Anda di halaman 1dari 47

4.

1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah


4.1.1 Kondisi Geografis
Kabupaten Bondowoso secara geografis berada di wilayah bagian timur
Provinsi Jawa Timur dengan jarak dari ibu kota provinsi (Surabaya) sekitar 200
km. Koordinat wilayah terletak antara 113°48’10” -113°48’26” BT dan antara
7°50’10” - 7°56’41” LS dengan temperatur antara 25°C - 15°C. Kabupaten
Bondowoso mempunyai batas-batas wilayah dengan kabupaten sekitarnya
sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Situbondo

Sebelah : Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi

Sebelah : Kabupaten Jember

Sebelah : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo.

Wilayah Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalur utama Pantura yang


menghubungkan Banyuwangi – Situbondo – Probolinggo – Pasuruan – Surabaya,
juga tidak dilalui jalur utama bagian tengah yang menghubungkan Banyuwangi
– Jember – Lumajang – Probolinggo – Pasuruan – Surabaya. Kabupaten
Bondowoso hanya dilalui jalur provinsi antara Bondowoso – Situbondo dan
Bondowoso – Jember atau sebaliknya. Demikian juga Kabupaten Bondowoso
tidak memiliki laut.Luas wilayah Kabupaten Bondowoso mencapai 1.560,10 Km²
atau sekitar 3,26% dari luas total Provinsi Jawa Timur.

Hamparan wilayah Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian antara


78-2.300 meter di atas permukaan air laut, 3,27 % berada pada ketinggian di
bawah 100 m dpl, 49,11% berada pada ketinggian antara 100-500 m dpl, 17,75
% berada pada ketinggian 500-1.000 m dpl, dan 27,87% berada pada ketinggian
di atas 1.000 m dpl.

Hamparan tersebut dikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kendeng Utara


dengan puncak Gunung Raung, Gunung Ijen dan Gunung Widodaren disebelah
Timur, Pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Kilap
dan Gunung Krincing di sebelah Barat, sedangkan di sebelah Utara terdapat
Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.

4.1.2 Pembagian Wilayah Administratif


Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Bondowoso secara Keselurahan 1.560,10 Km²
atau sekitar 3,26% dari luas total Provinsi Jawa Timur. Yang terbagi menjadi 23
kecamatan, 10 kelurahan, 209 desa dan 913 dusun. Adapun untuk jelasnya mengenai
pembagian wilayah administrasi kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada table dan peta
berikut ini.

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Di Kabupaten Bondowoso


Jumlah Jumlah Jumlah Luas
No. Kecamatan
Kelurahan Desa Dusun (km²)
1. Maesan - 12 62 64,25
2. Grujugan - 11 36 36,14
3. Tamanan - 8 35 28,04
4. Jambesari DS - 10 33 29,03
5. Pujer - 11 37 35,91
6. Tlogosari - 10 51 91,31
7. Sukosari - 4 15 37,88
8. Sbr. Wringin - 6 33 138,61
9. Tapen - 9 44 48,60
10. Wonosari - 12 55 35,01
11. Tenggarang 1 11 46 23,22
12. Bondowoso 7 4 16 21,42
13. Curahdami 1 11 55 42,98
14. Binakal - 8 29 27,37
15. Pakem - 8 34 72,66
16. Wringin - 13 77 58,01
17. Tegalampel 1 7 36 33,58
18. Taman Krocok - 7 28 53,62
19. Klabang - 11 47 102,81
20. Botolinggo - 8 44 110,70
21. Sempol - 6 30 217,20
22. Prajekan - 7 37 76,39
23. Cermee - 15 56 175,36
Jumlah 10 209 913 1.560,10
Sumber: RTRW Kabupaten Bondowoso
Peta 4.1 Administrasi Kabupaten Bondowoso
4.1.3 Pola Penggunaan Tanah
Pola penggunaan lahan di Kabupaten Bondowoso untuk sawah beririgasi
seluas 323,56 km2 atau 20,74% luas wilayah, luas lahan kering sebesar 432,77
km2 (27,74%), sehingga luas areal potensial yang sudah dimanfaatkan untuk
kegiatan produktif dalam pengembangan pertanian seluas 756,33 km2 atau
48,48% dari luas wilayah Kabupaten Bondowoso, sementara seluas 558,11 km2
atau 35,77% merupakan kawasan hutan (hutan sejenis, semak belukar dan
rimba). Kondisi eksisting pemanfaatan penggunaan lahan di Kabupaten
Bondowoso tersaji dalam Tabel 6.2.

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Peruntukannya (Ha) Tahun 2008 – 2012
No. Jenis Penggunaan 2008 2009 2010 2011 2012
1. Permukiman 7.305,96 7.314,89 7.323,40 7.326,59 7.330,25
2. Industri 26,26 27,58 27,58 27,58 27,94
3. Persawahan Irigasi 32.374,04 32.364,51 32.357,22 32.354,23 32.351,25
4. Tanah Kering 43.160,84 43.160,12 43.158,90 43.158,700 43.158,81
5. Kebun Campur 296,06 296,06 296,06 296,06 296,06
6. Perkebunan 8.857,26 8.857,26 8.858,26 8.858,26 8.858,26
7. Hutan 55.810,75 55.810,75 55.810,75 55.810,75 55.810,75
8. Rawa/danau/ waduk 52,00 52,00 52,00 52,00 52,00
9. Padang rumput/ tanah 3.185,45 3.185,45 3.185,45 3.185,45 3.185,45
kosong
10. Sungai/saluran irigasi 767,20 767,20 767,20 767,20 767,20
11. Jalan darat 773,67 773,67 773,67 773,67 773,67
12. Tanah tandus/rusak 3.399,36 3.399,36 3.399,36 3.399,36 3.399,36
13. Lain-lain 1,15 1,15 1,15 1,15 -
Jumlah 156.010,00 156.010,00 156.010,00 156.010,00 156.010,00
Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2009-2013
Peta 4.2 Penggunaan Lahan Kabupaten Bondowoso
4.2 Gambaran Topografi
Ditinjau dari ketinggiannya, hamparan wilayah Kabupaten Bondowoso
berada pada ketinggian rata-rata sekitar 253 meter di atas permukaan laut (dpl),
dengan puncak tertinggi 3.287 meter dpl dan terendah 73 meter dpl. Hamparan
tersebut dikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kendeng Utara dengan puncak
Gunung Raung, Gunung Ijen dan Gunung Widodaren disebelah Timur,
Pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Kilap dan
Gunung Krincing di sebelah Barat, sedangkan di sebelah Utara terdapat Gunung
Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Secara rinci luasan dan
ketinggian wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Luas Wilayah menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat

No Ketinggian Luas
Km2 %
1. 0 – 100 meter 50,94 3,27
2. 100 – 500 meter 766,23 49,11
3. 500 – 1.000 meter 308,10 19,75
4. > 1.000 meter 434,83 27,87
Jumlah 1.560,10 100,00
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2013

Daerah terluas berada pada ketinggian 100-500 m dpl, dengan 49,11 % dari
keseluruhan luas, daerah tersempit berada pada ketinggian 0 – 100 m dpl.

Seluruh wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan, dimana


44,4% wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukitan, 30,7% merupakan
dataran rendah, dan 24,9% merupakan dataran tinggi. Kondisi permukaan
tanah bervariasi namun sebagian besar memiliki derajat kemiringan cukup
tinggi sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Luas Wilayah menurut Klasifikasi Lereng


No Ketinggian Luas
Km2 %
1. Datar (0 – 2%) 190,83 12,23
2. Landai (2 – 15%) 568,17 36,42
3. Agak Curam (15 - 40%) 304,70 19,53
4. Sangat Curam (>40%) 496,40 31,82
Jumlah 1.560,10 100,00
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2013
Peta 4.3 Topografi Kabupaten Bondowoso
4.3 Gambaran Geohidrologi
Kabupaten Bondowoso memiliki 3 buah sungai dimana untuk sungai
terpanjang yaitu sungai Sampean. Pola aliran sungai yang terdapat di
Kabupaten Bondowoso merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran
sungai sejajar teranyam, berkelok putus, cagar alam bersifat tetap, selain sungai
sampean di Kabupaten Bondowoso juga terdapat sungai Deluweng yang
mengalir dari kecamatan Pakem dan Kecamatan Wringin dan sungai Kalipait
yang terdapar di Kecamatan Sempol. Terdapat banyak sungai yang membelah
Kabupaten Bondowoso menjadi dua bagian yaitu dataran dan pegunungan
sebelah Timur dan dataran serta pegunungan sebelah barat. Sungai Sampean
ini berhulu di sebelah selatan yaitu di wilayah Kecamatan Maesan dan bermuara
di sebelah utara yaitu wilayah Kabupaten Situbondo. Di tengah-tengah Sungai
Sampean ini tepatnya di antara batas wilayah antara Kecamatan Klabang di
Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso terdapat bendungan yang cukup besar
yaitu Bendungan Sampean Baru. Sumber air dari Sungai Sampean ditunjang
dari sungai-sungai kecil yang lain, sungai-sungai kecil tersebut bermuara di
Sungai Sampean, oleh karena itu debit Sungai Sampean juga tergantung dari
sungai-sungai kecil tersebut. Sungai-sungai kecil tersebut antara lain : Sungai
Bluncong, Taal, Telogo, Gunung piring, Klampokan, Pakisan dan lain-lain. Pada
sungai-sungai kecil tersebut di buat bendungan atau dam kecil yang jumlahnya
mencapai ± 48 buah.

Di samping sungai-sungai tersebut tata air/hidrologi di Kabupaten


Bondowoso didukung juga dengan adanya mata air yang berjuimlah ± 126 buah.
Saluran Dam Sampean Baru memanjang dari Kecamatan Tapen sampai
Kecamatan Cerme ± 23,197 Km. Di Kabupaten Bondowoso juga terdapat sumber
mata air mineral (air panas) sebanyak tiga buah yang terletak di Kecamatan
Sempol.
4.4 Gambaran Geologi

4.4.1 Kondisi Geologi


Menurut tinjauan geologis, stratigrafi wilayah Kabupaten Bondowoso
disusun oleh batuan endapan vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan
hasil gunung api kwarter muda 62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa
dan batupasir (5,6%), endapan alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5%
dengan komposisi ukuran dominan lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir
halus (± 96,9%) dan ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%).

Kabupaten Bondowoso merupakan rangkaian zona fisiografis gunung api


kuarter yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek
Pegunungan Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan
hasil aktifitas gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain
(Recent Volcanic Formation).

Sebagian besar wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki jenis tanah


Regosol yaitu seluas 78.286 Ha yang tersebar di 23 Kecamatan. Jenis tanah ini
luasan terbesar terdapat di Kecamatan Tlogosari mencapai seluas 11.092 Ha.
Tanah regosol merupakan tanah berbutir kasar berasal dari material vulkanik
gunung berapi yang mengendap berupa abu dan pasir vulkanik yang merupakan
areal pertanaman padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.

