Anda di halaman 1dari 11

NILAI FILOSOFI ARSITEKTUR PADA MASJID AL-HILAL KATANGKA

Reza Ali Fahlevi1* Aditya Bagas Pratama 2


Teknik Arsitektur UIN Alauddin, Indonesia
e-mail: *1adityabagasp159@gmail.com, 2fahlevialireza@gmail.com@gmail.com

Abstrak_ Salah satu masjid tertua di Sulawesi selatan yaitu Masjid Al-hilal Katangka. Masjid Al-hilal
atau Masjid Tua Katangka terletak di Desa Ketangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data berasal
dari survey langsung kelokasi dan mengumpulkan data-data berupa jurnal, dan sebagainya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai filosofi arsitektur pada masjid Al-Hilal Katangka
memiliki nilai sejarah dan filosofi yang kuat terhadap budaya.
Kata kunci : Masjid, Filosofi, Arsitektur.

Abstract_ Mosque Al-Hilal Katangka is one of the oldest mosques in South Sulawesi, namely Masjid Al-
Hilal Katangka. Al-Hilal Mosque or Katangka Old mosque is located in Ketangka Village, Somba Opu
subdistrict, Gowa Regency, South Sulawesi Province. Using qualitative research methods. The data
source comes from a direct survey of the property and collects data in the form of journals, and so on.
From the research showed that the value of architecture philosophy in the Mosque of Al-Hilal
Katangka has a historical value and a strong philosophy of culture.
Keywords : Mosque, philosophy, Architecture

1
Halaman
PENDAHULUAN

Perkembangan Islam di Indonesia memang tidak lepas dari adanya beberapa bangunan
masjid. Masjid dapat diartikan sebagai tempat sembahyang (ibadah) bagi umat muslim. Seperti
Sabda Rasulullah Muhammad Saw : “ dimanapun engkau bersembahyang, tempat itulah masjid”.
Kata Masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali didalam Al-qur’an, berasal dari kata sajada-
sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk penuh hormat dan Taksim. Sujud dalam syariat yaitu
berlutut, meletakkan dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk nyata dari arti kata tersebut di
atas. Oleh karena itu bangunan yang di buat khusus untuk shalat disebut Masjid yang artinya:
tempat untuk bersujud. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Masjid (mesjid) berarti rumah
atau bangunan tempat bersembahyang orang islam. Berdasarkan akar katanya, Masjid
mengandung arti tunduk dan patuh, maka hakikat dari masjid adalah tempat melakukan segala
aktivitas berkaitan dengan keputusan Allah semata. Dan bagaimana sejarah masjid hingga muncul
sampai sekarang,berikut akan di bahas dibawah, yakni Sejarah pada Masjid Al-Hilal katangka,
Gowa.
Salah satu masjid tertua di Sulawesi selatan yaitu Masjid Al-hilal Katangka. Masjid Al-hilal
atau Masjid Tua Katangka terletak di Desa Ketangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan. Masjid berbatasan dengan kompleks makam Katangka dan
perkampungan di sebelah selatan dan barat, Jalan Raya Syeh Yusuf di sebelah utara, dan
perkampungan dari sebelah barat. Mesjid Tua Katangka disebut juga Masjid Agung Syeh Yusuf
merupakan mesjid pertama dan tertua di Pulau Sulawesi dan di wilayah waktu Indonesia bagian
tengah, sekaligus masjid tertua ke sembilan di Indonesia. Masjid Katangka dibangun di atas areal
seluas 610 m², luas bangunannya 212,7 m². Masjid menghadap timur dan memiliki halaman depan.
Bangunan masjid mempunyai serambi dan ruang utama. Serambi masjid terdapat di depan.
Dinding serambi luar berkerawang dari tembok. Pintu masuk ke serambi ada dua buah masing-
masing berdaun pintu dua. Di serambi utara (di luar) terdapat tempat wudhu. Dinding pembatas
antara serambi dan ruang utama terbuat dari tembok tertutup. Pintunya tiga buah untuk menuju
ke ruang utama. Dinding di sebelah utara, selatan, dan barat berjendela masing-masing dua buah
terdapat tulisan Arab berbahasa Makassar. Ruangan utama masjid terdapat tiang dan mihrab serta
mimbar.

