Anda di halaman 1dari 76

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan


jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut WHO, masalah
gangguan jiwa di dunia ini sudah menjadi masalah yang semakin serius,
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia ini ditemukan
mengalami gangguan jiwa. (Yosep, 2007)
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan
dan perabaan.Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi. Berdasarkan hasil
pengkajian di salah satu rumah sakit di Indonesia ditemukan 85% pasien
dengan kasus halusinasi. Menurut perawat di Rumah sakit jiwa
mengatakan bahwa sekitar 46,7 % setiap bulannya. (Mam’nuah, 2010)
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera
tersebut (Izzudin, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman
sensori yang salah (Stuart, 2007).
Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank) pada tahun
1995 di beberapa Negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang
hilang yang disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa sebesar 8,1 %. Angka
ini jauh lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit
tuberculosis(7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%) maupun
malaria (2,6%). Namun pada kenyataannya berdasarkan data Riskesdas
2007, ternyata terdapat sekitar 13.000-24.000 orang penderita gangguan
jiwa di Indonesia yang diabaikan oleh keluarganya. Sedangkan di Jawa

1
Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota sampai dengan Juni 2011
tercatat 3 tidak kurang 200 orang penderita gangguan jiwa tidak dibawa ke
RSJ. Hasil penghitungan data jumlah pasien pada tahun 2010 di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah diagnosa / jumlah
gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien yang
mengalami perilaku kekerasan sebanyak 1534 jiwa atau sekitar 39,2%,
pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi sebanyak 1606 jiwa
atau sekitar 41%, pasien yang mengalami isolasi sosial : menarik diri
sebanyak 457 jiwa atau sekitar 11,7%, pasien yang mengalami waham
sebanyak 111 jiwa atau sekitar 2,8%, pasien yang mengalami gangguan
konsep diri : harga diri rendah yaitu sebanyak 82 jiwa atau sekitar 2,1%,
kemudian pasien yang mengalami depresi sebanyak 662 jiwa atau sekitar
16,9%, pasien yang ingin melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 116
jiwa atau sekitar 2,3%, pasien yang sudah pulang dan kambuh lagi ada
4452 jiwa atau sekitar 11,5%, pasien skizofrenia sendiri ada 3912 jiwa
atau sekitar 99,99%, kemudian jumlah pasien laki-laki sekitar 2357 jiwa,
sedangkan pasien yang perempuan sebanyak 1557 jiwa (Arfian, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada An. S dengan diagnosa
keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Untuk memberikan gambaran nyata tentang pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama gangguan
persepsi sensori : halusinasi penglihatan.
1.3.2 Tujuan khusus :
1. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada An. S
dengan Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan.
2. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada An.S dengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan

2
3. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi
masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan
pada An. S
4. Mendiskripsikan implementasi pada pasien dengan Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan
5. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Klien
Hasil pengkajian ini dapat digunakan untuk penderita agar
mempercepat penyembuhan.
1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan
Hasil pengkajian dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan atau kebijaksanaan
untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kejiwaan
khususnya dalam memberikan tindakan pada pasien dengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.
1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil pengkajian ini dapat digunakan sebagai informasi
tambahan khususnya tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi penglihatan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Kasus (Masalah Utama)


Halusinasi
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah pesan, respon, dan pengalaman sensori yang
salah (Stuart Sudden, 2007).
B. Jenis – Jenis Halusinasi
Menurut Stuart Sudden, 2007, Halusinasi dibagi dalam:
1. Halusinasi Pendengaran / Auditorik
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama
suara orang. Biasanya klien mendengarkan suara orang yang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu hal.
2. Halusinasi Penglihatan / Visual
Karakteristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam
bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometrik, gambar kartun dan
panorama yang kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan
bau menjijikkan seperti darah, urin, faces. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dimensia.
4. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami
nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Contohnya rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

4
5. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa
darah, urin, faces.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
rasa aliran darah vena atau arteri, pencernaan makanan,
pembentukan urin.
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan pergerakan
sementara berdiri tanpa bergerak.
C. Penyebab
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi
sosial. Isolasi Sosial adalah percobaan untuk menghindar interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala Isolasi sosial antara lain:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang atau tidak ada
4. Tidak ada kontak mata
5. Tidak melakukan aktifitas sehari – hari
6. Berdiam diri di kamar
7. Mobilitas kurang
D. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala seseorang yang mengalami halusinasi adalah:
1. Tahap 1 (Comforting)
a) Tertawa tidak sesuai dengan situasi
b) Menggerakkan bibir tanpa bicara
c) Bicara lambat
d) Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
2. Tahap 2 (Condeming)
a) Cemas
b) Konsentrasi menurun

5
c) Ketidakmampuan membedakan realita
3. Tahap 3
a) Pasien cenderung mengikuti halusinasi
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c) Perhatian dan konsentrasi menurun
d) Afek labil
e) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu
mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4 (Controlling)
a) Pasien mengikuti halusinasi
b) Pasien tidak mampu mengendalikan diri
c) Beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
E. Akibat
Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan adalah suatu perilaku
mal adaftive dalam memanifestasikan perasaan marah yang dialami
seseorang. Perilaku tersebut dapat berupa mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan. Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang
timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah sendiri
merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang
dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.
III. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi (Core Problem)

Isolasi sosial : Menarik Diri

Gangguan konsep diri, Harga diri rendah

6
IV. Asuhan Keperawatan
A. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Masalah Keperawatan
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
c. Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. Data Yang Perlu Dikaji
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan pernah memukul orang tuanya
2) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah
2) memukul diri sendiri / orang lain
b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan melihat orang atau teman-temannya
memakai obat-obat terlarang disekitar ruangan
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien mengatakan tidak mau makan karena setiap kalai
melihat makanan seperti melihat pocong dan merasa ada
yang memberi obat-obatan dimakanannya
Data Objektif :
1) Klien berbicara sendiri
2) Klien bersikap seperti melihat sesuatu
3) DisOrientasi

7
3. Isolasi Sosial : Menarik Diri
Data Subjektif:
Klien mengatakan sering dirumah, jarang keluar rumah dan
jarang berbicara dengan orang tuanya
Data Objektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, ekspresi wajah sedih,
komunikasi verbal kurang, aktivitas menurun, menolak
berhubungan, kurang memperhatikan kebersihan.
V. Diagnosa Keperawatan
“ Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi “.

8
VI. Rencana Tindakan Keperawatan

Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Perubahan TUM : Klien tidak Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan a. Bina hubungan saling percaya dengan :
persepsi sensori : mencederai diri sendiri, rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat 1) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non
Halusinasi orang lain dan tangan, mau menyebutkan nama, mau verbal
lingkungan menjawab salam, mau duduk berdampingan 2) Perkenalkan diri dengan sopan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
TUK : yang dihadapi. disukai klien
1. Klien dapat membina 4) Jelaskan tujuan pertemuan
hubungan saling 5) Jujur dan menepati janji
percaya. 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
klien
2. Klien dapat mengenal a. Klien dapat menyebutkan, waktu, isi dan a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
halusinasi. frequensi timbulnya halusinasi. b. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya, berbicara
b. Klien dapat mengungkapkan perasaan dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri dan ke kanan
terhadap halusinasinya seolah ada teman bicara.
c. Bantu klien mengenal halusinasi dengan cara :
1) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan
apakah ada suara yang di dengar
2) Jika klien menjawab “ada“ lanjutkan apa yang dikatakan
halusinasinya
3) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara
itu. Namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan
nada sahabat tanpa menuduh)
4) Katakan pada klien bahwa ada klien yang seperti dia
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d. Diskusikan kepada klien tentang :
1) Situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan

9
halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang,
sore, malam, atau jika sendiri, jengkel, sedih)
e. Diskusikan pada klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih, senang). Beri kesempatan
klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat a. Klien dapat menyebutkan tindakan yang a. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika
mengontrol biasanya dilakukan untuk mengendalikan terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll)
halusinasinya. halusinasinya b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien jika
b. Klien dapat menyebutkan cara baru bermanfaat beri pujian
c. Klien dapat memilih cara mengatasi c. Diskusikan cara baru untuk memutuskan timbulnya
halusinasinya seperti yang telah di halusinasinya :
diskusikan 1) Katakan “ saya tidak mau dengar kau “ pada saat
d. Klien dapat melakukan cara yang telah halusinasi muncul
dipilih untuk mengendalikan 2) Menemui orang lain atau perawat, teman untuk
halusinasinya bercakap–cakap atau mengetahui halusinasinya
e. Klien dapat mengikuti aktifitas kelompok didengar
3) Membuat jadwal kegiatan sehari–hari agar halusinasi
tidak muncul
4) Meminta teman, keluarga, perawat menyapa jika klien
tampak sendiri
d. Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk
memutuskan halusinasinya secara bertahap misalnya dengan
:
1) Mengambil air wudhu dan sholat atau baca Al-Qur’an
2) Membersihkan rumah atau peralatan rumah
3) Mengikuti kegiatan sosial di masyarakat (pengajian,
gotong royong)
4) Mengikuti kegiatan olahraga di kampung (jika masih
muda)
5) Mencari teman merngobrol
e. Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yang telah
dipilih
10
f. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok
orientasi realita dan stimulasi persepsi
4. Klien dapat a. Keluarga dapat saling percaya dengan a. BHSP dengan menyebutkan nama, tujuan dengan sopan dan
dukungan keluarga perawat ramah
untuk mengontrol b. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, b. Anjurkan klien untuk menceritakan halusinasinya kepada
halusinya tanda dari tindakan untuk mengendalikan keluarga
halusinasinya c. Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung :
1) Pengertian halusinasi
2) Gejala halusinasi yang mendalam
3) Cara yang dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasinya
4) Cara merawat klien halusinasi dirumah, misalnya diberi
kegiatan jangan di biarkan sendiri
5) Beri informasi kapan mendapat bantuan : Halusinasi
tidak terkontrol dapat mencederai orang lain
5. Klien dapat a. Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis, a. Diskusikan dengan keluarga tentang dosis, frequensi, dan
memanfaatkan obat dan efek samping obat manfaat obat
dengan baik. b. Klien dapat mendemonstrasikan b. Anjurkan klien meminta obat ke perawat
penggunaan obat dengan benar c. tentang manfaat dan efek samping yang dirasakan
c. Klien dapat informasi tentang efek d. Diskusikan untuk berhenti minum obat tanpa diskuksi
samping obat konsultasi dengan dokter
d. Klien dapat memahami akibat berhenti e. Bantu klien untuk menggunakan prinsip obat 5 tepat
minum obat tanpa berkonsultasi
e. Klien dapat tahu prinsip penggunaan 5
tepat

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An.S DENGAN GANGGUAN PERSEPSI

SENSORI : HALUSINASI PENGELIHATAN DI RUANG WIJAYA


KUSUMA

RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRATLAWANG

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An.S
Umur : 14 Th
Alamat : Dusun Sekar, Rt 02 Rw 02 Desa Watuagung
Kec. Prigen Kab. Pasuruan
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : Pelajar
Pekerjaan :-
No.RM : 129xxx
Tanggal MRS : 23-03-2019
Tanggal Pengkajian : 25-03-2019
II. ALASAN MASUK
a. Data Primer :
Keluarga mengatakan anaknya dibawa ke RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang karena memukul orang tuanya, bicara
sendiri, tertawa sendiri, dan bicara ngelantur.
b. Data Sekunder :
Keluarga mengatakan anaknya bicara sendiri, tertawa sendiri, sulit
tidur, mudah tersinggung, memukul orang tuanya, bicara ngelantur,
mandi dan ganti baju tidak rutin.
c. Keluhan utama saat pengkajian :
Pasien mengatakan dirinya sering melihat orang-orang atau teman-
temannya sedang minum obat-obatan terlarang di sekitar ruangan,
dan pasien tidak mau makan karena melihat dimakanan atau
nasinya seperti ada pocong dan ia juga melihat ada obat-obatan
terlarang di makanannya.

12
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR
PRESIPITASI
Pasien berasal dari Dusun Sekar Kab. Pasuruan masuk ke RSJ pada
tanggal 23 Maret 2019 keluhan saat masuk merasa dirinya sering
melihat orang-orang atau teman-temannya sedang minum obat-obatan
terlarang, sehingga dirinya sering bicara sendiri, tertawa sendiri, sulit
tidur, dan mudah tersinggung dan emosi tidak terkontrol. Kemudian
keluarga membawa pasien ke RSJ dan masuk diruang Camar pada
tanggal 23 Maret 2019, dan pasien dipindah keruang Wijaya Kusuma
pada tanggal 25 Maret 2019.
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Tidak Pernah
Jelaskan : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan
jiwa sebelumnya.
2. Faktor penyebab atau pendukung
a. Riwayat Trauma
No. Riwayat Trauma Usia pelaku Korban Saksi
1. Aniaya Fisik
2. Aniaya Seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam 13 tahun Pasien Orang tua -
Keluarga
5. Tindakan Kriminal

Jelaskan : Pasien mengatakan pernah marah-marah kepada


keluarganya dan sampai memukul orang tuanya.
Diagnose Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan upaya atau percobaan
bunuh diri.
Diagnose Keperawatan : -

13
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa
kegagalan, kematian, perpisahan)
Jelaskan :
Pasien mengatakan pernah putus dengan pacarnya sehingga dirinya
merasa sedih, sering marah-marah, mudah tersinggung dan murung.
Dan pasien mengatakan dirinya merasa sedih saat mengingat dia
dipaksa teman-temannya untuk meminum pil koplo (double L).
Diagnose Keperawatan : Respon Paska Trauma
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang)
Tidak Pernah
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik apapun.
Diagnose Keperawatan : -
e. Riwayat pengguna NAPZA :
Pasien mengatakan pada saat SMP kelas 7 pasien pernah
menggunakan pil koplo (double L) satu kali dan itupun dipaksa oleh
teman-temannya.
Diagnosa Keperawatan : Koping individu inevektif
3. Upaya yang dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan :
Klien dibawa ke RSJ pada tanggal 23 Maret 2019 , dan sebelumnya
klien belum pernah dirawat di RSJ.
Diagnosa Keperawatan : Koping individu inevektif
4. Riwayat penyakit keluarga
- Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : tidak ada
- Hubungan keluarga : -
- Gejala : -
- Riwayat pengobatan : -
Diagnosa Keperawatan : -

14
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Ket : : Laki – laki


: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah

Jelaskan :
Pasien mengatakan sebelum dirawat di RSJ pasien tinggal dengan
orang tua dan adiknya. Pola komunikasi dengan keluarga kurang
baik terbukti dia sering menyendiri dikamarnya bersama adiknya
saja.
Pola pengambilan keputusan : yang mengambil keputusan dalam
keluarga adalah bapak pasien.
Diagnosa Keperawatan : Koping Keluarga Inefektif
b. Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Pasien mengatakan dirinya menyukai seluruh bagian tubuhnya,
terutama pada bagian mata karena dengan itu pasien dapat
melihat dunia
b) Identitas
Pasien seorang laki-laki berusia 13 tahun, dan belum bekerja.
Dan pendidikan terakhir adalah SMP.
c) Peran
- Peran klien dirumah sebagai anak pasien bisa membantu
pekerjaan dirumah.

15
- Peran saat dirumah sakit : klien tidak mampu melakukan
kegiatan di rumah sakit sendiri, dan semua kegiatan dibantu
oleh perawat.
d) Ideal Diri
Klien mengatakan ingin segera pulang dan berkumpul dengan
kedua orang tuanya dan adiknya, dan ia juga ingin masuk
sekolah lagi.
e) Harga Diri
Pasien mengatakan “saya tau saya mengalami gangguan jiwa,
dan saya malu dengan penyakit saya”. Dibuktikan dengan
ekspresi wajah sedih, bicara pelan, dan lebih sering menunduk,
dan suka menyendiri tidak mau berkumpul dengan teman-
temannya.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep Diri : Harga Diri
c. Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti / terdekat
- Saat dirumah :
Klien mengatakan orang yang paling berarti adalah orang tua
dan adiknya.
- Saat dirumah sakit :
Klien mengatakan orang yang paling berarti selama dirumah
sakit adalah herman, taufik, susi, dan yuda.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat dan
hubungan sosial
- Saat dirumah :
Pasien mengatakan hubungan dimasyarakat kurang baik karena
dia hanya suka menyendiri dirumah dan dia hanya suka
bermain dengan adiknya saja.
- Saat dirumah sakit :
Pasien lebih suka menyendiri dan tidak mau bergaul dengan
pasien lainnya.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan dirinya kurang bisa bergaul dan berinteraksi
sosial dengan teman-temannya baik dirumah maupun
dilingkungan rumah sakit, pasien mengatakan malas bergaul

16
dengan orang lain dibuktikan dengan ia lebih sering menyendiri,
menolak berhubungan dengan orang lain
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri
d. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama islam dan ia
meyakini bahwa Allah itu satu dan segala hal sudah di atur oleh
Allah
b. Kegiatan ibadah
- Saat dirumah
Pasien mengatakan saat dirumah sholat tapi tidak 5 waktu.
- Saat dirumah sakit
Selama di RSJ pasien jarang melakukan sholat kalau tidak
disuruh.
Diagnosa Keperawatan :Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Cukup, pasien terlihat mondar-mandir, raut wajah bingung, pasien
sering melihat ke satu titik dengan tatapan tajam dan kosong
2. Kesadaran (Kuantitas)
GCS : 456
Kesadaran : Composmentis
3. Tanda Vital:
TD :130/80 mmHg,
Nadi : 82 x/menit,
Suhu : 36,2 ºC.
RR : 20 x/menit.
4. Ukur
BB : 45 Kg
TB : 163 Cm
5. Keluhan Fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
Diagnosa Keperawatan : -

17
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien sesuai dengan usianya, rapi menggunakan
seragam yang di sediakan oleh RSJ, bisa memakai pakaian seperti
biasanya tidak terbalik, rambut rapi dan selalu disisir setiap habis
mandi, bersih, gatal-gatal (-), kukunya pendek, tidak berbau, gigi
kuning tidak karies. Pasien mandi 2x sehari, gosok gigi hanya 1x
pada pagi hari saja.
Diagnosa Keperawatan : -
2. Pembicaraan
Nada bicara pasien pelan, bicara seperlunya dan bila di ajak bicara
jawabnya singkat sesuai dengan pertanyaan yang di ajukan.

Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal

3. Aktivitas motorik/psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia / hipoaktifitas
Pasien sering menyendiri di ruangan, waktunya banyak dibuat
tidur, melakukan aktivitas bila di suruh atau diberi motivasi.

Diagnosa Keperawatan : -

4. Peningkatan
Tidak ada
Jelaskan : Pasien sering menyendiri di ruangan, waktunya banyak
dibuat tidur, melakukan aktivitas bila di suruh atau diberi motivasi.

Diagnose Keperawatan : Defisit Aktifitas

5. Mood dan Afek


- Mood : klien sering merasa khawatir dan terganggu saat
melihat hal-hal yang membuatnya takut.
- Afek : labil
Jelaskan :
Klien sering berubah-ubah, tiba-tiba klien menangis tanpa
sebab kadang-kadang klien juga tertawa dan mau bergaul,
dan kadang-kadang juga terlihat sedih.
18
Diagnosa Keperawatan: gangguan proses pikir
6. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, kontak mata 2 arah dan pandangan sangat tajam
dank lien mau menjawab semua pertanyaan dari perawat.
Diagnosa Keperawatan : -
7. Persepsi sensori
Klien merasa sering melihat orang atau teman temannya memakai
obat-obatan terlarang di sekitar ruangan dan pasien pada saat
makan melihat ada obat-obatan terlarang dan juga ada pocong
sehingga tidak mau makan. Klien sering kali melihat hal tersebut
pada saat makan dan pada saat tidur dan paling sering muncul pada
malam hari. Dan pasien merasa takut saat melihat hal-hal tersebut.

Diagnosa Keperawatan: Gangguan persepsi sensori: Halusinasi


Pengelihatan

8. Proses pikir
a. Arus pikir
- Koheren
Klien berbicara sesuai pada umumnya, dan bisa di mengerti.
Dibuktikan dengan klien mampu menjawab pertanyaan dengan
benar. (koheren)
b. Isi pikir
- Pikiran curiga
Klien setiap kali diberi makanan dia selalu menolak karena dia
curiga dimakanannya ada obat-obatan terlarangnya.
c. Bentuk pikir
- Non realistik
Apa yang dikatakan klien tidak sesuai dengan kenyataan dapat
dibuktikan dengan “klien sering melihat orang-orang atau
teman-temannya memakai obat-obatan terlarang diruangan
yang tidak ada wujudnya”.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
8. Kesadaran
- Orientasi waktu :

19
Klien tidak mengalami disorientasi waktu ditandai dengan, klien
mampu menjawab saat ditanya sekarang jam berapa 13.00 Wib.
- Orientasi tempat :
Klien tidak mengalami disorientasi tempat terbukti klien mengerti
bahwa dia sekarang berada di ruang Wijaya Kusuma RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang.
- Orientasi orang :
Klien juga tidak mengalami disorientasi orang terbukti klien
mampu menyebutkan nama teman dekatnya yaitu An. H, An. T dan
An. Y, dan An. S.
Diagnosa keperawatan: Gangguan proses pikir
9. Kesadaran
Kesadaran berubah
Jelaskan : klien tidak mampu membedakan realistis dan non
realistis terbukti klien sering melihat pocong dan orang-orang atau
teman-temannya menggunakan obat-obatan terlarang disekitar
ruangan.
10. Memori
- Jangka panjang :
Klien mengatakan pernah dipaksa untuk minum pil double L / pil
koplo oleh teman-temannya.
- Jangka pendek :
Klien mengatakan kemarin ikut melakukan kegiatan senam
dirumah sakit.
- Saat ini :
Klien mampu menceritakan lauk-pauk yang dimakan pada siang
hari.
Diagnosa Keperawatan : -
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Konsentrasi : Konsentrasi baik
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik terbukti saat ditanya
klien mampu menjawab dengan benar.
b. Berhitung :
Klien saat ditanya jumlah pengurangan, perkalian, penjumlahan,
dan pembagian mampu menjawab dengan benar.

20
Contoh : 5 – 2 = 3, 5 x 5 = 25, 7 + 3 = 10, 9 : 3 = 3

Diagnosa Keperawatan : -

12. Kemampuan penilaian


- Gangguan ringan
Pasien belum mampu menilai kalau apa yang ia lihat itu palsu.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

13. Daya tilik diri

Klien mengatakan tahu dirinya berada di rumah sakit jiwa. Dan


klien menyadari dirinya mengalami gangguan jiwa.

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Saat pulang pasien dijemput oleh orang tuanya, bertempat tinggal
dengan keluarganya.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Mandi : Pasien mampu mandi sendiri tanpa bantuan orang lain
mandi sehari 2 kali memakai sabun dan gosok gigi pada pagi hari.
Makan : Pasien makan 3x sehari, porsi makan di tentukan oleh
perawat dan pasien tidak memiliki pantangan makanan dan
makanan hanya dihabiskan ¼ porsi.
b. Berpakaian : Pasien mampu memakai pakaian sendiri, baju di
tentukan oleh perawat, px tidak bisa mencuci dan memyimpan
pakain sendiri. Dalam satu hari ganti 1 kali.
c. Makan : px makan 3x sehari, porsi makan di tentukan oleh perawat
dan pasien tidak memiliki pantangan makanan dan makanan hanya
di habiskan ¼ porsi.
d. Toileting : klien mampu BAK dan BAB pada tempatnya dan
dibersihkan setelahnya.
Diagnosa Keperawatan : -

Nutrisi:

21
a. Napsu makan klien kurang baik satu porsi hanya habis 1/4, sehari 3
kali dengan nasi, sayuran dan lauk-pauk
b. BB sebelum masuk RSJ 55kg
c. BB sesudah masuk RSJ 45kg
Tidur:
Kebutuhan istirahat tidur klien biasa tidur siang pukul 12.00 s/d 14.00
dan tidur malam hari pukul 20.00 s/d 04.30 WIB.aktivitas
sebelum tidur menonton TV.
Gangguan tidur: bila halusinasi muncul klien sulit tidur.
DX Kep : Gangguan Pola Tidur
Kemampuan lain:
Klien tidak mempunyai keahlian lain yang dapat digunakan untuk
bekerja menghasilkan uang, slama ini pasien hanya bersekolah
dan mendapatkan uang dari ayahnya.
Penggunaan obat : klien tidak dapat meminum obatnya sendiri setiap
meminum obat harus dipaksa oleh perawat terlebih dahulu.
DX Kep : koping individu inefektif.
e. Sistem pendukung :
Keluarga berusaha mengobatakan klien bila mengalami sakit.
Mekanisme koping:
Bila ada masalah klien cenderung diam tidak mau menceritakan pada
orang lain.
DX Kep : koping individu inefektif.
f. Pemeliharaan kesehatan : pasien bisa mandi secara mandiri.
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

 Masalah dengan dukungan kelompok


Ketika ditanya klien mengatakan hanya keluarganya jarang
mengajak bicara
 Masalah berhubungan lingkungan
Klien mengatakan jarang keluar rumah dan kurang mampu
beradaptasi dengan lingkungannya.
 Masalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan ingin melanjutkan sekolahnya karena
 Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan belum bekerja
22
 Masalah dengan perumahan
Klien tinggal bersama ibu ayah dan adiknya.
 Masalah dengan ekonomi
Klien mengatakan selama ini hanya mengandalkan uang saku
dari orang tuanya untuk keperluan sekolah dan lain-lain
 Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan kalau orang sakit datang ke rumah sakit.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

Aspek pengetahuan

Faktor presipitasi

Jelaskan : pasien mengatakan tahu tentang sakitanya, tetapi ia tidak


mengetahui tentang gangguan jiwa itu apa.

Klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan


yang kurang tentang penyakitnya saat ini
Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakit
yang di derita.

IX. ASPEK MEDIS


 Diagnosa Medis: F 23.2 (acute polymorphic psychotic disorter
with simptomps)
- Axis 1 : F 23.2 (acute polymorphic psychotic disorter with
simptomps).
- Axis 2 :
- Axis 3 :
- Axis 4 :
- Axis 5 :
 Terapi medik:
- Ladomer drop
- Abilipy discmelt 10mg
- Hexymer 2mg
- Curcuma

23
ANALISA DATA

No. Data Masalah/Diagnosa Keperawatan

1. Ds: pasien merasa sering melihat orang Gangguan persepsi sensori :


atau teman-temannya memakai obat- halusinasi pengelihatan
obatan terlarang di sekitar ruangan dan
oasien juga tidak mau makan karena
setiap kali melihat makanan seperti
melihat pocong dan merasa ada yang
memberi obat-obatan terlarang di
makanannya
Do: pasien lebih suka menyendiri, pasien
lebih sering melihat ke satu titik focus
dengan tatapan tajam, ekspresi muka
murung,sedih dan gelisah.
2. Ds : Klien mengatakan pernah marah- Resiko perilaku kekerasan
marah sampai memukul ibunya.
Do: mau menatap lawan bicara
3. Ds: Klien mengatakan malas bergaul Isolasi sosial
dengan orang lain lebih suka berdiam
diri didalam kamar
Do: menyendiri, melamun, Klien berbicara
dengan temannya jika ada perlunya
saja.

4. Ds: Klien mengatakan putus dengan Respon pasca trauma


pacarnya
Do: klien murung, sedih dan menunduk.
5 Ds: Klien mengatakan jika ada masalah Koping individu tidak efektif
klien jarang/tidak pernah cerita dengan
orang lain, banyak diam, dan menyendiri.
Do: klien tampak diam dan menyendiri di
kamar

24
X. DAFTAR MASALAH
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pengelihatan
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial: Menarik diri
4. Respon pasca trauma
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit
6. Koping individu tidak efektif
7. Koping keluarga tidak efektif

XI. POHON MASALAH

Resiko tinggi menciderai


diri sendiri, orang lain,
Efek
dan lingkungan.

Gangguan persepsi Core


sensori :halusinasi problem

Isolasi sosial : menarik causa


diri

Respon pasca Koping individu tidak Koping keluarga


trauma efektif tidak efektif

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi penglihatan

25
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
Nama : An.S No. Reg : ............

Jenis kelamin : laki-laki Ruang : Ruang Wijaya Kusuma

Diagnosa Perencanaan
Tgl Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi

Gangguan TUM: Klien Setelah 1x 1.1 Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
Persepsi dapat pertemuan klien dengan menggunakan prinsip merupakan langkah awal
Sensori: mengontrol dapat membina komunikasi terapeutik menentukan keberhasilan
Halusinasi halusinasinya hubungan saling a. Sapa klien dengan ramah baik rencana selanjutnya
Pengelihatan yang percaya dengan verbal maupun non verbal
dialaminya perawat dengan b. Perkenalkan nama, nama
kriteria evaluasi: panggilan, dan tujuan perawat
TUK 1:
ekspresi bersahabat, berkenalan
- Klien dapat menunjukkan rasa c. Tanyakan nama lengkap dan
membina senang, ada kontak nama panggilan yang disukai
hubungan mata, mau berjabat klien

26
saling tangan, mau d. Buat kontrak yang jelas
percaya menyebutkan nama, e. Tunjukkan sikap yang jujur
mau membalas dan menepati janji setiap kali
salam, mau interaksi
berdampingan f. Tunjukkan sikap empati
dengan perawat, dan menerima apa adanya.
mau mengutarakan g. Beri perhatian pada klien dan
masalahnya. perhatikan kebutuhan dasar
klien
1.2 Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Untuk mengurangi kontak
1.3 Dengarkan ungkapan klien
klien dengan
dengan penuh perhatian ekspresi
halusinasinya dengan
perasaan klien.
mengenal halusinasi akan
h.
membantu mengurangi
dan menghilangkan
halusinasi

27
TUK 2: Setelah 1x interaksi 2.1. Adakan kontak sering dan Mengetahui apakah
klien dapat singkat secara bertahap halusinasi datang dan
- Klien dapat
menyebutkan: 2.2. Observasi tingkah laku klien menentukan tindakan
mengenal
terkait halusinasinya, jika yang tepat untuk
halusinasin a. Isi
menemukan klien yang sedang halusinasinya
ya b. Waktu
halusinasi: bicara dan tertawa
c. Frekuensi
tanpa stimulus, memandang ke
d. Situasi dan
kanan/ke kiri/ke depan seolah-
kondisi yang
olah ada teman berbicara.
menimbulkan
2.3. Bantu klien mengenal
halusinasi
halusinasinya:
a. jika menemukan klien yang
sedang halusinasi, tanyakan
apakah ada bisikan yang
didengar atau melihat
bayangan yang tanpa wujud
atau merasakan sesuatu yang
tidak ada wujudnya.
Mengenalkan pada klien
b. jika klien menjawab ada

28
lanjutkan apa yang terhadap halusinasinya
dialaminya dan mengidentifikasi
c. katakan bahwa perawat faktor pencetus
percaya klien mengalami hal halusinasinya
tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. katakan bahwa klien jika ada
yang seperti klien
e. katakan bahwa perawat akan
membantu klien
2.4. Jika klien sedang tidak
berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien:
a. Isi, waktu, dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,

29
siang, sore, malam, atau
sering dan kadang-kadang)
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
2.5. Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah/takut, sedih,
senang, bingung) beri
kesempatan mengungkapkan
perasaan
2.6 Diskusikan dengan klien apa
yang dilakukan untuk mengatasi
perasaan tersebut

2.7 Diskusikan tentang dampak yang


akan dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya

30
Setelah 1x interaksi
klien menyatakan
perasaan dan
responnya saat
mengalami
halusinasi:

 Marah
 Takut
 Sedih
 Senang

TUK 3: 1. Setelah 1x 3.1. Identifikasi bersama klien cara Menentukan tindakan

31
- Klien dapat interaksi klien tindakan yang dilakukan jika yang sesuai bagi klien
mengontrol menyebutkan terjadi halusinasi (tidur, marah, untuk mengontrol
halusinasinya tindakan yang menyibukkan diri, dll) halusinasinya
biasanya
dilakukan untuk
mengendalikan
halusinasinya

3.2.Diskusikan cara yang digunakan


klien:
a. Jika cara yang digunakan
2. Setelah 1x
adaptif beri pujian
interaksi klien
b. Jika cara yang digunakan
menyebutkan cara
maladaptif diskusikan
baru mengontrol
kerugian cara tersebut
halusinasi
3.3.Diskusikan cara baru untuk
memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi:
a. Menghardik halusinasi:

32
katakan pada diri sendiri
bahwa ini tidak nyata (“saya
tidak mau
3. Setelah 1x dengar/lihat/penghidu/raba/ke
interaksi klien cap pada saat halusinasi
dapat memilih dan terjadi)
memperagakan b. Menemui orang lain
cara mengatasi (perawat/teman/anggota
halusinasinya keluarga) untuk menceritakan
tentang halusinasi
c. Membuat dan melaksanakan
jadwal kegiatan sehari-hari
yang telah disusun
d. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat untuk mengendalikan
halusinasi.

3.4.Bantu klien memilih cara yang

33
sudah dianjurkan dan lagi untuk
mencobanya
3.5.Pantau pelaksanaan yang telah
dipilih dan dilatih, jika berhasil
beri pujian.
3.6.Anjurkan dan ikut sertakan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, stimulasi
persepsi/orientasi realita.

