Anda di halaman 1dari 11

Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No.

2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

TIGA LANDASAN KEBERLAKUAN PERATURAN DAERAH


(Studi kasus Raperda Penyertaan Modal Pemerintah Kota Bandar Lampung
Kepada Perusahaan Air Minum “Way Rilau” Kota Bandar Lampung)

Muhtadi
Dosen Bagian Hukum Tata Negara FH Unila
Email : muhtadi.1977@fh.unila.ac.id, rajahiu@yahoo.com

Abstrak
Menemukan dan menentukan landasan filosofis, sosiologis dan yuridis Peraturan
Daerah (Perda) tentang penyertaan modal pemerintah Kota Bandar Lampung
kepada PDAM Way Rilau merupapakan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan
pendekatan normatif (doctrinal research) disimpukan bahwa, landasan filosofis
adalah bertumpu pada kehendak pembentukan pemerintahan negara yang
menghendaki keterjaminan air bersih bagi masyarakat, adapun landasan
sosiogisnya adalah adanya kehendak masyarkat agar pemda Kota Bandar
Lampung bertanggungjawab terhadap ketersediaan air bersih dengan salah satu
cara adanya penyertaan modal bagi PDAM, sedangkan landasan yuridis perda
sebagaimana dimaksud angka 39 dan 40 lampiran I Undang-undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan meliputi Pasal
18 ayat (6) UUD Tahun 1945, Undang-undang Pemerintahan Daerah, Undang-
undang organik yang menjadi dasar pembentukan daerah dan perusahaan daerah
serta peraturan perundang-undangan yang memerintahkan secara langsung
pembentukan perda tersebut.

Kata kunci : Landasan fislosofis, sosilogis, yuridis dan peraturan daerah.


I. Pendahuluan Penegasan dimaksud adalah
sebagaimana terdapat dalam angka
Salah satu substansi yang
39 dan 40 lampiran II UU P3.
secara radikal mengalami perubahan
Namun demikia, dalam praktik
dalam penggantian Undang-undang
pembuatan naskah akademik (NA)
Nomor 10 tahun 2004 tentang
dan Rancangan Peraturan Daerah
pembentukan peraturan perundang-
(Raperda) masih ditemukan berbagai
undangan (UU P3)1 menjdi Undang-
peraturan daerah (perda) yang tidak
undang Nomor 12 Tahun 20122
mencantumkan Pasal 18 ayat (6)
adalah penegasan tidak perlunya
UUD Tahun 1945, dan bahkan
memasukan berbagai peraturan
justeru menempatkan berbagai
perundang-undangan yang
peraturan perundang-undangan yang
mempunyai kesamaan objek
belum tentu di dalamanya
pengaturan atau sekedar kemiripan
memerintahkan secara langsung
judul belaka.
untuk diatur dengan perda.
Argumentasi yang muncul
terhadap realita dua hal tersebut
1 Lembaran Negara Republik Indonesia misalnya terjawab dalam berbagai
(TLNRI)Tahun 2004 Nomor 10, bimbingan teknis (bimtek) yang
Tambahan Lembaran Negara Republik diikuti berbagai peserta dari biro
Indonesia (TLNRI) Nomor
2 LNRI Tahun 2011 Nomor 82, TLNRI hukum pemerintah daerah di
Nomor 5284. Lampung. Menurut mereka, perda

