BAPETEN Ins - Obyek - Inspeksi - FRZR PDF
BAPETEN Ins - Obyek - Inspeksi - FRZR PDF
BAB I. PENDAHULUAN
A Latar Belakang …………………………………………………………… 3
TIU …………………………………………………………………… 3
TIK …………………………………………………………………… 3
B Sinar X …………………………………………………………………… 4
BAB II. PEMANFAATAN BIDANG KESEHATAN
A. DIAGNOSTIK ………………………………………………………………
1. Pesawat Sinar X (Prinsip Kerja, Kegunaan, dan Aspek Keselamatan ) 7
a. Konvensional ……………………………………………………… 8
b. Fluoroscopy ………………………………………………………… 10
c. Mammography ………………………………………………………. 11
d. Gigi ………………………………………………………………… 16
e. Intervensional …………...……………….………………………… 18
f. CT-Scan (Computed Tomography)………………………………… 19
B. RADIOTERAPI…………………………………………………………… 22
1. Brachyteraphy ………………………………………………………… 23
a. Manual Loading (konvensional)…………………………………… 23
b. Remote Afterloading ……………………………………………… 26
2. Teleterapi ……………………………………………………………… 27
a. Pesawat Terapi Sinar X …………………………………………… 29
b. Gamma Teletherapi ………………………………………………… 29
c. Teleterapi Linac …………………………………………………… 32
C. KEDOKTERAN NUKLIR ………………………………………………… 36
1. Karakteristik Sumber Terbuka ………………………………………… 36
a. Pencitraan oleh Gamma Camera …………………………………… 37
b. Diagnostik …………………………………………………………… 38
c. Terapi ……………………………………………………………… 41
2. Aspek Keselamatan …………………………………………………… 42
a. Pemindahan Sumber ………………………………………………… 42
b. Cara Bekerja Dengan Sumber Terbuka …………………………… 42
c. Teknik Penanganan Sumber Radiasi ……………………………… 44
1
BAB. III. PEMANFAATAN DALAM BIDANG INDUSTRI
A. RADIOGRAFI ……………………………………………………………… 45
1. Sumber Radiasi Radiografi …………………………………………… 45
a. Sinar –X …………………………………………………………… 45
b. Sinar Gamma ……………………………………………………… 45
2. Radiografi …………………………………. 46
3. Proses Penyinaran Radiografi ………………………………………… 48
a. Prinsip Kerja Alat …………………………………………………… 48
b. Sistem Keselamatan Alat …………………………………………… 51
B. GAUGING ………………………………………………………………… 54
1. Teknik Gauging Dalam Industri ……………………………………… 55
a. Thickness Gauging ………………………………………………… 55
b. Level Gauging …………………….………………………………… 55
c. Density Gauging …………………………………………………… 56
d. Neutron Moisture Gouging ………………………………………… 57
C. ANALISIS …………………………………………………………………… 64
1. Fluoresensi Sinar – X (XRF) ………………………………………… 64
2. Tangkapan Elektron …………………………………………………… 65
D. LOGGING ………………………………………………………………… 67
1. Dasar-Dasar Logging ………………………………………………… 70
2. Peralatan Logging dan Tekniknya …………………………………… 71
3. Operasi Well Logging ………………………………………………… 72
E. TEKNIK PERUNUT RADIOISOTOP …………………………………… 76
1. Prinsip Kerja …………………………………………………………… 76
2. Aspek Keselamatan …………………………………………………… 76
F. IRRADIATOR ……………………………………………………………… 81
1. Tipe-Tipe Irradiator …………………………………………………… 81
2. Irradiator di Indonesia. ………………………………………………… 86
a. Irradiator Gamma …………………………………………………… 86
b. Irradiator Berkas Elektron ………………………………………… 87
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
3
5. Peserta memahami potensi bahaya yang ada bagi pekerja, masyarakat
dan lingkungan
B. SINAR-X
4
Gambar I.2. Tabung sinar-X
5
filamen dan pengaturan tegangan di antara anoda dan katoda (kV).
Pengaturan arus filamen akan menyebabkan perubahan jumlah elektron
yang dihasilkan filamen dan intensitas berkas elektron (mA) sehingga
mempengaruhi intensitas sinar-X. Semakin besar mA akan
menghasilkan sinar-X yang semakin besar. Pengaturan tegangan kV
akan menyebabkan perubahan ”gaya tarik” anoda terhadap elektron
sehingga kecepatan elektron menuju (menumbuk) target akan berubah.
6
BAB II.
PEMANFAATAN DALAM BIDANG KESEHATAN
A. DIAGNOSTIK
Dalam pemberian paparan radiologi diagnostik harus dipastikan bahwa :
1 Para praktisi medik yang meminta atau melaksanakan diagnosis
radiologi :
a. Menggunakan peralatan yang sesuai
b. Mengusahakan paparan sekecil mungkin pada pasien dengan tetap
memperhitungkan norma kualitas citra yang ditetapkan oleh
organisasi profesi dan batas pengendalian paparan medik; dan
c. Memperhatikan informasi hasil pemeriksaan sebelumnya guna
menghindari pemeriksaan berulang yang tidak diperlukan;
2 Praktisi medik, teknisi dan staf pencitraan lainnya memilih parameter
sedemikian rupa sehingga kombinasinya memberikan paparan sekecil
mungkin pada pasien dengan kualitas citra dan tujuan pemeriksaan
tetap tercapai, untuk radiologi anak dan intervensional radiologi,
pemilihan parameter berikut harus lebih diperhatikan, yakni :
3. Area yang diperiksa, jumlah dan ukuran proyeksi penyinaran (misal
jumlah film atau potongan Tomografi) dan waktu pemeriksaan (misal
waktu fluoroskopi);
a. Jenis penerima citra (misal film kecepatan rendah atau tinggi);
b. Penggunaan grid anti hamburan;
c. Kolimasi berkas utama sinar-X untuk memperkecil volume jaringan
yang terirradiasi dan memperbesar kualitas bayangan;
d. Nilai-nilai parameter operasional (misal tegangan tabung; arus dan
waktu atau hasil kalinya);
e. Teknik-teknik penyimpanan citra dalam pencitraan dinamis (misal
jumlah citra per detik); dan
f. Faktor-faktor pengolah citra (misal suhu developer dan algoritma
rekonstruksi citra);
4. Peralatan mobile radiology digunakan hanya untuk pemeriksaan khusus
atau bilamana pasien tidak mungkin dibawa ke ruang pesawat sinar-X
7
stasioner dan ini dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai proteksi
radiasi.
