addpath('c:\octave\image-1.0.15\inst')
PS1(‘>> ‘) ↲
Tanda ↲ tombol Enter. Dengan cara seperti itu, prompt berubah menjadi
>>
clear PS1↲
PS1(‘>> ‘) ↲
3+2
Perintah di atas perlu diakhiri dengan menekan tombol Enter. Dalam hal ini,
Octave akan memberikan hasil dari perintah tersebut sebagaimana terlihat di
bawah ini.
Lampiran 703
ans = 5
Hasil di atas menyatakan bahwa hasil ekspresi 3+2 adalah 5. Tulisan ans berasal
dari kata “answer” yang artinya adalah jawaban.
Secara umum, perintah atau pernyataan dasar dalam Octave berbentuk
Variabel = ekspresi
atau
ekspresi
>> 3+2a ↲
Kesalahannya berupa:
>>> 3 + 2a
^
L.3 Operator
Operator adalah suatu simbol yang digunakan dalam suatu ekspresi untuk
menyatakan suatu operasi tertentu. Sebagai contoh, pada ekspresi 3+2, +
menyatakan operator, sedangkan 3 dan 2 berkedudukan sebagai operand. Selain
+, terdapat beberapa operator yang terkait dengan operasi aritmetika. Tabel L.1
memperlihatkan daftar operator aritmetika.
704 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
2.34e5
2.34e-5
❖ Octave membedakan huruf kecil dan huruf kapital pada penamaan variabel.
Dengan demikian, bilangan dan Bilangan adalah dua variabel yang berbeda.
❖ Nama variabel harus diawali dengan huruf, sedangkan kelanjutannya dapat
berupa huruf, angka, atau tanda garis-bawah (_).
❖ Panjang nama variabel dapat mencapai 31 karakter. Jika nama variabel lebih
dari 31 karakter, maka karakter ke-32 dan seterusnya diabaikan.
❖ Nama variabel bersifat case sensitive. Artinya, huruf kapital dan huruf kecil
dibedakan. Jadi, nama seperti Bil dan bil dianggap berbeda.
variabel = nilai
Nilai yang diberikan ke variabel dapat berupa suatu konstanta, variabel, atau
bahkan suatu ekspresi. Contoh:
bilangan = 27
>> bilangan ↲
bilangan = 27
706 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
>>
bilangan = bilangan + 3
Pernyataan di atas akan membuat isi variabel bilangan dinaikkan sebesar 3. Kalau
semula bilangan bernilai 27, variabel itu berubah menjadi 30 sesudah pernyataan
tersebut dijalankan.
Octave menyediakan sejumlah variabel khusus, yaitu variabel yang dipakai
oleh Octave dan memiliki makna secara khusus. Sejumlah variabel khusus dapat
dilihat pada Tabel L.4.
>>
Tampak bahwa:
Lampiran 707
Tanda titik koma menyebabkan hasil perintah penugasan variabel yang ada di
depannya tidak ditampilkan. Bandingkan dengan contoh berikut:
>> who ↲
Variable in the current scope:
intensitas kecerahan
>>
clear R1 R2 R3
clear
>>>>
● Bilangan bulat:
o int8 : bilangan bulat berukuran 8 bit
o int16: bilangan bukat berukuran 16 bit
o int32: bilangan bukat berukuran 32 bit
o int64: bilangan bukat berukuran 64 bit
● Karakter:
o char : menyatakan sebuah karakter atau deretan karakter (string)
● Logika:
o logical: menyatakan nilai logika true (benar) atau false (salah).
x = kelas(nilai)
Contoh:
Lampiran 709
intensitas = uint8(20);
Dengan cara seperti itu, intensitas berkelas uint8. Perlu diketahui, uint8 berarti
kelas bilangan bulat tak bertanda (hanya mencakup nilai positif).
>> help pi
`pi' is a built-in function
-- Built-in Function: pi
-- Built-in Function: pi (N)
-- Built-in Function: pi (N, M)
-- Built-in Function: pi (N, M, K, ...)
-- Built-in Function: pi (..., CLASS)
Return a scalar, matrix, or N-dimensional array whose
elements are
...
>>
a + bj
dengan j adalah .