4. Setelah 1x
interaksi klien
melaksanakan
cara yang telah
dipilih untuk
mengendalikan
halusinasinya

34
5. Setelah 1x
pertemuan
klien mengikuti
terapi aktivitas
kelompok
TUK 4: 1. Setelah 1x 4.1. Buat kontrak dengan keluarga Membantu klien
pertemuan untuk pertemuan (waktu, tempat menentukan cara
- Klien dapat
keluarga, keluarga dan topik) mengontrol halusinasi.
dukungan dari
menyatakan setuju 4.2. Diskusikan dengan keluarga Periode berlangsungnya
keluarga
untuk mengikuti (pada saat pertemuan keluarga) halusinasi:
dalam
pertemuan dengan 1. Pengertian halusinasi
mengontrol 1. Memberi support
perawat 2. Tanda dan gejala halusinasi
halusinasinya kepada klien
2. Setalah 1x 3. Proses terjadinya halusinasi
2. Menambah
interaksi keluarga 4. Cara yang dapat dilakukan
pengetahuan klien
menyebutkan klien dan keluarga untuk
untuk melakukan
pengertian, tanda memutus halusinasi
tindakan
dan gejala proses 5. Obat-obatan halusinasi
pencegahan
terjadinya 6. Cara merawat anggota
halusinasi
halusinasi dan keluarga yang halusinasi di

35
tindakan untuk rumah (beri kegiatan, jangan
mengendalikan biarkan sendiri, makan
halusinasi bersama, berpergian
bersama, memantau obat-
obatan, dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi
7. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak
dapat diatasi di rumah
TUK 5: 1. Setelah 1x 5.1. Diskusikan dengan klien Membantu klien untuk
interaksi klien tentang manfaat dan kerugian beradaptasi dengan cara
- Klien dapat
menyebutkan: tidak minum obat, nama, warna, alternatif yang ada.
memanfaat
a. Manfaat dosis, cara, efek terapi, dan efek
kan obat
minum obat samping penggunaan obat
dengan
b. Kerugian 5.2. Pantau klien saat penggunaan
baik
tidak minum obat

36
obat 5.3. Anjurkan klien minta sendiri
c. Nama, obat pada perawat agar dapat
Memberi motivasi agar
warna, dosis, merasakan manfaatnya
caranya diulang
efek terapi, 5.4. Beri pujian jika klien
dan efek menggunakan obat dengan benar
samping 5.5. Diskusikan akibat berhenti
obat minum obat tanpa konsultasi
2. Setelah 1x dengan dokter
interaksi klien 5.6. Anjurkan klien untuk konsultasi
mendemonstrasi kepada dokter atau perawat jika
kan penggunaan terjadi hal-hal yang tidak
obat dengan diinginkan
benar
3. Setelah 1x
interaksi klien
menyebutkan
akibat berhenti
minum obat
tanpa konsultasi

37
dokter

38
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Interaksi 1
Hari senin tanggal 25 Maret 2019

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds : Pasien mengatakan sering melihat orang-orang atau teman-
temannya memakai obat-obatan terlarang disekitar ruangan. Dan
pasien juga mengatakan tidak mau makan karena melihat
makanan seperti melihat pocong dan merasa di makanannya ada
obat-obatan terlarangnya.
Do : - Klien terlihat binggung
- Kontak mata baik
- Klien kooperatif
- Klien sering melihat ke satu titik dengan tatapan tajam
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori presepsi : halusinasi penglihatan
3. Tujuan Khusus (TUK)
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya
b. Klien mampu mengenal halusinasi dan mampu mengontrol
halusinasi dengan menghardik
c. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan enam benar minum
obat
4. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
b. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
d. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi klien
e. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
f. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi

39
1. Salam teraupeutik
Assalamu’alaikum mas, perkenalkan kami mahasiswa praktek dari
Stikes Kepanjen Malang yang akan dinas diruang Wijaya Kusuma
ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07.00-13.30
siang. Saya akan merawat mas selama diruang Wijaya Kusuma ini.
Sebelumnya nama mas siapa? Suka dipanggil siapa mas ?
Rumahnya dimana ?
2. Evaluasi / validasi
Bagaimana keadaan mas S hari ini?
3. Kontrak
 Topik : Baiklah mas, bagaiman kalau kita berbincang-bincang
tentang hal-hal yang sering mas lihat itu dan cara mengontrol
hal-hal yang sering mas lihat tersebut. Apakah mas bersedia?
 Waktu : Berapa lama mas S mau bercakap-cakap? Bagaimana
kalau 20 menit ?
 Tempat : Mas mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana
kalau disini saja ?
b. Fase Kerja
Apakah mas S sering melihat hal-hal tersebut ? Saya percaya mas S
melihat hal-hal tersebut, tapi saya sendiri tidak melihat hal-hal itu.
Apakah mas S melihat terus-menerus atau sewaktu-waktu? Kapan
paling sering mas S melihat hal-hal itu? Berapa kali dalam sehari mas
S melihatnya? Pada keadaan apa mas S sering melihat hal terseut ?
Apakah pada waktu sendiri ? Apa yang mas rasakan ketika melihat
hal-hal tersebut ? Bagaiman perasaan mas S ketika melihat hal itu?
Kemudian apa yang mas lakukan? Apakah dengan cara tersebut hal-hal
yang sering mas lihat itu bisa hilang? Apa yang dialami mas S, itu
namanya halusinasi. Ada 4 cara untuk mengontrol halusinasi, yaitu:
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah mas S bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya
mas ? Begini saya akan memperaktikkan dahulu baru mas S

40
memperaktikkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini jika mas
S melihat hal-hal tersebut katakan “astaghfirullah haladzim” sambil
menutup kedua mata, seperti itu ya mas S. Coba sekarang mas S ulangi
lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus sekali mas S coba sekali lagi
ya mas. Wah… bagus sekali mas.
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
Bagaiman perasaan mas S setelah kita berbincang-bincang?
Evaluasi obyetif (perawat)
Kalau mas S melihat hal-hal itu lagi, mas lakukan cara yang
pertama yaitu menghardik.
2. Rencana tindak lanjut
Kalau mas melihat hal-hal itu lagi, mas bisa melaporkannya kepada
perawat yang jaga diruangan ya mas ?
3. Kontrak yang akan datang
 Topic : Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang cara yang ke 2, yaitu dengan minum obat untuk
mencegah hal-hal itu muncul lagi. Apakah mas bersedia?
 Waktu : mas S mau jam berapa bagaiman kalu jam 10.00?
 Tempat : mas S mau dimana berbincang- bincangnya ?
bagaimana kalau disini saja ? baiklah besok saya akan kesini
jam 10.00 ya mas sampai jumpa besok ya mas S saya permisi
dulu.

41
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama :An. S Ruang : Wijaya Kusuma No RM :
No Tanggal Implementasi keperawatan Evaluasi
dx dan jam
1. 25 Maret a) Mengidentifikasi jenis S :
2019 halusinasi klien Pasien mengatakan
13.00 b) Mengidentifikasi isi sering melihat orang-
halusinasi klien orang atau teman-
c) Mengidentifikasi waktu temannya memakai obat-
halusinasi klien obatan terlarang
d) Mengidentifikasi situasi disekitar ruangan. Dan
yang menimbulkan pasien juga mengatakan
halusinasi klien tidak mau makan karena
e) Mengidentifikasi respon melihat makanan seperti
klien terhadap halusinasi melihat pocong dan
f) Mengajarkan klien merasa di makanannya
menghardik halusinasi ada obat-obatan
terlarangnya.
O:
- Klien terlihat binggung
- Kontak mata baik
- Klien kooperatif
- Klien sering melihat ke
satu titik dengan
tatapan tajam
A:
Klien sudah mampu
mengontrol dan mampu
menghardik halusinasi

P : lanjutkan SP2

42
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Interaksi 2
Hari Selasa tanggal 26 Maret 2019

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds : Pasien mengatakan sering melihat orang-orang atau teman-
temannya memakai obat-obatan terlarang disekitar ruangan. Dan
pasien juga mengatakan tidak mau makan karena melihat
makanan seperti melihat pocong dan merasa di makanannya ada
obat-obatan terlarangnya.
Do : - Klien terlihat binggung
- Kontak mata baik
- Klien kooperatif
- Klien sering melihat ke satu titik dengan tatapan tajam
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori presepsi : halusinasi penglihatan
3. Tujuan Khusus (TUK)
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
c. Mengontrol halusinasi dengan bercakap – cakap
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada ganngguan jiwa
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
d. Jelaskan akibat jika putus obat
e. Jelaskan cara mendapatkan obat
f. Jelasakan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar
obat, benar klien, benar cara, benar waktu benar dosis)
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
1. Salam teraupeutik

43
Assalamu’alaikum mas S , masih ingat dengan saya? bagaimana
perasaan mas hari ini ?
2. Evaluasi / validasi
Apakah mas S halusinasinya masih ada? Apakah mas S telah
melakukan apa yang telah kita lakukan ? bagaimana mas S dengan
menghardik apakah hal-hal yang mas lihat sudah berkurang ? bagus
sekarang coba praktikan pada saya bagaimana mas S melakukannya.
Bagus sekali mas . coba lihat jadwal kegiatan hariannya? Bagus sekali
mas.
3. Kontrak
Topic : baiklah hari ini kita akan latihan cara yang kedua, dan cara
yang kedua itu adalah cara mengendalikan penglihatan mas tentang
hal-hal tersebut dengan cara minum obat yang benar apakah mas
bersedia ?
Waktu : berapa lama mas S mau bercakap –cakap ? bagaiman kalau 20
menit ?
Tempat : mas S mau bercakap –cakap dimana ? bagaiman kalau
diruang tamu ? baiklah mas S
b. Fase Kerja
Mas S sudah dapat obat dari perawat ? mas S perlu minum obat secara
teratur agar pikiran jadi tenanng dan tidur nyenyak
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien )
Bagaiman perasaan mas S setelah kita bercakap – cakap tentang obat ?
Evaluasi obyetif (perawat )
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara –suara ?
coba mas S sebutkan !
2. Rencana tindak lanjut
Jadwal minum obat sudah kita buat dan mari kita masukan kedalam
jadwal harian mas S jangan lupa dilakukan secara teratur ya mas S.
3. Kontrak yang akan datang

44
Topic : baiklah mas S bagaiman kalau besok bertemu lagi untuk
melihat maanfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol
halusinasi yang 3 yaitu bercakap –cakap dengan orang lain apakah mas
S bersedia?
Waktu : mas S mau jam berapa bagaiman kalu jam 10.00 ?
Tempat : mas S mau dimana berbincang- bincangnya ? bagaimana
kalau diruangan ini ? baiklah besok saya akan kesini jam 10.00 sampai
jumpa besok mas S saya permisi dulu.