Tujuan melakukan penelitian ini untuk mengetahui Sejarah umum, dan nilai filosofi pada
Masjid Al-hilal Katangka. Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini bagi
kepentingan pendidikan antara lain; Memperkaya pustaka akan studi masjid tradisional di
nusantara, khusunya dalam hal sejarah umum.; Memberikan hasil studi yang dapat dimanfaatkan
untuk tujuan perancangan dalam pendidikan melalui studio atau perkuliahan yang berdasarkan
pada arsitektur tradisional.; Bagi perencana di bidang arsitektur, penelitian ini dapat memberikan
masukan prinsip desain masjid tradisional sehingga memungkinkan untuk dikembangkan menjadi
bentuk desain masa kini dengan nilai lokal Indonesia.

Untuk itu permasalahan yang hendak di jawab dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Sejarah umum, dan apa saja nilai folosofi pada Masjid Al-hilal Katangka? Permasalahan ini akan
dijawab melalui upaya mengidentifikasi sejarah pada masjid Al-hilal Katangka.
2
Halaman
BAHAN DAN METODE

Jenis Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka penelitian ini dapat
digolongkan sebagai penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (persepektif
subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar focus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan . Berlokasi di Jl. Katangka,
Katangka, Kec. Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Objek Penelitian, Pengumpulan data

Adapun yang menjadi Objek Penelitian yaitu Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa, Sulawesi Selatan
Pengambilan data melalui studi lapangan atau survey di lokasi masjid Al-Hilal katangka,
Gowa, dan wawancara kepada juru kunci dan Imam masjid Masjid Al-Hilal (katangka). Serta,
Diskusi Umum oleh Juru Kunci dan Imam Masjid Al- Hilal (Katangka).
Adapun Tahapan Penelitian antara lain:

1. Studi literature tentang Sejarah dan Sistem Struktur Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa.
2. Studi lapangan, yakni survey langsung ke Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa
3. Wawancara dengan Juru kunci dan Imam Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa tentang Sejarah, dan
filosofi Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa.

Alat yang digunakan dalam Pengumpulan Data antara lain: Komputer (laptop), Kamera, Buku tulis,
dan Pulpen,

3
Halaman
PEMBAHASAN

A. FILOSOFI

Filosofi adalah pendekatan berfikir tentang kenyataan meliputi tradisi,agama,marxisme,


existensialisme dan fenomena yang berhubungan dengan masyarakat (Pearson & Vaughan :1998)
Filosofi menurut Arsitektur, Banyak orang melihat hasil karya desain arsitektur berupa
wujud / wadah yang kasat mata, berupa sebuah bangunan yang menjulang megah di atas sebidang
tanah, seolah-olah merupakan bangunan yang mati tanpa nilai atau makna yang berarti. Prinsip
para pengguna bangunan dari karya desain arsitektur ini adalah bagaimana mereka dapat
menggunakan dan memfungsikan bangunan ini dengan nyaman, luncar dan aman, lengkap dengan
fasilitas pelayanan yang diinginkannya saat melakukan aktifitasnya di dalam bangunan tersebut.
Begitu juga orang lain yang bukan pengguna bangunan ini dapat menikmati indahnya bangunan
karena tampilan estetika yang unik dan menarik. Namun kalau kita mau mengkaji lebih dalam lagi
bahwa sebuah karya desain arsitektur disamping tuntutan tersebut di atas tentunya diperlukan
juga suatu nilai-nilai yang tidak dapat diujudkan dalam bentuk wadah (bangunan) yaitu suatu nilai
filosofi yang mendasari terciptanya bangunan tersebut. Melalui kajian ini, dengan acuan dasar pada
studi pustaka dan pengamatan hasil-hasil karya desain arsitektur, yang sudah ada dengan topik
materi Makna Filosofi dalam Karya Desain Arsilektur, memberikan gambaran tentang pentingnya
konsep filosofi dalam suatu desain arsitektur, sehingga suatu karya arsitektur bukan hanya
sekedar sebuah bangunan mati yang megah menjulang di atas tanah saja. Namun sebuah karya
desain arsitektur yang mempunyai nilai dan makna filosofi yang tinggiyang seolah-olah
mempunyai "roh" yang hidup.