Di dalam Octave, dapat diwakili oleh variabel i atau j. Contoh
penugasan bilangan kompleks ke variabel:
>> z = 3 + 4j
z = 3 + 4i
>>
Pembentukan bilangan kompleks juga bisa dilakukan melalui dua buah variabel
seperti berikut:
>> x = 3;
710 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
>> y = 4;
>> z = x + y * i
z = 3 + 4i
>>
>> z1 = 4 + 6j;
>> z2 = 3 - 2j;
>> z1 + z2
ans = 7 + 4i
>>
sqrt(25)
merupakan bentuk pemanggilan fungsi sqrt dengan argumen berupa angka 25.
Maksudnya, fungsi tersebut digunakan untuk menghitung akar kuadrat bilangan
25.
Beberapa fungsi hanya melibatkan sebuah argumen, tetapi ada juga yang
melibatkan lebih dari satu argumen. Bila argumen fungsi lebih dari sebuah,
antarargumen perlu diberi tanda koma. Contoh:
>> rem(7, 2)
ans = 1
>>
Pada contoh di atas, antara 7 dan 2 harus dipisahkan dengan koma. Adapun tanda
spasi hanya bersifat opsional dan biasanya diberikan agar mudah dibaca oleh
orang. Fungsi rem sendiri berguna untuk mendapatkan sisa pembagian. Pada
contoh, sisa pembagian 7 dengan 2 adalah sebesar 1.
Sebuah fungsi menghasilkan nilai balik (return value) dan nilai ini tentu saja
dapat diberikan ke variabel. Contoh:
>> x = sqrt(49)
x = 7
>>
Lampiran 711
Pada contoh di atas, nilai balik sqrt yaitu akar kuadrat 25 diberikan ke variabel x.
Dengan demikian, x berisi 5.
Beberapa fungsi yang berhubungan dengan matematika diperlihatkan pada
Tabel L.5 dan Tabel L.6.
Contoh:
abs(-5) → 5
abs(3 + 4j) → 5
angle(x) Fungsi ini menghasilkan sudut dari suatu
bilangan kompleks x. Satuan sudut adalah
radian.
Contoh:
angle(4-4i) → -0.7854
ceil(x) Fungsi melakukan pembulatan ke bilangan bulat
terdekat yang nilainya lebih besar daripada x.
Contoh:
ceil(4.5) → 5
ceil(-4.5) → -4
conj(x) Fungsi ini menghasilkan conjugate dari suatu
bilangan kompleks. CONJ(X) = REAL(X) -
i*IMAG(X).
Contoh:
conj(4 + 8j) → 4 – 8j
conj(4 - 8j) → 4 + 8j
exp(x) Fungsi ini menghasilkan nilai eksponen dari
bilangan x (ex).
fix(x) Fungsi ini menghasilkan bagian bulat dari suatu
bilangan.
Contoh:
712 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
fix(4.5) → 4
fix(-4.5) → -4
floor(x) Fungsi ini menghasilkan bilangan bulat terdekat
dari x yang nilainya kurang dari x.
Contoh:
floor(4.5) → 4
floor(-4.5) → -5
gcd(x, y) Fungsi ini menghasilkan bilangan yang
merupakan faktor persekutuan terbesar dari
bilangan x dan y.
Contoh:
gcd(60, 24) → 12
imag(x) Fungsi ini menghasilkan bagian imajiner dari
suatu bilangan kompleks.
Contoh:
imag(3 + 4j) → 4
imag(3 – 4j) → -4
log(x) Fungsi ini menghasilkan logaritma alami suatu
bilangan (ln x).
log10(x) Fungsi ini menghasilkan logaritma dari suatu
bilangan.
Contoh:
log10(100) → 2
log10(1000) → 3
real(x) Fungsi ini menghasilkan bagian real suatu
bilangan kompleks.
Contoh:
real(3+4j) → 3
rem(x, y) Fungsi ini menghasilkan sisa dari x/y.
Contoh:
rem(3, 2) → 1
round(x) Fungsi ini menghasilkan bilangan bulat yang
merupakan pembulatan terdekat terhadap suatu
Lampiran 713
bilangan.