45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : An. S Ruang : Wijaya Kusuma No RM :


No Tanggal Implementasi keperawatan Evaluasi
dx dan jam
1. 26 Maret 1. Membina hubungan S :
2019 saling percaya Pasien mengatakan sering melihat
10,00 2. Mengevaluasi jadwal orang-orang atau teman-
kegiatan harian klien temannya memakai obat-obatan
3. Menerangkan betapa terlarang disekitar ruangan. Dan
pentingnnya pasien juga mengatakan tidak
penggunaan obat pada mau makan karena melihat
ganngguan jiwa makanan seperti melihat pocong
4. Menjelaskan akibat dan merasa di makanannya ada
bila obat tidak obat-obatan terlarangnya.
digunaakan sesuai O :
program - Klien terlihat binggung
5. Menjelaskan akibat - Kontak mata baik
bila putus obat - Klien kooperatif
6. Menjelaskan cara - Klien sering melihat ke satu titik
menggunakan obat dengan tatapan tajam
dengan prinsip 6 A:
benar (benar obat,  Klien bisa diajak bicara
benar klien, benar  Klien mampu menghardik
cara, benar waktu halusinasinya yang sering di
benar dosis ) dengar
 Klien kooperatif
 Klien kontak mata baik
 Klien patuh minum obat
P : untuk klien
 Motivasi klien untuk teratur
minum obat

46
 Masukan dalam jadwal
kegiatan harian klien

47
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Interaksi 3
Hari Rabu tanggal 27 Maret 2019

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds : Pasien mengatakan sering melihat orang-orang atau teman-
temannya memakai obat-obatan terlarang disekitar ruangan. Dan
pasien juga mengatakan tidak mau makan karena melihat
makanan seperti melihat pocong dan merasa di makanannya ada
obat-obatan terlarangnya.
Do : - Klien terlihat binggung
- Kontak mata baik
- Klien kooperatif
- Klien sering melihat ke satu titik dengan tatapan tajam
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori presepsi : halusinasi penglihatan
3. Tujuan Khusus (TUK)
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
c. Mengontrol halusinasi dengan bercakap – cakap
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada ganngguan jiwa
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
d. Jelaskan akibat jika putus obat
e. Jelaskan cara mendapatkan obat
f. Jelasakan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar ( benar
obat, benar klien, benar cara, benar waktu benar dosis )
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
1. Salam teraupeutik

48
Assalamu’alaikum bu S, masih ingat dengan kami. baggaiman
prasaan ibu hari ini.
2. Evaluasi / validasi
Apakah bu S masih mendengar saura ? apakah ibu telah melakukan
apa yang telah kita lakukan ? bagaimana, apakah dengan
menghardik suara-suara yang didengar berkurang ? bagus, coba
praktekkan! Bagaimanabu S melakukannya. Bagus sekali bu S.
coba lihat jadwal kegiatan hariannya.
3. Kontrak
 Topik : baiklah hari ini kita akan latihan cara mengendalikan
suara dengan cara minum obat yang benar, setuju ya bu S ?
 Waktu : berapa lama bu S mau bercakap –cakap ? bagaiman
kalau 15 menit ?
 Tempat : bagaimana kalau ditempat ini bu S ? bailah Bu S
2. FASE KERJA
Bu.S sudah dapat obat dari perawat ? bu . S perlu minum obat
secara teratur agar pikiran jadi tenanng dan tidur nyenyak
3. FASE TERMINASI
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien )
Bagaiman perasaan bu .S setelah kita bercakap – cakap tentang
obat ?
Evaluasi obyetif (perawat )
Kalau ibu mendengar kembali suara-suara itu,ibu lakukan cara
yang pertama yaitu menghardik jika masih muncul coba cara kedua
yaitu minum obat ya Bu ?
4. Rencana tindak lanjut
Jadwal minum obat sudah kita buat dan mari kita masukan
kedalam jadwal harian bu S jangan lupa dilakukan secara teratur ya
bu S
5. Kontrak yang akan datang

49
 Topic : baiklah bu S bagaiman kalau besok bertemu lagi untuk
melihat maanfaat minum obat dan berlatih cara untuk
mengontrol halusinasi yang 3 yaitu bercakap –cakap dengan
orang lain apakah bu S bersedia ?
 Waktu : bu S mau jam berapa bagaiman kalu jam 10.00 ?
 Tempat : bu S kiat mau diman berbincang- bincang ?
bagaimana kalau diruangan ini ? baiklah besok saya akan kesini
jam 10.00 sampai jumpa besok bu S saya permisi dulu

50
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : An.S Ruang : Wijaya Kusuma No RM :


No Tanggal Implementasi Evaluasi
dx dan keperawatan
jam
1. 27 1. Membina hubungan S :
Maret saling percaya klien mengatakan
2019 2. Mengevaluasi jadwal mendengar suara–suara
12.00 kegiatan harian klien yang mengancam
3. Menerangkan betapa dirinya
pentingnnya
penggunaan obat pada 0 :
ganngguan jiwa  klien tampak
4. Menjelaskan akibat mengarahkan telinga
bila obat tidak kearah suara yang
digunaakan sesuai membisikinnya
program  klien tampk gelisah
5. Menjelaskan akibat  klien tampak
bila putus obat bingung
6. Menjelaskan cara  klien sering
menggunakan obat memandang satu
dengan prinsip 6 benar arah
( benar oba, benar
klien,benar cara , A:
benar waktu benar  Klien bisa diajak
dosis ) bicara
 Klien mampu
menghardik
halusinasinya yang
sering di dengar
 Klien kooperatif

51
 Klien kontak mata
baik
 Klien patuh minum
obat

P : untuk klien
 Motivasi klien untuk
teratur minum obat
 Masukan dalam
jadwal kegiatan
harian klien

52
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Interaksi 4
Hari Kamis tanggal 28 Maret 2019
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds :
Do :
Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori presepsi : halusinasi pendengaran
2. Tujuan Khusus (TUK)
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
3) Mengontrol halusinasi dengan bercakap – cakap
4) Mengontrol halusinasi dengan menghardik
3. Tindakan keperawatan
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Jelaskan cara menggunakan obat dengan pinsip 6 benar (benar
obat, benar klien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
3) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain)
4) Menganjurkan kepada klien agar memasukkan ke jadwal kegiatan
harian klien.
5) Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
3. Salam teraupeutik
Assalamu’alaikum bu S , masih ingat dengan kami . baggaimana
perasaan ibu hari ini?
4. Evaluasi / validasi
Apakah bu S halusinasinya masih muncul? Apakah bu S telah
melakukan melakukan dua cara yang telah kita pelajari kemarin? Coba
saya lihat jadwal kegiatan hariannya itu? Latihan menghardik belum

