berbagai nilai p bila
dibandingkan dengan basil analisis balik. Koefisien Pdari analisis balik ini cukup
berdekatan dengan usulan dari Garlenger (1973). Namun, nilai yang diusulkan
oleh Meyerhoff (1 976) dan Poulos & Davis (1980) berbeda antara 1.1 - 2.1 kali
nilai dari analisis balik.

Tabel 3 : Perbandingan Nilai p Sete/ah Pemancangan


Nilai ~
Analisis Meyerhoff (1976); Garlenger Fellinius
Segmen Batik Poulos & Davis (1980) (1973) (2002)
1 0.46 0.95 0.42 0.65
2 0.33 0.45 0.37 0.3
3/4 0.39 0.80 0.41 0.52
5/6 0.46 0.95 0.42 0.65

4.5.2. Rumusan Empirik


Pada gambar 9 ditunjukkan hasil analisis balik berdasarkan hasil uji pembebanan
tiang statik yang memiliki jeda waktu 314 hari. Dengan menggunakan metode
Schmertmann & Nottingham (1975) diperoleh pada saat dipancang, daya dukung
dengan selisih 8 hari mencapai peningkatan yang relatif tinggi (tabel 1).

62
Rumusan empirik dari Denver & Skov (1988), Svinkin (1996), dan Bogard &
Matlock (1990) digambarkan pada gambar 9. Rumusan empirik dari Svinkin
berada di antara kedua metode yang lain. Namun demikian, ketiga model tersebut
menunjukkan hal yang sama yaitu terjadi peningkatan daya dukung pada tanah
pasiran terhadap waktu.

180 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - .

g1 100 ,L- -l--.----,,,,"'---- - - - - - - - - - - - - - -----1


:,
.::t.
~ 80 ++_,_- - - - - - - - - - - - - - -- ------1
IV
>
IV 60 +-'--'' - - - - - - - - - - -- -- - - - - - -~
Cl

40 -l-- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1

20 -l--- - -- - - - - - - - - - - - - -- ----1

0+-- - - - - - , - - - - - - - . - - - - -- . . - - - - - - i
0 5 10 15 20
0 Hosll Interpretosl UJI Pembebonon Sta ~k
t 0 · 5 (hari0 •5 )
• Metode Schmertmam & Nottingham (1975)

Gambar 9 : Prediksi Laju Setup dengan Analisis Balik secara Empirik

Berdasarkan ketiga model tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan daya


dukung akibat setup sebesar 2.6 - 3.9 kali terhadap prediksi daya dukung awal.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tan et al (2004) di mana
setup dapat meningkatkan daya dukung hingga 3 - 4 kali terhadap daya dukung
awal.

5. KESIMPULAN
• Berdasarkan basil pengujian lapangan seperti SPT, CPT, dan DMT
menunjukkan perubahan terhadap perilaku mekanik tanah pasir. Secara
umum, terjadi peningkatan kuat geser tanah hingga mencapai kedalaman 5.0
m
• Daya dukung pondasi tiang secara umum mengalami peningkatan akibat setup
untuk kondisi sebelum tiang dipancang dan setelah pemancangan baik untuk

