Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan. Intelegensi ini
sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, keberhasilan, dan kesuksesan.
Namun tingkat intelegensi yang dimiliki setiap orang pastilah berbeda. Ini
dikarenakan bahwa intelegensi seseorang memang tergantung pada faktor-faktor yang
membentuk intelegensi itu sendiri.Oleh karena itu kita perlu memahami tentang teori-
teori intelegensi agar dapat meraih keberhasilan dan kesuksesan. Intelegensi tersebut
meliputi konsep intelegensi yang membhas tentang ruang lingkup inteligensi,
klasifikasi IQ, konsep multiple intelligence (kemajemukan inteligensi), dan usaha
guru membantu siswa dalam belajar sesuai dengan potensinya karena guru adalah
komponen yang penting dalam pendidikan, yakni orang yang bertanggung jawab
mencerdaskan kehidupan anak didik, dan bertanggung jawab atas segala sikap,
tingkah laku dan perbuatan.

B. Rumusan Masalah
1) Apa sajakah yang termasuk dalam konsep inteligensi/kecerdasan?
2) Berapakah klasifikasi IQ?
3) Apa sajakah yang termasuk dalam konsep intelligence (kemajemukan inteligensi)?
4) Apa sajakah usaha guru untuk membantu siswa dalam belajar sesuai dengan
potensinya?

C. Tujuan
1) Dapat mengetahui bagian-bagian yang termasuk dalam konsep
inteligensi/kecerdasan.
2) Dapat mengetahui klasifikasi IQ.
3) Dapat mengetahui bagian-bagian yang termasuk dalam konsep intelligence
(kemajemukan inteligensi).
4) Dapat mengetahui usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu
siswa dalam belajar sesuai dengan potensinya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Inteligensi / Kecerdasan

1. Pengertian Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari
bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia” yang berarti kecerdasan,
intelijen, atau keterangan-keterangan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sering
diucapkan bahwa intélijen adalah orang yg bertugas mencari (meng-amat-amati)
seseorang; dinas rahasia. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh
Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn
mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat
melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut
dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous” sedangkan penggunaan kekuatannya
disebut “Noeseis”.

Secara terminologi intelegensi menurut John W Santrock adalah keahlian


memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari,
pengalaman hidup sehari-hari. Menurut David Wechsler , intelegensi adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Alferd Binet menyatakan intelegensi
merupakan kemampuan yang diperoleh melalui keturunan, kemampuan yang
diwariskan dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh
lingkungan. Dalam batas-batas tertentu lingkungan turut berperan dalam
pembentukan kemampuan intelegensi. Kemudian menurut William Stern,
intelegensi merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan
baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.
Menurut dia inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan keturunan.
Pendapat ini diperkuat oleh seorang ahli bernama Prof. Weterink (Mahaguru di
Amsterdam) yang berpendapat, belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat
diperbaiki atau dilatih.
David Wechsler berpendapat, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak
secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara
efektif. Howard Gardner mendefinisikan Inteligensi sebagai kemampuan untuk
memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang
bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental ataupun rohani
yang melibatkan proses berpikir secara rasional untuk meyesuaikan diri kepada
situasi yang baru.

2. Tingkat-tingkat Intelegensi
1) Kecerdasan Binatang
Pada mulanya banyak orang berkeberatan digunakan istilah inteligensi pada
binatang, karena mereka hanya mau menggunakan istilah itu pada manusia
saja. Menurut hasil penyelidikan para ahli, ternyata bahwa kecerdasan itu
bertingkat-tingkat.

2) Kecerdasan Anak-anak
Yang dimaksudkan anak-anak di sini adalah anak-anak kecil lebih kurang
umur 1 tahun dan belum dapat berbahasa. Kecerdasan anak-anak dipelajari
terutama berdasarkan percobaan yang telah dipraktekkan dalam menyelidiki
kecerdasan binatang. Usaha-usaha memperbandingkan perbuatan kera dengan
anak-anak kecil membantu para ahli dalam mengadakan penyelidikan terhadap
kecerdasan anak.