212
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

adalah produk administratif dalam undang-undang haruslah


pemerintahan daerah sehingga mencerminkan tuntutan kebutuhan
pencantuman norma dari UUD masyarakat sendiri akan norma
Tahun 1945 sangatlah berlebihan, hukum yang sesuai dengan realitas
atau menurut mereka, ketinggian kesadaran hukum masyarakat.
dasar hukumnya. Sedangkan Landasan Politis, landasan politis
penempatan berbagai peraturan yang dimaksud disini ialah bahwa
perundang-undangan, yang dalam dalam konsideran harus pula
satu perda bahkan mencapai lebih tergambar adanya sistem rujukan
dari 20 (dua puluh) peraturan konstitusional menurut cita-cita dan
menurut peserta adalah untuk norma dasar yang terkandung dalam
mendeskripsikan bahwa perda yang UUD 1945 sebagai sumber kebijakan
dibuat mempunyai kesamaan pokok atau sumber politik hukum
dan/atau sudah diatur dengan yang melandasi pembentukan
peraturan yang lebih tinggi dan undang-undang yang bersangkutan.
abersifat umum sehingga diperlukan Landasan Juridis, Landasan juridis
norma, yang hanya berlaku lokal dalam perumusan setiap undang-
serta mampu memotret kearifan undang haruslah ditempatkan pada
lokal. bagian Konsideran "Mengingat".
Argumentasi demikian Landasan Administratif Kelima
menimbulkan pertanyaan, apa yang macam landasan tersebut di atas
menjadi dasar hukum, filosofis, dan secara berurutan harus dicantumkan
sosiologis dari Raperda penyertaan pada bagian pengantar undang-
modal pemerintah Kota Bandar undang. Perumusannya dapat dibagi
Lampung kepada PDAM Way Rilau ke dalam tiga kelompok atau sub-
bagian, yaitu (a) sub-bagian
II. Pembahasan pertimbangan atau "Konsideran
Menimbang", (b) subbagian
Menurut Jimly Asshiddiqie,3 pengingatan atau "Konsideran
pembentukan sebuah aturan yang Mengingat", dan kadang-kadang
baik haruslah dilandaskan kepada ditambah pula dengan (c) sub-bagian
aspek filosofis, sosiologis, yuridis, perhatian atau "Konsideran
politis dan administratif dan Memperhatikan". Dalam kelaziman
keberlakuannya juga haruslah praktik pembentukan peraturan
tercermin secara filosofis, sosiologis, perundang-undangan di Indonesia,
yuridis dan politis. kedua sub-bagian pertama, yaitu sub-
Landasan filosofis peraturan bagian pertimbangan dan sub-bagian
perundang-undangan selalu peringatan dianggap sebagai sesuatu
mengandung norma-norma hukum yang mutlak dalam format peraturan
yang diidealkan (ideal norms) oleh perundang-undangan Republik
suatu masyarakat ke arah mana cita- Indonesia sejak dulu. Sedangkan
cita luhur kehidupan bermasyarakat sub-bagian ketiga, yaitu "konsideran
dan bernegara hendak diarahkan. memperhatikan" bersifat fakultatif
Landasan Sosiologis yaitu bahwa sesuai kebutuhan.
setiap norma hukum yang dituangkan Keberlakuan Filosofis adalah
nilai-nilai filosofis negara Republik
3Jimly Asshiddiqie.Perihal Undang-Undang. Indonesia terkandung dalam
Jakarta: Konstitusi Press, 2006, hlm. 243- Pancasila sebagai "staats-
244.

213
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

fundamentalnorm". Di dalam Suatu norma hukum dikatakan


rumusan kelima sila Pancasila berlaku secara politis apabila
terkandung nilai-nilai religiusitas pemberlakuannya itu memang
Ketuhanan Yang Maha Esa, didukung oleh faktor-faktor kekuatan
humanitas kemanusiaan yang adil politik yang nyata (riele
dan beradab, nasionalitas kebangsaan machtsfactoren). Meskipun norma
dalam ikatan kebineka-tunggal- yang bersangkutan didukung oleh
ikaan, soverenitas kerakyatan, dan masyarakat lapisan akar rumput,
sosialitas keadilan bagi segenap sejalan pula dengan cita-cita filosofis
rakyat Indonesia. Tidak satupun dari negara, dan memiliki landasan juridis
kelima nilai-nilai filosofis tersebut yang sangat kuat, tetapi tanpa
yang boleh diabaikan atau malah dukungan kekuatan politik yang
ditentang oleh norma hukum yang mencukupi di parlemen, norma
terdapat dalam berbagai hukum yang bersangkutan tidak
kemungkinan bentuk peraturan mungkin mendapatkan dukungan
perundang-undangan dalam wadah politik untuk diberlakukan sebagai
Negara Kesatuan Republik hukum. Dengan perkataan lain,
Indonesia. keberlakuan politik ini berkaitan
Keberlakuan juridis adalah dengan teori kekuasaan (power
keberlakuan suatu norma hukum theory) yang pada gilirannya
dengan daya ikatnya untuk umum memberikan legitimasi pada
sebagai suatu dogma yang dilihat keberlakuan suatu norma hukum
dari pertimbangan yang bersifat semata-mata dari sudut pandang
teknis juridis. Secara juridis, suatu kekuasaan. Apabila suatu norma
norma hukum itu dikatakan berlaku hukum telah mendapatkan dukungan
apabila norma hukum itu sendiri kekuasaan, apapun wujudnya dan
memang (i) ditetapkan sebagai bagaimanapun proses pengambilan
norma hukum berdasarkan norma keputusan politik tersebut dicapainya
hukum yang lebih superior atau yang sudah cukup untuk menjadi dasar
lebih tinggi seperti dalam pandangan legitimasi bagi keberlakuan norma
Hans Kelsen dengan teorinya hukum yang bersangkutan dari segi
"Stuffenbautheorie des Recht", (ii) politik.
ditetapkan mengikat atau berlaku Keberlakuan Sosiologis adalah
karena menunjukkan hubungan pandangan sosiologis mengenai
keharusan antara suatu kondisi keberlakuan ini cenderung lebih
dengan akibatnya seperti dalam mengutamakan pendekatan yang em-
pandangan J.H.A. Logemann, (iii) piris dengan mengutamakan
ditetapkan sebagai norma hukum beberapa pilihan kriteria, yaitu (i)
menurut prosedur pembentukan kriteria pengakuan (recognition
hukum yang berlaku seperti dalam theory), (ii) kriteria penerimaan
pandangan W. Zevenbergen, dan (iv) (reception theory), atau (iii) kriteria
ditetapkan sebagai norma hukum faktisitas hukum. Kriteria pertama
oleh lembaga yang memang (principle of recognition)
berwewenang. Jika ketiga kriteria menyangkut sejauh mana subjek
tersebut telah terpenuhi sebagaimana hukum yang diatur memang
mestinya, maka norma hukum yang mengakui keberadaan dan daya ikat
bersangkutan dapat dikatakan serta kewajibannya untuk
memang berlaku secara juridis. menundukkan diri terhadap norma