Sedangkan jenis tanah Andosol 32.859 Ha tersebar di 10 Kecamatan


dengan luasan terbesar terdapat di Kecamatan Sempol seluas 16.811 Ha,
vegetasi yang tumbuh berupa tanaman hutan bambu, dan rumput.

Untuk jenis tanah Mediteran terdapat seluas 11.230 Ha tersebar di


Kecamatan Tapen, Wringin, Tegalampel, Taman Krocok, Klabang, Botolinggo,
Prajekan dan Cermee. Tanah mediteran berwarna antara merah sampai
kecoklatan yang merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan
sedimen. Jenis tanah mediteran merupakan bagian lahan subur di daerah kapur
daripada jenis tanah kapur yang lainnya. Tanaman yang tumbuh berupa
palawija, jati, tembakau, dan jambu mente.

Jenis tanah Gromosol terdapat seluas 510 Ha hanya di wilayah


Kecamatan Cermee. Gromosol adalah jenis tanah berwarna kelabu hitam
berbentuk material halus berlempung. Jenis tanah ini bersifat subur dan
merupakan areal pertanaman padi, jagung, kedelai, tebu, tembakau, dan jati.
Jenis tanah Litosol terdapat di Kecamatan Curahdami (1.800 Ha), Pakem
(1.950 Ha) dan Klabang (1.150 Ha), Jenis tanah ini berbatu-batu dan berupa
areal pertanaman rumput ternak, palawija, dan tanaman keras.

Sedangkan untuk jenis tanah Latosol tersebar di 12 Kecamatan, total


seluas 28.224 Ha yang sebagian besar terdapat di Kecamatan Grujugan,
Klabang, Cermee dan Sumber Wringin. Jenis tanah ini berwarna merah hingga
kuning, sehingga sering disebut tanah merah, banyak mengandung zat besi dan
aluminium dengan kandungan bahan organik yang rendah sampai sedang dan
pH berkisar antara 4,5-5,5. Areal pertanaman yang ada berupa padi, palawija,
sayuran, buah-buahan, dan kopi.

4.4.2 Jenis Tanah


Penyebarannya jenis tanah Kabupaten Bondowoso digolongkan atas 13
bagian, yaitu :

Kompleks Andosol Coklat kekuningan

Kompleks Asos, Andosol coklat dan regosol kelabu

Kompleks Asos, Andosol Kelabu dan Regosol kelabu

Asos, Litosol dan Latosol Coklat Kemerahan

Gromosol kelabu

Komplek Mediteran Grumosol,Regosol dan litosol

Komplek Regosol dan litosol

Komplek Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol

Komplek mediteran Coklat dan litosol

Komplek Regosol dan litosol

Latosol Coklat kemerahan

Regosol Coklat

Regosol Coklat kelabu

Adapun untuk jelasnya dapat dilihat pada jenis tanah berikut ini.
Tabel 4.5 Luas Wilayah (Km²) Kecamatan Menurut Jenis Tanah Kab. Bondowoso
Jenis Tanah
No Kecamatan Jumlah
Litosol Regosol Andosol Gromosol Mediteran Latosol
1 Maesan - 1.950 983,30 - - 2.675 5.608,30
2 Grujugan - 2.650 157,20 - - 4.637,50 7.445
3 Tamanan - 2.815,10 - - - - 2.815,10
4 Jambersari DS - 3.010,5 - - - - 3.010,5
5 Pujer - 3.988,90 - - - - 3.988,90
6 Tlogosari - 11.091,70 - - - - 11.091,70
7 Sukosari - 2.317,27 - - - - 2.317,27
8 Sbr wringin - 9.861 900 - - 3.033,73 13.794,73
9 Tapen - 4.804,2 - - 900 - 5.704,2
10 Wonosari - 4.227,70 - - - - 4.227,70
11 Tenggarang - 2.579,50 - - - - 2.579,50
12 Bondowoso - 2.315,80 - - - - 2.315,80
13 Curahdami 1.800 800 1.200 - 1.228,59 5.029
14 Binakal - 3.903,91 - - - - 3.903,91
15 Pakem 1.950 2.318,20 1.050 - - 890 6.208,20
16 Wringin - 2.516 - - 1.350 1.935 5.801
17 Tegalampel - 1.287,75 - - 100 2.315 3.702,75
18 Taman Krocok - 1.600 - - 1.315,35 2.385 5.300
19 Klabang 1.150 1.800 2.478,40 - 380 3.312 9.120
20 Botolinggo - 3.114 6.378,80 - 2.548,65 700 12.741
21 Sempol - 3.909 16.811 - - - 20.720
22 Prajekan - 800 1.300 - 1.552 2.012,55 5.665
23 Cermee - 4.626 1.600 510 3.084,4 3.100 12.920,40
Jumlah 4900 78.286,53 32858,70 510 11230,4 28.224,37 156.010,00
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka Tahun 2006
Peta 4.4 Geologi Kabupaten Bondowoso

4.5 Gambaran Klimatologi


Lokasi Kabupaten Bondowoso berada di sekitar garis Khatulistiwa sehingga
secara langsung mempengaruhi kondisi iklim. Wilayah Kabupaten Bondowoso termasuk
daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson. Musim kemarau terjadi pada
bulan Juni sampai dengan Oktober dan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember
sampai dengan Mei. Tercatat suhu rata-rata berkisar antara 27C hingga 30C.
Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 62% hingga 69%. Curah hujan rata-rata di
Kabupaten Bondowoso sebesar 5.058,3 mm/tahun dan lama hujan rata-rata264
hari/tahun. Curah hujan rata-rata minimum terjadi pada bulan Agustus-September,
sedangkan rata-rata curah hujan maksimum terjadi pada bulan Januari.
Peta 4.5 Klimatologi Kabupaten Bondowoso

4.6 Gambaran Demografi


Jumlah penduduk Kabupaten Bondowoso pada tahun 2008 sebesar
737.807 jiwa dan pada tahun 2012 menjadi 745.948 jiwa, yang berarti ada
kenaikan sebesar 8.141 jiwa atau mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun
sebesar 0,27%. Jumlah penduduk tahun 2012 tersebut terdiri dari 362.549 jiwa
laki-laki dan 383.399 jiwa perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak
244.193 dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 3 jiwa. Rasio jenis
kelamin sebesar 94,56%, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat
95 penduduk laki-laki. Angka kepadatan penduduk tahun 2008 sebesar 473
jiwa/km2 sedangkan tahun 2012 tingkat kepadatannya mencapai 478
jiwa/km2.

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Kepadatan dan Sex Rasio Kabupaten BondowosoTahun
2008-2012 (dalam jiwa)
Kepadatan
No Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Sex
(jiwa/km2)
1 2008 354.577 373.473 728.050 94,94 466
2 2009 358.800 373.826 732.626 95,98 469
3 2010 358.888 377.884 736.772 94,97 472
4 2011 362.317 378.420 740.737 95,74 475
5 2012 362.549 383.399 745.948 94,56 478
Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2009-2013

Lima wilayah kecamatan pada tahun 2012 yang jumlah penduduknya


terbanyak dari 23 Kecamatan, berturut-turut adalah Kecamatan Bondowoso
dengan 71.479 jiwa, Maesan dengan 46.625 jiwa, Tlogosari dengan 44.437 jiwa,
Cermeedengan 44.263 jiwa, dan Tenggarang dengan 40.439 jiwa. Sedangkan
jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Sempol yaitu sebanyak 11.487
Jiwa.

Tabel 4.7 Komposisi Jumlah Penduduk Kabupaten Bondowoso Menurut Kelompok


Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012 (dalam jiwa)
No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0–4 28.375 27.464 55.838
2. 5–9 27.755 27.082 54.837
3. 10 – 14 29.504 27.903 57.407
4. 15 – 19 27.921 27.013 54.934
5. 20 – 24 25.167 26.937 52.104
6. 25 – 29 26.336 28.488 54.824
7. 30 – 34 27.671 30.213 57.884
8. 35 – 39 28.816 30.255 59.071
9. 40 – 44 28.571 29.981 58.552
10. 45 – 49 27.174 28.335 55.509
11. 50 – 54 24.282 25.106 49.388
12. 55 – 59 19.962 19.933 39.895
No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
13. 60 – 64 16.128 17.699 33.827
14. 65 + 24.887 36.991 61.878
Jumlah 362.549 383.399 745.948
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2012

Penduduk usia produktif (15-64) tahun tahun 2012 berada pada kisaran
69,17%, sedangkan penduduk usia muda (0-14) tahun berada pada kisaran
22,53%, dan untuk penduduk usia tua (65 tahun ke atas) persentasenya sebesar
8,29%, sehingga bila ditinjau dari struktur umur, penduduk Kabupaten
Bondowoso memiliki struktur penduduk tua, karena persentase penduduk usia
muda dibawah 30%, serta persentase penduduk usia produktif lebih dari 60%.
Ciri struktur umur penduduk Kabupaten Bondowoso ini memberi konsekuensi
bahwa penyediaan dan perluasan lapangan pekerjaan sangat penting mengingat
pada struktur umur ini tingkat produktifitas penduduk sangat tinggi.

Mayoritas penduduk Kabupaten Bondowoso memeluk agama Islam yang


hidup dalam suasana harmonis dan saling menghormati baik antar etnis
maupun antar pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat. Pada tahun
2012, komposisi penduduk berdasarkan pemeluk agama sebagai berikut : Islam
mencapai 99%, Protestan (0,49%), Katholik (0,33%), Hindu (0,03%), Budha
(0,04%) dan Konghucu (0,002%).