Contoh:
round(4.5) → 4
round(4.1) → 4
sign(x) Fungsi ini menghasilkan bilangan berupa:
● 1 kalau x bernilai lebih dari nol
● 0 kalau x bernilai nol
● -1 kalau x bernilai kurang dari nol
Contoh:
sign(5) → 1
sign(0) → 0
sign(-5) → -1
sqrt(x) Fungsi ini menghasilkan akar kuadrat dari
bilangan x.
x (yaitu ).
cosh(x) Fungsi ini menghasilkan kosinus hiperbolik
dari x (yaitu ).
tanh(x) Fungsi ini menghasilkan tangent hiperbolik
x.
asinh(x) Fungsi ini menghasilkan inversi sinus
hiperbolik x.
acosh(x) Fungsi ini menghasilkan inversi kosinus
hiperbolik x.
atanh(x) Fungsi ini menghasilkan inversi tangent
hiperbolik x.
Pada contoh di atas, variabel nama diisi dengan string ‘Siti Nurhaliza’.
Adapun contoh berikut menunjukkan variabel yang diisi dengan string
kosong:
temp = ’’
Apabila suatu string mengandung petik tunggal, petik tunggal perlu ditulis
dua kali. Contoh:
kata = ’don’’t’
Catatan
Octave dapat menerima tanda petik ganda sebagai
awalan dan akhiran string. Namun, tanda tersebut
tidak berlaku pada MATLAB.
>> S = 'Tes...tes...123';
>> disp(S);
Tes...tes...123
>>
L.15 Larik
Sebuah larik (array) dapat menampung sejumlah data yang sejenis. Oleh
karena itu, larik sangat berguna untuk menyatakan vektor ataupun matriks. Vektor
adalah larik dengan satu dimensi. Vektor kolom adalah vektor dengan satu kolom
dan vektor baris adalah vektor dengan satu baris. Matriks adalah larik yang
berdimensi dua.
Catatan
Hanya sebagai kebiasaan, nama larik biasa ditulis dengan
menggunakan huruf awal berupa kapital. Jadi, hal ini bukanlah
suatu keharusan.
Vektor tersebut dapat dinyatakan dengan larik dengan cara yang sangat sederhana,
yaitu seperti berikut:
V = [ 5; 6; 7; 8; 9]
Tanda [ ] digunakan untuk menyatakan larik dan tanda titik-koma (;) digunakan
untuk memisahkan antarelemen. Dengan cara seperti itu, V berisi vektor kolom
(vektor yang mengandung hanya sebuah kolom dan memiliki sejumlah baris).
Seperti halnya variabel biasa (nonlarik), isi larik dapat ditampilkan dengan
cukup menyebutkan namanya. Perhatikan contoh berikut:
>> V = [ 5; 6; 7; 8; 9]
V =
5
6
7
8
9
>>
Lampiran 717
V = [ 5 6 7 8 9]
atau
V = [ 5; 6; 7; 8; 9]
V = [ 1:5 ]
identik dengan
V = [ 1, 2, 3, 4, 5 ]
a:b:c
Contoh:
V = [ 1: 2: 7 ]
atau
V = [ 1: 2: 8 ]
[ 1, 3, 5, 7]
>> V = 10:-2:0
718 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
V =
10 8 6 4 2 0
>>
Perlu diketahui,
V = 10:-2:0
identik dengan
V = [ 10:-2:0 ]
V’
Contoh:
>> V = [ 1 2 3 4]
V =
1 2 3 4
>> V'
ans =
1
2
3
4
>>
>> I = [1 2 3; 4 5 6; 7 8 9]
I =
1 2 3
4 5 6
7 8 9
>>
>> I = [ 1 2 3
4 5 6
7 8 9]
I =
1 2 3
4 5 6
7 8 9
>>
>> A = [2 4; 3 5];
>> A * 2
ans =
4 8
6 10
>>
>> A = [1 2; 3 4]
A =
720 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
1 2
3 4
>> B = A .^ 2
B =
1 4
9 16
>>
A=
B=
C=A+B
Contoh:
>> A = [1 2; 3 4];
>> B = [6 -3; -1 2];
>> C = A + B
C =
Lampiran 721
7 -1
2 6
>>
C=A–B
>> C = A – B
C =
-5 5
4 2
>>
C = A .* B
A*B
Dalam hal ini, jumlah kolom matriks A harus sama dengan jumlah baris matriks
B. Contoh:
>> A * B
ans =
4 1
14 -1
>>
C = A ./ B
atau
C = B .\ A
Contoh penggunaan ./ :
>> C = A ./ B
C =
0.16667 -0.66667
-3.00000 2.00000
>>
C = A .^ B
Contoh:
>> C = A .^ B
C =
1.00000 0.12500
0.33333 16.00000
>>
Tabel L.8 memberikan ringkasan tentang operasi antarelemen pada dua buah
vektor. Pada prinsipnya, hal ini juga berlaku untuk matriks.