214
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

hukum yang bersangkutan. Jika diperlukan adanya kepastian hukum


subjek hukum yang bersangkutan dalam bentuk peraturan.
tidak merasa terikat, maka secara Gagasan tentang kesejahteraan
sosiologis norma hukum yang sosial yang tertuang di dalam UUD
bersangkutan tidak dapat dikatakan 1945 merupakan salah satu alasan
berlaku baginya. paling penting bagi kelahiran sebuah
negara. Negara-bangsa Indonesia
A. Landasan Filsofis didirikan dengan perjuangan para
pahlawan yang sangat berat, penuh
Secara filosofis, penyertaan darah dan air mata. Tujuan utama
modal pemerintah kota Bandar pendirian negara ini adalah untuk
Lampung kepada PDAM Way Rilau mewujudkan kesejahteraan rakyat
merupakan penunjang pelaksanaan yang lebih baik, lebih manusiawi dan
pembangunan bidang kesejahteraan bermartabat. Maka penciptaan
sosial dan merupakan perwujudan kesejahteraan sosial merupakan
dari upaya mencapai tujuan bangsa alasan paling mendasar bagi
yang diamanatkan dalam UUD 45. kelahiran bangsa ini. Itulah
Didalam sila ke-5 Pancasila dan sebabnya, gagasan kesejahteraan
Pembukaan Undang-Undang Dasar sosial tersebut sudah disebut pada
1945 secara jelas dinyatakan bahwa bagian pembukaan UUD 1945.
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Dalam rangka mewujudkan
Indonesia menjadi dasar salah satu kesejahteraan rakyat, Pemerintah
filosofi bangsa, karenanya setiap Daerah perlu meningkatkan
Warga Negara Indonesia berhak pertumbuhan dan perkembangan
untuk memperoleh keadilan sosial perekonomian daerah
yang sebaik-baiknya. sertamenambahdanmemupuk
Untuk menciptakan situasi dan sumber-sumber pendapatan asli
kondisi yang berkeadilan sosial maka daerah. Untuk
urusan kepemerintahan sebagaimana meningkatkanpertumbuhan dan
yang diamanatkan oleh UUD 45 perkembangan perekonomian daerah
dalam alinea IV Pembukaaan UUD dan pemupukan sumber-sumber
45 yaitu : melindungi segenap pendapatan daerah, diperlukan usaha
bangsa Indonesia dan seluruh nyata Pemerintah Daerah untuk
tumpah darah Indonesia, memajukan mendorong peningkatan pergerakan
kesejahteraan umum, mencerdaskan perekonomian dan produktivitas
kehidupan bangsa, dan ikut sektor riil/perusahaan dengan
melaksanakan ketertiban dunia melakukan penyertaan modal
berdasarkan kemerdekaan, Pemerintah Daerah pada pihak lain.
perdamaian abadi dan keadilan Bahwa maksud dan tujuan,
sosial yaitu untuk membantu dan
Agar keadilan dan mendorong pertumbuhan ekonomi
kesejahteraan umum ini dapat kerakyatan dan pembangunan
dicapai, maka pemerintah daerah Daerah di segala bidang serta sebagai
memiliki hak dan tanggung jawab salah satu sumber pendapatan daerah
sesuai kemampuannya masing- dalam rangka meningkatkan taraf
masing untuk sebanyak mungkin ikut hidup masyarakat.
serta dalam memajukan Penyelenggaraan pemerintahan
kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pada hakikatnya berkewajiban

