ABSTRAK
Sentra Batik Ayu Arimbi yang ada di daerah Plalangan, Pandowoharjo, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta adalah sebuah Sentra batik yang menggunakan pewarna alam sebagai pewarna batik
dan masih menggunakan cara-cara tradisional dalam sistem kerjanya. Pekerja di sana sering
mengalami kelelahan khususnya dalam membuat pola batik, serta waktu yang dibutuhkan dalam
membuat pola batik masih terlalu lama. Hal ini disebabkan tidak adanya fasilitas alat bantu untuk
pembuatan pola batik. Untuk itu perlu dirancang meja batik tulis yang efesien, nyaman, aman dan
mudah dalam proses penggunaan dan perawatannya. Dalam penelitian ini pengidentifikasian
permasalahan dengan pendekatan Macroergonomic Analisys and Design (MEAD).
Langkah penelitian diawali dengan menganalisis faktor kunci dalam makroergonomi,
kemudian mencari solusi atas variansi yang terjadi pada faktor kunci tersebut. Berdasarkan analisis
tempat kerja diperoleh bahwa bidang teknologi dan fasilitas kerja menjadi faktor kunci, maka
dirancanglah alat bantu meja pola batik. Kemudian perancangan meja pola batik secara ergonomis
dengan memperhatikan atribut meliputi meja pola batik yang nyaman saat digunakan, meja mudah
dioperasikan, pola dasar batik terlihat jelas, pola batik yang memiliki kualitas lebih baik, pekerja
tidak cepat lelah, dan meja pola batik yang perawatannya mudah. Pengujian meja pola batik
dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan melibatkan pengguna dan ketua sentra.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meja pola batik yang dirancang dapat menurunkan
keluhan pembuat pola batik dan pekerjaan dilakukan secara ergonomis. Secara kualitatif hasil
produksi design batik lebih tajam dan indah, kuesioner menunjukan bahwa meja pola batik mudah
dioperasikan, nyaman pada saat digunakan, dan mudah dalam melakukan perawatan. Secara
Kuantitatif dapat meningkatkan jumlah roduksi, dikarenakan waktu proses menggambar pola yang
semula 18 jam menjadi 6 jam, waktu yang dapat dihemat adalah 2 hari kerja.
1. PENDAHULUAN
Sentra industri batik Ayu Arimbi diproduksi dengan motif khas sinom parijoto
berada di Padukuhan Plalangan Gajah Kuning, dengan kombinasi salak. Selain itu penggunaan
Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, kombinasi warna sintetis dan pewarna alami
Kabupaten Sleman. Sentra ini ketua oleh Ibu yang ramah lingkungan. Bahan baku dan bahan
Tatik Susilowati, dengan anggota sebanyak 18 pendukung yang digunakan antara lain adalah
pengrajin. Secara umum, para pengrajin terdiri kain, lilin/malam, pewarna alami, pewarna
dari ibu-ibu rumah tangga. Produk yang sintetis, kuas, canting, HCl, dan Asam Nitrit.
dihasilkan berupa batik cap dan batik tulis. Ciri Bahan baku kain dari PT Primissima, Medari,
khas yang dikembangkan dan menjadi daya Sleman, sedangkan bahan lainnya dari
saing industri batik ini adalah bahwa batik yang Pemasok Bantul dan Klaten.
Hasil survei dan pengamatan di Sentra untuk mendukung proses produksi diantaranya
Industri Batik Ayu Arimbi menunjukkan adalah kompor, canting, cap tangan, dan kuas.
bahwa proses produksi masih dilakukan secara Kelemahan yang dihadapi ditinjau dari
sederhana. Diawali dari penyiapan bahan kain, lingkungan kerjanya masih banyak yang harus
membuat pola, dan membatik dengan tangan diperbaiki. Berdasarkan aspek pemodalan dan
dan cap. Selanjutnya penjemuran, pencelupan, finansial, sumber modal usaha berasal dari
dan pengeringan. Peralatan yang digunakan modal pribadi, pinjaman, dan bantuan
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 125
pemerintah. Penghasilan yang diterima serta tata warna yang khas milik suatu daerah
pengrajin tergantung dari besarnya produk yang yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia.
terjual. Sistem administrasi yang diterapkan Batik sebagai asset budaya merupakan ikon
oleh sentra ini masih bersifat tradisional dengan produk Indonesia yang memiliki nilai historis
cara manual dituliskan dalam buku khas. dan memiliki citra ekslusif yang
menggambarkan status pemakainya.