Dalam hal ini, A adalah nama larik dan i serta j menyatakan indeks. Baik i dan j
dimulai dari 1.
724 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
Contoh:
>> V = [ 9 6 3 1];
>> V(2)
ans = 6
>> V(3)
ans = 3
>>
Pada matriks, i pada notasi A(i, j) menyatakan indeks baris dan j menyatakan
indeks kolom. Contoh berikut menunjukkan pembentukan matriks A dan cara
menampilkan elemen pada baris 2 kolom 1.
>> A = [1 2; 3 4];
>> A(2,1)
ans = 3
>>
>> A = [1 2; 3 4];
>> A(2,1) = 10
A =
1 2
10 4
>>
Tampak bahwa isi elemen baris 2 kolom 1 yang semula berisi 3 telah diganti
dengan 10.
Sekarang perhatikan contoh berikut:
>> A = [1 2; 3 4];
>> A(4,1) = 9;
>> A
A =
1 2
3 4
0 0
9 0
Lampiran 725
>>
Tampak bahwa larik A tidak lagi berukuran 2x2 melainkan menjadi 2x4.
Mengapa begitu? Mengingat kolom 4 semula tidak ada, maka penugasan nilai
pada elemen yang semula tidak ada akan membuat Octave menjadikan larik
tersebut berukuran sesuai dengan indeks terbaru. Alhasil, akan terbentuk ukuran
baru, dengan elemen-elemen baru yang tidak disebutkan dalam penugasan berisi
nol. Contoh ini sekaligus menunjukkan bahwa ukuran larik bisa diperbesar.
Notasi larik() juga bisa digunakan untuk mengambil sebagian elemen dalam
larik. Contoh:
>> A = [ 1 2 3; 4 5 6; 7 8 9]
A =
1 2 3
4 5 6
7 8 9
>> B = A(2:3,:)
B =
4 5 6
7 8 9
>>
Notasi 2:3 pada A(2:3,:) berarti baris 2 hingga baris 3, sedangkan notasi : setelah
koma berarti semua kolom.
Perhatikan pula contoh berikut.
>> A = [ 1 2 3; 4 5 6; 7 8 9]
A =
1 2 3
4 5 6
7 8 9
>> A(:,2)
ans =
2
5
8
>>
726 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
Pada contoh di atas, mengingat tanda : diletakkan pada indeks baris maka berarti
“dari baris pertama hingga baris yang terakhir”. Dengan kata lain, A(:,2) berarti
mengambil hanya kolom kedua pada larik A (untuk semua baris).
Sebuah larik juga bisa dibentuk dari gabungan dua buah larik atau lebih.
Contoh berikut menunjukkan pembentukan larik C yang didasarkan pada isi larik
A dan B.
>> A = [ 1 2 3; 4 5 6; 7 8 9]
A =
1 2 3
4 5 6
7 8 9
40 50
60 70
80 90
>> C = [A B(:,2)]
C =
1 2 3 50
4 5 6 70
7 8 9 90
>>
C = [ A B(:, 2)]
>> A = [ 1 2 3; 4 5 6; 7 8 9]
A =
1 2 3
4 5 6
7 8 9
>> A(:)
ans =
Lampiran 727
1
4
7
2
5
8
3
6
9
>>
memiliki ukuran 5 x 1.
Ukuran suatu larik dapat diketahui dengan menggunakan fungsi size. Contoh:
>> A = [ 1 2 3; 4 5 6; 7 8 9; 10 11 12];
>> size(A)
ans =
4 3
>>
Hasil size berupa vektor baris yang berisi 2 elemen. Elemen pertama berupa
jumlah baris dan elemen kedua berupa jumlah kolom. Itulah sebabnya, penugasan
seperti berikut diperkenankan.
>> A = [ 1 2 3; 4 5 6; 7 8 9; 10 11 12];
728 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
lebar =
>>
Pada contoh di atas, variabel tinggi diisi dengan elemen pertama yang dihasilkan
size, yaitu menyatakan jumlah baris dan variabel lebar berisi jumlah kolom.