215
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

memberikan pelayanan dan harus dipaksakan dalam


kesejahteraan kepada masyarakat. penerapannya (sifat hukum yang
Dalam mewujudkan semangat imperatif). Kemampuan konseptual
tersebut, baik pemerintah pusat tersebut penting agar dalam
maupun pemerintah daerah harus pemaksaan pada penerapannya itu
mengoptimalkan pembangunan tidak terjadi kerugian-kerugian bagi
untuk kesejahteraan masyarakat, masyarakat, tapi justru dengan
termasuk dalam memberikan regulasi pemaksaan itu justru berdampak
penyelenggaraan Penyertaan Modal pada dinamika masyarakat yang
pemerintah kota Bandar Lampung lebih teratur dan tertib tanpa ada satu
kepada PDAM. pihak merugikan pihak lain.
Syaukani dan Thohari,4
B. Landasan Sosiologis menyebutkan bahwa bila hukum itu
dibangun di atas landasan yang tidak
Proses pembentukan sesuai dengan struktur rohaniah
peraturan daerah sebagai salah masyarakat, bisa dipastikan resistensi
satu bentuk peraturan perundang- masyarakat terhadap hukum itu akan
undangan berangkat dari realitas sangat kuat. Hart5 mengemukakan
yang ada dalam masyarakat. Realitas eksistensi sebuah sistem hukum
tersebut bisa berupa aspirasi yang merupakan fenomena sosial yang
berkembang, masalah yang ada selalu menghadirkan dua aspek,
maupun tuntutan atas kepentingan yang harus kita perhatikan agar
perubahan-perubahan. Dari realitas tinjauan kita mengenainya menjadi
tersebut maka proses berikutnya realistis. Aspek-aspek itu
adalah mencoba untuk mencari mencakup sikap dan perilaku yang
sebuah jalan keluar yang terbaik berwujud pengakuan atas
yang dapat mengatasi persoalan yang peraturan-peraturan dan juga sikap
muncul atau memperbaiki keadaan dan prilaku yang lebih sederhana
yang sekarang. berupa sekadar kepatuhan atau
Proses pembentukan hukum penerimaan secara diam. Karena
jelas hasil yang paling utama adalah dengan pengakuan yang terwujud
terbentuknya sebuah peraturan pada sikap dan perilaku berarti
perundang-undangan yang akan sebuah aturan hukum dapat
dijadikan alat untuk mengatur dan diterima masyarakat dan telah
mengendalikan masyarakat, sehingga mencapai bentuknya yang lengkap
untuk keperluan tersebut sebuah dalam aspek sosiologis, karena
produk hukum haruslah sangat pada dasarnya menurut Gilissen
mapan kandungan kelayakan dan Gorle 6 sumber hukum primer
substansial, sosial dan politiknya.
Sebab,bila sebuah produk hukum 4Imam Syaukani dan Ahsin Thohari,
tidakmemiliki kemapanan yang Dasar-Dasar Politik Hukum. Jakarta: Raja
cukup tersebut akan membelenggu Grafindo Persada. 2008, hlm. 25.
dan merugikan masyarakat sebab 5H.L.A. Hart. Konsep Hukum (The Concept

didalamnya banyak terjadi Of Law). Bandung: Nusamedia, 2009, hlm.


pertentangan (paradoks) yang 311.
6John Gilissendan Fritz Gorle.
sebenarnya tidak perlu. Hal ini
HistorischeInleiding Tot Het Recht,
berkaitan dengan sifat hukum itu atauSejarahHukum Terj. Freddy Tengker.
sendiri yang pada dasarnya dapat dan Bandung: PT RefikaAditama, 2007, hlm
23.