5. Pemeriksaan radiologi yang mengakibatkan paparan pada perut atau
panggul wanita hamil atau yang diduga hamil harus dihindari, kecuali
adanya alasan klinis yang sangat kuat.
6. Setiap pemeriksaan radiologi pada daerah perut atau panggul wanita
usia subur harus direncanakan sehingga memberikan dosis minimal
pada janin yang mungkin ada.
7. Bilamana mungkin, disediakan pelindung organ yang peka terhadap
radiasi seperti gonad, lensa mata, payudara dan tiroid.
8
Tabel II.1. Tingkat kebocoran radiasi pesawat sinar-X
Pemeriksaan Laju kebocoran yang diizinkan
≤ 100 mR/jam pada jarak 1 m dari fokus dalam
Diagnostik
kondisi maksimum
9
penyerta; faktor-faktor penyinaran ini hendaknya tersedia dekat atau
pada panel pangatur.
5. Sakelar penyinaran harus terpasang sedemikian, sehingga dapat
dijalankan dari tempat yang aman (2m dari susunan tabung dan dari
pasien).
a. di belakang bangunan pelindung atau
b. di dalam ruangan dengan menggunakan apron pelindung dan
jika perlu sarung tangan (untuk pengaturan khusus seperti
memegang film pada pasien anak kecil).
6. Untuk memperkecil radiasi pada pasien dan radiasi hambur dalam
kamar sinar-X ukuran berkas radiasi harus dibuat sekecil mungkin
sesuai dengan kebutuhan diagnostik dari pemeriksaan tersebut.
7. Waktu penyinaran biasanya sangat pendek dengan maksud untuk
memperkecil kemungkinan kaburnya bayangan akibat gerakan
bagian yang difoto.
8. Pesawat harus dilengkapi dengan peralatan untuk membatasi berkas
Sinar Guna (misalnya dengan diafragma berkas cahaya yang dapat
diatur dan kerucut yang dapat diganti-ganti).
b. Fluoroskopi
10
Detektor dan
penerima
gambar
Meja
CCTV pasien
11
Gambar II.4. Prinsip kerja peralatan fluoroscopy
Prosedur Pengoperasian
1) Hanya petugas yang diperlukan boleh berada dalam kamar
penyinaran.
2) Mereka harus menggunakan apron pelindung dan jika perlu
sarung tangan pelindung, sebaik mungkin pemanfaatan penahan
radiasi tetap yang tersedia di tempat itu.
3) Untuk fluoroskopi konvensional penting dilakukan adaptasi
keadaan gelap selama 20 menit, arus listrik yang dipakai tidak
boleh melebihi 4 mA pada tegangan 100 kV.
12
4) Fluoroskopi dapat dianggap sebagai alat radiografi murni.
5) Untuk diingat pada tegangan (kVp) yang sama, penyinaran
radiografi dengan 60 mAs adalah sama dengan fluoroskopi pada
1 mA untuk jangka waktu 1 menit.
Alat Keselamatan
1) Tanda yang sederhana pada pintu (lampu merah menyala) dan
kunci untuk mencegah dibukanya pintu selama fluoroskopi.
2) Dosimeter untuk pasien yang dapat memberikan peringatan
dengan bunyi terhadap kombinasi waktu, ukuran berkas dan
output.
3) Penguat bayangan yang dipasang secara benar dan digunakan
hati-hati dapat memperkecil keluaran sinar-X yang dibutuhkan
sampai dengan faktor 10.
4) Penguat bayangan juga memungkinkan fluoroskopi dilakukan
dengan cahaya ruangan.
5) Dengan penguat bayangan arus listrik tidak boleh melebihi 1
mA pada 100kV.
13
Detektor
Tabung sinar-X
c. Mamografi
14
Gambar II.6. Susunan Pesawat Mamografi
15
Gambar II.7. Pesawat sinar-X untuk gigi dengan kerucut ujung terbuka
Gambar II.8. Pesawat sinar-X untuk gigi dengan kerucut plastik runcing
16
g. berdiri di belakang tabir Pb yang tebalnya tidak
kurang dari 0,5 mm (sebaiknya tabir dilengkapi kaca intip
kaca Pb setara dengan 0,5 mm Pb)
2) Untuk pemotretan gigi dengan film dalam mulut
a) Penyinaran harus dikendalikan dengan sakelar tekan terus
b) Pengatur waktu penyinaran harus dapat menghentikan
penyinaran secara otomatis setelah selang waktu dan
lamanya tidak boleh kurang dari 5 detik.
c) Harus dilengkapi dengan kerucut dental untuk menjamin
jarak minimum fokus-kulit seperti yang dikehendaki
diafragma permanen berukuran tetap :
h. untuk penggunaan kerucut dental yang dapat
ditukar harus dijamin diafragma selalu berada di
tempatnya dan membatasi ukuran berkas sinar guna,
sehingga tidak melampaui ukuran maksimum yang
diperkenankan.
i. di luar berkas sinar guna, diafragma harus memberikan
tingkat perlindungan yang sama seperti yang diharuskan
untuk susunan tabung Sinar-X
j. diameter berkas sinar guna pada ujung bawah
kerucut dental harus tidak lebih dari 7,5 cm dan
sebaiknya tidak lebih dari 6 cm.
k. untuk kerucut yang silindris dan divergen
dengan/tanpa ujung terbuka, ukuran maksimum berkas
sinar guna harus sesuai dengan luas kerucut dental pada
ujung kerucut.
l. tempat kedudukan fokus dan arah sumbu berkas
sinar guna harus diketahui dengan mudah.
m. jarak minimum fokus-kulit harus terjamin oleh
kerucut dental dengan ukuran diameter di atas seperti
ditentukan dalam tabel berikut :
17
Pesawat untuk tomografi dental panoramik lapangan
1) Pengaturan dan pembatasan penyinaran
a) Selama penyinaran jarak minimum fokus-kulit harus 15 cm;
dalam segala hal diusahakan agar jarak fokus-kulit minimal
20 cm.
b) Penyinaran harus dikendalikan dengan sakelar tekan-terus.
c) Di luar berkas sinar guna, diafragma celah yang dipasang
tetap pada susunan tabung sinar–X harus memberikan
pelindung yang sama tingkatnya seperti yang dikehendaki
untuk susunan tabung sinar-X.