Terkait dengan larik, terdapat fungsi length, yang kegunaannya adalah
menghasilkan jumlah elemen dalam suatu vektor. Contoh:
>> V = [4 3 2 1 7];
>> length(V)
ans = 5
>>
>> linspace(1,5,6)
ans =
>>
>> logspace(2,5,6)
ans =
>> A = [3 4 1; 2 5 9; 4 1 2]
A =
3 4 1
2 5 9
4 1 2
2
3
1
3
kolom =
1
2
3
3
>> find(A<3)
ans =
2
730 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
6
7
9
>>
Pada contoh di atas, find menghasilkan pasangan indeks baris dan kolom untuk
semua elemen pada larik A yang bernilai kurang dari 3. Pada find yang kedua,
hasil yang diperoleh menyatakan posisi semua elemen pada A yang bernilai
kurang dari 3. Sebagai contoh, baris 2 kolom 1 mempunyai posisi berupa 2. Cara
penomorannya seperti berikut:
>> C = ones(3,4)
C =
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
>>
>> C = zeros(3,4)
C =
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
>>
cd C:\pcd
Catatan
Selain folder C:\PCD, contoh-contoh yang diberikan
dalam buku ini menggunakan folder C:\Image
sebagai tempat untuk menaruh file citra.
lebar = 3;
panjang = 6;
keliling = 2 * (panjang + lebar)
Dengan cara seperti itu, berkas dengan nama keliling.m telah tercipta pada folder
C:\pcd.
Agar perintah-perintah pada berkas keliling.m diproses oleh Octave, berkas
tersebut perlu dieksekusi. Caranya, ketikkan nama depan berkas tersebut pada
prompt Octave dan tekanlah tombol Enter. Contoh:
>> keliling
keliling = 18
>>
❶% berkas: keliling.m
❷lebar = 3; % Lebar persegipanjang
Pada contoh pertama, seluruh baris dijadikan sebagai komentar. Adapun pada
contoh kedua, komentar berupa:
% Lebar persegipanjang
lebar = 3;
Catatan
Octave dapat menerima tanda # sebagai awalan
komentar. Namun, tanda tersebut tidak berlaku pada
MATLAB.
>> x = 1 + 2 + ...
3
x = 6
>>
Catatan
Octave dapat menerima tanda \ sebagai pengganti …
untuk menyatakan bahwa baris berikutnya adalah
lanjutan baris sebelumnya. Namun, tanda tersebut
tidak berlaku pada MATLAB.
>> 3 > 1
ans = 1
>> 20 < 6
ans = 0
>> x = 5
x = 5
>> x >= 5
ans = 1
>> x ~= 6
ans = 1
>>
Operator & membentuk ekspresi yang menghasilkan nilai berupa benar kalau
seluruh operand bernilai benar, sedangkan operator | menghasilkan nilai benar
kalau ada operand yang bernilai benar. Tabel L.12 memperlihatkan semua
kemungkinan pada operasi dengan & maupun |.
>> x = 'A';
>> x >= 'a' & x <= 'b'
ans = 0
>> x = 'c';
>> x >= 'a' & x <= 'b'
ans = 0
>>
Ekspresi
dapat dipakai menentukan apakah isi variabel x berupa huruf kecil atau bukan.
Pada contoh, ketika x diisi dengan ‘A’, hasil ekspresi berupa nol (salah),
sedangkan ketika x diisi dengan ‘c’ maka ekspresi menghasilkan nilai 1 (benar).
Adapun contoh berikut menunjukkan penggunaan & dan |:
>> x = 'b';
>> (x >= 'a' & x <= 'b') | (x >= 'A' & x <= 'Z' )
ans = 1
>> x = '+';
>> (x >= 'a' & x <= 'b') | (x >= 'A' & x <= 'Z' )
ans = 0
>>
(x >= 'a' & x <= 'z') | (x >= 'A' & x <= 'Z')
digunakan untuk memastikan apakah variabel x berisi huruf (huruf kecil atau
huruf kapital). Hasilnya berupa 0 kalau x tidak berisi huruf dan 1 kalau x berisi
huruf.
Operator ~ berfungsi untuk membalik nilai logika. Dengan bentuk pemakaian
berupa
~x
Contoh:
736 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
>> a = 0;
>> ~(a == 4)
ans = 1
>> ~(a == 0)
ans = 0
>>
~(a == 5)
~(a == 0)
xor(x, y)
Dalam hal ini, nilai balik fungsi ditunjukkan pada Tabel L.13.