216
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

adalah kebiasaan hukum ditetapkan dalam peraturan daerah


masyarakat. tentang penyertaan modal daerah
Rancangan peraturan daerah berkenaan”. Pasal 41 UU No.
tentang Penyertaan Modal 1/2004 tentang Perbendaharaan
Pemerintah Kota Bandar Lampung Negara dinyatakan “Penyertaan
Kepada Perusahaan Daerah Air modal pemerintah daerah pada
Minum “Way Rilau” Kota Bandar perusahaan negara/daerah/swasta
Lampung merupakan jawaban atas ditetapkan dengan peraturan daerah”.
kebutuhan hukum masyarakat akan Mengacu pada Undang-undang ini,
ketertiban, penggunaan dan memang sudah tepat bila setiap
pelaksanaan APBD. Secara Penyertaan Modal Pemerintah Kota
sosiologis, Penyertaan Modal Bandar Lampung Kepada
Pemerintah Kota Bandar Lampung Perusahaan Daerah Air Minum “Way
Kepada Perusahaan Daerah Air Rilau” Kota Bandar Lampung
Minum “Way Rilau” Kota Bandar melalui Peraturan Daerah.
Lampung berfungsi sebagai bentuk Berdasarkan ketentuan Pasal
tanggung jawab pemerintah daerah 173 Undang-Undang Nomor 32
terhadap masyarakat dalam hal Tahun 2004, sebagaimana telah
mewujudkan kegiatan ekonomi yang diubah kedua dengan Undang-
menguntungkan bagi kesehjateraan Undang Nomor 12 Tahun 2008
masyarakat, dan harus Pemerintah Daerah dapat
diselenggarakan dengan baik untuk melakukan Penyertaan Modal pada
menopang fungsi-fungsi tersebut. Badan Usaha Milik Pemerintah
Keberadaan Penyertaan Modal dan/atau milik swasta. Penyertaan
Pemerintah Kota Bandar Lampung Modal tersebut dapat dikurangi,
Kepada Perusahaan Daerah Air dijual kepada pihak lain dan/atau
Minum “Way Rilau” Kota Bandar dapat dialihkan kepada Badan Usaha
Lampung akan memberikan Milik Daerah, yang dalam
pengaruh bagi kehidupan sosial pelaksanaannya harus sesuai
kemasyarakatan, dengan keteraturan dengan ketentuan peraturan
dan ketertiban dalam perundang-undangan yang berlaku.
penyelenggaraan Penyertaan Modal Adapun Dasar hukum
akan memberikan kesejahtraan bagi pembentukan Peraturan Daerah
kehidupan bermasyarakat. tentang Penyertaan Modal
Pemerintah Kota Bandar Lampung
C. Landasan Yuridis
Kepada Perusahaan Daerah Air
Penyertaan modal oleh Pemda Minum “Way Rilau” Kota Bandar
sesuai dengan ketentuan perundang- Lampung sebagaimana dimaksud
undangan wajib dan harus dilakukan dalam ketentuan angka 39 Lampiran
melalui Peraturan Daerah. Kewajiban II UU P3 adalah Pasal 18 ayat (6)
ini diatur dalam Peraturan Undang-Undang Dasar Negara
Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 Republik Indonesia Tahun 1945,
tentang Pengelolaan Keuangan Undang-Undang tentang
Daerah. Dalam Pasal 75 dinyatakan Pembentukan Daerah dan Undang-
“Penyertaan modal pemerintah Undang tentang Pemerintahan
daerah dapat dilaksanakan apabila Daerah, serta angka 40 Lampiran II
jumlah yang akan disertakan dalam UU P3 yang menyebutkan Peraturan
tahun anggaran berkenaan telah Perundang–undangan di bawah