18
membutuhkan waktu lebih lama dengan daerah paparan radiasi
yang lebih luas. Sehingga dosis radiasi yang diterima pasien, dokter
dan petugas proteksi radiasi menjadi tinggi.
19
mendapatkan gambar bidang tomografi dari objek (pasien) yang
disinari.
20
Gantry
Scanning
Meja
Peralatan untuk pasien
akuisisi data
Penggunaan
21
pekerjaan yang sangat komplek dan hanya dilakukan dengan komputer,
sehingga teknik diagnosa ini dikenal computerized tomography atau
computed tomography.
B. RADIOTERAPI
1 Brachyterapi
22
Dalam terapi dengan brachyterapi dikenal dua teknik yaitu manual
loading (konvensional) dan Remote afterloading.
Cara ini pertama kali digunakan untuk iradiasi pasien kanker rahim
(uterus) pada tahun 1908. Di negara maju penggunaan metode ini telah
dikurangi dan digantikan dengan metode remote afterloading.
(a)
(b)
Gambar II.13 (a) Berbagai Jenis Aplikator untuk Brachyterapi,
(b) Aplikator untuk terapi superficial
23
Tabel III.1 Jenis Radioisotop yang digunakan dalam brachyterapi
Sumber T1/2 γ (MeV) HVL (mmPb)
222
Rn 3.83 d 0.047 - 2.45 (0.83 avg) 8.0
60
Co 5.26 y 1.17, 1.33 11.0
137
Cs 30 y 0.662 5.5
192
Ir 74.2 d 0.136 - 1.06 (0.38 avg) 2.5
198
Au 2.7 d 0.412 2.5
125
I 60.2 d 0.028 avg 0.025
103
Pd 17 d 0.021 avg 0.008
226
Ra 1600 y 0.047 - 2.45 (0.83 avg) 8.0
Radium-226 saat ini sudah tidak digunakan lagi di negara maju, dan di
beberapa negara penggunaan sumber radium sudah berkurang.
24
Proteksi radiasi dan penanganan sumber
Prinsip dasar proteksi radiasi (waktu, jarak, dan perisai) harus menjadi
pedoman dalam bekerja dengan sumber radiasi eksterna.
Sumber perlu diuji secara reguler setiap enam bulan sekali. Uji sumber
meliputi uji bentuk fisik/kimia, uji kebocoran (uji usap), uji terhadap
distribusi dan uniformitas radionuklida. Sumber yang bocor harus
ditempatkan dalam kontainer yang terproteksi dengan baik.
25
b. Remote afterloading
26
Sumber yang digunakan untuk remote afterloading adalah Cs-137
(waktu paro 30 th, waktu efektif sekitar 10-15 th), C0-60 (waktu paro
5,4 th, waktu efektif sekitar 5 th), dan Ir-192 (waktu paro 74 hari, waktu
efektif sekitar 3 bl).
2 Teleterapi
27
a b
Gambar II.15 a) Pesawat sinar X Orthovoltage,
b) Berbagai jenis filter
Tabel III.2 Tingkat kebocoran radiasi pada pesawat sinar X untuk terapi
Tegangan
Pesawat Kebocoran Lokasi
tabung
5 cm dari permukaan
< 50 kVp 1 mGy/jam
tabung pesawat sinar X
Superficial
X ray
1 m dari permukaan
< 150 kVp 1 mGy/jam tabung pesawat
sinar X
5 cm dari permukaan
> 150 kVp 300 mGy/jam
Orthovoltage X
28
b. Gamma teletherapy
Head
source
Gantry
Collimator
assembly
Meja pasien
Distance
indicator
29
- Distance indicator, adalah suatu penunjuk jarak secara optis
yang ditempatkan pada sudut 450 terhadap sumbu kontrol
didalam gantry, menunjukkan jarak antara 65 – 130 cm.
- Control terdiri dari treatmen room control, control console
(sistem kontrol yang dilengkapi dengan berbagai tombol dan
ditempatkan di ruang operator). Panel kontrol (console
Control) digunakan untuk memulai dan menghentikan
penyinaran, mengontrol interlocks, display dan indikator.
- Sumber (Source). Sumber berada dalam kapsul stainless
steel yang dilas (welded) dengan memenuhi standar
pengujian tertentu. Laju paparan radiasi untuk kebocoran
maksimum 2 mR/jam pada jarak 1 meter dan diwadahi
dalam tungsten holder, sedangkan source holder juga
dilengkapi dengan fiber optik.
- Wadah sumber (radiation head). Sumber radiasi berada
dalam wadah sumber terbungkus dengan uranium susut
kadar (depleted uranium) yang dibungkus dengan timah
hitam (lead).
30
Aspek Proteksi radiasi
• Pesawat telegamma harus diperiksa apakah sumber bocor dengan
cara test usap (wipe test) yang frekuensinya paling tidak sekali
dalam setahun.
• Uji kebocoran (leakage test) dilakukan pada saat sumber pada posisi
BEAM OFF, petugas mengenakan sarung tangan kemudian
permukaan bagian dalam kolimator (sedekat mungkin dengan
sumber) diusap dengan menggunakan kertas kering (khusus) yang
diberi alkohol.