4.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi

4.7.1 Pendapatan dan Belanja Daerah


4.7.1.1 Pendapatan Daerah
Profil realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso tahun 2008 -
2012 dan rata-rata pertumbuhannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
No. Uraian Pertumbuhan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%)
1 PENDAPATAN 586.839.725.157,00 678.711.928.046,10 818.542.099.884,39 966.956.040.944,09 1.073.390.149.430,73 15,67%
1.1. Pendapatan Asli Daerah 35.371.877.885,00 40.121.861.293,10 49.663.941.019,39 66.816.392.275,09 77.846.177.656,73 21,09%
1.1.1. Pajak daerah 5.230.451.800,00 5.258.596.820,00 6.156.076.823,00 9.092.480.799,00 10.079.064.406,00 17,90%
1.1.2. Retribusi daerah 19.272.445.957,33 24.621.752.403,40 34.468.356.419,13 15.553.447.295,00 19.908.881.115,00 12,31%
1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 2.217.988.696,24 2.786.207.415,47 3.109.360.267,70 4.564.588.193,73 4.962.292.187,80 18,60%
1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 8.650.991.431,43 7.455.304.654,23 5.930.147.509,56 37.605.875.987,36 42.895.939.947,93 106,22%
1.2. Dana Perimbangan 523.159.205.267,00 535.674.337.407,00 586.797.254.286,00 660.619.810.828,00 796.616.595.915,00 11,74%
1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 30.411.137.267,00 36.176.734.407,00 48.826.160.286,00 53.765.668.828,00 64.341.603.915,00 19,70%
1.2.2. Dana alokasi umum 447.561.068.000,00 455.450.603.000,00 479.819.794.000,00 539.918.142.000,00 666.857.212.000,00 11,15%
1.2.3. Dana alokasi khusus 45.187.000.000,00 44.047.000.000,00 58.151.300.000,00 66.936.000.000,00 65.417.780.000,00 13,19%
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 28.308.642.005,00 102.915.729.346,00 182.080.904.579,00 239.519.837.841,00 198.927.375.859,00 70,61%
1.3.1 Hibah 0,00 0,00 602.500.000,00 1.339.994.500,00 94.352.100,00 5,89%
1.3.2 Dana darurat 3.500.000.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -20,00%
1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya ***) 19.866.978.805,00 25.961.734.346,00 31.381.771.241,00 33.447.401.541,00 33.020.739.951,00 11,16%
1.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus****) 4.823.163.200,00 51.073.693.500,00 51.175.942.800,00 138.062.389.800,00 104.556.096.000,00 211,87%
1.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya 118.500.000,00 25.880.301.500,00 60.970.416.500,00 51.404.655.000,00 60.302.760.000,00 4375,42%
1.3.6 Dana penguatan dan percepatan 0,00 0,00 37.950.274.038,00 15.265.397.000,00 0,00 -31,96%
1.3.7 Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (DP2D2) 0,00 0,00 0,00 0,00 951.598.000,00 0,00%
1.3.8 Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 1.829.808,00 0,00%

Secara keseluruhan realisasi pendapatan daerah selama kurun waktu


lima tahun mengalami peningkatan sebesar 82,91% dari Rp.586.839.725.157,00
pada tahun 2008 menjadi Rp.1.073.390.149.430,73 pada tahun 2012 dengan
rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 15,67%.

Realisasi penerimaan pendapatan daerah tahun 2012 mencapai


Rp.1.073.390.149.430,73, jauh melebihi target yang direncanakan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Bondowoso Tahun 2009-2013. Pendapatan daerah dalam RPJMD diestimasi
mencapai Rp.664.411.691.672,00 pada tahun 2012 sehingga apabila
dibandingkan dengan realisasi penerimaan pendapatan daerah pada tahun 2012
terealisasi sebesar 157,61% dari target RPJMD.

PAD sebagai bagian dari komponen pendapatan daerah walaupun hanya


memiliki tingkat kontribusi berkisar antara 5%-7% terhadap pendapatan daerah
tetapi setiap tahun cenderung mengalami kenaikan.

Realisasi PAD pada tahun 2008 sebesar Rp.35.371.877.885,00 meningkat


120,08% menjadi Rp.77.846.177.656,73 pada tahun 2012, dengan
pertumbuhan rata-rata PAD sebesar 21,09%.

Kontribusi penerimaan Dana Perimbangan yang bersumber dari Dana


Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH)
selama periode 2008-2012 masih sangat dominan yaitu berkisar antara 68,32%
sampai 89,15% terhadap pendapatan daerah. DAU memberikan porsi terbesar
dalam menopang pendapatan daerah, yaitu berkisar antara 50% sampai 75%.

Setiap tahun realisasi penerimaan dana perimbangan terus meningkat.


Realisasi penerimaan Dana Perimbangan pada tahun 2008 mencapai
Rp.523.159.205.267,00 dan pada tahun 2012 mencapai Rp.796.616.595.915,00
terjadi peningkatan sebesar 52,27% selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Rata –
rata pertumbuhan Dana Perimbangan setiap tahun mencapai 11,74%.

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan unsur pendapatan


daerah yang sangat bervariasi karena pos ini merupakan kumpulan pendapatan
daerah yang tidak dapat dimasukkan ke dalam pos pendapatan yang lain
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan perolehannya setiap tahun
tergantung kepada ketersediaan anggaran dari pemerintah pusat dan provinsi.
Komponen penyusun pendapatan ini terdiri dari Hibah, Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lain, bantuan
keuangan dari pemerintah provinsi dan dana lainnya.

Secara kumulatif lima tahun, pendapatan daerah dari pendapatan lain-


lain yang sah sebesar Rp.751.752.489.630,00. Perolehan Dana Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah pada tahun 2008 terealisasi sebesar
Rp.28.308.642.005,00 dan pada tahun 2012 terealisasi sebesar
Rp.198.927.375.859,00 terjadi lonjakan sebesar Rp.170.618.733.854,00 atau
meningkat 602,71%, pertumbuhan rata-rata mencapai 70,61%.

4.7.1.2 Belanja Daerah


Selama periode tahun 2008-2012 akumulasi belanja daerah direncanakan
sebesar Rp.4.389.266.756.930,06 dan terserap sebesar
Rp.4.097.250.317.844,12 atau terealisasi 93,35% dari target. Penyerapan
anggaran diatas 90,00% per tahun merupakan realisasi yang optimal untuk
mencapai kinerja yang telah ditetapkan. Realisasi penyerapan anggaran belanja
daerah per tahun dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.9 Target dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2008 - 2012
Target Realisasi Bertambah/
Tahun %
(Rp) (Rp) Berkurang
2008 667.086.874.976,34 600.953.474.997,44 90,09 -66.133.399.978,90
2009 732.711.883.812,68 705.698.336.447,84 96,31 -27.013.547.364,84
2010 830.993.200.420,68 765.513.977.031,58 92,12 -65.479.223.389,10
2011 1.035.811.127.474,08 950.958.157.445,49 91,81 -84.852.970.028,59
2012 1.122.663.670.246,28 1.074.126.371.921,77 95,68 -48.537.298.324,51
Jumlah 4.389.266.756.930,06 4.097.250.317.844,12 93,35 -292.016.439.085,94

Sedangkan persentase alokasi anggaran Belanja Daerah yang terdiri dari


Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung menurut pendekatan urusan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah secara akumulatif selama periode
lima tahun dapat terlihat sebagaimana grafik dibawah ini :

Gambar 4.1 Persentase Alokasi Anggaran Belanja Daerah per Urusan Tahun 2008-
2012
4.7.1.3 Neraca Daerah
Analisis Neraca Daerah dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
keuangan Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun
terakhir Neraca Daerah Kabupaten Bondowoso secara umum menunjukkan
pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan neraca dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Pertumbuhan Neraca Daerah Tahun 2010-2012


URAIAN TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
ASET
ASET LANCAR
Kas 94.989.363.081,08 105.521.932.960,28 74.817.550.355,24
Piutang 17.125.938.951,46 6.349.753.592,11 10.925.202.410,87
Persediaan 18.645.570.422,05 13.402.819.005,53 11.129.863.234,09
JUMLAH ASET LANCAR 130.760.872.454,59 125.274.505.557,92 96.872.616.000,20
INVESTASI JANGKA
PANJANG
URAIAN TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
Investasi Non Permanen 0,00 0,00 0,00
Investasi Permanen 16.206.767.702,38 11.801.003.607,50 25.147.236.667,89
JUMLAH INVESTASI
JANGKA PANJANG 16.206.767.702,38 11.801.003.607,50 25.147.236.667,89
ASET TETAP
Tanah 311.274.005.929,00 311.364.328.329,00 215.491.860.829,00
Peralatan dan Mesin 169.431.668.688,00 201.232.961.036,00 234.682.942.300,00
Gedung dan Bangunan 366.766.092.102,21 409.931.374.505,21 495.173.673.145,21
Jalan, Irigasi dan
Jaringan 669.871.577.821,14 755.564.825.220,94 847.003.415.755,94
Aset Tetap Lainnya 16.788.598.700,00 17.203.997.455,00 20.185.330.359,00
Konstruksi Dalam
Pengerjaan 29.587.500,00 3.212.120.800,00 3.005.471.400,00
Akumulasi Penyusutan
Aset Tetap
Jumlah Aset Tetap 1.534.161.530.740,35 1.698.509.607.346,15 1.815.542.693.789,15
DANA CADANGAN
Dana Cadangan 0,00 3.000.000.000,00 20.212.450.000,00
Jumlah Dana Cadangan 0,00 3.000.000.000,00 20.212.450.000,00
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan
Angsuran 0,00 0,00 0,00
Tagihan Tuntutan Ganti
Rugi 0,00 14.710.900,00 14.418.200,00
Kemitraan dengan Pihak
Ketiga 0,00 0,00 0,00
Aset Tak Berwujud 360.360.000,00 6.068.629.479,00 6.331.154.479,00
Aset Lain-lain 10.689.000,00 10.944.174.490,82 92.637.426.794,00
Jumlah Aset Lainnya 371.049.000,00 17.027.514.869,82 98.982.999.473,00
JUMLAH ASET 1.681.500.219.897,32 1.855.612.631.381,39 2.056.757.995.930,24
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak
Ketiga (PFK) 0,00 0,00 0,00
Utang Bunga 38.883.355,15 7.768.134,62 0,00
Bagian Lancar Utang
Jangka Panjang Lainnya 267.226.800,00 133.613.400,00 0,00
Pendapatan Diterima di
Muka 0,00 0,00 0,00
Utang Jangka Pendek
Lainnya 163.445.150,12 7.442.380.544,79 5.571.891.825,37
Jumlah Kewajiban
Jangka Pendek 469.555.305,27 7.583.762.079,41 5.571.891.825,37
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Jangka Panjang
Dalam Negeri 133.613.400,00 0,00 0,00
Utang Bunga 0,00 0,00 0,00
Jumlah Kewajiban
Jangka Panjang 133.613.400,00 0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN 603.168.705,27 7.583.762.079,41 5.571.891.825,37
URAIAN TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA) 94.895.449.951,08 105.417.496.646,28 74.766.776.855,24
Pendapatan yang
Ditangguhkan 93.913.130,00 104.436.314,00 50.773.500,00
Diinvestasikan Dalam
Investasi Jangka Pendek
Cadangan Piutang 17.125.938.951,46 6.349.753.592,11 10.925.202.410,87
Cadangan Persediaan 18.645.570.422,05 13.402.819.005,53 11.129.863.234,09
Dana yang Harus
Disediakan untuk
Pembayaran Utang
Jangka Pendek (469.555.305,27) (7.583.762.079,41) (5.571.891.825,37)
Jumlah Ekuitas Dana
Lancar 130.291.317.149,32 117.690.743.478,51 91.300.724.174,83
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka Panjang 16.206.767.702,38 11.801.003.607,50 25.147.236.667,89
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap 1.534.161.530.740,35 1.698.509.607.346,15 1.815.542.693.789,15
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya 371.049.000,00 17.027.514.869,82 98.982.999.473,00
Dana yang Harus
Disediakan untuk
Pembayaran Utang
Jangka Pendek (133.613.400,00)
Dana yang Harus
Disediakan untuk
Pembayaran Utang
Jangka Panjang
Jumlah Ekuitas Dana
Investasi 1.550.605.734.042,73 1.727.338.125.823,47 1.939.672.929.930,04
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam
Dana Cadangan 3.000.000.000,00 20.212.450.000,00
Jumlah Ekuitas Dana
Cadangan 0,00 3.000.000.000,00 20.212.450.000,00
JUMLAH EKUITAS DANA 1.680.897.051.192,05 1.848.028.869.301,98 2.051.186.104.104,87
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
EKUITAS DANA 1.681.500.219.897,32 1.855.612.631.381,39 2.056.757.995.930,24
Untuk menganalisis neraca daerah digunakan perhitungan rasio
likuiditas yang terdiri dari rasio lancar (current ratio), quick ratio dan Rasio Total
Hutang Terhadap Total Aset.

Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah dalam


membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang
dimilikinya. Quick Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan pemerintah dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva yang lebih likuid. Sedangkan rasio Total Hutang terhadap
total Aset untuk mengukur perbandingan total hutang pemerintah dengan total
asetnya.

Lebih jelas analisis rasio keuangan Kabupaten Bondowoso tahun 2010-


2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Analisis Rasio Keuangan Tahun 2008 - 2012


No Uraian 2010 2011 2012
1. Rasio lancar (current ratio) 27.847,81 1.651,88 1.738,59
2. Rasio quick (quick ratio) 23.876,91 1.475,15 1.538,84
3. Rasio total hutang terhadap total aset 0,04 0,41 0,27

Dari tabel tersebut terlihat bahwa kemampuan pemerintah daerah untuk


membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang
dimilikinya sangat baik. Demikian pula aset yang dimiliki oleh pemerintah
daerah hanya sedikit yang dibiayai oleh hutang.

4.7.2 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


Pertumbuhan PDRB

Sektor primer masih menjadi sektor yang dominan di Kabupaten


Bondowoso, share sektor primer (agriculture) paling besar terhadap total nilai
tambah yang tercipta dalam perekonomian tahun 2012. Namun demikian
apabila diperhatikan kontribusi sektor primer setiap tahun mengalami
penurunan yaitu dari 45,62% tahun 2008 menjadi 43,61% tahun 2012. Hal
ini tidak berarti volume produksi sektor primer berkurang selama periode
tersebut, namun lebih disebabkan karena laju pertumbuhan sektor primer
lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Hal ini
sejalan dengan transformasi ekonomi beberapa Kabupaten di Jawa Timur
yang semula bersifat subsisten dan menitikberatkan sektor pertanian
menuju struktur perekonomian yang lebih modern yang didominasi sektor
non primer, khususnya industri pengolahan, perdagangan, hotel dan
restoran serta jasa.

Di samping sebagai penyumbang terbesar pada pembentukan PDRB, sektor


primer merupakan penyumbang terbesar dalam hal penyerapan angkatan
kerja disamping sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri
pengolahan yang mulai berkembang maupun sektor lainnya yang terus
tumbuh.
Proses industrialisasi yang didukung sektor pertanian yang kuat, masih
pada tahap awal, namun menunjukkan perkembangan yang sangat baik.
Secara struktural tampak pada upaya memberikan nilai tambah pada
produk-produk pertanian yang sebagian besar terkait dengan sektor industri
dan pasca panen yang memerlukan teknologi.

Sementara itu, sektor tersier atau sektor jasa yang memiliki potensi
peningkatan sumbangan besar terhadap pembentukan PDRB adalah
perdagangan, hotel dan restoranyang memiliki tingkat pertumbuhan
tertinggi tahun 2012 serta terkait secara langsung dengan sektor pariwisata.
Kontribusi sektor tersier terhadap total nilai tambah (PDRB) semakin
meningkat tiap tahun. Tahun 2008 kontribusi sektor tersier mencapai
36,33% meningkat pada tahun 2012 mencapai 39,58% hal ini menunjukkan
sektor tersier di Kabupaten Bondowoso memiliki potensi untuk menyalip
dominasi sektor primer selama 5 tahun ke depan. Hasil analisis PDRB
disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 – 2012 ADHK Tahun
2000 Kabupaten Bondowoso
2008 2009 2010 2011 2012
No Sektor
(Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) %
1 Pertanian 1.324.723,16 46,701.386.351,80 46,54 1.455.083,45 46,24 1.511.079,50 45,22 1.570.229,23 44,14
2 Pertambangan & penggalian 21.886,24 0,77 22.928,39 0,77 24.047,34 0,76 24.883,57 0,74 25.680,31 0,72
3 Industri pengolahan 462.620,14 16,31 484.801,65 16,27 511.257,15 16,25 544.589,62 16,30 583.371,71 16,40
4 Listrik, gas & air bersih 19.380,67 0,68 20.245,16 0,68 21.189,90 0,67 22.322,75 0,67 24.133,13 0,68
5 Konstruksi 33.595,78 1,18 35.396,62 1,19 37.502,01 1,19 40.856,39 1,22 44.845,52 1,26
6 Perdagangan, hotel&restoran 637.492,44 22,47 673.965,20 22,62 721.933,41 22,94 796.909,09 23,85 880.228,37 24,74
7 Pengangkutan & komunikasi 41.944.,31 1,48 44.209,97 1,48 46.635,54 1,48 50.597,62 1,51 55.072,85 1,55
8 Keuangan, sewa & jasa perusahaan 68.261,92 2,41 71.967,52 2,42 76.484,30 2,43 82.584,42 2,47 89.450,19 2,51
9 Jasa-jasa 226.821,38 8,00 239.040,49 8,02 252.849,15 8,03 268.141,15 8,02 284.672,45 8,00
PDRB 2.836.726,04 100 2.978.906,80 100 3.146.982,26 100 3.341.964,11 100 3.557.683,76 100
Sumber : BPS Kabupaten Bondowoso, 2009-2013
Tabel 4.13 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 – 2012 ADHB
Kabupaten Bondowoso
2008 2009 2010 2011 2012
No Sektor
(Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) %
1 Pertanian 2.532.384,83 44,81 2.790.628,17 44,62 3.095.517,36 44,28 3.412.331,03 43,58 3.786.700,69 42,89
2 Pertambangan & penggalian 45.695,44 0,81 49.796,65 0,80 54.659,54 0,78 59.480,01 0,76 63.964,28 0,72
3 Industri pengolahan 917.577,68 16,24 1.012.160,18 16,18 1.126.570,10 16,12 1.264.968,67 16,16 1.434.544,43 16,25
4 Listrik, gas & air bersih 34.534,21 0,61 37.439,90 0,60 41.037,23 0,59 44.284,54 0,57 48.657,48 0,55
5 Konstruksi 67.777,03 1,20 75.621,38 1,21 88.126,34 1,26 104.386,74 1,33 125.524,45 1,42
2008 2009 2010 2011 2012
No Sektor
(Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) %
6 Perdagangan, hotel & restoran 1.392.256,76 24,64 1.552.942,66 24,83 1.764.551,29 25,24 2.029.064,63 25,91 2.347.110,99 26,58
7 Pengangkutan & komunikasi 85.014,13 1,50 93.270,24 1,49 102.676,55 1,47 114.145,99 1,46 127.936,17 1,45
8 Keuangan, sewa & jasa perusahaan 131.645,38 2,33 147.029,32 2,35 165.127,35 2,36 186.784,32 2,39 213.555,17 2,42
9 Jasa-jasa 444.170,79 7,86 495.461,43 7,92 552.471,88 7,90 614.418,93 7,85 680.963,02 7,71
PDRB 5.651.056,25 100 6.254.349,93 100 6.990.737,64 100 7.829.864,86 100 8.828.956,68 100
Sumber : BPS Kabupaten Bondowoso, 2009-2013
Tabel 4.14 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 – 2012 Atas
Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)
2008 2009 2010 2011 2012
No Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
% % % % % % % % % %
1 Pertanian 44,81 46,70 44,62 46,54 44,28 46,24 43,58 45,22 42,89 44,14
2 Pertambangan & penggalian 0,81 0,77 0,80 0,77 0,78 0,76 0,76 0,74 0,72 0,72
3 Industri pengolahan 16,24 16,31 16,18 16,27 16,12 16,25 16,16 16,30 16,25 16,40
4 Listrik, gas & air bersih 0,61 0,68 0,60 0,68 0,59 0,67 0,57 0,67 0,55 0,68
5 Konstruksi 1,20 1,18 1,21 1,19 1,26 1,19 1,33 1,22 1,42 1,26
6 Perdagangan, hotel & restoran 24,64 22,47 24,83 22,62 25,24 22,94 25,91 23,85 26,58 24,74
7 Pengangkutan & komunikasi 1,50 1,48 1,49 1,48 1,47 1,48 1,46 1,51 1,45 1,55
8 Keuangan, sewa & jasa perusahaan 2,33 2,41 2,35 2,42 2,36 2,43 2,39 2,47 2,42 2,51
9 Jasa-jasa 7,86 8,00 7,92 8,02 7,90 8,03 7,85 8,02 7,71 8,00
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Kabupaten Bondowoso
Tabel 4.15 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 – 2012 atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Kecamatan (Dalam Rp. Juta)

No Kecamatan 2008* 2009* 2010 2011 2012

1 Maesan 249.504,03 272.494,43 459.609,27 486.611,94 565.789,20


2 Grujugan 224.133,25 247.237,13 372.036,29 453.789,03 437.146,04
3 Tamanan 164.141,53 189.530,49 250.378,24 339.930,35 489.227,40
4 Jambesari 151.716,76 170.825,56 242.625,91 258.127,21 245.489,80
5 Pujer 202.368,85 211.243,64 311.162,75 335.873,31 370.342,04
6 Tlogosari 222.506,40 236.809,36 359.010,06 373.211,47 416.770,52
7 Sukosari 84.522,67 100.055,74 150.014,62 200.514,62 222.862,01
8 Sbr wringin 152.269,45 171.855,33 267.711,05 272.167,66 317.261,21
9 Tapen 212.568,05 242.101,02 356.634,67 388.060,87 506.358,53
10 Wonosari 248.667,94 270.474,78 405.155,10 432.926,20 461.610,25
11 Tenggarang 258.208,90 276.484,34 399.523,70 423.871,79 399.334,84
12 Bondowoso 505.455,99 561.877,14 946.434,21 1.047.002,12 1.152.106,66
13 Curahdami 174.260,66 192.320,83 265.939,33 270.520,44 325.765,08
14 Binakal 96.530,43 111.143,07 151.479,05 170.578,26 171.407,06
15 Pakem 109.415,85 122.176,88 207.798,78 217.730,92 233.311,67
16 Wringin 189.352,49 207.281,01 347.347,22 356.817,14 531.683,83
17 Tegalampel 129.827,87 144.425,88 220.890,92 233.320,71 248.653,28
18 Tamankrocok 87.075,04 99.241,07 131.359,03 172.552,82 168.702,52
19 Klabang 99.381,75 121.530,82 195.514,56 241.145,97 254.841,74
20 Botolinggo 113.535,44 131.966,46 162.793,33 235.483,81 263.167,27
21 Sempol 79.550,27 85.531,19 144.866,56 175.161,92 178.149,84
22 Prajekan 171.712,16 194.731,90 299.061,00 324.960,44 351.318,42
23 Cermee 219.100,01 228.543,30 343.391,98 419.505,86 517.657,47
Sumber : BPS Kabupaten Bondowoso, 2008 dan 2009 angka dalam perbaikan
Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bondowoso meningkat selama tahun


