Anda di halaman 1dari 3

RATU DADI RAJA

(Membongkar Patriarki)
Narator :
Kerajaan Nusatembini berada di wilayah sekitar Pulau Nusakambangan. Nusatembini diceritakan sebagai
sebuah Kerajaan Siluman yang cukup besar dipimpin oleh seorang raja Wanita. Kerajaan ini memiliki
wilayah di sekitar pantai Cilacap hingga pulau Nusakambangan. memiliki benteng alamiah berupa
tanaman bambu hingga tujuh lapis (Baluwarti pring ori pitung sap).

Cerita tentang keberadaan penguasa Kerajaan dari kaum hawa ini sesungguhnya dapat dipandang sebagai
simbol tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam hak-hak politik. Dengan demikian pandangan
yang menganggap bahwa dalam budaya Jawa kaum wanita dipandang lebih rendah dibandingkan dengan
kaum pria tidak terbukti dalam cerita sejarah Kerajaan Nusatembini ini. Dalam kebudayaan Cilacap ada
nilai yang menganggap bahwa wanita juga memiliki kekuatan memerintah, bahkan dalam cerita itu
melampaui kemampuan laki-laki.

(Tarian)

Narator :
Kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran merupakan kerajaan besar. Berbeda dengan Nusatembini, penguasa
Pakuan Pajajaran adalah seorang pria yang gagah berani. Pada masa pemerintahannya ia dicobai Tuhan
dengan berkembangnya wabah penyakit yang menyerang rakyatnya. Segala usaha telah dilakukan untuk
mengatasi wabah tersebut, tetapi sia-sia. Raja Merasa sedih melihat penderitaan yang menimpa rakyat di
seluruh negerinya, dan semakin sedih lagi ketika putra dan putrinya juga terserang penyakit.

Raja : (bernyanyi)
Patih Harya : (masuk)
Raja : Patih Harya....
Patih Harya : sendiko prabu
Raja : Kowe tak dhawuhi marang dhusun wetan,gawa rene eluh jaran sembrani merga kuwi
sing bisa nambani,ten ra gelem diparingaken gawe sungsang bawana balik, ndang budhalo
Patih Harya : Sendiko Prabu. Pangestunipun

Narator :
Patih Harya Tilandanu dari Pajajaran berangkat menuju kerajaan siluman di pantai selatan Cilacap.
perjalanan menuju Nusatembini ternyata tidak mudah. melewati alam yang masih ganas berupa hutan
belantara dan rawa-rawa yang membentang luas. Dalam situasi alam yang demikian Pangeran Harya
dengan semangat yang membara menuju Kerajaan Nusatembini agar memperoleh obat penyakit putri
raja ” air mata kuda sembrani”.

(Tarian Dayang-dayang dan Ratu Brantarara, Ratu Kerajaan Nusatembini)

Patih harya : (mendobrak pagar Kerajaan Nusatembini)

Narator :
Pangeran Harya akhirnya sampai di wilayah Cilacap. Ketika sampai di wilayah Nusatembini dia melihat
adanya kekekuatan yang mengelilingi kerajaan tersebut yang amat kuat. Patih Harya berusaha memasuki
istana kerajaan itu dengan berbagai cara. Akan tetapi kali ini usaha itu gagal karena adanya benteng
rumpun bambu yang berlapis-lapis rapat yang mengellingi Kerajaan Nusatembini ibarat seperti pagar
berlapis. Usaha untuk memasuki istana Nusatembini berkali-kali dicobanya, dan ternyata selalu gagal.

Patih Harya : (bertapa)

Narator :
Patih Harya bersemedi untuk mendapatkan ilham dan jalan keluar agar dapat memasuki Istana
Nusatembini. Setelah beberapa hari bersemedi akhirnya memperoleh petunjuk gaib. Dalam petunjuk gaib
itu dikatakan bahwa benteng bambu yang mengelilingi Nusatembini akan dapat dihancurkan dengan
menggunakan peluru emas.