2. LANDASAN TEORI Berdasarkan latar belakang yang
Sistem kerja merupakan rangkaian tata diuraikan di atas, permasalahan dalam
kerja dan prosedur kerja yang kemudian penelitian ini adalah bagaimana merancang
membentuk suatu kebulatan pola tertentu dalam sistem kerja yang aman, nyaman, efektif, dan
rangka melaksanakan suatu bidang pekerjaan efisien sesuai kaidah ergonomi sehingga akan
(KBBI, 2005). Menurut Kleiner (2006), sistem meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
kerja terdiri dari dua atau lebih orang yang produksi di Sentra Batik Ayu Arimbi dengan
bekerja bersama-sama (personel sub-sistem), pendekatan macroergonomic analysis and
berinteraksi dengan teknologi (technological design. Tujuan yang hendak dicapai dalam
sub-system) dalam sistem organisasi yang penelitian ini adalah sebagai berikut :
dicirikan oleh lingkungan internal (both 1) Merancang sistem kerja di Sentra Batik Ayu
physical and cultural). Menurut Freivald Arimbi dengan pendekatan
(2010), elemen-elemen sistem kerja terdiri dari macroergonomic analysis and design.
organisasi, human, tasks, environment, dan 2) Mengetahui kenyamanan kerja karyawan
tools/teknologi. sebelum dan sesudah perancangan.
Menurut Kleiner (2006), sistem kerja 3) Mengetahui output produk yang dibuat
terdiri dari dua atau lebih orang yang bekerja untuk mengukur produktivitas hasil
bersama-sama (personel sub-sistem), perancangan.
berinteraksi dengan teknologi (technological Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian
sub-system) dalam sistem organisasi yang ini adalah sebagai berikut :
dicirikan oleh lingkungan internal (both 1) Industri kecil dan menengah dapat
physical and cultural). Sistem kerja yang ada mengenal dan menerapkan teknologi untuk
pada suatu perusahaan akan mempengaruhi meningkatkan produktivitasnya.
jalannya produksi, oleh karenanya pengaturan 2) Sebagai bahan pertimbangan untuk
sistem kerja yang baik sangat diperlukan bagi melakukan perbaikan terhadap sistem kerja
setiap perusahaan sebagai faktor penting dalam dengan sehat, aman, nyaman, efektif dan
meningkatkan produktivitas kerja. efisien.
Batik adalah karya budaya yang 3) Salah satu penerapan difusi teknologi dari
merupakan warisan nenek moyang dan akademisi ke dalam masyarakat.
memiliki nilai seni yang tinggi, dengan corak,
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 126
Jurnal OPSI Vol 11 No.2 Desember 2018 ISSN 1693-2102
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
Dalam mengatasi kondisi sistem kerja Pengamatan dilakukan secara internal dan
yang belum optimal digunakan eksternal, berdasarkan hasil pengamatan maka
Macroergonomic Analysis and Design dapat diidentifikasi visi, misi, struktur
(MEAD) untuk mengevaluasi sistem kerja pada organisasi, sistem kerja serta lingkungan kerja
Industri Batik Ayu Arimbi sehingga dapat yang ada. Pengidentifikasi varian juga sudah
diketahui faktor kunci dalam sistem kerja yang mulai dilakukan pada tahap ini dalam
paling berpengaruh terhadap produktivitas dan lingkungan fisik kerja dan organisasi.
dapat dibuat usulan perbaikan berdasarkan 2. Mendefinisikan tipe sistem operasi kerja dan
faktor kunci yang terpilih sehingga dapat ekspektasi kerja
memperbaiki sistem kerja menjadi lebih baik. Dengan mempertimbangkan aspek
Macroergonomic Analysis and Design komplesksitas, formalisasi dan sentralisasi
(MEAD) merupakan metodologi yang organisasi kerja akan diperoleh kondisi optimal
menggambarkan tahapan implementasi rancangan sistem operasi kerja. Dan penentuan
ergonomi makro yang dapat digunakan untuk kriteria kesuksesan produksi dilakukan dengan
mengevaluasi dan merancang sistem kerja. mengambil tujuh kriteria, yitu efisiensi,
Kerangka umum Macroergonomic Analysis efektivitas, produktivitas, kualitas, kualitas
and Design (MEAD) dikembangkan oleh kehidupan kerja, inovasi dan keuntungan.