2008-2012, terutama sektor sekunder (manufacture) maupun tersier
(service), sedangkan sektor primer terutama pertanian kontribusinya
cenderung menurun terhadap pembentukan PDRB.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bondowoso pada tahun 2008 mencapai


5,31% dengan nilai PDRB sebesar Rp.5.651.056,25 juta yang terus
mengalami pertumbuhan hingga mencapai 6,45% pada tahun 2012 (PDRB
Rp.8.828.956,68 juta). Secara rinci pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut :

6 6,45
6,2

5,64
5
5,31
5,01

4
2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bondowoso


Tahun 2008 – 2012
Laju Inflasi

Perkembangan laju inflasi cukup fluktuatif,pada tahun 2008 yang mencapai


9,24% yang disebabkan pengaruh resesi ekonomi global, selanjutnya pada
tahun 2009sampai dengan tahun 2012 kondisi perekonomian nasional
membaik membawa dampak positif terhadap perekonomian Bondowoso,
sehingga laju inflasi stabil pada kisaran 5% - 6%. Rata-rata laju inflasi tahun
2008-2012 adalah sebesar 6,36% dan lebih kecil jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang mencapai 6,45%. Pada tingkat ini
usaha-usaha baru di Kabupaten Bondowoso akan terus tumbuh sehingga
berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Perkembangan tingkat
inflasi rata-rata di Kabupaten Bondowoso selama tahun 2008 – 2012
disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.16 Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2008 – 2012 Kabupaten Bondowoso
Rata-rata
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
pertumbuhan
Inflasi 9,24 5,39 5,80 5,47 5,92 6,36
Sumber : LKJP AMJ Bupati Bondowoso, 2013

Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita dipengaruhi besaran PDRB dan jumlah penduduk.


Pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Bondowoso meningkat selama
kurun waktu 2008-2012. Pendapatan perkapita penduduk pada tahun 2008
yaitu Rp.7.189.468,- meningkat menjadi Rp.10.990.708,- pada tahun 2012,
dengan distribusi pendapatan merata pada tingkat pendapatan rendah.

Tabel 4.17 Pendapatan Perkapita Tahun 2008 – 2012 Kabupaten Bondowoso


Pendapatan Perkapita Pendapatan Perkapita
No Tahun
(Rp.) HB (Rp.) HK
1 2008 7.189.468 3.608.983
2 2009 7.907.299 3.766.199
3 2010 8.788.570 3.956.306
4 2011 9.788.430 4.177.778
5 2012 10.990.708 4.4428.035
Sumber : LKJP AMJ Bupati Bondowoso, 2013

Disparitas Pendapatan

Nilai indeks Gini sebagai gambaran tingkat ketimpangan distribusi


pendapatan penduduk Kabupaten Bondowoso tergolong rendah, yaitu
sebesar 0,1350 pada tahun 2011 mengalami penurunan pada tahun 2012
menjadi 0,1274. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan, yang dalam hal
ini didekati dengan tingkat pengeluaran perkapita penduduk dalam sebulan
di Kabupaten Bondowoso semakin tidak timpang. Hal ini sesuai dengan
gambaran kondisi kesejahteraan berdasarkan kriteria Bank Dunia, bahwa
tahun 2012 sebanyak 40% penduduk Kabupaten Bondowoso yang
berpenghasilan rendah menerima sekitar 22,68% dari total pendapatan.
Sementara itu 40% penduduk menengah menerima 36,52% dari total
pendapatan. Sedangkan pada kelompok 20% yang berpenghasilan tinggi,
menerima 40,40% total pendapatan. Gambaran hasil perhitungan sesuai
kriteria Bank Dunia tersebut, konsisten dengan hasil penghitungan indeks
Gini, bahwa tahun 2012 terjadi pergeseran ke arah kemerataan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bondowoso.

Kemiskinan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 di


Kabupaten Bondowoso diperoleh jumlah masyarakat miskin mencapai
sebesar 152.570 jiwa (22,91%) dan dalam perkembangannya menurun pada
tahun 2012 berdasarkan Pendataan Sosial Ekonomi BPS menjadi sebesar
117.200 Jiwa (15,71%), sehingga pengurangan jumlah penduduk miskin
adalah sebanyak 35.370 jiwa selama kurun waktu 4 tahun atau rata-rata
sebanyak 8.842 jiwa/tahun. Persentase penduduk miskin tahun 2008-2012
disajikan pada gambar 2.3.

30
28
22,91
26 22,23
24
20,18
22
17,89
20
15,71
18
16
14
12
10
2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 4.3 Persentase Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Bondowoso


Tahun 2008 – 2012
Jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur,
kemiskinan di Kabupaten Bondowoso berada diatas tingkat kemiskinan
Provinsi Jawa Timur dengan perbandingan pada tahun 2011 tingkat
kemiskinan Provinsi Jawa Timur sebesar 14,23% sedangkan tingkat
kemiskinan Kabupaten Bondowoso sebesar 17,89% dan data tahun 2012
tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Timur sebesar 13,08% dan tingkat
kemiskinan Kabupaten Bondowoso sebesar 15,71%.

Kriminalitas

Perkembangan jumlah kejahatan menurut jenis tindak pidana tahun 2008 –


2012 disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel 4.18 Perkembangan Jumlah Kejahatan Menurut Jenis Tindak Pidana Tahun
2008 – 2012 (kejadian)
No. Jenis Tindak Pidana 2008 2009 2010 2011 2012
1. Pembunuhan 5 4 1 - -
2. Pencurian dengan pemberatan 81 108 159 142 142
3. Pencurian Ranmor 64 48 116 136 136
4. Pencurian kayu jati 37 45 22 26 26
5. Pencurian dengan kekerasan 7 8 15 13 18
6. Pencurian hewan 70 38 32 13 13
7. Pencurian kawat telepon 29 8 12 19 19
8. Pencurian biasa 27 48 40 33 33
9. Penganiayaan berat 48 90 112 126 126
10. Perjudian 64 40 24 59 59
11. Kebakaran 10 12 11 17 17
12. Uang palsu 6 1 2 1 1
13. Penipuan 71 52 92 98 98
14. Penggelapan 49 21 49 26 26
15. Penganiayaan ringan 39 14 20 6 6
16. Perusakan 21 11 26 33 33
17. Pemalsuan keterangan - - 2 - -
18. Pemalsuan surat 7 2 6 4 4
19. Serobot tanah 6 7 5 5 5
20. Membawa lari gadis di bawah 4 1 4 2 2
umur
21. Perzinahan - 6 5 4 4
22. Temu mayat 9 11 10 12 12
23. Pencemaran nama baik 2 12 13 9 9
24. Pemalsuan merk - - - - -
25. Penadahan 6 2 8 8 8
26. VCD porno - 4 1 - -
27. Ancaman dengan keras 2 9 - 1 1
28. Pemerkosaan 12 - 12 15 15
29. Pencurian sarang walet - - - - -
30. Miras 3 1 4 10 10
31. Narkotika 3 5 19 52 52
32. Pencurian listrik 1 1 - 2 2
33. Penculikan 1 - 1 - -
34. Bawa lari orang 3 7 - - -
35. Memiliki sajam tanpa ijin 3 - 3 - -
36. Menyimpan obat petasan - - - - -
37. Pemerasan - 6 4 2 2
38. Pencurian dalam keluarga - 2 - 1 1
39. Lain-lain 22 20 95 29 118
Jumlah 712 644 925 904 998
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2008 – 2013
4.7.3 Fokus Kesejahteraan Sosial
Pendidikan

Angka Melek Huruf (AMH)

Angka melek huruf di Kabupaten Bondowoso pada tahun 2008 sebesar


74,30% atau sebanyak 25,70% penduduk usia diatas 15 tahun yang
buta huruf dan meningkat pada tahun 2012 mencapai 80,72%, hal ini
menunjukkan bahwa masih terdapat 19,28% penduduk usia 15 tahun
ke atas yang masih belum dapat membaca dan menulis. Hasil analisis
angka melek huruf, dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.19 Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2008 – 2012 Kabupaten
Bondowoso
No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1 % Angka Melek 74,30 75,31 76,72 78,25 80,72
Huruf
2 Jumlah penduduk 562.493 563.046 564.640 566.085 572.567
usia 15 tahun
keatas
3 Jumlah penduduk 614.702 617.181 624.321 626.061 632.458
usia 10 tahun
keatas
Sumber: BPS, Inmakro Jatim 2012

Dari data perkembangan angka melek huruf tersebut, apabila ditinjau


menurut jenis kelamin, terdapat perbedaan yang cukup signifikan
antara penduduk laki-laki dan perempuan. Pada tahun 2012, persentase
angka melek huruf penduduk laki-laki berada pada kisaran 90%, maka
penduduk perempuan berada pada kisaran 75%.

Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2008 sebesar 5,2 tahun
meningkat hingga tahun 2012 sebesar 5,68 tahun. Peningkatan angka
rata-rata lama sekolah menunjukkan semakin banyak penduduk yang
menamatkan sekolah. Sedangkan Provinsi Jawa Timur angka rata-rata
lama sekolah mencapai 7,45 tahun. Kabupaten Bondowoso termasuk
kabupaten yang mempunyai tingkat pendidikan rendah, yaitu dengan
rata-rata lama sekolah baru mencapai 5,68 tahun, yang ditamatkan oleh
penduduk usia 15 tahun keatas.

Hasil pencapaian angka rata-rata lama sekolah, dapat disajikan dalam


tabel sebagai berikut :
5,8
5,7
5,6 5,68
5,66
5,5
5,54
5,4 5,49
5,3
5,2
5,1 5,2
5
2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 4.4 Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2008-2012 Kabupaten Bondowoso


Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni

Pencapaian indikator pendidikan angka partisipasi kasar dan angka


partisipasi murni di Kabupaten Bondowoso tahun 2008 - 2012 disajikan
dalam Tabel berikut.