Patih Harya : (melempar peluru emas ke pagar Kerajaan Nusatembini)

Narator :
Para penduduk Nusatembini yang melihat peluru emas berjatuhan di bawah pepohonan bambu berusaha
mengambil peluru-peluru yang bernilai ekonomi tinggi pada masa itu. Untuk dapat mengambil peluru
tersebut mereka harus menebangi pohon bambu yang berlapis-lapis tersebut.

Patih Harya menyadari makna peluru emas ternyata sebagai alat memancing penduduk dalam kerajaan
untuk membuka isolasi kerajaan dengan menebang pohon bambu yang menjadi benteng kerajaan. Patih
Harya berhasil memasuki dalam istana setelah berhasil melampaui tujuh lapis pagar bambu yang telah
habis ditebangi penduduk yang tergiur pada peluru emas yang berjatuhan di bawah pohon bambu.

Para Pemuda : (masuk dan menebangi pagar bambu sambil mengambil peluru emas yang dilempar oleh
Patih Harya kemudian menggoda dayang-dayang yang berada di Istana Kerajaan
Nusatembini)
Ratu Brantarara : (keluar)
Patih Harya : (merayu Ratu Brantarara)

Patih Harya : Tresno sajroning Ati, Kabeh Panjalukan Bakal Tak Turuti
Sepiro adohe bakal tak parani
Seepiro angele bakal tak goleki
Amergo gedene roso tresno iki

Iki pangcap seko sajroning ati


Dadi janji syci dudu janji lathi
Aku ora bakal ngapusi
Entenono raga iki dadi kasenenganmu

Tresnoku marang sliramu tresno nyoto dudu tresno reko-reko


Tresno tuwuh seko jeroning dodo
Tak suwun bukaken atimu
Gede rasa pangarepku biso nyanding sliramu
Urip bebarengan selawase
Mung pati sing bias misahake

Nanging sliramu kok ratrimo tresnoku!


Tak AMUK kanti awakmu sujud marang sikilku

Ratu Brantarara : (menghindar dari Patih Harya)


Patih Harya : (karena tidak berhasil merayu Ratu Brantarara, Patih Harya marah)
Kata-kata marahnya
Ratu Brantarara : (berubah menjadi golek kencana)
Patih Harya : (mencoba menyentuh golek kencana, tetapi golek tersebut mengeluarkan sisnar putih
yang membutakan mata Patih Harya)

Narator :
Sang Patih berusaha untuk mendekati wanita tersebut, tetapi belum sampai berhasil mendekat wanita itu
lenyap dari pandangan matanya dan berubah menjadi “golek kencana” (boneka emas). Sang Patih
menjadi gemas dan berusaha untuk memegang golek tersebut, tetapi benda itu melejit dan mengenai
tubuh sang patih hingga terjatuh. Boneka itu mengeluarkan warna berkilau yang menyebabkan sang patih
mengalami kebutaan. Dengan adanya peristiwa itu, maka usaha utusan Pajajaran untuk mendapatkan air
mata Kuda Sembrani sebagai obat penyembuh putri raja mengalami kegagalan. Akan tetapi para prajurit
Pajajaran juga tidak berani kembali pulang ke Pajajaran dengan tangan hampa karena takut ancaman
hukumanyang berat akibat kegagalannya

Patih Harya kemudian menetap di daerah Nusatembini, bahkan Patih Harya Tilandanu meninggal dunia di
Cilacap dan dimakamkan di Gunung Batur. Cerita Rakyat Cilacap mengatakan bahwa makamnya di Desa
Slarang, Kecamatan Kesugihan, Cilacap. Akhirnya rakyat Nusa tembini hidup dengan Makmur dan
sejahtera dibawah kepimpinan Ratu Brantarara.
RATU DADI RAJA

(Tarian Penutup)

Anda mungkin juga menyukai