217
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

Undang-Undang Dasar Negara Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 yang Republik Indonesia Nomor
memerintahkan secara langsung 4437) sebagaimana telah diubah
pembentukan Peraturan Perundang– kedua kalinya terakhir dengan
undangan, Peraturan Perundang– Undang-Undang Nomor 12
undangan tersebut dimuat di dalam Tahun 2008 (Lembaran Negara
dasar hukum. Republik Indonesia Tahun 2008
Dengan demikian, dasar Nomor 59, Tambahan Lembaran
hukum pembentukan Peraturan Negara Republik Indonesia
Daerah tentang Penyertaan Modal Nomor 4844);
Pemerintah Kota Bandar Lampung 4. Peraturan Pemerintah Nomor 3
Kepada Perusahaan Daerah Air Tahun 1982 tentang Perubahan
Minum “Way Rilau” Kota Bandar Batas Wilayah Kotamadya
Lampung berdasarkan kaidah yang Daerah Tingkat II
terdapat dalam Lampiran II Tanjungkarang – Telukbetung
khususnya angka 39 dan 40 UU P3 (Lembaran Negara Republik
adalah : Indonesia Tahun 1982 Nomor 6,
1. Pasal 18 ayat (6) UUD Tahun Tambahan Lembaran Negara
1945; Republik Indonesia Nomor
2. Undang-Undang Nomor 28 3213);
Tahun 1959, tentang Penetapan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 24
Undang-Undang Darurat Nomor Tahun 1983 tentang Perubahan
4 Tahun 1956 (Lembaran Nama Kotamadya Daerah
Negara Republik Indonesia Tingkat II Tanjungkarang –
Tahun 1956 Nomor 55), Telukbetung menjadi
Undang-Undang Darurat Nomor Kotamadya Daerah Tingkat II
5 Tahun 1956 (Lembaran Bandar Lampung (Lembaran
Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 56), dan Tahun 1983 Nomor 30,
Undang-Undang Darurat Nomor Tambahan Lembaran Negara
6 Tahun 1956 (Lembaran Republik Indonesia Nomor
Negara Republik Indonesia 3254);
Tahun 1956 Nomor 57), tentang 6. Peraturan Pemerintah Nomo 38
Pembentukan Daerah Tingkat II Tahun 2007 tentang Pembagian
termasuk Kota Praja dalam Urusan Pemerintahan antara
lingkungan Daerah Tingkat I Pemerintah, Pemerintahan
Sumatra Selatan sebagai Provinsi dan Pemerintahan
Undang-Undang (Lembaran Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 73 Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor Republik Indonesia Nomor
1821); 4737);
3. Undang-Undang Nomor 32 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Tahun 2004 tentang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Pedoman Pengelolaan Keuangan
Negara Republik Indonesia Daarah sebagaimana telah
Tahun 2004 Nomor 125, diubah kedua kalinya, terakhir

218
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

dengan Peraturan Menteri 18 ayat (6) UUD Tahun 1945,


Dalam Negeri Nomor 21 Tahun Undang-undang Pemerintahan
2011; Daerah, Undang-undang organik
8. Peraturan Daerah Kotamadya yang menjadi dasar pembentukan
Daerah Tingkat II daerah dan perusahaan daerah serta
Tanjungkarang – Telukbetung peraturan perundang-undangan yang
Nomor 2 Tahun 1976 tentang memerintahkan secara langsung
Pendirian Perusahaan Daerah pembentukan perda tersebut.
Air Minum;
9. Peraturan Daerah Kota Bandar Daftar Pustaka
Lampung Nomor 11 Tahun 2003
tentang Ketentuan-ketentuan A. Hamid S. Attamini, Peranan
Pokok Dewan Pengawas, Keputusan Presiden Republik
Direksi dan Kepegawaian Indonesia Dalam
Perusahaan Daerah Air Minum Penyelenggaraan
“Way Rilau” Kota Bandar pemerintahan Negara, Fakultas
Lampung; Pascasarjana Universitas
10. Peraturan Daerah Kota Bandar Indonesia, 1990.
Lampung Nomor 11 Tahun 2007 Asshiddiqie, Jimly. Perihal Undang-
tentang pokok-pokok Undang, Konstitusi Press,
Pengelolaan Keuangan Daerah Jakarta. 2006.
sebagaimana telah dirubah Bagir Manan, Menyongsong Fajar
dengan Peraturan Daerah Nomor Otonomi Daerah, Pusat Studi
07 Tahun 2012; Hukum Fakultas Hukum
11. Peraturan Daerah Kota Bandar Universitas Islam Indonesia,
Lampung Nomor 01 Tahun 2008 Yogyakarta, 2004.
tentang Urusan Pemerintahan Downes, John dan Jordan Elliot
Daerah Kota Bandar Lampung. Goodman, Kamus Istilah
Keuangan dan Keuangan
Investasi. Cet. Kedua, edisi
III. Simpulan ketiga.PT Elex Media
Komputindo, 1996.
Landasan filosofis adalah
Garner, Bryan A, Blacks Law
bertumpu pada kehendak
Dictionary8th Edition. West: a
pembentukan pemerintahan negara
Thampson Businnes, 2004.
yang menghendaki keterjaminan air
Gilissen, John dan Fritz Gorle.
bersih bagi masyarakat, adapun
Historische Inleiding Tot Het
landasan sosiogisnya adalah adanya
Recht, yang telah
kehendak masyarkat agar pemda
diterjemahkan kedalam bahasa
Kota Bandar Lampung
indonesia oleh Freddy
bertanggungjawab terhadap
Tengker, Sejarah Hukum, PT
ketersediaan air bersih dengan salah
Refika Aditama, Bandung,
satu cara adanya penyertaan modal
2007.
bagi PDAM, sedangkan Landasan
Hart, H.L.A. Konsep Hukum (The
yuridis perda sebagaimana dimaksud
Concept Of Law), Nusamedia,
angka 39 dan 40 lampiran I Undang-
Bandung. 2009.
undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan meliputi Pasal