Tabel 4.20 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Tahun 2008 - 2012
(%)
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Angka Partisipasi Kasar:
PAUD 55,51 58,89 68,36 68,40 68,57
SD/MI/Paket A 110,89 110,45 110,36 106,54 105,48
SMP/MTs/Paket B 95,11 99,85 99,87 99,89 96,52
SMA/SMK/MA/Paket C 76,68 83,30 83,88 83,91 84,09
2. Angka Partisipasi Murni:
SD/MI/Paket A 99,67 99,69 99,72 99,75 99,77
SMP/MTs/Paket B 91,73 91,76 91,83 91,88 91,92
SMA/SMK/MA/Paket C 62,10 62,75 62,79 62,81 68,93
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso, 2013

APM SD/MI di Kabupaten Bondowoso dari tahun 2008 sampai dengan


tahun 2012 mengalami peningkatan sedangkan APK SD/MI secara
bertahap menurun. Kondisi ini merupakan indikasi positif
perkembangan pendidikan dasar, karena sebagian besar siswa adalah
kelompok umur yang sesuai berdasarkan jenjang pendidikannya. Angka
Partisipasi Murni SMA/SMK/MA pada tahun 2008 mencapai 62,10%
meningkat menjadi 68,93% pada tahun 2012. APK SMA/SMK/MA juga
mengalami kenaikan dari 76,68% pada tahun 2008 menjadi 84,09%.
Beberapa faktor yang mempengaruhi APK dan APM pada SMA/MA
diantaranya adalah pemahaman yang belum tumbuh secara optimal
terhadap pentingnya pendidikan menengah khususnya SMA, SMK dan
MA, terutama di kantong-kantong kemiskinan. Adanya kecenderungan
untuk memilih bekerja ketika sudah lulus SMP. Disamping itu, sebagian
siswa yang lulus SMP memilih untuk melanjutkan studi di luar wilayah
Kabupaten Bondowoso untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai
dengan harapan dan keinginannya.

Pencapaian APM Kabupaten Bondowoso secara rata- rata masih lebih


baik dari pencapaian Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012. Pencapaian
APM provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 untuk APM
SD/MI/SDLB/Paket A sebesar 92,92%, APM SMP/MTs/SMPLB/Paket
B sebesar 74,52%, dan APM SMA/SMK/MA/SMA LB/Paket C sebesar
52,12%. Pencapaian rata – rata APK Kabupaten Bondowoso juga lebih
tinggi dari pada APK Provinsi Jawa Timur pada setiap jenjang usia
pendidikan yang berimplikasi bahwa prosentase siswa belajar (diluar
dan dalam jenjang usia sekolah) di Kabupaten Bondowoso lebih besar
daripada provinsi Jawa Timur. Adapun APK Provinsi Jawa Timur untuk
jenjang pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A sebesar 102,38 %,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B sebesar 93,68% dan SMA/SMK/MA/SMA
LB/Paket C sebesar 67,09 %.

Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT)

Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijasah


setara SD selama tahun 2011-2012 mengalami penurunan. Untuk
penduduk yang pendidikan tertingginya SD masih pada kisaran yang
sama yaitu 35%. Sementara untuk penduduk yang pendidikan
tertingginya setara SMP meningkat dari 12,62 % tahun 2011 menjadi
13,42% tahun 2012. Untuk penduduk yang menamatkan pendidikannya
setara SMA berada pada kisaran tetap 11%. Sedangkan penduduk yang
menamatkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi meningkat
secara signifikan dari 3,95% (2011) menjadi 5,06%(2012). Hal ini yang
menyebabkan rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Bondowoso
masih berada pada kisaran 5-6 tahun.
Tabel 4.21 Perkembangan Angka Pendidikan yang Ditamatkan (%) Tahun 2008 - 2012
Kabupaten Bondowoso
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Tidak Punya Ijasah SD 44,67 43,12 40,65 36,55 34,71
2. Setara SD 32,13 32,16 34,14 35,27 35,14
3. Setara SMP 10,55 11,07 11,39 12,62 13,42
4. Setara SMA 9,73 10,18 10,33 11,61 11,66
5. > SMA 2,92 3,47 3,49 3,95 5,06
Sumber : Dinas Pendidikan, Inkesra dan Statistik Daerah BPS, 2013

Kesehatan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
mengalami peningkatan sampai 148 per 100.000 KH atau 16 kasus,
sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 109 per
100.000 KH atau 12 kasus.

Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami peningkatan sampai dengan


tahun 2010 menjadi 21,18 per mil sedangkan pada tahun 2011 sampai
dengan tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 17,43 per mil.
Tingginya AKI dan AKB berpengaruh terhadap rendahnya AHH
kabupaten Bondowoso hanya sebesar 63,79 tahun.

Perkembangan AKI dan AKB Kabupaten Bondowoso tahun 2008-2012


disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.22 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun 2008-
2012 Kabupaten Bondowoso
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012
AKI per 100.000 KH 109,17 198 184,15 148 109
AKB (Per mil) 21 20,77 21,18 17,6 17,43
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, 2013

Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bondowoso tahun 2008 sebesar


62,61 tahun meningkat menjadi 63,79 tahun pada tahun 2012 atau
mengalami kenaikan sebesar 1,18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata usia penduduk Kabupaten Bondowoso pada tahun 2012
bertambah 1,18 tahun dibanding pada tahun 2008. Jika dibandingkan
dengan Provinsi Jawa Timur, AHH Kabupaten Bondowoso masih berada
dibawah AHH Provinsi yang pada tahun 2012 telah mencapai sebesar
70,09 tahun.

Tabel 4.23 Angka Harapan Hidup Tahun 2008-2012 Kabupaten Bondowoso

URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012

AHH (Tahun) 62,61 62,92 63,23 63,54 63,79


Sumber : LKPJ-AMJ Bupati Bondowoso, 2013

Meskipun AHH Kabupaten Bondowoso masih dibawah AHH Provinsi


tetapi setiap tahun mengalami kenaikan. Hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah menurunnya angka kematian bayi.
Pada tahun 2008 angka kematian bayi mencapai 21 jiwa per 1.000 KH
menurun menjadi 17,43 per 1.000 KH pada tahun 2012. Angka
Kematian Ibu Melahirkan tahun 2008 mencapai 109,17 per 100.000 KH,
menjadi 109 per 100.000 KH pada tahun 2012 dan Persentase Balita
dengan Gizi Buruk tahun 2008 mencapai 1,68% menurun menjadi 0,6%
pada tahun 2012.

Rendahnya AHH di Kabupaten Bondowoso disebabkan oleh beberapa hal


sebagai berikut :

Tingginya angka pernikahan usia dini.


Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap gizi.
Tingginya angka kemiskinan.
Minimnya dokter spesialis kandungan di Kabupaten Bondowoso.
Kondisi tempat pelayanan di Puskesmas, Pustu, Ponkesdes masih
kurang layak.
Masih kurangnya alat kesehatan di Puskesmas dan RSUD
khususnya untuk persalinan dan perawatan bayi.
Masih banyak masyarakat yang melakukan persalinan melalui
dukun.
Kesempatan Kerja

Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) tahun 2012 sebesar 96,96% meningkat dari
tahun 2008 sebesar 96,30%. Peningkatan TKK menunjukan bahwa semakin
banyak angkatan kerja yang mendapatkan pekerjaan meskipun tingkat
kompetisi (kesempatan) kerja semakin ketat yang berdampak penurunan
TPT yang berarti semakin banyak tenaga kerja yang mendapatkan
pekerjaan.

Tingkat kesempatan kerja di Kabupaten Bondowoso tahun 2008-2012


disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.24 Tingkat Kesempatan Kerja di Kabupaten Bondowoso Tahun 2008–2012


Rincian 2008 2009 2010 2011 2012

Tingkat Kesempatan Kerja (%) 96,30 96,51 96,66 96,87 96,96

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bondowoso, 2012

Pola pergeseran jenis lapangan pekerjaan penduduk juga terjadi di


Kabupaten Bondowoso seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan
ekonomi di sektor sekunder dan tersier, akan tetapi sektor primer
khususnya sektor pertanian masih menjadi sektor yang dominan. Secara
umum masyarakat Kabupaten Bondowoso adalah masyarakat agraris,
sebagian besar masyarakat masih bermata pencaharian di sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan yang mencapai 60,66%. Penduduk yang bekerja di
sektor perdagangan sebesar 14,48%, industri pengolahan sebesar sebesar
8,65%, jasa kemasyarakatan sebesar 7,56%, angkutan, penggudangan dan
komunikasi sebesar 4,97%, bangunan/konstruksi sebesar 2,93%,
pertambangan dan penggalian sebesar 0,41%, keuangan sebesar 0,27% dan
Listrik, Gas dan air sebesar 0,07%. Secara rinci sebagaimana tabel di bawah
ini.

Tabel 4.25 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Bondowoso Tahun
2012
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 226.553
2 Pertambangan dan Penggalian 1.519
3 Industri Pengolahan 32.323
4 Listrik, Gas dan Air 247
5 Bangunan/kontruksi 10.940
6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan 54.080
Hotel
7 Angkutan, Penggudangan dan Komunikasi 18.563
8 Keuangan, Asuransi, Usaha sewa bangunan, Tanah 1.014
dan Usaha Perusahaan
9 Jasa Kemasyarakatan 28.225
10 Kegiatan yang belum jelas batasannya -
Jumlah 373.464
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bondowoso, data diolah,
2013

4.7.4 Fokus Seni Budaya dan Olahraga


Perkembangan seni budaya di Kabupaten Bondowoso cenderung statis,
dapat dilihat dari jumlah grup kesenian yang aktif pada tahun 2008 sebanyak
21 grup dan tahun 2012 bertambah menjadi 24 grup dengan Kecamatan
Bondowoso terbanyak memiliki Grup Kesenian sedangkan gedung kesenian
hanya terdapat di Kecamatan Bondowoso dan Kecamatan Sempol.

Untuk klub olahraga keberadaannya mengalami penurunan, tahun 2008


terdapat sebanyak 96 klub dan pada tahun 2012 berkurang menjadi sebanyak
80 Klub, sedangkan yang terbanyak berada di Kecamatan Bondowoso.

4.8 Profil Sarana dan Prasarana Bidang PU/Cipta Karya


Sarana dan prasarana Bidang Pekerjaan Umum / Cipta Karya meliputi :
Sub pengembangan permukiman (Bangkim), sub bidang Penataan Bangunan
Lingkungan (PBL), sub bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP), sub
bidang Pengembangan Air Minum, sub bidang Revitalisasi Kawasan, sub bidang
Agropolitan dan Sub bidang PPIP Penjelasan dan penjabaran dalam profil sarana
dan prasarana diberikan berdasarakan gambaran secara umum seluruh sarana
dan prasarana di Bidang Pekerjaan Umum / Keciptakaryaan.