B. .SEJARAH UMUM MASJID AL-HILAL KATANGKA, GOWA

Masjid Al-Hilal Katangka disebut juga Masjid Agung Syekh Yusuf merupakan masjid tertua
di Gowa dan dibangun pada masa pemerintahan raja Gowa XIV ( Sultan Alaudin I) tahun 1603.
Penamaan masjid ini diambil dari nama seorang syufi yang kharismatik yang dipuja masyarakat
Sulawesi Selatan. Syufi tersebut adalah Syekh Yusuf al-Makassari yang merupakan kerabat raja
Gowa.
Masjid Al Hilal Juga disebut Masjid Katangka, yang pada awalnya dibangun untuk menyebarkan
agama Islam di Kerajaan Gowa, yang pada saat itu 41 orang yang berasal dari Yaman masuk ke
Gowa untuk mengajak Raja Gowa untuk masuk ke agama Islam. Pada saat itu, ke-41 orang tersebut
mengajak berdiskusi kepada Raja Gowa di bawah pohon katangka, ini merupakan dasar mengapa
mesjid ini dinamakan Mesjid Katangka, yang mana Katangka adalah nama sejenis pohon yang
menaungi para mubaligh dari Yaman, Timur Tengah saat memimpin sholat jumat di lokasi itu.
Mereka lah yang membawa siar Islam dan memperkenalkannya kepada Raja Gowa.

Masjid Katangka berbentuk denah bujur sangkar dengan dinding yang terbuat dari batu
bata dengan ketebalan 120 cm. Dengan ruang utama tempat shalat berukuran 12 m x 12 m. Mesjid
memiliki ruang peralihan sebelum masuk ke dalam ruang utama mesjid yang menyatu dengan atap
4

mesjid, ruangan ini digunakan masyarakat sebagai tempat untuk meminta sedekah kepada
Halaman
bangsawan pada masa kerajaan, sedangkan sekarang ruangan ini digunakan ulama untuk
beristirahat setelah melaksanakan ibadah.

Masjid ini dahulu berada didalam komplek benteng Kerajaan Gowa sebagai tempat raja dan
pengawalnya untuk melaksanakan sholat dan pertemuan lainnya. Menurut cerita turun temurun,
para khatib saat akan membawakan khotbah Jumat dikawal oleh 2 pengawal yang membawa
pedang dan tombak bermata tiga, guna menghormati dan melindungi keberadaan khotib dalam
menyebarkan Islam. Serta untuk menghalau jemaah sholat jum’at yang biasanya berlomba-lomba
untuk menggigit ujung naskah khotbah yang tengah di bacakan sang khotib. “Saat itu orang-orang
percaya bahwa barang siapa yang mampu menggigit ujung naskah khotbah yang terbuat dari
gulungan daun lontara, maka orang itu akan menjadi sakti dan kebal terhadap ujung senjata tajam
jenis apapun”
Meski kebiasaan ini kini telah ditinggalkan, namun dikedua sisi mimbar masih dipancang
tombak bermata tiga. Dua tombak besi yang dipancang dikedua sisi mimbar tersebut bermakna 2
kalimat syahadat. Dan masing-masing pada tombak tersebut tergantung bendera, yakni di samping
kanan bendera Putih yang bertuliskan 2 kalimat syahadat, yang mana warna putih melambangkan
Kesucian. Sedang disamping kiri mimbar, tergantung bendera warna Hijau yang bertuliskan 2
kalimat Syahadat, yang mana warna hijau merupakan warna kesukaan Rasulullah SAW.
(http://www.makassarguide.com/2014/08/masjid-katangka.html)