63

..
metode konvensional maupun berdasarkan basil SPT, CPT, dan DMT serta
metode transfer beban.
• Berdasarkan hasil interpretasi uji pembebanan tiang di lapangan, diperoleh
daya dukung ultimit antara 129- 159 ton.
• Koefisien Ppada lokasi penelitian ini memiliki nilai yang berdekatan dengan
usulan dari Garlenger (1973). Koefisien ~ ini diperoleh dengan melakukan
analisis balik terhadap hasil uji pembebanan tiang setelah memperhitungkan
adanya setup.
• Berdasarkan rumusan empiri.k Denver & Skov (1988), Svinkin (1996), dan
Bogard & Matlock (I 990), daya dukung tiang pada tanah pasir meningkat
sebesar 2.6 - 3 .9 kali lebih besar akibat setup yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
ASCE. 1993. Bearing Capacity ofSoils. New York: ASCE Press.
Astriani, D., Widjaja, B. and Rustiani, S. 2004. Daya Dula.mg Pondasi Tiang Bor
dan Continuous Flight Auger Pada Tanah Pasir di Porto, Portugis. Aspek
. Geoteknik Dalam Pelaksanaan Konstruksi Sipil: Peran dan Resiko Bagi
Perancana, Pelaksana dan Pengawas. Pertemuan Ilmiah Tahunan-VIII: 107 -
111.
Budhu, M. 2000. Soil Mechanics & Foundations. New York: John Wiley & Sons,
Inc.
Coduto, Donald P. 2001. Foundation Design Principles and Practices. 2 nd ed.
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Coduto, Donald P. l 999.Geotechnical Engineering Principles and Practices.
Delhi, India: Pearson Education.
Das, Braja M. 2004. Principles ofFoundation Engineering. 5th ed. Pacific Grove:
Brooks/Cole-Thomson Learning.
Erbland, Philip J. and McGillivary, Ross T. 2004. Effects of Pile Setup on Pile
Design and Construction: A Case History. Current Practices and Future In
Deep Foundation. Geotechnical Special Publication No.125: 66 - 76.
Fellenius, Bengt H. 2004. Basic of Foundation Design. Calgary, Alberta: eLib
AB.
GW & Associates. 2005. Laporan Te/mis: Peningkatan Daya Dukung Pondasi
Tiang Pancang Wisma Asia II Jakarta. Bandung
Komurka, Van E. 2004. Incorporating Set-Up and Support Cost Distributions into
Driven Pile Design. Current Practices and Future In Deep Foundation.
Geotechnical Special Publication No.125: 16 - 49.
McCarthy, David F. 2002. Essentials of Soil Mechanics and Foundations Basic
Geotechnics. 6th ed. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Olson, Roy E. and Shantz, Thomas J. 2004. Axial Load Capacity of Piles in
California In Cohessionless Soils. Current Practices and Future In Deep
Foundation. Geotechnical Special Publication No.125: 1 - 15.
Prakash, Shamser and H.D. Sharma. 1990. Pile Foundations in Engineering
Practice. New York: John Wiley & Sons, Inc.

64
Simon, N. and Menzes, B. 1999. A Short Course in Foundation Engineering. 2nd
ed. Guildford: Thomas Telford.
Tan, Siew L., Cuthbertson, J. and Kimmerling, Robert E. 2004. Prediction ofPile
Set-Up in Non-Cohesive Soils. Current Practices and Future In Deep
Foundation. Geotechnical Special Publication No.125 : 50- 65.
Whitlow, R 1998. Basic Soil Mechanics. 3rd ed. Malaysia: Longman Malaysia,
PP.
Widjaja, B. 2003. Prediction of Behavior of Driven, Bored, and CFA Piles.
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Widjayanti, L. 2005. Studi Banding Daya Dula.mg Tiang Pancang pada Tanah
Pasiran: Studi Kasus Porto Portugis. Skripsi tidak dipublikasikan.
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

65
L:.:D!Jl1i'i!TC W:DJ~JA, ST., MT.
NIK : 41 061 106 6

KATA PENGANTAR

Selamat Datang kepada seluruh peserta Seminar Nasional Pile 2005

Pertama-tama kami dari Panitia Seminar Nasional Geoteknik Pile 2005


ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan YME karena dapat terlaksananya acara
in'i. Sebagaimana diungkapkan dalam leaflet yang telah kami publikasikan
sebelumnya kami memilih topik pile karena begitu pentingnya peranan pile dalam
kegiatan konstruksi serta demikian pesatnya perkembangan teknologi pile dewasa
ini. Perkembangan teknologi Pile meliputi perkembangan d~lam mertode desain
dan analisis bahkan metode numerik 3 dimensi telah tersedia untuk memprediksi
perilaku tiang pancang
Kami mengundang para ahli dalam bidang tiang pancang diantaranya Ir.
A. G Ismail, M.Sc, Richard Yu CL, BE, M.Eng.Sc,P.E serta Prof. Paulus P
Rahardjo,PhD sebagai keynote speaker, selain itu kami juga menerima sejumlah
makalah yang berkaitan dengan Pile.
Pada kesempatan ini kami dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Sipil
Universitas Katolik Parahyangan selaku panitia ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada Prof Paulus P Rahardjo, PhD selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak masukan dan bantuan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kcpada HATTI, GEC, serta para sponsor, donatur dan juga tidak lupa kepada para
pembicara dan pemakalah yang berkenan untuk hadir dalam acara ini.
Akhir kata semoga Seminar ini dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi perkembangan teknologi pile di Indonesia

Bandung, 30 April 2005

Panitia
DAFrAR ISi

Keynote 1. Pelaksanaan Pembangunan Jembatan Suramadu


(Ir. A.G lsmail,M.Sc)
Keynote 2 Overcoming Limitation of Top-Loaded Load Test using Bi-Directional
Static Load Test
(Richard Yu CL, BE, M.Eng. Sc, P.E)
Keynote 3 Kegagalan Pondasi Akibat GaJian pada Tanah Lunak. Suatu Pelajaran
terhadap Kelalaian Prinsip-Prinsip Geoteknik
(Prof. Paulus P Rahardjo, Ph D)