4.8.1 Pengembangan Permukiman (Bangkim)


Pembangunan kawasan permukiman yang akan dikembangkan di
Kabupaten Bondowoso, terbagi ke dalam dua sistem kawasan, yaitu :

Permukiman Pedesaan
Pengembangan Permukiman Berdasarkan kebijakan Di dalam PP No 26
Tahun 2008 tentang RTRWN dan Perda No 2 Tahun 2006 tentang RTRWP
tidak memuat penetapan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten
Bondowoso. Namun Berdasarkan Kondisi Eksisting Kawasan permukiman
perdesaan di Kabupaten Bondowoso ditetapkan di seluruh wilayah
kecamatan di Kabupaten Bondowoso.

Untuk pengembangan kawasan permukiman pedesaan arahan kebijakan


yang ditetapkan mengacu pada:

Permukiman yang berada di area kawasan lindung dapat


dipertahankan dengan pengendalian/pembatasan secara ketat agar
tidak meluas mengancam fungsi konservasi/ lindung.
Pada permukiman dalam kawasan lindung dan rawan bencana
dapat dilakukan relokasi (resettlement) ke luar permukiman semula
dan diupayakan dekat dengan pusat pelayanan atau akses
pelayanan umum.
Demi kelestarian dan keseimbangan lingkungan diupayakan untuk
tidak melakukan peralihan fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman, khususnya sawah beririgasi teknis.
Pembangunan unit rumah baru dikembangkan dengan konsep
mengisi pekarangan yang ada (penambahan intensitas/ peningkatan
kepadatan).
Mempertahankan pola cluster-cluster permukiman untuk
menghindari penyatuan (aglomerasi) kawasan permukiman, dan
diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau.
Optimalisasi fungsi permukiman perdesaan dengan menyediakan
fasilitas dan infrastruktur secara berhirarki sesuai dengan fungsinya
sebagai: pusat pelayanan antar desa, pusat pelayanan internal desa,
dan pusat pelayanan pada internal dusun atau kelompok
permukiman.

Pengembangan perumahan di kawasan perdesaan diarahkan pada :

Pengembangan rumah baru dilakukan secara intensif dengan


menambah kepadatan netto (mengisi permukiman yang sudah ada);
Menghindari alih fungsi lahan sawah irigasi teknis;
Memperhatikan nilai-nilai lokal/tradisional yang berkembang
sehingga jati diri kawasan perdesaan tetap terpelihara.
Permukiman Perkotaan

Untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten


Bondowoso arahan kebijaksanaan yang ditetapkan mengacu pada :

Pengembangan permukiman (perumahan) baru tidak diperbolehkan


pada kawasan rawan bencana, lindung setempat, konservasi dan lahan
pertanian irigasi teknis.

Pengawasan dan pengendalian pada kawasan-kawasan terbangun.


Khususnya pada wilayah dengan pola penggunaan lahan campuran.

Mengembangkan pola cluster-cluster permukiman untuk menghindari


penyatuan (aglomerasi) kawasan permukiman, dan diantara cluster
permukiman disediakan ruang terbuka hijau.

Pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap


memperhatikan arahan fungsi dan hirarki kawasan perkotaan, dengan
optimalisasi kemampuan pelayanan kota yang mampu mendorong
pertumbuhan wilayah sekitarnya.

Berdasarkan acuan-acuan tersebut di atas pengembangan kawasan


permukiman perkotaan di Kabupaten Bondowoso lebih diarahkan pada
penggunaan lahan non produktif dengan kebijaksanaan penataan ruang secara
rinci meliputi :

Pengembangan perumahan baru dengan prioritas kelompok masyarakat


menengah ke bawah pada lahan diluar persawahan irigasi teknis dan berada
pada kawasan pengembangan kota dalam RUTRK.

Kawasan perumahan baru harus dilengkapi sarana atau fasilitas umum


atau sosial sesuai dengan skala lingkungan (jumlah komunitas) yang
terbentuk, mencakup ruang terbuka (taman), fasilitas perdagangan,
pendidikan, kesehatan dan peribadahan.

Perumahan baru harus menjamin pelayanan prasarana seperti listrik, air


bersih, persampahan dan telepon.

4.8.2 Penataan Bangunan Lingkungan (PBL)


Kondisi bangunan Lingkungan Dikabupaten Bondowoso dipengaruhi oleh
bentang alam serta kultur masyarakat baik perutukan bangunan serta
karakteristik lingkungan yang berkembang secara organis. Penataan bangunan
Lingkungan yang ada di Kabupaten Bondowoso dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kategori bangunan, yaitu Bangunan permanen yang konstruksi
bangunannnya dari tembok, bangunan semi permanen yang konstruksi
bangunannya dari tembok dan papan/kayu serta Bangunan non permanen
yang konstruksi bangunannya dari papan/kayu. Adapun jenis fasilitas
perumahan permanen banyak dijumpai dikawasan perkotaan/urban pada tiap-
tiap kawasan di Ibukota Kecamatan yang ada di kabupaten Bondowoso.
Sementara rumah semi permanen yang ada di Kabupaten Bondowoso banyak
tersebar di kawasan transisi yang tersebar pada tiap-tiap kecamatan serta jenis
perumahan non permanen banyak tersebar pada kawasan rural/pedesaan yang
ada pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Bondowoso

Sistem penataan bangunan lingkungan di Kabupaten Bondowoso pada


umumnya menyebar dan berkelompok (membentuk koloni) sebagai akibat
karakteristik wilayah yang bergunung berbukit. Pada umumnya Bangunan
Lingkungan memiliki letak yang cukup dekat dengan sawah, ladang ataupun
kebun yang menjadi tempat bekerja penduduk.

Pola Penataan bangunan dan Lingkungan pedesaan umumnya memiliki


keterbatasan pelayanan, yang disebabkan oleh jarak dan jenis fasilitas
pelayanan yang dimilikinya, sehingga banyak yang masih bergantung pada
pusat pelayanan yang lebih besar yaitu di masing-masing kawasan kota
kecamatan. Hal ini menimbulkan ketergantungan yang berlebihan terhadap
kawasan perkotaan, yang merupakan salah satu penghambat perkembangan
ekonomi wilayah di Kabupaten Bondowoso. Adapun untuk mekanisme penataan
bangunan dan lingkungan di kabupaten Bondowoso sudah memiliki produk tata
ruang yang dijadikan rujukan dalam implementasi bangunan dan lingkungan
seperti :

Untuk implementasi penataan bangunan lingkungan di kabupaten


bondowoso sebagain besar sudah mengacu pada produk tata kawasan
seperti RDTRK,RTRK khususnya pada wilayah IKK serta cluster kawasan
yang memiliki perkembangan yang pesat.

Untuk penataan skala Kawasan serta koridor jalan implementasi penataan


bangunan dan lingkungan mengacu pada produk tata bangunan seperti
RTBL dan kajian masterplan penataan kawasan.
4.8.3 Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)
Sarana Dan Prasarana PU Cipta Karya Di Kabupaten Bondowoso Pada
Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Dibagi Dalam Beberapa Sub
Bidang Diantaranya Subsektor Air Limbah, Subsector Persampahan dan
Subsector Drainase, adapun untuk jelasnya tentang gambaran umum masing –
masing sector adalah sebagai berikut :

4.8.3.1 Sub Sektor Air Limbah


Kondisi sistem air limbah di Kabupaten Bondowoso dibagi dalam 2 bagian
yaitu :

Air limbah di Kawasan Perkotaan

Pada air limbah di kawasan perkotaan kondisi pola dan penggunaan sebagai
berikut :

Pada saluran air limbah domestik (rumah tangga) masih menggunakan


fungsi saluran drainase dan saluran irigasi sebagai saluran pembuang
air limbah yang meliputi sisa air mandi, sisa air cuci dan air dapur.

Sedangkan sistem air limbah untuk tinja dengan menggunakan sistem


Septic tank pribadi

Belum semua sistem saluran air limbah domestik di kawasan Perkotaan


Mojokerto menggunakan sistem pengelolaan air limbah on-site system
dan off-site sistem, dikarenakan kepadatan permukiman dan penduduk
belum rapat.

Adanya pengelolaan air limbah di kawasan Industri dikelola secara


integratif oleh pihak industri seperti pengelolaan air limbah di Kawasan
Industri Ngoro, dan sebagian kawasan industri diwilayah Kecamatan
Jetis.

Air limbah di Kawasan Perdesaan

Pada saluran air limbah domestik (rumah tangga) masih menggunakan


fungsi saluran drainase dan saluran irigasi sebagai saluran pembuang
air limbah yang meliputi sisa air mandi, sisa air cuci dan air dapur.
Saluran air limbah domestik yang lainnya sebagian masyarakat
menggunakan cara tersendiri dalam membuang air limbah domestik di
sebelah belakang dan samping rumah/pekarangan.

4.8.3.2 Sub Sektor Persampahan


Pengelolaan sampah di kabupaten Bondowoso dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Bondowoso. Dimana volume sampah kabupaten
Bondowoso dari tahu ke tahun mengalami peningkatan, baik sampah yang
berasal dari pasar, perkampungan, perumahan dan kegiatan lainnya.
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Bondowoso untuk kawasan perkotaan
sudah cukup baik, hal ini bisa kita lihat dari keberadaan beberapa TPS (Tempat
Pembuangan Sampah) yang ada pada beberapa kecamatan. Dan diolah di TPA
Paguan di Kecamatan Taman Krocok. Sementara untuk kawasan pedesaan
pengelolaan sampah masih dilakukan secara konvensional, baik dibakar
maupun ditimbun. Adapun pengolahan sampah di lakukan dengan Komposit
mandiri.

Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bondowoso pada kawasan perkotaan


menggunakan mekanisme of-site, pengelolaan sampah of site disini terdiri dari
pengelolaan sampah dengan sarana pendukung seperti :

Tong Sampah (keranjang sampah/tempat sampah/bin sampah) yang


digunakan untuk pengumpulan sampah di lokasi sumber sampah.

Gerobak sampah untuk memindahkan sampah keluar lokasi sumber


sampah.

Tranfer Depo (tempat penampungan sampah sementara) atau TPS dapat


berupa bak permanen maupun kontainer.

Truk Sampah (truk kontainer) untuk mengangkut sampah dari Tranfer Depo
atau TPS ke Tempat Pembuangan Akhir.

Adapun Tempat pembuangan akhir (TPA) tetap memanfaatkan TPA


Paguan yang berada di Desa Paguan, Kecamatan Taman Krocok dengan luas
2,067 Ha.

4.8.3.3 Sub Sektor Drainase


Sistem pembuangan/drainase merupakan sarana untuk menangani
masalah genangan dan banjir di lingkungan permukiman yang diakibatkan air
buangan limbah rumah tangga dan air hujan, agar kawasan permukiman
terbebas dari ancaman genangan dan berbagai penyakit, serta meningkatkan
kualitas pemukiman menjadi lebih bersih dan sehat.