219
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Lingkungan Daerah Tingkat I


Perundang-undangan, Sumatera Selatan sebagai
Kanisius Yogyakarta, 1998. Undang-undang (Lembaran
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Negara Tahun 1959 Nomor 73,
Hukum. Prenada Media, Tambahan Lembaran Negara
Jakarta, 2005 Philipus M. Nomor 1821);
Hadjon, Tatiek Sri Djatmiati, Undang-undang Nomor 5 Tahun
Argumentasi Hukum, Gajah 1962 tentang Perusahaan
Mada University Press, Daerah (Lembaran Negara
Yogyakarta, 2005. Tahun 1962 Nomor 10,
Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Tambahan Lembaran Negara
Pusat Ke Daerah, Pustaka Nomor 2387) sebagaimana
Sinar Harapan, Jakarta, 1999. telah diubah dengan Undang-
Sabarno, hari, Memandu Otonomi undang Nomor 6 Tahun 1969
Daerah Menjaga Kesatuan tentang Pernyataan tidak
Bangsa, Sinar Grafika, Jakarta, berlakunya berbagai Undang-
2008. undang dan Peraturan
Soerjono, Soekanto, Pengantar Pemerintah Pengganti Undang-
Penelitian Hukum, UI Press, undang (Lembaran Negara
Jakarta. 1986. Syaukani, Imam Tahun 1969 Nomor 37,
dan Ahsin Thohari, Dasar- Tambahan Lembaran Negara
Dasar Politik Hukum, Raja Nomor 2901);
Grafindo Persada, Jakarta. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2008. 2004 tentang Pemerintahan
Widjaja, Haw, Otonomi Daerah dan Daerah (Lembaran Negara
Daerah Otonom, PT Republik Indonesia Tahun
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004 Nomor 125, Tambahan
2002. Lembaran Negara Republik
Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Indonesia Nomor 4437)
Peraturan Perundang- sebagaimana telah diubah
Undangan Yang Baik, PT. beberapa kali, terakhir dengan
Rajagrafindo Persada, Jakarta, Undang-Undang Nomor 12
2009. Tahun 2008 tentang Perubahan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Kedua Atas Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 28 Tahun Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
1959 tentang Penetapan Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Darurat (Lembaran Negara Republik
Nomor 4 Tahun 1956 Indonesia Tahun 2008 Nomor
(Lembaran Negara Tahun 1956 59, Tambahan Lembaran
Nomor 55), Undang-undang Negara Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1956 Nomor 4844);
(Lembaran Negara Tahun 1956 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
Nomor 56), dan Undang- tentang Pembentukan
undang Nomor 6 tahun 1956 Peraturan Perundang-
(Lembaran Negara Tahun 1956 Undangan (LNRI Tahun 2011
Nomor 57) tentang Nomor 82, TLNRI Nomor
Pembentukan Tingkat II 5284)
Termasuk Kotapraja dalam