• Jika hasil cacahan menunjukkan angka bacaan diatas radiasi latar
(background) atau jika aktivitas lebih besar dari 5 nCi/cm2 maka
sumber mungkin bocor, sehingga perlu diambil tindakan
pengamanan sesuai prosedur.
31
c. Teleterapi Linac
Bagian utama dari sistem teleterapi linac terdiri atas Stand dan Gantry
serta peralatan penunjang.
32
- Circulator, untuk menghindari berbaliknya gelombang mikro ke
klistron
- Oil tank, tempat minyak sebagai pendingin
- Coiling water system, menjaga temperatur tetap stabil dan
mencegah terjadinya kondensasi dari uap udara atau gelembung
udara.
33
Peralatan penunjang harus dilengkapi dengan :
- Panel Kontrol
- Modulator kabinet
- CCTV, Audio, Card rack cabinet : Filter, Aplikator (berkas elektron),
Pb dll.
34
o Gangguan pada water cooling system
o Suhu dalam klystron atau magnetron melampaui nilai kritis
35
elektromekanik modern yang membutuhkan tingkat kepekaan dan
ketelitian yang tinggi. Linac membutuhkan daya listrik yang sangat besar
yang terkadang dengan fluktuasi yang relatif besar. Pesawat terapi ini
dilengkapi dengan sistem pendingin sehingga temperatur dan suhu
ruangan harus terjaga dengan baik. Pada saat alat akan digunakan
masalah mungkin terjadi karena ketidakstabilan dari sistem, setting dari
parameter harus sesuai dengan yang direncanakan.pada dasarnya laju
dosis keluaran sumber radiasi terapi dengan zat radioaktif Co-60 dan Cs-
137 lebih stabil dibandingkan dengan pesawat sinar X maupun Linac.
Oleh sebab itu ketentuan batas waktu pengukuran sumber radiasi terapi
Co-60 dan Cs-137 lebih lama dibandingkan dengan pesawat sinar X
maupun Linac untuk dikalibrasi ulang keluaran berikutnya.
C. KEDOKTERAN NUKLIR
Dalam hal ini kedokteran nuklir merupakan salah satu kegiatan yang
memanfaatkan zat radioaktif dalam bentuk sumber terbuka. Penggunaan
sumber terbuka ini akan menghasilkan limbah radioaktif dan non
radioaktif.
36
Zat radioaktif adalah sumber terbuka yang digunakan sebagai
radiofarma, aktifitas rendah(beberapa µCi hingga ratusan mCi) dan
berumur paro pendek (T1/2 ), sebagai contoh:
99m
Tc dengan T1/2 adalah 6 jam dan pemancar radiasi gamma dan
energi 0,14 MeV
125
I dengan T1/2 adalah 60,1 hari dan pemancar radiasi gamma dan
energi 0,035 MeV
131
I dengan T1/2 adalah 8,0 hari dan pemancar radiasi beta dengan
energi 0,61 MeV (mak) maupun pemancar radiasi gamma dan
energi 0,08-0,7 MeV
32
P dengan T1/2 adalah 14,3 hari pemancar radiasi beta dan energi
1,7 MeV ( maksimum)
37
Gambar II.19. Ruang kedokteran nuklir menggunakan Gamma Camera
b. Diagnostik
38
Pada pemeriksaan in-vivo, setelah radioisotop dimasukkan kedalam
tubuh pasien (diminumkan, disuntikan, dihisap melalui saluran
pernafasan (inhalasi), dsb) maka radiofarmaka selanjutnya dalam
tubuh pasien dapat diperiksa dengan :
99m
Radionuklida yang digunakan meliputi : Tc,111In, 51
Cr, 59
Fe dan
125
I. Aktivitas radionuklida yang dapat diinjeksikan kembali dalam
jumlah beberapa MBq hingga maksimum pada 200 MBq, dengan
aktivitas lebih besar untuk 99mTc.
39
Sumber terbuka yang digunakan dalam kedokteran nuklir sebagian
terbesar berbentuk cairan yang diberikan melalui suntikan. Namun
disamping itu pula dapat digunakan sumber terbuka dalam bentuk
padat misalnya kapsul gelatin yang berisi Na131I atau dalam bentuk
gas seperti misalnya 13Oksigen .
99m
Gambar IV.21. Tehnetium yang disuntikan pada tubuh pasien
40
5) Para praktisi medik, teknisi atau staf pencitraan, mengusakan
paparan terkecil pada pasien dengan kualitas citra yang masih
dapat diterima, dengan melalui :
pemilihan radiofarmaka dan aktivitas terbaik, dengan
memperhatikan adanya persyaratan khusus untuk anak-anak
dan pasien yang memiliki kelainan fungsi organ.
penggunaan metoda untuk mencegah masuknya radioisotope
ke organ yang tidak diperiksa dan mempercepat ekskresi
radioisotope.
Pemberian radionuklida untuk diagnosis dan terapi pada
wanita hamil atau yang diduga akan hamil harus dihindari,
kecuali terdapat indikasi klinik yang sangat kuat.
Untuk ibu yang menyusui, pemberian ASI pada bayi perlu
dihentikan sampai dengan jumlah radionuklida yang keluar
lewat ASI diperkirakan tidak akan memberikan dosis efektif
lebih besar dari batas yang diijinkan untuk bayi, dan
Pemberian radionuklida pada anak untuk diagnasis
dilakukan hanya jika terdapat indikasi klinik sangat kuat,
dan aktivitasnya harus berdasarkan berat badan, luas
permukaan tubuh atau kreteria lainnya.
c. TERAPI
131
Zat radioaktif I adalah sumber yang secara luas digunakan untuk
terapi kanker Thyrotoxicosis dan untuk Ablasi Tiroid atau
41
131
Metastase. I yang digunakan untuk maksud terapi tersebut dapat
diberikan dalam 3 (tiga) bentu fisik, yaitu : cairan Sodium Iodida
yang diminumkan beberapa kali, bubuk yang dimasukkan kedalam
kapsul gelatin untuk diminumkan atau larutan Sodium Iodida steril
yang diinjeksikan. Pada umumnya injeksi hanya diberikan apabila
ada masalah dengan cara diminumkan.