Emery and Trist (1978) dalam Hendrick and 3. Mendefinisikan unit operasi dan proses kerja
Kleiner (2001). Berikut ini adalah penjabaran Identifikasi unit operasi dan proses kerja yang
dari langkah pengolahan data yang dilakukan: ada di Sentra Ayam Goreng Kalasan.
1. Mengamati sistem organisasi secara Identifikasi juga dilakukan terhadap varian
internal dan eksternal yang ada pada faktor kondisi pekerjaan.
4. Mengidentifikasi variansi yang terjadi serta bagaimana kendali varian yang terjadi
Identifikasi varian berdasarkan keempat dan pihak yang bertanggung jawab untuk
faktor dalam sistem kerja yang telah hal tersebut. Tabel kendali variansi kunci
diperoleh dari wawancara, observasi, sendiri terdiri atas varian pada faktir kunci,
pengukuran dan langkah-langkah unit kerja atau tempat terjadinya, siapa
sebelumnya. Identifikasi data varian orang yang bertanggung jawab, tools atau
dilakukan dengan kuesioner yang teknologi yang diperlukan untuk
dibagikan kepada 20 pekerja. Data yang mendukung pengendalian, serta
diperoleh dari kuesioner selanjutnya kemampuan khusus atau pengetahuan yang
dihitung prosentase jawaban responden dibutuhkan dalam pengendalian variansi
untuk mengetahui permasalahan yang kunci tersebut.
dihadapi. Tujuan pada tahap ini adalah 7. Menunjukkan alokasi fungsi dan rancangan
untuk mengetahui permasalahan- bersama
permasalahan yang terjadi sekaligus untuk Melakukan perbaikan berdasarkan variansi
mempermudah pada proses pengolahan terbesar. Alokasi fungsi dan rancangan
data selanjutnya. bersama untuk perbaikan dibuat
5. Membuat matriks variansi berdasarkan tabel kendali varian dan varian
Dari varian yang ada pada tahap kunci.
sebelumnya akan diperoleh varian yang 8. Memahami persepsi mengenai peran dan
yang menjadi faktor kunci, varian yang tanggug jawab
memberi dampak signifikan pada kriteria Mengidentifikasi pengetahuan atau
peformansi atau hubungannya dengan kemampuan yang dibutuhkan personel
varian lain. Matriks varian bertujuan untuk yang bertanggung jawab di tempat terjadi
mengetahui hubungan keterkaitan antar penyimpangan. Selain itu juga
varian dan pengaruh varian satu dengan mengidentifikasi serta mengevaluasi
varian lainnya. Pengisia matriks varian persepsi dan tanggung jawab personel
berdasarkan wawancara dengan pekerja. tersebut terhadap tugas serta apa yang telah
6. Membuat tabel kendali variansi kunci dan dikerjakan sehingga akan diperoleh aturan
jaringan peran kerja yang sesuai.
Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui 9. Merancang atau memperbaiki subsistem
peran personel dan tanggung jawabnya pendukung dan interface
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 127
Membuat rancangan perbaikan sistem kerja sesuai dengan keinginan dan harapan dari
dari alternative yang telah dibuat agar pemilik dan pekerja.
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 128
No Faktor Varian
Kelelahan kerja
Budaya kerja
Kehadiran
Lingkungan kerja
Tata letak fasilitas
4 Lingkungan
Pencahayaan
Kondisi suhu
5. Membuat tabel kendali varian kunci pekerja yaitu mengenai kurangnya peralatan
dan jaringan peran dan tenaga pembimbing ahli.