3) Kecerdasan Manusia
Sesudah anak dapat berbahasa tingkat kecerdasan anak lebih tinggi daripada
kera. Tingkat kecerdasan mausia (bukan anak-anak) tidak sama dengan jera
dan anak-anak. Beberapa hal yang merupakan ciri kecerdasan manusia antara
lain:
a. Penggunaan Bahasa
Kemampuan berbahasa mempunyai faedah yang besar terhadap
perkembangan pribadi. Dengan bahasa, manusia dapat menyatakan isi
jiwanya (fantasi pendapat, perasaan dan sebagainya), dapat berhubungan
dengan sesama, tingkat hubungannya selalu maju, masalahnya selalu
meningkat, manusia dapat membeberkan segala sesuatu, baik yang lalu,
yang sedang dialami, dan yang belum terjadi, baik mengenai barang-barang
yang konkret maupun hal-hal yang abstrak. Selain itu, dengan manusia
dapat membangun kebudayaan.

b. Penggunaan Perkakas
Kata Bergson, perkakas adalah merupakan sifat terpenting daripada
kecerdasan manusia, dengan kata lain: perkataan, perbuatan cerdas manusia
dicirikan dengan bagaimana mendapatkan, bagaimana membuat dan
bagaimana mempergunakan perkakas. Perkakas adalah sifat, tetapi semua
alat merupakan perkakas. Alat merupakan perantara antara makhluk yang
berbuat atau objek yang diperbuat. Perkakas mempunyai fungsi yang sama,
tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas. Perkakas adalah objek yang
telah dibuat/dibulatkan dan diubah sedemikian rupa sehingga dengan
mudah dan dengan cara yang tepat dapat dipakai untuk mengatasi kesulitan
atau mencapai suatu maksud.

3. Macam-macam Intelegensi
1. Intelegensi Terikat dan Bebas.
Intelegensi terikat adalah intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam
situasi-situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan
kebutuhan vital yang harus segera dipuaskan. Misalnya intelegensi binatang
dan anak-anak yang belum berbahasa.
Intelegensi bebas terdapat pada manusia yang berbudaya dan berbahasa.
Dengan intelegensinya orang selalu ingin mengadakan perubahan-perubahan
untuk mencapai suatu tujuan. Kalau tujuan sudah dapat dicapai, manusia ingin
mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih maju.

2. Intelegensi Menciptakan (Kreatif) dan Meniru (Eksekutif).


Intelegensi mencipta ialah kesanggupan menciptakan tujuan-tujuan baru
dan mencari alat-alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Intelegensi keatif
menghasilkan pendapat-pendapat baru seperti : kereta api, radio, listrik dan
kapal terbang. Intelegensi meniru, yaitu kemampuan menggunakan dan
mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang dibuat, diucapkan
maupun yang di tulis.

4. Faktor-faktor yang Menentukan Intelegensi Manusia


Para ahli belum sepenuhnya sependapat mengenai faktor-faktor apa saja yang
terdapat dalam inteligensi itu sendiri. Sebuah pendapat mengatakan bahwa faktor
yang menentukan intelegensi seseorang antara lain :
1) Pembawaan, yang ditentukan oleh sifat-sifat yang dibawa sejak lahir.
2) Hereditas, yang diperoleh seorang anak melalui keturunan atau nasab.
3) Kematangan, yang terutama ditentukan oleh umur.
4) Pembentukan, yaitu perkembangan yang diperoleh anak karena pengaruh
milieu (lingkungan).