53
dilakukan secara te minum obatnya sudah sesuai jadwal. Sekarang
terartur dan minum obatnya sudah sesuai jadwal. Sekarang ibu S coba
praktekkan cara menghardik bila suara itu datang lagi dan apakah
dengancara itu suara yang ibu S berkurang?
5. Kontrak
Topic : Baiklah bu S, sesuai dengan janji kemarin, hari ini kita akan
belajar kembali cara menhardik dan bercakp-cakap dengan orang lain,
apakah ibu bersedia?
Waktu : Berapa lama bu S mau bercakap –cakap ? bagaiman kalau 20
menit ?
Tempat : Bu S mau bercakap –cakap dimana ? bagaiman kalau diruang
tamu ? baiklah bu S
b. Fase Kerja
Caranya adalah jika bu.s mulai mendengar suara-suara lagi, langsung
tutup telinga dan bilang jika itu suara palsu “kamu suara palsu pergi-
pergi”. Bisa juga dengan langsung bu.s cari teman untuk diajak bicara.
Minta teman Bu.S untuk berbicara denganibu. Contohnya begini “
Tolong berbicara dengan saya, saya mulai mendengar suara-suara.
Ayo kita ngobrol dengan saya 1 atau Bu.S minta pada ibu perawat
untuk berbicara dengan ibu seperti bu tolong berbicara dengan saya
mulai mendengar suara-suara. Coba ibu praktekkan, bagus sekali
Bu.S.
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
Bagaiman perasaan bu .S setelah kita berlatih kembali cara
mengontrol suara-suara dengan menghardik dengan bercakap-
cakap?
Evaluasi obyetif (perawat)
Jadi sudah berapa cara yang telah kita pelajari untuk mengontrol
halusinasi?
2. Rencana tindak lanjut

54
Bu. S harus bercakap-cakap atau menutup telinga dan bilang jika
itu suara palsu ketika suara itu muncul. Jangan lupa Bu.S lakukan
itu secara teratur dan minum obat secara tertatur agar suara-suara
yang Bu.S dengarakan tidak menganggu Bu.S lagi.
3. Kontrak yang akan datang
Topic : baiklah bu S bagaiman kalau besok bertemu lagi untuk
berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang 3 yaitu bercakap –
cakap dengan orang lain apakah bu S bersedia ?
4. Waktu : bu S mau jam berapa bagaiman kalu jam 10.00 ?
Tempat : bu S kiat mau diman berbincang- bincang ? bagaimana
kalau diruangan ini ? baiklah besok saya akan kesini jam 10.00
sampai jumpa besok bu S saya permisi dulu

55
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : An.S Ruang : Wijaya Kusuma No RM :


No Tanggal Implementasi keperawatan Evaluasi
dx dan jam
1. 28 Maret 1. Membina hubungan S : klien mengatakan mendengar suara –
2019 saling percaya suara yang mengancam dirinya
10.00 2. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien O : klien tampak mengarahkan telinga
3. Menerangkan betapa kearah suara yang membisikinnya,
pentingnnya penggunaan sering memandang satu arah, klien
obat pada ganngguan jiwa tampak gelisah klien tampak bingung
4. Menjelaskan tentang cara
menghardik halusinasi A :
dengan cara bercak-  Klien bisa diajak bicara
cakap.  Klien mampu menghardik
5. Membantu memasukkan halusinasinya yang sering di dengar
ke jadwal kegiatan harian  Klien kooperatif
klien  Klien kontak mata baik
6. Mengajarkan kembali  Klien patuh minum obat
klien menghardik  Klien mulai bercakp-cakap dengan
halusinasi. temannya.

P : untuk klien
 Motivasi klien untuk teratur
minum obat
 Masukan dalam jadwal kegiatan
harian klien
 Ajarkan kembali klien untuk
bercakap-cakap dengan
temannya.

56
ANALISA PROSES INTERAKSI

(API)

Inisial klien : An.S

Status interaksi Perawat - Klien : 1 (fase perkenalan)

Tempat : Halaman belakang

Lingkungan : Di ruang Wijaya Kusuma berhadapan dengan klien, suasana tenang.

Deskripsi klien : Penampilan rapi, kontak mata kurang baik.

Tujuan komunikasi : membina hubungan saling percaya, dan mampu mengungkapkan masalahnya.

57
Komunikasi verbal Komunikasi non Analisa berpusat pada Analisa berpusat Rasional
verbal perawat pada klien

P : Selamat pagi P : memandang P: ingin membuka K: merasa masih Kalimat pembuka dalam
mas? Boleh saya klien dengan percakapan dengan belum mengerti memulai suatu percakapan
duduk di tersenyum klien dan berharap tentang adalah salah satu cara
samping mas? dengan sapaan kedatangan membina hubungan saling
yang diberikan perawat percaya
K: pagi mbak, boleh
K: ekspresi wajah perawat, bisa
datar, klien mau diterima oleh klien
memandang
perawat

P: perawat merasa
klien harus diberi K: mengerti dengan Memperkenalkan diri dapat
P : Perkenalan nama
P: memandang klien pendekatan dan kedatangan menciptakan rasa percaya
saya adalah
sambil tersenyum dijelaskan maksud perawat pada klien terhadap perawat
nuanza wulan,
dan menjulurkan kedatangan

58
biasa dipanggil tangan kepada perawat
sasa, saya klien
mahasiswa stikes
kepanjen yanag
praktek di
ruangan wijaya
kusuma selama 2
minggu dan saya
akan merawat
mas S.
K: klien mau
K: iya mbak…
berjabat tangan
dan
menyebutkan
namanya

P: memandang klien

59
P: nama mas siapa? sambil tersenyum P: perawat ingin tahu K: klien bisa Dengan mengenal nama
Umurnya nama klien dan menerima klien dan pasien sudah
K: menyebutkan
berapa? Berasal merasa klien kedatangan mengenal perawat maka
nama, umur dan
dari mana? memulai bisa lebih perawat akan memudahkan proses
alamat
dekat dengan interaksi
K: A.S, 13 tahun,
perawat dan butuh
Desa Sekar mbak
lagi waktu untuk
P: memandang klien
lebih mengenal dan
sambil tersenyum
dekat dengan
K: klien mau perawat
memandang
perawat dan
P:lebih senang
menjawab P : ingin melanjutkan K: sudah mengerti
dipanggil apa
pertanyaan komunikasi dan dengan Dapat mengetahui panggilan
mas? Mas apa
perawat interaksi lebih kedatangan kesukaan pasien
adek?
dalam perawat dan
P: memandang klien
K: mas saja mbak merasa mulai
sambil tersenyum
kenal dengan

60
K: ekspresi wajah perawat
datar

P : mencoba menggali Menunjukkan perhatian


kondisi klien dan sehingga bisa menjalin rasa
P : bagaimana kabar K : klien menjawab
merasa pertanyaan percaya
mas pada pagi P: memandang klien pertanyaan
dijawab dengan
hari ini? dengan singkat
benar
K: baik mbak
K: ekspresi wajah P : mencoba menggali
P : apa yang mas datar informasi tentang K : menduga-duga Mengetahui informasi
rasakan hari ini? keluhan klien arah pertanyaan tentang keluhan dari klien
P: memandang klien
dan mulai berfikir
K : saya sering sambil tersenyum P : ingin membantu
dan merasa tidak
melihat hal-hal klien mengenal
terganggu oleh
seperti teman- halusinasinya.
perawat
teman saya
memakai obat-

61
obatan terlarang
di sekitar
K : ekspresi wajah Kontrak berikutnya harus
ruangan
datar dan mendapat persetujuan klien.
menatap pasien.
P : ingin mengetahui
P : sejak kapan mas
isi halusinasi
mengalami
P : menatap klien
halusisani itu?
Apa mas K : menjawab
melihatnya terus singkat
menerus, atau
P : memandang
hanya sewaktu-
klien
waktu saja. Dan
mas paling sering
melihat itu pada P : memandang klien
K : memperhatikan
waktu apa?bisa sambil tersenyum.
perawat
Dapat mengetahui isi
berapa kali
halusinasi
dalam sehari mas

62
melihatnya? P : memandang P : ingin mengetahui
klien sambil waktu halusinasi
K : sejak 2 K : mampu Isi halusinasinya merupakan
tersenyum
mingguan yang menjawab isi yang menyebabkan
lalu mbak,saya K : menjawab. pertanyaan yang gangguan jiwa.
P : ingin mengetahui
melihatnya diberikan perawat
waktu,frekuensi dan
sewaktu-waktu
juga isi yang dialami
saja dan saya
klien
melihat hal itu
pada saat
sendiri,dan tidak
tentu kadang 3x
kadang juga 5x
dalam sehari

63
K: mampu menjawab Dapat mengetahui perasaan
semua klien
P : apa yang P : ingin mengetahui
pertanyaan
dirasakan saat apa yang dirasakan
P : memperhatikan perawat.
merasakan hal klien saat halusinasi
klien
tersebut? muncul

K : saya merasa
jengkel mbak
K : merasa
P : Apa yang mas pertanyaan
P : untuk mengetahui
lakukan? mendapat respon
cara apa yang
dari klien
K : ingin dilakukan klien
memukulnya untuk menghardik
mbak K : menjawab halusinasi
dengan hati-hati
K : menjawab
P : bagaimana cara dengan singkat.
mas P : menatap klien

64
menghilangkan
sesuatu yang
P : pasien Untuk mengetahui
mas lihat itu?
kooperatif bagaimana cara klien
K : menjawab cara
K : dengan menutup mengontrol halusinasi
untuk mengontrol
mata dan
halusinasi.
istighfar mbak

P : sudah benar cara


P : mengajarkan cara
yang mas
P : pasien untuk menghardik
lakukan,
kooperatif yang kedua
bagaimana kalau
kita lanjut ke
cara yang ke 2
untuk
mengontrol
halusinasi mas

65
K : iya mbak

P : begini mas
caranya, yaitu
Untuk mengetahui
dengan minum
bagaimana cara klien
obat secara
mengontrol halusinasi
teratur

K : iya mbak

P : apa mas hari ini


P : mengetahui apa
sudah minum
klien sudah minum
obat? Pagi tadi?
obat
Berapa jumlah
obat yang mas
minum?