220
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

Peraturan Pemerintah Nomor 3 140, Tambahan Lembaran


Tahun 1982 tentang Perubahan Negara Republik Indonesia
Batas Wilayah Kotamadya Nomor 4490);
Daerah Tingkat II Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tanjungkarang-Telukbetung Tahun 2007 tentang Tata Cara
(Lembaran Negara Republik Penyelenggaraan Kerjasama
Indonesia Tahun 1982 Nomor Daerah
6, Tambahan Lembaran Negara Peraturan Pemerintah Nomor 16
Republik Indonesia Nomor Tahun 2005 tentang
3213); Pengembangan Sistem
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Penyediaan Air Minum
Tahun 1983 tentang Perubahan (Lembaran Negara Republik
Nama Kotamadya Daerah Indonesia Tahun 2005 Nomor
Tingkat II Tanjungkarang- 33, Tambahan Lembaran
Telukbetung menjadi Negara Republik Indonesia
Kotamadya Daerah Tingkat II Nomor 4490);
Bandar Lampung (Lembaran Peraturan Pemerintah Nomor 56
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 tentang Sistem
Tahun 1983 Nomor 30, Informasi Keuangan Daerah
Tambahan Lembaran Negara sebagaimana telah diubah
Republik Indonesia Nomor dengan Peraturan Pemerintah
3254); Nomor 65 Tahun 2010
Peraturan Pemerintah Nomor 38 (Lembaran Negara Republik
Tahun 2007 tentang Pembagian Indonesia Tahun 2005 Nomor
urusan Pemerintahan Antar 138, Tambahan Lembaran
Pemerintah, Pemerintah Negara Republik Indonesia
Daerah Provinsi dan Nomor 4576);
Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 57
Kabupaten/Kota (Lembaran Tahun 2005 tentang Hibah
Negara Republik Indonesia Kepada Daerah (Lembaran
Tahun 2007 Nomor 82, Negara Republik Indonesia
Tambahan Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 139,
Republik Indonesia Nomor Tambahan Lembaran Negara
4737); Republik Indonesia Nomor
Peraturan Pemerintah Nomor 16 4577);
Tahun 2005 tentang Peraturan Pemerintah Nomor 58
Pengembangan Sistem Tahun 2005 tentang
Penyediaan Air Minum Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor Indonesia Tahun 2005 Nomor
33, Tambahan Lembaran 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia
Nomor 4578); Nomor 4578);
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2005 tentang Tahun 2005 tentang Pedoman
Pengelolaan keuangan Daerah Pembinaan dan Pengawasan
(Lembaran Negara Republik Penyelenggaraan Pemerintahan
Indonesia Tahun 2005 Nomor Daerah (Lembaran Negara

221
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 2, Mei-Agustus 2013, ISSN 1978-5186

Republik Indonesia Tahun Keuangan Daarah sebagaimana


2005 Nomor 165, Tambahan telah diubah kedua kalinya,
Lembaran Negara Republik terakhir dengan Peraturan
Indonesia Nomor 4593); Menteri Dalam Negeri Nomor
Peraturan Pemerintah Nomor 6 21 Tahun 2011
Tahun 2006 tentang Peraturan Daerah Kotamadya Daerah
Pengelolaan Barang Milik Tingkat II Tanjungkarang –
Negara/Daerah (Lembaran Telukbetung Nomor 2 Tahun
Negara Republik Indonesia 1976 tentang Pendirian
Tahun 2006 Nomor 20, Perusahaan Daerah Air
Tambahan Lembaran Negara Minum;
Republik Indonesia Nomor Peraturan Daerah Kota Bandar
4609) sebagaimana telah Lampung Nomor 11 Tahun
diubah dengan Peraturan 2003 tentang Ketentuan-
Pemerintah Nomor 38 Tahun ketentuan Pokok Dewan
2008 (Lembaran Negara Pengawas, Direksi dan
Republik Indonesia Tahun Kepegawaian Perusahaan
2008 Nomor 78, Tambahan Daerah Air Minum “Way
Lembaran Negara Republik Rilau” Kota Bandar Lampung;
Indonesia Nomor 4855); Peraturan Daerah Tingkat II
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tanjungkarang-Telukbetung
Tahun 2008 tentang Investasi Nomor 02 Tahun 1976 tentang
Pemerintah (Lembaran Negara Pendirian Perusahaan Daerah
Republik Indonesia Tahun Air Minum Way Rilau;
2008 Nomor 14, Tambahan Peraturan Daerah Kota Bandar
Lembaran Negara Republik Lampung Nomor 01 Tahun
Indonesia Nomor 4812) 2008 tentang Urusan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Pemerintahan Daerah Kota
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Bandar Lampung.
Pedoman Pengelolaan

222

Anda mungkin juga menyukai