PENDAHULUAN
Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut sebagai case-
comparison study, case-compeer study, case-referent study, atau retrospective study,
meupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara
efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor risiko tertentu. Desain
penelitian kasus-kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko
dalam kejadian penyakit (cause-effect relationship), seperti hubungan antara kejadian kanker
serviks dengan perilaku seksual, hubungan antara tuberkulosis pada anak dengan vaksinasi
BCG, atau hubungan antara status gizi bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik
pada ibu.(1)
Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah desain
eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-sectional, karena pada
studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional tidak. Desain
kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan, namun juga memiliki beberapa keuntungan.
Dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi
kasus-kontrol dapat memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang
kedokteran klinik, terutama untuk penyakit-penyakit yang jarang ditemukan.(1)
DEFINISI
Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor
risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan
mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok
tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan
mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak. 1,3,4,5
Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar
berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan
pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi, hipotesis
yang diajukan adalah : Pasien penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y
dibandingkan dengan mereka yang tidak berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab
dengan penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau
keadaan lain) dengan variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit tersebut)
pada populasi yang diteliti. 1
3. Menentukan Populasi Terjangkau dan Sampel (Kasus, Kontrol) serta Cara Pemilihan
Subyek Penelitian
Kelompok kasus adalah kelompok individu yang menderita penyakit yang akan diteliti dan
ikut dalam proses penelitian sebagai subyek studi. Sedangkan kelompok kontrol adalah
kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan diteliti, tetapi
mempunyai peluang yang sama dengan kelompok kasus karena terpajan oleh faktor risiko
yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit. 4
Cara terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek dari populasi
yang menderita efek. Namun dalam praktek, hal ini hampir tidak mungkin dilaksanakan
karena penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang yang
diagnosisnya biasanya ditegakkan di rumah sakit. 5
Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan kasus untuk
studi kasus-kontrol:
a. Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru + lama)
b. Tempat pengumpulan kasus
c. Saat diagnosis
Sementara itu, pemilihan kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti sehingga sangat
terancam bias. Kelompok kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus dan
didasarkan pada kesamaan dengan karakteristik subyek pada kasus, sehingga mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpajan oleh faktor risiko yang diteliti. 1,3,5
Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :
a. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama
b. Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua variabel yang
mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel yang diteliti (matching)
c. Memilih lebih dari satu kelompok kontrol
Pada dasarnya untuk penelitian kasus-kontrol jumlah subyek yang akan diteliti bergantung
kepada :
a. Berapa besar densitas pajanan faktor risiko pada populasi. Bila densitas pajanan faktor
risiko terlalu kecil atau terlalu besar, maka kemungkinan pajanan risiko pada kasus dan
kontrol hampir sama dan diperlukan sampel yang cukup besar untuk mengetahui
perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).
c. Derajat kemaknaan (kesalahan tipe I,a) dan kekuatan (power=1-b) yang dipilih. Biasanya
dipilih a=5%, b=10% atau 20% (power=90% atau 80%).
d. Rasio (perbandingan) antara jumlah kasus dan kontrol. Dengan memilih kontrol lebih
banyak, maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah kontrol diambil c kali, maka jumlah
kasus dapat dikurangi dari n menjadi (c+1)n/2c.
e. Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak. Dengan melakukan
matching, jumlah subyek yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
4. Melakukan Pengukuran Variabel Efek dan Faktor Risiko
Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan hal yang
sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek harus sudah didefinisikan dalam usulan
penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi di waktu lampau melalui
anamnesis (recall) semata-mata mengandalkan daya ingat responden. Bias yang dapat
mengancam dalam konteks ini adalah recall bias. 1,3
5. Menganalisis Data Hasil Penelitian
Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat bersifat sederhana yaitu penentuan rasio odds, sampai
yang bersifat kompleks yaitu menggunakan analisis multivariat. Ini ditentukan oleh apa yang
ingin diteliti, bagaimana cara memilih kontrol (matched atau tidak), dan terdapatnya variabel
yang mengganggu atau tidak.
(proporsi kasus dengan faktor risiko) / (proporsi kasus tanpa faktor risiko)
----------------------------------------------------------------------------
(proporsi kontroldengan faktor risiko) / (proporsi kontrol tanpa faktor risiko)
Rasio odds pada studi kasus-kontrol dengan matching ini dihitung dengan mengabaikan sel a
karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya terpajan, dan sel d karena baik kelompok
kasus maupun kontrolnya tidak terpajan. Rasio odds dihitung dengan formula :
RO = b / c
RO dapat dianggap mrndekati risiko relatif apabila :
1. Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak lebih dari 20% populasi terpajan
2. Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari populasi dalam hal peluangnya
untuk terpajan faktor risiko
3. Kelompok kasus harus representatif
RO > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang merupakan faktor risiko, bila RO =
1 atau mencakup angka 1 berarti bukan merupakan faktor risiko, dan bila RO < par =" p(r-
1)+1" p =" proporsi" r =" rasio"> 1
BIAS DALAM STUDI KASUS KONTROL
Bias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan
kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok bias yang dapat
mempengaruhi hasil, yaitu :
a. Bias seleksi
b. Bias informasi
c. Bias perancu (confounding bias)
Sackett* mencatat beberapa hal yang dapat menyebabkan bias, di antaranya adalah :
1. Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding factors) mungkin terlupa
oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik kasus (recall bias)
2. Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya lebih
sering melaporkan faktor risiko dibandingkan dengan subyek yang tidak terkena efek
(kontrol)
3. Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen menyebabkan
penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen
4. Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif seringkali sangat
sukar
http://www.infogue.com/viewstory/2009/12/14/studi_kasus_kontrol_8871/?url=http://prematured
octor.blogspot.com/2009/12/studi-kasus-kontrol.html