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui Identifikasi data varian bertujuan untuk
bagaimana kendali atau kontrol varian yang mengetahui permasalahan yang ada sehingga
telah ada dan bagaimana peran personel yang dapat memudahkan proses analisis selanjutnya.
bertanggung jawab di perusahaan. Penyusunan Faktor-faktor yang menimbulkan varian
tabel kendali varian kunci dan jaringan peran (lingkungan fisik, peralatan/mesin, kondisi
berdasarkan identifikasi faktor kunci yang pekerjaan, dan organisasi) dan varian yang
terpilih pada langkah sebelumnya, faktor kunci terjadi sudah diidentifikasi pada langkah
yang terpilih yaitu lingkungan fisik yang sebelumnya. Untuk memperoleh data varian
berupa suhu ruang kerja yang panas dan yang lebih rinci dilakukan penyebaran
kebisingan di tempat kerja. kuesioner pada seluruh pekerja bagian produksi
sehingga dapat diketahui permasalahan yang
6. Penyusunan fuction alocation and joint dihadapi seluruh pekerja bagian produksi.
design Setelah dilakukan perhitungan prosentase dari
Tahap ini bertujuan untuk membuat fungsi jawaban seluruh responden, dapat diidentifikasi
alokasi dan rancangan alternatif perbaikan data varian terpilih adalah fasilitas lingkungan
dari tabel kendali varian dan varian kunci fisik dan pengaturan jam kerja. Matriks varian
yang ada dalam bentuk objective/activity bertujuan untuk mengetahui hubungan atau
tree. Alternatif pertama yang bisa dilakukan keterkaitan antar varian atau apakah varian
adalah pengadaan fasilitas peralatan yang satu mempengaruhi varian lainnya. Faktor
pendukung teknologi. Alternatif kedua yang variannya memiliki keterkaitan atau
mengembangkan budaya organisasi yang hubungan paling banyak dengan varian lain
lebih efektif, nyaman, aman, dan efisien. akan menjadi faktor kunci. Faktor kunci terpilih
Dari hasil identifikasi faktor kunci adalah faktor peralatan yang belum mendukung
diperoleh hasil bahwa subsistem lingkungan kenyamanan kerja.
dan subsistem organisasi pada Industri Batik Penyusunan function allocation and joint
Ayu Arimbi Sleman. Kondisi lingkungan fisik design. Tahap ini bertujuan untuk membuat
kerja yang dikeluhkan meliputi suhu, fungsi alokasi dan rancangan alternatif
kebisingan, dan cahaya. Sedangkan kondisi perbaikan dari tabel kendali varian dan varian
organisasi yang dikeluhkan pekerja meliputi kunci yang ada dalam bentuk objectives/activity
kesejahteraan, pembagian kerja, dan perhatian tree. Rancangan alternatif yang ada dapat
pimpinan terhadap keadaan pekerja dan dilihat pada Gambar 1. Selanjutnya dilakukan
lingkungan fisik kerja. Untuk mencapai evaluasi peran dan persepsi tanggungjawab.
ekspektasi performansi yang diinginkan, tidak Pada tahap ini bertujuan untuk memberikan
terlepas dari peralatan dan mesin yang pembobotan untuk masing-masing alternatif
digunakan. Kondisi peralatan dan mesin masih perbaikan sehingga dapat diperoleh alternatif
terdapat kekurangan berdasarkan keluhan dari yang baik dan dapat diterapkan. Penilaian
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 129
pembobotan dilakukan secara subyektif kriteria mewujudkan konsep yang dipilih menjadi
yang memiliki keterkaitan dengan alternatif. wujud nyata, uraian mengenai perancangan
Perancangan ulang subsistem pendukung wujud tersebut dengan membuat gambar
bertujuan untuk membuat rancangan perbaikan rancangan 3D dapat dilihat pada Gambar 2.
pada subsistem yang dapat memperbaiki sistem
kerja menjadi lebih baik sehingga produktivitas
dapat ditingkatkan. Faktor kunci yang terpilih
yaitu faktor peralatan kerja. Proses
perancangan pada fase ini dilakukan dengan
Perancangan sistem kerja
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 130
menghitung skor jawaban ditunjukkan pada
Tabel 3 dan Tabel 4.
Perancangan meja batik tulis untuk batik. Sehingga meja batik tulis dapat
perancangan dan penjelasan tugas adalah dapat meningkatkan waktu proses produksi pada
menentukan kriteria yang diinginkan Sentra Sentra Batik Ayu Arimbi.