K : sudah mbak tadi K : memberikan

pagi saya minum informasi bahwa


klien sudah

66
obat 2 butir minum obat

P : apa mas tau Untuk mengetahui


efeknya kalau bagaimana cara klien
tidak minum mengontrol halusinasi
obat? K : menjawab
dengan singkat.
K : tidak mbak?

P : kalau mas tidak


meminum obat
nanti halusinasi
mas akan
bertambah parah
Untuk mengetahui bagaimana
K: oh iya mbak, K : menjawab
cara klien mengontrol
berarti saya dengan singkat.
halusinasi
harus minum ya
mbak

67
P : iya mas, kalau
manfaatnya apa
K : menjawab
mas tahu
dengan singkat.
Untuk mengetahui
K : tidak mbak
bagaimana cara klien
P : kalau mas sudah mengontrol halusinasi
minum teratur,
maka
halusinasinya
tidak muncul lagi

K : oh iya mbak

P : apa mas sudah


paham, kalau
sudah kita lanjut
ke cara yang ke
3 ya, dengan
bercakap-cakap

68
dengan orang
lain atau teman-
Untuk mengetahui
teman
bagaimana cara klien
K : iya mbak mengontrol halusinasi

P : begini mas kalau


mas melihat
orang-orang atau
teman-teman
mas yang tidak
nyata, maka
mas lakukan
bercakap-cakap
dengan orang
lain untuk
menghilangkan
halusinasi

69
tersebut.

K : Iya mbak Untuk mengetahui


bagaimana cara klien
P: apa mas bisa
mengontrol halusinasi
melakukannya

K : iya mbak

P : kalau sudah
paham kita lanjut Untuk mengetahui bagaimana
ke cara yang ke cara klien mengontrol
4 ya mas halusinasi

K: iya mbak

P : begini ya mas Untuk mengetahui


kalau sudah bagaimana cara klien
paham cara-cara mengontrol halusinasi
diatas yang
terahir mas

70
lakukan aktifitas
yang membuat
mas tidak
melihat
halusinasi
tersebut, dan
mas bisa
memasukkan
kegiatan tersebut
kedalam jadwal
harian yang
sudah kita buat.
Bagaimana mas
apa mas paham

K: iya mbak

P : kalau begitu saya Untuk mengetahui


tinggal dulu yam bagaimana cara klien

71
as nanti mengontrol halusinasinya
disambung lagi

P : Iya mbak

72
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan sejauh mana keberhasilan tindakan


keperawatan secara teoritis yang telah diaplikasikan pada kasus An.S. Dimana
proses terjadinya perubahan persepsi sensori: halusinasi pada klien yakni
disebabkan oleh harga diri rendah. Harga diri rendah disebabkan oleh karena
pasien merasa harga diri rendah dimana harga diri rendah disebabkan oleh depresi
yang dialami pada masa lalu.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005). Tahapan terjadinya halusinasi ada empat fase yaitu fase comforting,
comdemming, controlling, dan conquering. Penatalaksaan pada pasien halusinasi
dengan cara menciptakan lingkungan yang terapiutik, melaksanakan program
terapi dokter kemudian memberi aktivitas kepada klien, menggali permasalahan
klien dan membantu mengatasi masalah yang dan melibatkan keluarga dan
petugas lain dalam proses perawatan.
Pada kasus An S, pasien datang langsung dibawa ke ruang Camar. Dalam
proses asuhan keperawatan yang sudah dilakukan dimana:
1. Hari ke- 1
An. S kondisinya mondar-mandir, senyum sendiri, pandangan mata fokus
pada satu arah, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri. Dari kondisi yang ditunjukkan klien pada
saat awal pengkajian klien masuk halusinasi dalam fase Codemning dimana
klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah
dan takut. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu melakukan bina
hubungan saling percaya, mengenali permasalahan klien dan membimbing
ADL klien.

73
2. Hari ke-2
Pada hari ke-2 kondisi An. S masih suka mondar-mandir, senyum sendiri,
pandangan mata fokus pada satu arah, respon verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri namun sudah mampu
membina hubungan saling percaya dengan perawat, dibuktikan dengan klien
sudah mau bersikap bersahabat, mau berjabat tangan, mau duduk
bersampingan, klien mampu menyebutkan namanya dan nama perawat. Dalam
semua aktivitas klien masih bmembutuhkan bantuan dan bimbingan. Dari
kondisi yang muncul klien masih dalam fase codemning. Tindakan
keperawatan yang dilakukan mengenalkan halusinasi kepada klien, selain itu
perawat juga melakukan tindakan membimbing ADL.
Dalam pembahasan terkait dengan halusinasi pada An.S didapatkan bahwa
teori dan praktek berkesinambungan satu sama lain, dibuktikan saat klien
mengalami halusinasi, klien tersebut merasa takut dan menghindar
halusinasinya jadi klien dikategorikan dalam fase codemning, sehingga kami
mudah untuk melakukan pengkajian karena dalam teori dan praktek sudah
sesuai dengan menggunakan komunikasi terapeutik. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 hari di Ruang Camar, didapatkan bahwa klien
mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat, dibuktikan dengan
klien sudah mau bersikap bersahabat, mau berjabat tangan, mau duduk
bersampingan, klien mampu menyebutkan namanya dan nama perawat. Klien
mampu mengenal halusinasi sebagian dengan bantuan dibuktikan dengan klien
menceritakan isi halusinasi dan kapan halusinasi itu muncul serta bagaimana
perasaan klien saat halusinasi tersebut muncul. Klien juga dapat mengontrol
halusinasi dengan bantuan, dengan cara menghardik. Dari tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan diharapkan kedepannya setelah klien
dipindah ke ruang intermediate klien mampu untuk mengontrol halusinasi dan
memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri.

74
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
mengalami peurbahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. (Damayanti,
2012)
Staurt dan Laraia (2005) membagi halusinasi menjadi 7 jenis halusinasi
yang meliputi halusinasi pendengaran (auditory), halusinasi penglihatan
(visual), halusinasi penghidu (olfactory), halusinasi pengecapan (gustatory),
halusinasi perbaan (tactile), halusinasi ceneshetic, dan halusinasi kinestetik.
Stuart dan Laraia (2005) membagi fase halsinasi menjadi 4 fase berdasarkan
tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien untuk mengendalikan
dirinya, antara lain Fase I (comforting), Fase II (condeming), Fase III
(controling), Fase IV (conquering). Faktor yang mempengaruhi terjadinya
halusinasi yaitu faktor predisposisi, faktor presipitasi.
Menurut Stuart dan Laria (2005) mekanisme koping sering digunakan
pada klien dengan halusinasi meliputi regresi, proyeksi, menarik diri, dan
keluarga. Penatalaksanaan secara medis pada halusinasi menurut Stuart dan
Laraia (2005) yaitu psikofarmakologis, terapi kejang listrik, terapi aktivitas
kelompok. Pengkajian pada klien dengan halusinasi di fokuskan pada faktor
predisposisi, perilaku, fisik, fungsi sistem tubuh, status intelektual, dan status
sosial.
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupansadar atau bangun,
dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca, jika menjumpai seseorang yang
mengalami gangguan persepsi halusinasi agar memberikan perhatian dan
perawatan yang tepat kepada penderita sehingga keberadaanya dapat diterima
oleh masyarakat.

75
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. S.Kp. M.App.Sc.dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan


Jiwa. Jakarta : EGC.
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya.
Airlangga University Press
Keliat,Budi Ana. 1999. Proses keperawatan kesehatan Jiwa. Jakarta, EGC
Keliat,Budi Ana. 2006. Proses keperawatan kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta,
EGC
Keliat, Budi A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Jakarta:EGC

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strartegi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung:PT Refika Aditama
Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri, ed 7, vol 1,
Binarupa aksara, 1997
Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ
III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta, 2001.

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC


Schizophrenia. www.merck.com diakses tanggal 15 Oktober 2011
Schizophrenia. www.emedicine.com diakses tanggal 15 oktober 2011

76

Anda mungkin juga menyukai