Selain itu, gejala-gejala jiwa dan fungsi-fungsi jiwa sangatlah mempengaruhi


tindakan intelegen seseorang. Misalnya :
a. Pengamatan, yakni kalau seseorang berada dalam satu situasi yang harus
mengambil tindakan yang intelegen maka dia harus memiliki fungsi
pengamatan yang baik.
b. Tanggapan dan daya ingatan, yakni bahwa seseorang yang memiliki
tanggapan daya ingatan yang baik akan lebih mudah untuk memecahkan
persoalan.
c. Fantasi, yakni seseorang yang kaya fantasi akan dapat melihat lebih banyak
kemungkinan pemecahan masalah yang tidak terlihat oleh orang lain.
1) Berfikir
2) Kehendak dan perasaan
3) Perhatian, dan
4) Sugesti, yakni bahwa seseorang yang berbuat intelegen haruslah
membebaskan diri dari pengaruh ataupun sugesti orang lain.

B. Klasifikasi IQ
Kecerdasan Intelektual (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis,
logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima,
menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta.
Menurut skala Stanford-Binet, IQ diklasifikasikan sebagai berikut:
 Lebih dari 140 - Jenius atau hampir jenius
 120-140 - Sangat kecerdasan unggul
 110-119 - kecerdasan superior
 90-109 - kecerdasan rata-rata atau normal
 80-89 – kusam
 70 - kekurangan dalam kecerdasan Borderline – 79
 Di bawah 70 - lemah-pikiran

Terlepas dari Stanford Binet-Skala, skala populer digunakan adalah skala Wechsler.
Di sini, IQ diklasifikasikan sebagai:

 Lebih dari 130 - Sangat unggul


 120-129 – Unggul
 110-119 - rata Tinggi
 90-109 - Rata-Rata
 80 - rata-rata rendah – 89
 70-79 – Borderline
 Di bawah 70 - Sangat rendah / kekurangan intelektual

Selain itu, kedua skala yang menggunakan deviasi standar 15, skala yang digunakan
populer adalah skala Cattell yang menggunakan deviasi standar 24. Menurut skala
Cattell, IQ diklasifikasikan sebagai:
 Lebih dari 160 - Tingkat Genius
 140-159 - Sangat Cerdas
 120-139 - Atas Rata-Rata
 100-119 - Rata-Rata
 90-99 - Di bawah rata-rata

C. Konsep Multiple Intelligence (Kemajemukan Intelegensi)


Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah
agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola
pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan
yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang
dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.

Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan


matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis. Secara rinci masing-masing kecerdasaan tersebut dijelaskan
sebagai berikut :

1. Kecerdasan matematika-logika
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam
berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami
dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan
menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-
logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab
akibat terjadinya sesuatu.
Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta
didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan
tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami,
mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal
yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai
permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan
bermain teka-teki.
2. Kecerdasan bahasa
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan
bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk
yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan
kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada
kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca,
menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya.
Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat,
misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang
sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan
dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini
umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta
didik lainnya.

3. Kecerdasan musikal
Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap
suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah
nada dan irama.
Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama
yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan
tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri.
Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-
gagasan apabila dikaitkan dengan musik.

4. Kecerdasan visual-spasial
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk
memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik
ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam
pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti
dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu
bangunan.
Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan
berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol
pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul,
misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.

5. Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif
menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan
memecahkan berbagai masalah.
Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang
olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa
pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat,
atau unggul dalam bermain sulap.

6. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi
dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di
sekelilingnya.
Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang
selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga
mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan
antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.

7. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai
kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam
ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun
kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya
cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan
dirinya sendiri.
8. Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang
terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan.
Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi
lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka
macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.

Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences atau kecerdasan ganda ini


Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai
kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan
intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit
saja, atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui
ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi kecerdasan juga menggambarkan
kemampuan peserta didik pada bidang seni, olahraga, dan cinta terhadap lingkungan.

D. Usaha Guru Membantu Siswa dalam Belajar Sesuai dengan Potensinya

Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi


yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-
tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu siswa akan tumbuh
dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
Cara guru untuk mengoptimalkan peranannya sebagai pembimbing yaitu :

1) Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.


Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman
tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya.
Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis
bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
2) Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya.
3) Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan
saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa
yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.
4) Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk
mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang
berada di kelas maupun di luar kelas.
5) Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan menguasai
teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya,
khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya.

Anda mungkin juga menyukai