42
3) harus dilakukan dengan hati – hati, tepat dan rapi.
4) persiapan minimum tertentu yang meliputi tempat kerja,
peralatan dan instrument. Limbah yang terkontaminasi harus
diletakkan ditempat yang mudah dicapai dan diberi tanda
bahaya radiasi serta dibuat secara khusus.
5) pekerjaan penanganan yang tidak rutin harus direncanakan lebih
dulu dan diadakan silmulasi dengan cairan yang tidak aktif.
6) petugas harus menggunakan jas laboratorium dan sarung tangan.
7) pemipetan tidak boleh dilakukan dengan mulut sebab ada
kemungkinan zat radioaktif dapat masuk ke mulut.
8) semua wadah yang memuat zat radioaktif cair sedapat mungkin
harus dalam keadaan tertutup selama pekerjaan berlangsung.
9) sumber radioaktif harus segera dikembalikan ketempat
penyimpanan bila sudah tidak diperlukan.
10) setelah pekerjaan penangan zat radioaktif selesai maka
permukaan tempat kerja harus dibersihkan dan dilakukan
pemantauan seluruh permukaan, perlengkapan, alat-alat serta
pakaian kerja dan tangan si pekerja radiasi untuk melihat
kemungkinan adanya kontaminasi.
11) Ampul dan wadah yang beri zat radioaktif pemancar beta dan
gamma tidak boleh dipegang dan di buka langsung dengan
tangan. Harus digunakan tang untuk memindahkan dan alat
penanganan jarak jauh untuk membukanya.
12) untuk melindungi tubuh dari radiasi gamma maka zat radioaktif
pemancar radiasi gamma sebaiknya ditangani dari balik
selembar kaca timbal, atau tembok dari bata timbal (dengan
menggunakan cermin untuk menentukan posisi yang tepat).
13) bila pekerjaan dapat menimbulkan uap, gas, dan aerosol maka
pekerjaan harus dilakukan dalam lemari asap yang berventilas
43
c. Teknik penangan Sumber radiasi
44
BAB III.
PEMANFAATAN DALAM BIDANG INDUSTRI
A. RADIOGRAFI
Radiografi adalah salah satu cara uji tak merusak atau non-destructive
testing (NDT) dengan memanfaatkan radiasi sinar-X dan/atau gamma
(tabung sinar-X, Ir-192, Co-60,Se-75,Cs-137) yang digunakan untuk
mendeteksi cacat/mutu dari las (welding), coran (Casting), sambungan
(Joint), tempaan/cetakan (forging) dan rakitan (assemblies) di dalam sistem
instalasi industri, keretakan dinding dll.
a. Sinar –X
b. Sinar Gamma ( γ )
45
12,6 – 18,9 mm dengan waktu paro 5,4 tahun. Untuk Ir-192
biasanya digunakan untuk pemeriksaan bahan besi dengan
ketebalan antara 6,3 - 10,8 mm dengan waktu paro 74 hari.
Sedangkan Selenium-75 mempunyai waktu paro 120
hari,dipergunakan untuk mengukur ketebalan bahan besi sebesar 5-
30 mm. Co-60 dapat juga digunakan untuk pemeriksaan konstruksi
beton berupa void, crak, pembesian atau korosi tulang besi di dalam
beton, Co-60 dapat digunakan untuk pemeriksaan beton sampai
ketebalan ± 1 m. Berikut tabel karakteristik sumber-sumber
radionuklida yang digunakan untuk pengukuran radiografi :
46
tergantung pada tebal dan kerapatan material obyek dititik tersebut.
Perbedaan penyerapan radiasi dideteksi dan direkam pada film
radiografi sebagai perbedaan tingkat kehitaman (densitas).
Bayangan yang dihasilkan oleh film adalah berbentuk bayangan
negatif.
47
dikeringkan) dan cacat dari benda uji dapat terlihat sebagai daerah yang
lebih hitam. Selanjutnya film diletakan didalam layar illuminasi
sehingga gambar dapat di uji dan baca. Faktor yang perlu diperhatikan
pada sumber radiasi adalah dimensi sumber (focal Spot), energy (Kv
untuk X-ray ; energi spesifik radionuklida untuk gamma ray), Intensitas
(mA dan Kv untuk X-ray ; aktivitas radionuklida untuk gamma ray),
khusus untuk gamma-ray atau radioisotop perlu diingat waktu
paruhnya.
(a)
Gambar III.1 Bagian-bagian dari Exposure kontainer dari gamma source projector
48
Gamma Source Source Projector Source Projector Pistol Grip Kolimator
Projector Tech_ops Sentinel Sumber sumber Se-75 Control Unit
Sumber Ir-192 Ir-192
49
Tabung X-ray
50
Gambar III.3 Penggunaan Crawler untuk radiografi pada pipa-pipa on shore di Industri
Gambar III.4 Blok diagram pesawat Crawler yang menggunakan sumber gamma atau
X-ray
51
Ketentuan yang berlaku untuk batasan dosis bagi pekerja radiasi
dan masyarakat sekitar tempat kerja
52
untuk memeriksa lubang penghubung pada sumber. Dengan
kata lain berfungsi untuk mengukur tingkat kehausan pada
drive cable connector dan female slot pada pig tail sumber.
53
Peralatan dan perlengkapan radiografi yang terkait dengan proteksi
radiasi meliputi :
o Sumber Radiasi (kamera Gamma atau pesawat sinar-X)
o Surveymeter
o Monitor radiasi perorangan
o Wadah dan tempat penyimpanan sumber
B. GAUGING
1. Teknik Gauging Dalam Industri
54
a. Thickness gauging
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
Bila suatu bahan setebal x ditempatkan segaris di antara sumber
radiasi dan detektor, maka berkurangnya intensitas radiasi setelah
menembus bahan dinyatakan dalam :
I = Io . e –µx ……………………(III.1)
I = intensitas radiasi setelah menembus bahan
Io = intensitas radiasi sebelum menembus bahan
µ = koefisien atenuasi bahan (di tabel) dan x = tebal bahan
Jadi bila I dan Io dapat diukur, maka tebal bahan dapat ditentukan,
misalnya dalam pengukuran tebal kertas, plastik, karet, dll.