Kondisi eksisting sistem drainase di Kabupaten Bondowoso sebagian


besar masih terintegrasi (multi fungsi) antara fungsi pembuangan air hujan dan
pembuangan limbah cair rumah tangga, bahkan dengan saluran irigasi.
Memperhatikan hal ini maka diperlukan koordinasi yang intensif dan
keterpaduan dalam penanganan sistem drainase. Rencana sistem jaringan
drainase di Kabupaten Bondowoso meliputi pengelolaan sistem drainase dan
arahan pengembangan sisten drainase sebagai berikut:

Saluran primer, yaitu sungai – sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten


Bondowoso, khususnya Sungai Sampean, Deluwang dan Telaga sebagai
outlet (buangan) utama.

Saluran sekunder, yaitu saluran yang berfungsi mengumpulkan dan


mendistribusikan air luapan dari saluran tersier (dari permukiman
penduduk) ke saluran primer. Saluran sekunder ini terdiri dari anak-anak
sungai Sampean dan Deluwang, serta saluran pernamen yang dibuat secara
khusus.

Saluran tersier merupakan jaringan drainase yang terdapat pada kawasan


permukiman penduduk serta fasilitas pendukungnya (fasilitas umum, sosial
dan komersial).

4.8.4 Pengembangan Air Minum


Tingkat pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan masyarakat
Bondowoso masih relatif rendah dan masih dibawah standart cakupan
pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan. Masyarakat masih banyak
menggunakan sungai sebagai sarana mencuci, mandi, buang air besar dal lain-
lain. Sementara itu, pelayanan air bersih di Kabupaten Bondowoso untuk
perkotaan dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang
melingkupi 16 kecamatan kecuali Kecamatan Grujugan, Taman Krocok, Binakal,
Botolinggo, Sempol, Cermee dan Jambesari. Sedangkan untuk wilayah
pedesaan, pemenuhan kebutuhan prasarana air bersih dilaksanakan melalui
swadaya masyarakat.
4.8.5 Revitalisasi Kawasan
Kegiatan revitalisasi kawasan di kabupaten Bondowoso berada pada area
perkotaan, Kawasan cagar Budaya dan kawasan perdagangan. Adapun untuk
revitalisasi kawasan ini program yang diusulkan adalah pengembangan kawasan
dengan penekanan untuk mengolah serta menghidupkan kembali kawasan
tersebut guna menunjang perkembangan kawasan yang harmonis dengan
lingkungan sekitar. Adapun kawasan revitalisasi yang di canangkan di
kabupaten Bondowoso adalah;

Area Revitalisasi kawasan cagar Budaya Sarkopagus di Kecamatan Wringin


ini merupakan acient heritage atau warisan prasejarah dimana situs
purbakala ini menyebar ke beberapa titik lokasi.

Area Revitalisasi Kawasan perkotaan Tamanan guna menghadirkan kembali


view blok kawasan yang harmonis serta memiliki tipikal kawasan yang
sempurna baik physical bangunan serta keharmonisan lingkungan.

Area Revitalisasi kawasan perdagangan dan jasa yaitu di area pasar Maesan.
Adapun untuk fungsinya adalah penyehatan lingkungan yang dapat
memberi kontribusi pengembangan kawasan perdagangan dan jasa.

4.8.6 Agropolitan
Penetapan lokasi Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bondowoso
diarahkan ke Kawasan Sumber gading yaitu mencakup wilayah pedesaan di
Kecamatan Sumberwringin, Kecamatan Tlogosari, Kecamatan Sukosari, dan
Kecamatan Sempol (TS3) dengan pusat pengembangan Kawasan Agropolitan
berada di Desa Sumber gading, Kecamatan Sumberwringin.

Kawasan Sentra Agropolitan Kabupaten Bondowoso:

Beberapa pertimbangan ditetapkan Desa Sumber gading sebagai pusat


pengembangan Kawasan Agropolitan adalah:

Secara proporsional berada pada simpul utama menuju beberapa


kawasan hinterlandnya serta terletak pada simpul pergerakan yang
menghubungkan Kabupaten Bondowoso dengan Kabupaten Situbondo
dan Kabupaten Banyuwangi.

Sudah pernah disusun rencana pengembangan Desa Pusat


Pertumbuhan atau Kawasan Terpadu Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)
di lokasi Desa Sumber gading.
Ketersedian sarana dan prasarana yang memadai berupa pasar dan
terminal yang dapat dikembangkan sebagi fasilitas pendukung aktivitas
pertanian yang berorientasi pada pengembangan Kawasan Agropolitan.

Kegiatan perekonomian masyarakat didominasi oleh aktivitas pertanian,


perikanan, perkebunan, dan kehutanan.

Ditinjau dari aspek persyaratan agropolitan, Kawasan Pusat Agropolitan


Sumber Gading memiliki kesesuaian, yaitu:

Memiliki kelembagaan dan sarana/prasarana agribisnis

Pasar
Sub terminal
Lembaga Keuangan
Balai Penyuluhan Pertanian dan sejenisnya
Percobaan/pengkajian teknologi agribisnis
Prasarana aksesibilitas
Kelembagaan pertanian
Memiliki sarana prasarana umum

Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial


Menjamin kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup,
kelestarian sosial budaya, dan keharmonisan hubungan kota-desa.
Secara embrional kawasan pertanian dan agribisnis telah berkembang di
Kawasan Agropolitan Sumber gading, khusunya perkebunan (kopi) dan
produk kehutanan. Demikian pula dengan kegiatan pariwisata dengan
trademark utamanya adalah Kawah Ijen. Guna mengoptimalkan peran-peran
sektor produksi dan mengambangkan potensi yang ada secara terpadu
diperlukan:

Pengembangan Usaha Perkebunan

Pengembangan komoditas Kopi di Ds.Tegal Jati, Ds.Sukosari Kidul,


Ds.Sumber Gading, Ds.Rejo Agung, Ds.Sukorejo Kec. Sumberwringin.

Kawasan Sub Sentra/Hinterland Agropolitan Kabupaten Bondowoso:

Kecamatan yang menjadi kawasan sub sentra/hinterland agropolitan


Kabupaten Bondowoso ialah Kecamatan Sukosari, Kecamatan Tlogosari dan
Kecamatan Sempol. Pertimbangan pemilihan kawasan tersebut antara lain:

Ketersedian terminal dan pasar di Kecamatan Sukosari dan Sempol.


Ketersediaan jaringan jalan lokal.

Ketersediaan KUD di Kecamatan Sukosari. Namun KUD ini belum


berfungsi secara optimal.

Usaha perkebunan sebagai sektor dominan di kawasan tersebut


dikembangkan oleh beberapa stakeholder, yaitu:

PTPN XII di Kecamatan Sempol dengan produksi utama berupa Kopi


Arabika yang sekaligus telah dikembangkan menjadi obyek wisata
agro.
Masyarakat di Kecamatan Sukosari, Tlogosari, dan Sempol dengan
komoditasnya berupa kopi, alpukat, durian, sayur, kacang tanah,
dan bunga.
Sarana prasarana umum yang telah tersedia di Kecamatan Sempol,
Kecamatan Sukosari, Kecamatan Tlogosari

Pengembangan teknologi agribisnis serta inovasi teknologi tepat guna


untuk teknologi pertanian dan produk olahannya yang dilakukan Dinas
Kehutanan, Dinas Pertanian, PTPN XII Kebun Kalisat dan Blawan, serta
masyarakat setempat.

Pengembangan sarana pelayanan pariwisata

Adapun untuk pengembangan kawasan agropolitan ini diharapkan akan


menjadi pusat pengolahan serta distribusi potensi agro yang ada di kabupaten
Bondowoso untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 4.26 Komoditas Unggulan dan Komoditas Potensial Kawasan Agropolitan


Kabupaten Bondowoso
No. Kecamatan Komoditas Unggulan Komoditas Potensial
1. Tlogosari Kopi Jagung, lombok, durian, ternak sapi
potong dan domba
2. Sukosari Kubis Padi, hortikultura, dan jagung
3. Sumberwringin Kopi Alpukat, durian, padi, perikanan
kolam, dan sapi potong
4. Sempol Kopi, Strawberry hortikultura, baby corn, asparagus,
macadamia, paprika, alpukat, sapi
potong, kambing, dan ayam petelur
Sumber: Masterplan Agropolitan Kab. Bondowoso

Beberapa pertimbangan penentuan komoditas kopi sebagai komoditas


basis atau unggulan di Kabupaten Bondowoso antara lain:

Komoditas kopi ditinjau dari segi kebijakan pengembangan memiliki


keunggulan yaitu dukungan dari Pemerintah Kabupaten Bondowoso berupa
Arahan Pengembangan Agropolitan Sumber Gading dimana kopi menjadi
komoditas unggulan. Hal ini menunjukkan adanya dukungan dari
Pemerintah setempat untuk mengembangkan kopi sebagai komoditas basis
dalam pengembangan agropolitan Kabupaten Bondowoso.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bondowoso, komoditi-komoditi unggulan


dari sektor perkebunan yang diarahkan untuk dikembangkan meliputi
komoditas kopi arabika, kopi robusta, kelapa, pinang, kapuk randu, jambu
mente, cengkeh, dan asam jawa.

Pertimbangan pemilihan strawberry sebagai komoditas unggulan


didasarkan pada kesesuaian lahan atau agroklimat di Kawasan Agropolitan
Kabupaten Bondowoso untuk pengembangan komoditas strawberry khususnya
di Kecamatan Sempol. Tinggi permintaan pasar untuk buah strawberry segar
maupun produk olahan strawberry. Harga jual buah strawberry segar maupun
produk olahannya masih cukup tinggi, hal tersebut diharakan mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Komoditas penunjang atau potensial ialah komoditas-komoditas lain yang


dapat dipadukan pengusahaannya dengan komoditas unggulan yang
dikembangkan di suatu lokasi/sentra komoditas unggulan dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan sumber daya (lahan, tenaga kerja, sarana/prasarana)
dan peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan produksi maupun
keterpaduan pengusahaannya akan meningkatkan efisiensi/saling
memanfaatkan.

4.8.7 PPIP
Program Pembangunan Infrastrutur Pedesaan ( PPIP ) dikabupaten
Bondowoso meliputi Desa – desa yang di alokasikan menjadi daerah prioritas
pelaksanaan program ini. Adapun desa – desa yang mendapat program PPIP
adalah sebagai berikut :

Kecamatan Binakal

Desa Sumber Tengah

Desa Bendelan

Desa Baratan

Desa Kembangan

Kecamatan Botolinggo :

Desa Lanas

Desa Penang

Kecamatan Cerme

Desa Batu Salang

Desa Palalang

Kecamatan Curahdami

Desa Penambangan

Desa Poncogati

Kecamatan SumberWringin : Desa Tegal Jati

Kecamatan Sempol : Desa Kaligedang

Kecamatan Taman Krocok : Desa Trembungan

Kecamatan Tapen : Desa Ta’al


Kecamatan Tanggarang : Desa Tangsil Kulon

Anda mungkin juga menyukai