Batik Ayu Arimbi. Kriteria yang diinginkan Hasil pengujian untuk uji kelelahan
yaitu mengurangi kelelahan serta kenyamanan secara objektif sebelum memakai meja batik
pekerja, mengurangi waktu setup, mudah dalam dapat diketahui pada Tabel 1 memilki rata-rata
pengoperasian meja batik tulis, dan mudah sebesar 39,03%. Setelah menggunakan meja
dalam melakukan perawatan. Hasil yang batik dapat di ketahui pada Tabel 2 memiliki
didapatkan dalam perancangan dan penjelasan rata-rata sebesar 30,69%. Hasil dari
tugas akan dijadikan konsep untuk perancangan perhitungan menunjukan bahwa menggunakan
meja batik tulis. Hasil dari penelitian meja batik memiliki angka rata-rata yang lebih
menunjukan bahwa waktu proses yang rendah dibandingkan dengan tidak
dihasilkan sebelum memakai meja batik menggunakan meja dengan selisih rata-rata
membutuhkan 18 jam untuk membuat pola sebesar 8,34% menunjukan tidak terjadi
dalam satu kain batik. Hal ini menunjukan kelelahan. Kelelahan fisik dengan hasil rata-
bahwa masih belum efektif. Sedangkan hasil rata 3,85 yang berarti rendahnya tingkat
dari meja pola batik memerlukan waktu sebesar kelelahan fisik terhadap sebagian besar
6 jam untuk membuat pola batik dalam 1 kain responden.
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 131
3. Waktu proses pembuatan pola batik Brian M. K, (2002). Computer-Aided
dengan meja kerja semakin cepat 6 jam Macroergonomics for Improved
dibanding dengan sistem kerja lama yang Performance and Safety. Human Factors
prosesnya sampai 18 jam. and Ergonomics in Manufacturing, Wiley
Periodicals, Inc. Published online in Wiley
DAFTAR PUSTAKA InterScience.www.interscience.wiley.com
Adiatmika, I.P.G, 2006, Modifikasi Meja Kerja Vol. 12 (3) 307–319
Menurunkan Beban Kerja Karyawan Dewi, C, 2009, Analisis Potensi Resiko Cedera
Kerajinan Logam di Kabupaten Tabanan Musculoskeletal dan Usaha Perbaikan dari
Bali, Prosiding Seminar Nasional dan Resiko Cedera Musculoskeletal (Studi
Kongres Ergonomi III, Teknik Industri, Kasus pada Pekerja Pembuat Tali Pandan
Universitas Trisakti, Jakarta di Industri Kecil Desa Tanjung Harjo,
Andewi, P.J, 1999, Perbaikan Sikap Kerja Nanggulan, Yogyakarta), Prosiding
dengan Memakai Kursi dan Meja Kerja Seminar Nasional IX dan Kongres
yang Sesuai dengan Data Antropometri Ergonomi IV, Teknik Industri, Universitas
Pekerja dapat Meningkatkan Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah
Produktivitas Kerja dan Mengurangi Erensal, Y.C, Albayrak. (2004). Successful
Gangguan sistem Musculoskeletal, Thesis Adoption of Macroergonomics in
Magister, Pascasarjana Universitas Manufacturing: Using a Multicriteria
Udayana, Denpasar, Bali Decision-Making Methodology-Analytic
Adiputra, N., Sutjana, D.P., Widana, K., Hierarchy Process. Human Factors and
Manuaba, A., O’Neill. (1997). Ergonomics in Manufacturing. Wiley
Participatory Ergonomics in Agriculture, Periodicals, Inc. Published online in Wiley
Case Study in Batunya Village Bali, InterScience.www.interscience.wiley.com
Indonesia. In: Khalid, H.M. editor. vol. 14 (4) 353-377.
Proceeding of 5th SEAES Conference, 6-7 Evanof, B. A., Bohr, P. C. and Wolf , L. D.
Nov. Kualalumpur: IEA Press. p. 463-467 (1999). Effect of a Participatory
Anonim, 2015, Peraturan Presiden Republik Ergonomic Team Among Hospital
Indonesia Nomor 72 Tahun 2015, tentang Onderlies. American Journal of Industrial
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor Medicine. 35: 558-365
6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi
Kreatif, 16 Juni 2015.