NILAI FILOSOFI PADA MASJID AL-HILAL KATANGKA,GOWA

1. Pintu

Pintu pada masjid ini terdiri atas 5 buah, yang berarti 5 rukun islam. Pintu Masjid ini
terbuat dari kayu. Pintu masuk ke ruang sholat utama ada 3, yang berarti pintu masuk Raja
dan kelurga raja, pintu masuk bangsawan dan pintu masuk rakyat biasa. Adapun pintu
masuk terluar ada 2. Pada 2 pintu utama terluar memiliki ventilasi diatas pintu yang mirip
dengan bulu ayam. Filosofi ornamen bulu ayam tersebut memang diambil dari filosofi ayam,
yang bermakna bahwa, ayam bagi orang Makassar dianggap sebagai Jannah yang berarti
Surga. Adapula yang menganggap bahwa Makna Ayam bermakna Raja Gowa yaitu Sultan
Hasanuddin dengan sebutan Ayam Jantan dari Timur.

a.Pintu dalam b.ornamen pintu luar c.Pintu luar

Gambar 1.1 Bentuk dan Ornamen pintu masjid Al-Hilal


5
Halaman
2. Jendela

Jendela masjid ini ada 6 yang berfilosofi dari 6 rukun Iman. Masjid ini juga sekarang sudah
dipasangkan kipas Angin, bahkan terdapat enam buah mesin pendingin udara (Air
Conditioner/ AC) yang menggantikan fungsi jendela sebagai sirkulasi udara.

a.jendela dari dalam b.jendela dari luar

Gambar 1.2 Bentuk dan Ornamen jendela masjid Al-Hilal Katangka

3. Dinding

Masjid Tua Katangka didirikan di dalam Benteng Kalegowa yang berarti masih dalam
kawasan Istana Tamalatea. Benteng Kalegowa merupakan benteng terkuat yang dimiliki
kerajaan Gowa pada masa itu. Rumah-rumah raja dan bangsawan di bangun dalam benteng
ini. Dinding Masjid Tua Katangka dibangun dengan bahan yang sama dengan dinding Benteng
Kalegowa.
Dinding Pada Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa sangat kokoh dan tebal, yakni dengan
ketebalan 120cm, dengan material penyusun yaitu batu bata yang ukurannya lebih besar
daripada sekarang. Menurut catatan sejarah, dinding Benteng kalegowa dibuat dari susunan
bata dengan posisi miring, tidak direbahkan sebagaimana posisi pemasangan batu bata di
zaman sekarang. Konon, untuk merekatkan bata tersebut hanya menggunakan telur dan
kapur.
Dinding pada masjid ini di buat tebal dengan pertimbangan bahwa masjid ini dahulu
tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai benteng pertahanan kerajaan
Gowa, yakni Istana Tamalate. dan juga masjid ini sebagai tempat perlindungan utama pada
saat perang, serta penyimpanan alat-alat perang. Dinding masjid memang sangat kokoh, dan
telah dibuktikan sejak peluncuran meriam oleh Belanda di sekitar Istana Tamalate, hanya
masjid ini yang tidak mengalami kerusakan oleh meriam.
Fungsi Masjid sebagai Benteng pertahanan juga di perkuat dengan ditemukannya
6

meriam dan pelurunya saat dilakukan penggalian di bagian halaman masjid. Meriam tersebut
Halaman

kemudian dipindahkan ke komplek makam Sultan Hasanuddin di Pallantikang.


Gambar 1.3 Ketebalan dinding masjid Al-Hilal Katangka
4. Tiang

Masjid ini memliki empat tiang utama yang berada dalam masjid, dari hasil wawancara
dengan juru kunci menyatakan bahwa ke empat tiang tersebut melambangkan ke-empat
sahabat rasul. Ke-empat tiang tersebut terbuat dari pasangan batu bata dengan model
silindris gemuk, dan diameter tiang tersebut 30cm dan 40cm.