Technical Session I : Teknologi Pondasi Tiang Pancang

1. Evaluasi Kapasitas Selimut Aksial Tekan dan Aksial Tarik Tiang Pancang
Baja pada Lapisan Lime Stone
(Bambang Hasto Winarno, Mohamad Wabyono M.T, Rismantojo,
Padmono)
2. Peningkatan Daya Dukung Ultimate Tanah terhadap Waktu pada Pondasi
Tiang Pancang
(Sudioto Susilo)
3. Set Up Piles in Saturated Soils
(Joehan Rohani, Achmad Muzai, Syed Fairuz)
4. Evaluasi Daya Dukung Tanah Pondasi Tiang Pancang Pada Tanah Residual
Berdasarkan Uji In-situ, Uji Pembebanan Statik dan Uji Dinamik
(Yunius Sinsin Saputra, Paulus Pramono Rabardjo)
5. Drivability Analyses of 36 inch Steel Pile at GTSY Platform in
Mahakam Delta, East Kalimantan
(Henrico Rudi Winata, Simon Ballantyne, David K Nolan)
6. Silent Piling Technology for Sustainable Construction in
Indonesia
(Er. Dr. GOH Teik Lim)

Technical Session II : Efek Pemancangan Tiang

9 . . Studi Pengaruh Densifikasi Akibat Pemancangan Tiang terhadap Daya


Dukung Tanah pada Deposit Pasir
(Iskandar Maricar, Tri Harianto)
10. Analisis Dampak dari Pemancangan Fundasi Tiang Pancang terhadap
Kenyamanan dan Kerusakan Bangunan akibat Getaran dan Kebisingan yang
Timbul
(Dr. Ir. Hadi U Moeno, MSc, MIHT)
11. Pengaruh Pemancangan Tiang Pondasi pada Lapisan Tanah Lempung di
Sekitarnya
(Herman Wahyudi)
12. Pengaruh Pemanacangan Tiang pada Tanah Pasiran
(Budijanto Widjaja, Anastasia Sri Lestari, dan Lisa Widjayanti)
Technical Session Ill : Rekayasa Pondasi Tiang Dor

13. Peilaku Daya Dukung Tiang Bor pada Bagian Pylon Jembatan Layang
Pasupati, Bandung dengan Metode Transfer Behan
(Arief Witjaksono, Leonard Siahaan, Budijanto Widjaja, Ade Anthony
Izaach)
14. Aplikasi Pondasi Tiang Bor dalam Penanganan Keruntuhan Lereng pada
Deposit Serpih
(Hedy Rahadian, Slamet Prabudi Setianto)
15. Jajaran Tiang Pancang untuk Penahan Pergerakan Abutmen Jembatan,
Cilangkap, Cirata, Purwakarta, Jawa Barat
(Ir. Wisjnu Yoga Brotodihardjo, MSCE)

Technical Session IV : Penentuan Parameter dan Kinerja untuk Analisis


Pondasi

16. Evaluasi Penurunan Rangkak Tiang Pancang Lekatan Tunggal dengan Analisa
Data Loading Test Lapangan
(Yudianto E.A., dan Mochtar I.B)
17. Perbandingan Karakteristik Lapisan Bawah Permukaan berdasarkan Analisis
Mikrotremor dan Data Bor
(Dian Parwatiningtyas)
18. Kajian Lendutan pada Pelat Beton yang Didukung Kelompok Tiang pada
Tanah Lempung Akibat Behan Siklik
(Hary Christady Hardiyatmo)
19. Studi Penggunaan Fabrikasi Fondasi Tiang dari Bambu sebagai Soil
Reinforcement pada Konstruksi Timbunan di Atas Tanah Lunak
(Helmy Darjanto, Daniel M Rosyid, Akhmad Basuki Widodo, Djoko
. Soepriyono)
20. Penggunaan Data Uji Pembebanan Lateral pada Tiang untuk Menentukan
Reaksi Subgrade dan Kurva Respon Tanah (P-Y Curve)
(Paulus P. Rahardjo, Yunan Halim)
21. Penentuan Besaran Ko dari Hasil Uji Unpar Dual Dilatometer pada Tanah
Residual Vulkanik
(Dr. Ir. Hadi U Moeno,MSc, MIHT)

Diskusi Panel : Penerapan LRFD pada Pondasi Tiang

22. Desain Tahanan Tarik Undrained Tiang Bor dengan Pendekatan LRFD
(Widjojo A. Prakoso)
23. Perkembangan Metode LRFD dalam Perencanaan Fundasi Tiang d Indonesia
(A.Aziz Djajaputra)

Anda mungkin juga menyukai