Grandjean, E, & Kroemer, 2000, Fitting the Jeppesen, H. J. (2003). Participatory Aproaches
Task to the Human, A textbook of to Strategy and Research in Shift Work
Occupational Ergonomics, 5th Intervention. Theoretical and Issues in
edition,Taylor&Francis, Piladelphie. Ergonomic. 4 (3,4): 289 – 301.
Gupta, N.K., K. Diallo, P. Zurn, M.R. Dal Poz, Kleiner, B. M., 2006, Macroergonomics:
2003, Assessing Human Resources for Analysis and design of work system design,
Healt : What can be learan from labour Applied Ergonomics, 37, 81-89.
force survey?, Human Resources Health. Kawakami, T., Kogi, K., Toyoma, N. and
1(1):5. Yoshikawa, T. (2004). Participatory
Hendra & R. Suwandi, 2009, Risiko Ergonomi Approaches to Improving Safety and
Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Health Under Trade Union Initiative.
(MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit, Industrial Health. 42: 196-206
Prosiding Seminar Nasional IX dan Laing, A.C., Frazer, B.M, Cole, D.C., Kerr,
Kongres Ergonomi IV, Teknik Industri, M.S., Well, R.P. and Norman, R.W.
Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa (2005). Study of the effectiveness of a
Tengah. participatory ergonomic intervention in
Hendrick, H. W. and Kleiner, B. M., 2001, reducing worker pain severity through
Macroergonomics: An Introduction To physical exposure pathways. International
Work System Design, HFES journal of ergonomic, 48 (2,2):150-170.
Publisher.,Santa Monica- USA. Lucitasari, D.R., & Wibawa, T, 2016, Strategi
Iridiastadi, H. dan Yassierli, 2014, Ergonomi Pengembangan Industri Batik Kayu
Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, PT Krebet Pajangan Bantul dengan
Remaja Rosdakarya, Bandung. Pendekatan Macroergonomic Analysis
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 132
and Design, Laporan Penelitian Terapan, Pekerja Garmen di Bali, Prosiding
LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta Seminar Nasional XII, Ikatan Ahli Faal
McCormick,E.J. & Sanders,M.S., 1993, Indonesia, Malang.
Human Factor in Engineering and Design, Niebel, B. & A. Freivalds, 2003, Methods,
7th edition, McGraw-Hill Inc. Standards, and Work Design, 11th Edition,
Manuaba, A, 1998a, Bunga rampai Ergonomi, McGraw-Hill Series, Singapore.
Vol. II, Program studi Ergonomi dan Nurmianto, E., 2004, Ergonomi Konsep Dasar
Fisiologi Kerja, Universitas Udayana, Dan Aplikasinya, Edisi kedua, Penerbit
Denpasar. Guna Widya, Surabaya.
Manuaba, A. (1999). Penerapan Ergonomi Robertson, M. M. Amick, B. C., Hupert, N.,
Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Pellerin-Dionne. M., Cha, E. and Katz, J.
Industri. Makalah. Disampaikan pada N. 2002. Effect of a Participatory
Seminar Nasional Ergonomi, Reevaluasi Computer Workshop for University
Penerapan Ergonomi dalam Student: A Pilot Intervention to Present
Meningkatkan Kinerja Industri. Surabaya disability in Tomorrow’s Workers. Scan J
23 Nopember. Work Environ Health. USA: IOS Press. p.
Manuaba, A. (2003). Penerapan Ergonomi 305-314.
Meningkatkan Produktivitas. Makalah. Sutalaksana,I.Z., Anggawisastra,R., dan
Denpasar: Bagian Ilmu Faal Fakultas Tjakraatmadja,J.H.,1979, Teknik Tata
Kedokteran Universitas Udayana. Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri ITB,
Nagamachi, M. (1995). Requisites and practice Bandung.
of participatory ergonomic. International Wibawa, T, 2009, Perancangan Stasiun Kerja
Journal of Industrial Ergonomics, 15(5): pada Industri Emping Melinjo dengan
371-377 Pendekatan Human Centered Design
Netrawati, IGA, S. Hadi, Tarwaka, 2001, (HCD), Jurnal Optimasi Sistem Industri,
Sarana Kerja yang tidak Ergonomis Teknik Industri, UPN “Veteran”
Meningkatkan Musculoskeletal pada Yogyakarta (dalam proses penerbitan).
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta 133