Gambar 1.4 Tiang didalam masjid Al-Hilal Katangka

5. Plafon

Plafon Masjid Al-hilal Katangka terbuat dari seng plat bergelombang yang juga berasal
dari Belanda. Pada plafon itu terdapat lampu lampion yang digantung dengan gantungan besi.
Tetapi sekarang lampu lampion itu tidak pernah lagi di nyalakan. Masjid ini juga merespon
masa, yang mana pada lampu lampion sekarang digantikan oleh lampu listrik akan tetapi
lampu lampion tetap masih digantung.

Gambar 1.5 Plafon dengan material seng plat pada masjid Al-Hilal Katangka

6. Mihrab Dan Mimbar

Atap mimbar masjid Al-Hilal Katangka ini mirip dengan atap utama masjid tersebut yang
berbentuk limas.
Mihrab ini adalah mihrab dimana imam memimpin shalat dan ukuran dan ukuran mihrab
tersebut ± 165 cm. tinggi mihrab dibuat kecil dikarenakan setiap imam yang memimpin
7

shalat di masjid ini diharuskan untuk selalu tunduk dan merendahkan diri terhadap Allah
Halaman
SWT. Di kedua sisi mihrab dan mimbar terdapat masing masing sebuah tombak atau lembing.
Kedua tombak atau lembing ini di ikatkan bendera yang bertuliskan kalimat syahadat.
Konon dimasa lalu, pelaksanaan sholat jumat di masjid ini, khatib yang bertugas
membacakan naskah khotbah dikawal dan dijaga oleh dua prajurit Kerajaan Gowa. Dua
prajurit masing-masing memegang tombak bertugas mengawal dan menjaga khatib diatas
mimbar, serta menghalau jamaah sholat jum’at yang biasanya berlomba-lomba menggigit
ujung naskah khotbah yang tengah dibacakan sang khatib.
Waktu itu, orang-orang percaya bahwa barang siapa yang mampu menggigit ujung naskah
khotbah yang terbuat dari gulungan daun lontara, maka orang itu akan menjadi sakti dan
kebal terhadap senjata tajam jenis apapun. Akibat munculnya kepercayaan tersebut, maka
sholat jum’at selalu berakhir kacau oleh jamaah yang berebutan menggigit ujung naskah
khotbah yang dibacakan khatib.
Raja Gowa, I Mangngarangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin Tumenanga ri
Gaukanna atau yang lebih dikenal dengan Sultan Alauddin, kemudian mengutus dua prajurit
bertombak untuk menjaga dan mengawal khatib.

a.Mimbar b.Mihrab
Gambar 1.6 Bentuk dan ornamen mimbar dan mihrab pada masjid Al-Hilal Katangka

7. Bedug

Bedug merupakan salah satu media yang digunakan pada masjid sebelum digantikan oleh
pengeras suara. Bedug pada Masjid Al-Hilal Katangka sekarang tidak terlalu di gunakan
karena adanya pengeras suara yang menggantikan fungsinya. Bedug ini dibuat oleh Kerajaan
Bone, pada saat itu Kerajaan Bone membuat 3 bedug yakni di berikan kepada Kerjaan Luwu,
Kerajaan Gowa, Dan kerajaan Bone sendiri. Proses pengiriman bedug dari Bone ke Gowa
tidak menggunakan kendaraan, tapi hanya dari tangan ke tangan hingga ke kerajaan Bone.
Bedug ini pula, kabarnya memiliki suara yang begitu keras, yakni sekitar 3 km dari sumber
suara masih bisa terdengar suara bedug tersebut.
8
Halaman
Gambar 1.7 bedug pada masjid Al-Hilal Katangka

8. Sumur

Sebelum sampai di Masjid, akan di jumpai dengan Sumur yang begitu besar yang usianya
jauh lebih tua daripada Masjid Al-Hilal. Sumur tersebut bernama Bungung Lompo, Sebuah
sumur yang tak pernah kering meskipun musim kemarau melanda. Sumur Bungung ini
dipakai oleh para prajurit Kerajaan Gowa mensucikan diri sebelum berangkat ke medan
perang. Dan setelah Masjid ini berdiri, Sumur ini kemudian menjadi tempat berwudhu para
jamaah sebelum menunaikan sholat.
Selain Bungung Lompo, di dinding utara masjid juga terdapat satu sumur lagi, yang
umurnya sama tuanya dengan Masjid Al- Hilal katangka ini. Air dari sumur ini diyakini
bertuah, bisa membuat awet muda bagi yang orang-orang yang berwudhu atau hanya
sekedar membasuh muka.

