Pendahuluan
Sebagai seorang manusia, kita perlu menanamkan nilai-nilai etika dalam kita hidup
bersosial. Etika berasal dari kata Yunani etos atau étos. Etika didefinisikan sebagai ilmu atau ajaran
tentang tindakan atau etika ialah pertanyaan tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang apa yang
benar dan apa yang salah.1
Sehingga, dengan etika maka seseorang akan mampu untuk bersosialisasi sesuai sesama
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Bioetik adalah salah satu cabang dari etik
normatif. Sebagai seorang dokter, kita perlu untuk meninjau kembali apakah tindakan kita sesuai
dengan KDB (Kaidah Dasar Bioetik) yang berlaku atau tidak dan apakah KDB (Kaidah Dasar
Bioetik) yang kita gunakan sesuai dengan konteks yang ada atau tidak.
Bioetik atau bioetika berasal dari bios yang artinya kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetika medis merupakan studi interdisipliner tentang
masalah yang ditimbulkan dari perkembangan dibidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro masa kini dan masa mendatang (Bertens,2001).2
Bioetika juga merupakan padangan lebih luas dari etika kedokteran karena begitu saling
mempengaruhi antara manusia dan lingkungan hidup. Bioetika merupakan “genus”, sedangkan etika
kedokteran merupakan “pesies”. Bioetika memiliki norma bioetika yang pada saat ini banyak yang
tumpang tindih dengan atau setidaknya dipengaruhi oleh norma hukum dan yang melatarbelakangi
(finansial, budaya, sosial).
Prinsip-prinsip Dasar Bioetika
Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik. Prinsip-
prinsip itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau yang disebut spesifik. Tetapi pada
beberapa kasus, kerana kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan
dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan Prima Facie. Konsil
Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik
kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar
etika kedokteran atau bioetika, antara lain:
1. Beneficence
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, dokter
tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan kesehatan. Dalam suatu prinsip
ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi pasien. Beneficence membawa arti
menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk
memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. 3 Ciri-ciri prinsip ini, yaitu;
Mengutamakan Alturisme
Menjamin nilai harkat dan martabat manusia
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorang
dokter
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu
keburukannya
Paternalism bertanggung jawab/berkasih sayang
Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
Tidak ada pembatas “goal based”
Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain
inginkan
Memberi suatu resep berkhasiat namun murah
Minimalisir akibat buruk 2
2. Non-Maleficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang
memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan
kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. 3 Non-malficence mempunyai ciri-ciri:
3. Justice
Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata dan adil
terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan
politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat
mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.3 Justice mempunyai ciri-ciri:
4. Autonomy
Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu harus
diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri. Dalam hal ini pasien
diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomy bermaksud
menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. 3
Autonomy mempunyai ciri-ciri:
Pembahasan Skenario
Skenario
Telapak tangan kanan seorang pemuda masuk kedalam mesin penggilingan padi dan
setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin
penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter B mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut
hancur. Dokter B menjelaskan keadaan telapak tangan kanan nya dan tindakan yang harus
dilakukan adalah amputasi.
Identifikasi Istilah
Amputasi adalah hilangnya bagian tubuh seperti jari, lengan atau tungkai akibat cedera
atau terjadi secara terencana melalui prosedur operasi.
Rumusan Masalah
Telapak tangan kanan seorang pemuda hancur akibat masuk ke dalam mesin
penggilingan padi.
Analisis Kasus
Dari skenario di atas menjelaskan mengenai telapak tangan bagian kanan seorang
pemuda yang masuk ke dalam mesin penggilingan padi. Setelah 15 menit kemudian, tangan
pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dan telapak tangannya mengalami luka yang cukup
serius. Dokter pun menyarankan untuk melakukan amputasi pada tangan pemuda tersebut. Dari
tindakan dokter tersebut kita dapat menggolongkan tindakan dokter tersebut sesuai dengan
kaidah dasar bioetik (KDB) yakni KDB beneficence dan KDB autonomy.
Dilihat dari kaidah beneficence, dokter B tersebut memberikan penjelasan dan memeriksa
mengenai keadaan telapak tangan kanan pemuda tersebut, selanjutnya dokter B pun memberikan
saran untuk mengamputasi telapak tangan kanan pemuda tersebut. Hal ini sesuai dengan KDB
Beneficence dimana keadaan pasien masih sadar dan masih dalam keadaan wajar. Saran yang
diberikan dokter B tersebut semata-mata hanya untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
Sedangkan, dilihat dari kaidah autonomy dokter B memberikan hak kepada pasien untuk
menentukan pilihannya sendiri. Dalam skenario ini, dokter B menghargai/menghormati hak asasi
dari pemuda tersebut. Dalam menentukan hak, pasien dan dokter perlu melaksanakan informed-
consent. Informed-consent diberikan kepada pasien yang sudah dewasa dan telah berkepribadian
matang. Dengan adanya Informed-consent hak kedua pihak pun tetap dijamin dalam surat
persetujuan sehingga dapat mencegah terjadinya kerugian antara kedua belah pihak.
4. Menghargai privasi ✓
Kesimpulan
Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter B telah melakukan tindakan sesuai
dengan KDB yang berlaku yakni KDB beneficence dimana dokter B telah memeriksa keadaan,
memberi penjelasan dan menyarankan untuk mengamputasi telapak tangan kanannya. Hal ini
menunjukkan bahwa dokter B mementingkan kepentingan pasien diatas segala-galanya.
Selanjutnya, dokter B juga telah melakukan tindakan sesuai dengan KDB autonomy yakni
dengan memberikan kesempatan pada pasien untuk mengambil keputusan sendiri dan hal ini
berkaitan dengan informed consent.
Daftar Pustaka
1. Abineno, J.L.Ch. 2007. Sekitar Etika dan Soal-soal Etis. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
2. Hanafiah, J. dkk. 2009. Etika kedokteran dan hukum/kesehatan (4 th ed). Jakarta: EGC
3. Hartono, Budiman dkk. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme
dalam Profesi Dokter. Jakarta : UKRIDA
4. KBBI online.
5. Affandi, Dedi. 2017. Majalah Kedokteran Andalas
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/484 Riau: KJF Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Riau. (Diakses 19 September 2018, 20.03)