L.28 Pernyataan if
Untuk menangani pengambilan keputusan, Octave menyediakan struktur if
dengan bentuk:
if ekspresi
pernyaataan_pernyataan
end
dan
if ekspresi
pernyataan_pernyataan_1
else
Lampiran 737
pernyataan_pernyataan_2
end
1. Bagian
pernyataan_pernyataan_1
pernyataan_pernyataan_2
Program : setbiner.m
for i = 1 : tinggi
for j = 1 : lebar
if Mat(i,j) < 128
Mat(i,j) = 0;
else
Mat(i,j) = 1;
end
end
end
Mat
Akhir Program
>> setbiner
738 Pengolahan Citra, Teori dan Aplikasi
Mat =
1 0 1 0
1 1 1 0
0 0 1 0
0 0 1 1
>>
if ekspresi_1
pernyataan_pernyataan_1
elseif ekspresi_2
pernyataan_pernyataan_2
…
else
pernyataan_pernyataan_n
end
Tanda … menyatakan bahwa bagian elseif bisa lebih dari sebuah. Pada bentuk di
atas, bagian
pernyataan_pernyataan_1
pernyataan_pernyataan_2
hanya akan dijalankan kalau ekspresi_2 bernilai benar dan ekspresi_1 bernilai
salah.
Bagian
pernyataan_pernyataan_n
hanya dijalankan kalau tidak ada ekspresi pada if maupun elseif yang bernilai
benar.
switch ekspresi
case ekspr_case_1
Lampiran 739
pernyataan_pernyataan_1
case { ekspr_case_21, ekspr_case_22, ekspr_case_23,...}
pernyataan,_pernyataan_2
...
otherwise
pernyataan_pernyataan_n
end
Pencocokan nilai ekspresi dan nilai pada ekspresi case dilakukan secara bertingkat
dimulai dari yang paling atas. Jika nilai ekspresi cocok dengan ekspr_case_1,
hanya pernyataan_pernyataan_1 yang akan dijalankan. Jika tidak cocok,
pencocokan dilakukan pada case berikutnya. Jika tidak ada satu pun ekspresi case
yang cocok dengan ekspresi switch, bagian otherwise (yaitu
pernyataan_pernyataan_n) akan dieksekusi. Hal yang menarik, bagian ekspresi
case bisa melibatkan lebih dari sebuah ekspresi yang ditulis dalam tanda { } dan
antar ekspresi ditulis dengan pemisah koma.
while ekspresi
pernyataan_pernyataan
end
Bagian yang berada di antara while dan end dijalankan terus-menerus selama
ekspresi bernilai benar.
Contoh :
Program : sepuluhx.m
pencacah = 0;
while pencacah < 10
disp('OK');
pencacah = pencacah + 1;
end
Akhir Program
>> sepuluhx
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
>>
Hal yang terpenting yang perlu diperhatikan, pada pengulangan seperti di depan,
ada variabel yang dijadikan sebagai pencacah untuk menghitung tulisan “OK”
yang sudah ditampilkan. Perintah
pencacah = pencacah + 1;
menaikkan isi variabel pencacah setiap kali tulisan “OK” telah ditampilkan. Suatu
saat, ketika pencacah bernilai 11, ekspresi pada while yaitu pencacah < 11 bernilai
salah. Keadaan itulah yang mengakhiri pengulangan while.
Program : contfor.m
for i = 1 : 10
disp(num2str(i));
end
Akhir Program
>> contfor
Lampiran 741
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
>>
Contoh penggunaan larik dalam ekspresi for dapat dilihat pada skrip berikut.
Program : contfor2.m
for i = [8 9 4 6 3]
disp(num2str(i));
end
Akhir Program
>> contfor2
8
9
4
6
3
>>
Perhatikan bahwa nilai yang ditampilkan oleh disp berasal dari larik [8 9 4 6 3].
Program : contbr.m
for i = 1 : 5
if i == 3
break;
end
disp(num2str(i));
end
Akhir Program
>> contbr
1
2
>>
Program : contcont.m
for i = 1 : 5
if i == 3
continue;
end
disp(num2str(i));
end
Akhir Program
>> contcont
1
2
4
5
>>