High level
detector
Low level
detector
55
c. Density gauging
Source
Shutter Control
Shielding
Detector Material
Flow Shutter (open)
56
d. Neutron moisture gauging
Pada teknik ini, neutron yang dihasilkan dari sumber neutron cepat
241
(biasanya Am-Be) diperlambat karena tumbukan dengan
hidrogen dan kemudian mengalami hamburan balik. Jumlah neutron
lambat yang ditangkap detektor sebanding dengan kadar air dalam
sampel yang dianalisa.
57
e. Teknik gauging transmisi (beta dan foton)
Prinsip kerja :
Sampel diletakkan di antara detektor dan sumber radiasi. Berkas
radiasi ditransmisikan melalui sampel dan diukur intensitas
keluarannya oleh detektor. Intensitas radiasi yang diserap oleh
sampel dapat menyatakan ketebalan atau densitas sampel tersebut.
Detector
Source
Kegunaan :
1) Gauging transmisi beta
- Pengukuran tebal plastik, kertas, lembaran logam yang tipis,
karet, tekstil.
- Penentuan kadar tembakau dalam rokok
- Pengukuran kadar debu dan polutan pada sampel kertas
filter
58
2) Gauging transmisi foton
- Pengukuran ketebalan plastik, lembaran logam, gelas, karet,
dll. pada rentang ketebalan yang terlalu besar untuk gauging
beta
- Pemonitoran laju aliran massa material pada konveyor atau
pipa
- Pengukuran densitas tulang untuk diagnosis oesteoporosis
- Untuk level gauge
Prinsip kerja :
Detektor dan sumber radiasi berada pada sisi yang sama terhadap
sampel. sumber radiasi diletakkan di depan jendela detektor. Berkas
radiasi yang dihambur-balikkan oleh sampel akan diukur
intensitasnya oleh detektor, yang mana besaran ini dapat
menyatakan ketebalan dan/atau nomor atom sampel tersebut.
59
Source
Detector
Shutter
Material
Gambar III.11. Backscatter gauge
60
Kegunaan :
- Pengukuran ketebalan sampel yang tipis, baik itu plastik,
kertas, karet, dll.
- Penentuan ketebalan lapis pada suatu bahan (dengan syarat
harus ada perbedaan densitas atau nomor atom dari bahan
pelapis dengan material yang dilapisi)
Kegunaan :
- Penentuan ketebalan alloy yang ringan, plastik, gelas, karet,
dll. (pada ketebalan di luar rentang pengukuran dengan
sumber beta)
- Pengukuran ketebalan dinding pipa, tangki, vessel proses,
dll.
- Pengukuran kadar abu dalam batubara
61
plastik 30 mm
62
b. Shutter
c. Dosimeter
d. Perisai lokal
e. Guide plates
63
f. Tanda-tanda peringatan radiasi di sekitar area pengawasan
C. ANALISIS
Prinsip kerja :
Bahan yang diirradiasi dengan foton (gamma atau sinar-X) berenergi
rendah dapat menghasilkan hamburan balik foton. Foton akan
mengionisasi atom-atom tertentu sehingga atom-atom mengemisikan
sinar-X fluoresensi dengan energi karakteristik. Sinar-X fluoresen lalu
dianalisis spektrumnya untuk diketahui tingkat-tingkat energinya yang
mana tingkat-tingkat energi tsb. identik dengan unsur-unsur tertentu
dalam sampel. Intensitas sinar-X dengan energi tertentu merupakan
64
ukuran kuantitatif unsur tertentu dalam sampel yang dianalisis. Selain
itu, intensitas sinar-X dapat pula menginformasikan ketebalan sampel.
Kegunaan :
- Pengukuran ketebalan lapisan plastik pada logam
- Pengukuran ketebalan lapisan logam pada logam lain, dengan syarat
kedua logam tersebut memiliki perbedaan nomor atom yang kecil.
Contoh : Sn dan Zn pada logam besi, logam mulia pada logam Cu
Sistem Keselamatan :
Karena menggunakan foton yang berenergi rendah, maka sistem
proteksinya relatif mudah, yaitu dengan menggunakan kontainer/perisai
yang tepat. Akan tetapi, dalam sistem keselamatannya tetap perlu
diprioritaskan pencegahan terjadinya paparan foton tersebut secara
langsung terhadap manusia. Caranya ialah dengan memakai shutter,
yang mana shutter akan menutup bila zat radioaktif sedang tidak
digunakan. Biasanya mekanisme shutter didesain secara otomatis
sehingga shutter hanya terbuka bila ada bahan yang akan dianalisis dan
akan tertutup bila tidak ada bahan yang dianalisis. Indikasi membuka
dan menutupnya shutter juga harus terbaca dengan jelas sehingga akan
65
memudahkan siapa saja yang akan mendekati lokasi peralatan analisis,
misalnya para petugas maintenance. Pemeliharaan yang rutin terhadap
peralatan analisis (detektor, zat radioaktif atau tabung sinar-X, shutter,
dll.) diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada alat-alat
tersebut yang berpotensi untuk menimbulkan kecelakaan radiasi.
2. Tangkapan Elektron
Prinsip kerja :
Gas yang akan dianalisis dialirkan dari kolom kromatografi ke kamar
ionisasi yang di dalamnya terdapat sumber beta energi rendah. Arus
ionisasi akan berkurang jika ada unsur tertentu dalam gas yang
memiliki afinitas elektron tinggi yang akan menangkap elektron.