Gambar 1.8 Sumur pada masjid Al-Hilal Katangka

9. Makam

Di areal masjid, terdapat pemakaman. Makam yang ada di areal masjid terdiri atas Makam
Keluarga Keturunan Raja Gowa, serta makam pemuka agama dan kerabat pendiri masjid.
Khusus makam para pendiri masjid memiliki atap di atasnya berbentuk kubah, sedangkan
makam keluarga keturunan Raja Gowa ditandai dengan pemasangan papan bicara.
9
Halaman
a.Makam pyramid b. Makam kubah

Gambar 1.9 makam di sekitar masjid Al-Hilal Katangka

KESIMPULAN DAN SARAN

Masjid Al-Hilal Katangka berlokasi di jalan Syekh Yusuf, Kelurahan Katangka, Kecamatan
Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Terdapat nilai Filosofi Arsitektur pada
bangunan masjid Al-Hilal Katangka, Dari pintunya terdapat 5 buah pintu yang menandakan rukun
islam. Jendela terdapat 6 buah yang menandakan 6 rukun islam. Dinding mempunyai ketebalan
120cm dengan material penyusun yaitu batu bata, Dinding pada masjid ini di buat tebal dengan
pertimbangan bahwa masjid ini dahulu tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai
benteng pertahanan kerajaan Gowa. Tiang Masjid ini memliki empat tiang utama yang berada
dalam masjid, dari hasil wawancara dengan juru kunci menyatakan bahwa ke empat tiang tersebut
melambangkan ke-empat sahabat rasul. Mihrab dan Mimbar Mihrab ini adalah mihrab dimana
imam memimpin shalat dan ukuran dan ukuran mihrab tersebut ± 165 cm. tinggi mihrab dibuat
kecil dikarenakan setiap imam yang memimpin shalat di masjid ini diharuskan untuk selalu tunduk
dan merendahkan diri terhadap Allah. Bedug, Bedug ini dibuat oleh Kerajaan Bone, pada saat itu
Kerajaan Bone membuat 3 bedug yakni di berikan kepada Kerjaan Luwu, Kerajaan Gowa, Dan
kerajaan Bone sendiri. Proses pengiriman bedug dari Bone ke Gowa tidak menggunakan
kendaraan, tapi hanya dari tangan ke tangan hingga ke kerajaan Bone. Sumur, Sumur tersebut
bernama Bungung Lompo, Sebuah sumur yang tak pernah kering meskipun musim kemarau
melanda. Sumur Bungung ini dipakai oleh para prajurit Kerajaan Gowa mensucikan diri sebelum
berangkat ke medan perang. Masjid, di area masjid terdapat makam keluarga keturunan raja gowa
serta makam pemuka agama.

Masjid Al-Hilal Katangka adalah salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan, diharapkan
bagi seluruh masyarakat untuk senantiasa menjaga dan melestarikan masjid tua katangka.
Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang berkaitan dengan Arsitektur Masjid Al-Hilal Katangka,
Gowa. Untuk itulah, perlu ada keseriusan dari pemerintah, terutama pemerintah Kabupaten Gowa,
menjadikan Masjid Al-Hilal Katangka sebagai objek wisata, dengan membuat program tahunan
pemeliharaan dan promosi, agar mampu menarik minat wisatawan lokal, wisatawan nusantara,
dan wisatawan mancanegara, serta para sejarawan dan peneliti.
10
Halaman
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Katangka
Pearson & Vaughan .1998. Definisi filosofi
Sumalyo Yulianto.2006. Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim. Yogyakarta. Gajah Mada
University Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Alauddin_Tuminanga_ri_Gaukanna

11
Halaman

Anda mungkin juga menyukai