Anda di halaman 1dari 3

Rupiah Harus di Bawah 15.

000 per Dolar AS Biar Iklim Investasi Cerah


Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan ada beberapa faktor yang
bisa meningkatkan iklim investasi di Indonesia. Seperti diketahui, pemerintah mentargetkan
investasi kembali pada posisi 7 persen di 2019 setelah sempat turun menjadi hanya 5 persen.

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM, Wisnu Wijaya
Soedibjo menjelaskan, dua faktor utama tersebut adalah kondisi ekonomi global dan nilai
tukar rupiah.

"Satu, secara makro, perekonomian dunia harus membaik juga, kedua faktor nilai tukar yang
harus kurang lebihnya mestinya harus di bawah 15.000 per dolar AS," kata Wisnu saat
ditemui di kantornya, Selasa (25/9/2018).

Wisnu menjelaskan faktor nilai tukar rupiah sangat mempengaruhi sebab meski
menguntungkan bagi sebagian pihak, yang dirugikan juga cukup banyak.

"Bayangkan saja dari 13.800 per dolar AS ke 15.000 per dolar AS itu buat sebagian memang
sebagian bidang usaha atau pengusaha diuntungkan, tapi sebagian juga dirugikan," ujarnya.

Meski rupiah terdepresiasi saat ini dinilai menguntungka bagi para eskportir namun jika
kondisi ini berlangsung lama mereka akan terkena dampak negatif juga. Sebab, ada bahan
baku yang masih harus diimpor.

"Cuma kalau lebih banyak kursnya terus meningkat terus lama-lama biarpun yang eksportir
akan kena dampaknya juga karena kan eksportir juga sebagian entah itu 10 persen, 5 persen
atau bahkan 90 persen bahan bakunya impor, tetap akan kena juga imbasnya. Jadi memang
tidak boleh naik terlalu tinggi," terangnya.

Wisnu mencontohkan, sektor industri yang saat ini tengah menjerit di tengah pelemahan
Rupiah adalah industri farmasi.

"Yang dirugikan ya industri yang banyak menggunakan bahan baku impor. Yang banyak
bahan baku impor itu kan industri farmasi, rata-rata dia 80 sampai 90 persen bahan bakunya
masih impor. Kemudian industri elektronika mungkin akan terkena dampak," ungkapnya.

Intergasi Kebijakan

Sementara itu, faktor lain yang dapat mendorong iklim investasi adalah integrasi kebijakan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

"Dan yang berikutnya adalah faktor dari kebijakan supaya kebijakan pereknomoian yang
dicanangkan, yang ditetapkan oleh pemerintah pusat diikuti juga oleh pemerintah daerah
dengan lebih terintegratif," tutupnya.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas


Bambang Brodjonegoro menegaskan upaya mengerek pertumbuhan ekonomi mesti didukung
oleh strategi jitu, terutama di bidang investasi.
Keadaan ekonomi global yang penuh dengan gejolak dan tantangan harus memotivasi
Indonesia untuk membuat strategi pembangunan ekonominya sendiri.

"Kita tidak bisa hanya berharap, berdoa semoga tidak ada gangguan global. Semoga
permintaan ekspor kita meningkat. Doa itu penting, tapi strategi, effort tidak kalah penting,"
ujar dia pada Kamis 23 Agustus 2018.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat di kuartal II 2018, menurut dia tidak
bisa dijadikan penyokong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

"Ketika BPS bilang pertumbuhan konsumsi di atas 5 persen kita semua lega. Satu karena kita
menganggap daya beli masyarakat sudah pulih, kedua karena memberi dampak ke
pertumbuhan ekonomi total," kata dia.

Dia mengatakan, bila menilik negara berkembang lainnya, seperti China, investasi yang
tumbuh baik akan memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi.

"Sebenarnya jawabannya di investasi. Sebenarnya sudah agak membaik di triwulan III tahun
lalu 7 persen. Data terakhir kembali lagi di kisaran 5 persen," ujar dia.

"China rata-rata di atas 10 tahun berturut-turut tumbuh dua digit. Apa ini karena orang China
gila-gilaan konsumsi, enggak juga. Yang gila-gilaan satu ekspor. Kedua investasi mereka luar
biasa. Ini pentingnya kita membuat strategi investasi," imbuhnya.

Meskipun demikian, untuk menyusun strategi investasi yang moncer diperlukan dukungan
data yang baik. Pemerintah tidak salah dalam mengambil kebijakan.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3652089/rupiah-harus-di-bawah-15000-per-dolar-as-
biar-iklim-investasi-cerah

terbit 25 September 2018


OJK: Hati-Hati dengan Investasi Emas Online
Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam Lumban Tobing mengimbau masyarakat waspadai
ajakan investasi emas secara online. Investasi emas online ini dilarang karena tidak ada
bentuk fisik emas yang didapatkan masyarakat sementara dana terus disetorkan.

"Dalam perdagangan kan kalau kita beli emas. Emas yang kita dapat, ini bukan," ujar
Tongam saat berbincang dengan wartawan di Gedung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jakarta,
Jumat (7/9/2018).

Salah satu entitas yang terpantau melakukan aktivitas ini adalah PT Aurum Karya Indonesia
di akun Tokopedia.

Perusahaan tersebut pun telah diperingatkan oleh OJK untuk menghentikan kegiatan sebelum
mendapat izin dari OJK dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappetti).

"Prinsipnya kan harusnya cash and carry. Nah ini barangnya tidak ada. Kami sudah diskusi,
Aurum harus izin di Bappepti. Karena dia lakukan kegiatan perdagangan. Jadi dia harus
hentikan dulu kegiatannya. Menurut mereka sudah 20 kg Gold dalam emas digital," jelasnya.

Investasi Kecil

Tongam menambahkan, investasi emas secara online ini pun cukup unik. Sebab, masyarakat
diiming-imingi hanya mencicil pembayaran emas dan pada waktunya nanti dijanjikan dapat
melakukan penjualan kembali apabila harganya naik.

"Memang kecil-kecil Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu untuk beli emas tapi emasnya tidak dalam
bentu fisik tapi digital. Artinya dengan Rp 10 ribu saya punya 0,001 gram yang pada saatnya
naik bisa saya jual. Tapi ini belum pasti karena itu tadi, tidak ada barangnya," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3639175/ojk-hati-hati-dengan-investasi-emas-online

7 September 2018

Anda mungkin juga menyukai