Sistem Keselamatan :
a. Sumber pemancar beta yang digunakan adalah sumber terbuka
sehingga ada kemungkinan terbawanya sejumlah kecil zat radioaktif
dan terakumulasi di bagian outlet kamar ionisasi. Pemonitoran dan
pembersihan secara rutin dapat mencegah terjadinya kontaminasi
sampai level yang signifikan.
b. Bila memakai sumber Tritium, temperatur di mana sumber tsb.
digunakan harus dibatasi untuk mencegah pelepasan gas Tritium
secara berlebihan.
66
D. LOGGING
1. Dasar-Dasar Logging
67
ketika peralatan logging yang terbawah ditarik keatas menuju mulut
lubang. Data yang dihasilkan ditempatkan dalam sebuah catatan
'Well Log'. Well logging biasanya dilakukan ketika pengeboran
telah selesai dilakukan, yang dapat mencakup kedalaman 300 m
hingga 8000 m bahkan lebih.
68
Tabel III.4. Sumber Sinar Gamma
Isotope Simbol Waktu paruh Energi (keV)
137
Caesium – 137 Cs 30 tahun 662
133
Barium – 133 Ba 10,4 tahun 384, 356, 276, 81
60
Cobalt – 60 Co 5.26 tahun 1332, 1173
22
Natrium (Sodium) – 22 Na 2.6 tahun 1275, 511
54
Manganese – 54 Mn 312 hari 835
75
Selenium – 75 Se 120 hari 401, 280, 265, 136
88
Yttrium – 88 Y 107 hari 1836, 898
192
Iridium – 192 Ir 74 hari 468, 316, 308, 396
69
c. Sumber-sumber fisi
252
Cf merupakan sumber fisi yang biasa dipakai karena mampu
meancarkan netron secara spontan. Netron yang dikeluarkan
mempunyai energi rata-rata sekitar 2.3 MeV.
d. Generator netron
70
3) Life time nya pendek atau terbatas (kisaran beberapa ratus
hingga beberapa ribu jam operasi, tergantung desain tabung
dan komponen lain)
4) Output netronnya tidak sestabil dari sumber isotopik
71
partikel beta berenergi sangat rendah. Ketika tegangan tinggi
(biasanya 80 KV) dialirkan pada peralatan ini, akan terjadi
akselerasi atom-atom deuterium (2H) yang akan membombardir
target Tritium dan menghasilkan sejumlah besar neutron yang
berenergi sangat tinggi yang berbentuk pulsa selama beberapa
mikrosekon. Kemudian beberapa nuklida menjadi radioaktif
ketika ditumbuk oleh flux neutron ini, dan peluruhan radioaktif
dari nuklida dalam beberapa milisekon berikutnya dapat
dimonitor ketika proses tersebut diulang-ulang dalam jumlah
besar. Baik radiasi gamma yang dikeluarkan maupun ketika
atom-atom yang teraktivasi meluruh atau karakteristik neutron
termal yang meluruh diukur untuk mengidentifikasi spesi atom
teraktivasi.
Marking
72
sumur. Peralatan well loging kemudian diturunkan ke dalam
sumur guna memperoleh data.
73
terlebih dahulu dengan menggabungkan peralatan loggingnya
dalam alat pembor dalam pipa yang terkoil. Sinyal dikirimkan
ke permukaan menggunakan perangkat-perangkat telemetri
positive “mudpulse”. Peralatan yang diletakan pada mulut sumur
menerjemahkan mud pulse dan mencatat data-data tersebut.
Aspek Keselamatan
74
Gambar III.17. Sumber netron
75
E. TEKNIK PERUNUT RADIOISOTOP
1 Prinsip Kerja
76
memberikan kadar keausan yang sangat kecil. Salah satu keunggulan
teknologi ini adalah selain dapat mengetahui data secara real time, data
keausan mesin dapat pula diperoleh dalam jangka waktu yang singkat,
hal tersebut disebabkan sensitivitas teknologi ini yang dapat mengukur
aktivitas zat perunut dalam jumlah yang sangat kecil.
Minyak A
Permukaan
tanah
detektor
Kartup
Zat radioaktif dihubungkan
dengan detektor
77
- Katup dihubungkan ke detektor, pada saat zat radioaktif terdeteksi
maka secara otomatis katup menutup dan minyak A mengalir ke
pipa atas.
78
Pergerakan snake di monitor sepanjang pipa dengan detektor gamma
dan letak penyumbatan dapat dengan cepat diketahui tanpa
mengeluarkan banyak biaya.
79
2). Metode Migrasi Zat Perunut
Metoda ini berguna pada penentuan kebocoran pada pipa dengan
ukuran kecil/nonpigable. Biasanya ukuran pipa < 20 cm.
Langkah kerja :
kebocoran
Lapisan tanah
1 2 3 4 5
Pipa di buntu
Perunut
disuntikkan Lubang pendeteksian dengan
jarak antar pipa seragam
Gambar III.20. prinsip kerja penentuan kebocoran pipa
80
F. IRRADIATOR
1. Tipe-Tipe Irradiator
a. Sumber Radiasi
81
pemukaan tanah dengan menggunakan logam sebagai alat
pelindungnya, dan yang dipergunakan adalah timah hitam (Pb) atau
Uranium susut kadar.
c. Kategori irradiator
82
Gambar III.22. Irradiator gamma kategori 2
83
orang-orang yang memasuki ruangan tersebut sangat diperhatikan.
Sumber tersebut akan berada dalam air apabila tidak dipergunakan
dan akan keluar dari kolam air apabila akan dipergunakan untuk
radiasi dengan suatu sistem kontrol dari ruang operator (control
room).
84
Gambar III.25. Irradiator berkas elektron kategori I
85
baik. Pada waktu penyusunan sampel, sumber berada dalam tempat
penyinaran, apabila penyusunan sampel telah selesai maka sumber
akan keluar dari tempat penyinaran dan melakukan penyinaran.
Irradiator tipe kontinyu yaitu irradiator yang melakukan penyinaran
sampel pada saat sumber berada di atas kolam. Penyinaran ini dapat
terus berjalan pada saat yang bersamaan keluarnya sumber dan
berpindahnya sampel yang diradiasi terus menerus berdasarkan
waktu tertentu.
B. Irradiator di Indonesia
1. Irradiator gamma
a. Irradiator gamma cell (kategori I)
Irradiator gamma cell adalah irradiator Co-60 yang berperisai
langsung dari wadahnya, dengan volume irradiasi yang terbatas.
Irradiator ini ada di P3TIR Pasar Jumat, yaitu Gamma Cell 220 dan
Gamma Chamber 4000. Aktivitas sumber untuk Gamma Cell 220
adalah 10.697 Ci (1 Maret 1968), sedangkan untuk Gamma
Chamber 4000 adalah 10.980 Ci ( Maret 1982).
b. Irradiator Gamma IRPASENA (kategori II)
Fasilitas Irradiator Panoramik Serbaguna (IRPASENA) ada di
P3TIR Pasar Jumat, dibangun tahun 1978. Sumber radiasi yang
digunakan adalah Co-60 dengan kapasitas 100 kCi.
c. Irradiator gamma penyimpanan basah / sistem kolam (kategori IV)
Di Indonesia, kategori ini terdapat di P3TIR yang disebut IRKA
(Irradiator Karet Alam) dan di Indogama.
1) IRKA
Sumber yang dipakai adalah Co-60 dengan aktivitas maksimum
yang mampu dibebankan ke dalam fasilitas ini adalah 450 Ci.
Kapasitas produk 1500 kg dengan sistem batch yang
dioperasikan secara manual.
2) Irradiator gamma Indogama
Sumber yang dipakai adalah Co-60 dengan aktivitas maksimum
yang mampu dibebankan adalah 6 MCi.
86
2. Irradiator berkas elektron
a. Irradiator berkas elektron berperisai terintegrasi dengan sistem
interlock (kategori I)
1) Irradiator berkas elektron 300 EPS 300 keV
Irradiator berkas elektron 300 keV, 50 mA tipe EPS (Electron
Processing System) dibangun pada 1 Juli 1984 di P3TIR Batan
Pasar Jumat. Irradiator ini dimanfaatkan untuk pelapisan
permukaan kayu lapis, permukaan logam, penelitian dosimetri
berkas elektron energi rendah, dll.
2) Irradiator berkas elektron CURETRON
Fasilitas CURETRON tipe EBC 300-500 berada di lokasi pabrik
ban PT Bridgestone Tire Indonesia, tepatnya pada salah satu
line proses yaitu BSIN-KTEX/SR Calendar Train.
3) Irradiator berkas elektron 350 keV, 20 mA
Fasilitas ini dimiliki oleh P3TM Batan Yogyakarta, yang
dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan jasa irradiasi
untuk produk industri dan Agro industri.
b. Irradiator berkas elektron dengan sistem interlock pada ruang
irradiasinya (kat. II)
Fasilitas irradiator berkas elektron yang termasuk dalam kategori ini
adalah Irradiator berkas elektron GJ-2 di P3TIR.
87
digunakan untuk mengeluarkan sumber dari posisi amannya atau
untuk menaikkan tegangan dalam hal irradiator berkas elektron.
c. Proteksi kebakaran
Ruang irradiasi harus dilengkapi dengan detektor panas dan
detektor asap yang akan mengkatifkan alarm sehingga petugas
dapat segera mencari bantuan. Pada saat yang bersamaan, sumber
secara otomatis kembali ke posisi aman.
d. Monitor radiasi
Monitor radiasi yang berfungsi untuk mendeteksi paparan yang
berlebihan di ruang irradiasi harus bisa terlihat di akses pintu masuk
oleh personil yang akan masuk. Monitor radiasi juga dipasang di
pintu keluaran produk untuk mendeteksi zat radioaktif yang lepas
dan terbawa keluar oleh pembawa produk (conveyor). Monitor ini
dilengkapi dengan alarm audio dan dipasang interlock dengan
kendali irradiator sehingga jika radiasi pada pintu keluran produk
melebihi batas yang ditentukan, konveyor akan berhenti dan sumber
secara otomatis terkungkung. Alarm yang berbunyi akan
mengingatkan petugas untuk menanggulangi sumber yang terlepas
tsb.
f. Perisai radiasi
Bahaya radiasi yang harus diwaspadai adalah radiasi sekunder pada
fasilitas irradiasi berkas elektron. Radiasi sekunder tsb berupa sinar-
X yang dihasilkan saat elektron berinteraksi dengan bahan-nahan di
sekitarnya. Struktur perisai untuk irradiator berkas elektron
disarankan menggunakan bahan bernomor atom rendah.
88
2. Irradiator dengan sistem penyimpanan basah
a. Integritas kolam
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengungkung
kolam, yaitu :
1) harus kedap air dan didesain untuk menjaga air agar selalu ada
pada segala kondisi supaya dapat mengurangi kemungkinan
bocornya air yang terkontaminasi dan berkurangnya fungsi air
sebagai perisai.
2) Tahan karat
3) Mampu menyangga alat transporatsi wadah sumber yang
digunakan selama pemindahan sumber tanpa mengganggu
integritas kolam.
Semua komponen tetap dalam kolam harus terbuat dari material
tahan korosi karena hasil korosi dapat mempengaruhi integritas
sumber. Kolam harus didesain dapat didekontaminasi dalam hal
terjadi kebocoran sumber ke kolam.
89
kemungkinan meningkatnya temperatur air akibat
meningkatnya konduktansi. Hal ini juga akan mengurangi
kerusakan peralatan listrik, kotak produk, dan sistem
penempatan produk yang disebabkan tingginya tingkat
kelembaban.
3) Penghalang fisik, seperti rel dan atau penutup metal harus
dipasang untuk melindungi personil dari kecelakaan jatuh ke
kolam. Penghalang tsb. harus dapat dipindahkan selama
perbaikan/servis.
90
DAFTAR PUSTAKA
5. http://www.spwla.org/about/logging-history.pdf
91