Anda di halaman 1dari 19

A.

Hakikat Manusia sebagai Makhluk Budaya

1. Pengertian

Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,
sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu organisme hidup (living
organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim
dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.

Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu
1. wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama
dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di
tempat kebudayaan itu hidup.
2. aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-
aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain
setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini
bersifat nyata atau konkret.
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya
manusia dalam masyarakat.

2.Hubungan manusia dan kebudayaan

Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi. Yaitu :
· Manusia sebagai makhluk biologis
· Manusia sebagai makhluk sosio-budaya

Sebagai mahluk biologi, manusia di pelajari dalam ilmu biologi atau anatomi; dan sebagai
mahluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi budaya. Antropologi budaya
menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dan akal budinya dan struktur
fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya juga memahami dan
melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia.
Akhirnya terdapat konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisa masalah-
masalah hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran
kepada kita bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedang pada hewan
tidak memiliki kemampuan tersebut. Mengapa hanya manusia saja yang memiliki kebudayaan?
Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanya itu
bersumber pada akal manusia.
3. Budaya sebagai sistem gagasan

Budaya sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto, karena
berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila gagasan itu dituliskan
dalam karangan buku.
Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan
berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya berupa rancangan
hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang kita warisi melalui proses
belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya yang kita sebut sebagai nilai budaya.
Jadi, nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku manusia
dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita rasakan dalam sistem
kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat. Hal ini akan
lebih nyata kita lihat dalam hubungan antara manusia sebagai individu lainnya maupun dengan
kelompok dan lingkungannya.

B. Apresiasi Kemanusiaan dan Kebudayaan

1. Perwujudan Kebudayaan

kebudayaan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga da;lam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang di ciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata.
J.J. Hoeningman membagi wujud kebudayaan menmjadi tiga yaitu :

a. Gagasan (wujud ideal)


wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma,
peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat di raba atau di sentuh.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu.
c. Afertak (karya)
Wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia
dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, di lihat dan di
dokumentasikan.
Sifatnya konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.

Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu :

1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan
lain.Wujud tersebut menunjukan ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak tak dapat di raba, di pegang,
ataupun di foto, dan tempatnya ada di dalam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang
bersangkutan itu hidup.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.Wujud tersebut di namakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa di observasi, di foto dan di
dokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini di sebut pula
kebudayaan fisik. Di mana wujud ini hampir seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan
dan karya semua manusia dalam masyarakat.
Berdasarkan penggolongan wujud budaya di atas kita dapat mengelompokkan budaya
menjadi dua, yaitu: Budaya yang bersifat abstrak dan budaya yang bersifat konkret.

Budaya yang Bersifat Abstrak


Budaya yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya
terwujud dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi
budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang
menjadi cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi
kesepakatan.
Budaya yang Bersifat konkret
Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas
manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto.

Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri
atas: perilaku, bahasa dan materi.
a. Perilaku

Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku
manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior)
masyarakatnya.

b. Bahasa

Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan
ditangkap dengan telinga (auditory). Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi.
Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.

c. Materi
Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya
pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat
transportasi.

Unsur-unsur materi dalam budaya dapat diklasifikasikan dari yang kecil hingga ke yang
besar adalah sebagai berikut:

1. Items, adalah unsur yang paling kecil dalam budaya.


2. Trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
3. Kompleks budaya, gabungan dari beberapa items dan trait
4. Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.

Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh


(culture universal). Terjadinya unsur-unsur budaya tersebut dapat melalui discovery(penemuan
atau usaha yang disengaja untuk menemukan hal-hal baru).

2. Substansi Utama Budaya

Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi,
dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting adalah sistem pengetahuan, nilai, dan
pandangan hidup.

a. Sistem Pengetahuan
Para ahli menyadari bahwa masing-masing suku bangsa di dunia memiliki sistem pengetahuan
tentang: Alam sekitar, Alam flora dan fauna, Zat-zat manusia, Sifat-sifat dan tingkah laku
sesama manusia, Ruang dan waktu.
Unsur-usur dalam pengetahuan inilah yang sebenarnya menjadi materi pokok dalam dunia
pendidikan di seluruh dunia.
b. Nilai
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai
dapat menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau buruk, religius
atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia.
Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah
(nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Prof. Dr. Notonagoro membagi
nilai menjadi tiga bagian yaitu:
- Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia.
- Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan dan
aktivitas
- Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.
c. Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih secara
selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa adalah
kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila
dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola
bumi. Karena manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-
Baqarah: 30
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan,
tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu
kesinambungan yang saling bersinergi.
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat
memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini. Sehingga dengan
alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi.
Namun perlu digaris bawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai
masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.

C. Etika dan Estetika Budaya

Hal yang terpenting untuk membangun pemahaman suatu ilmu secara utuh bisa dilakukan
dengan mencari asal-usul, alasan,dan segala hal terkait dengan perkembangan ilmu
tersebut.Begitu juga dengan istilah-istilah yang muncul berkaitan dengan definisi suatu cabang
keilmuan tertentu yang harus ada kesimpulan yang membawa alasan mengapa istilah itu
dimunculkan.Dengan mengetahui perkembangan istilah tersebut setiap orang mampu memahami
hal yang dimaksudkan istilah tersebut secara menyeluruh,bukan hanya mengartikannya secara
sembarang atau berpendapat menggunakan istilah tersebut semaunya sendiri.Meskipun istilah
tersebut mengalami perubahan makna harus diterangkan bagaimana proses perubahan istilah
tersebut terjadi dikaitkan dengan berbagai aspek,salah satunya aspek penggunaannya.Dalam
memahami Urgensi Pemahaman etika dan estetika budaya,kita harus memahami perkembangan
dari dua istilah etika dan estetika.

Etika berasal dr kata Yunani,yaitu Ethos,secara etimologis etika adalah ajaran tentang baik
buruk. Etika sama artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin) yang berbicara tentang
peredikat nilai susila,atau tidak susila,baik dan buruk.
Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna etika yaitu :
1. Etika dalam nilai-nilai atau norma untuk pegangan seseorang atau kelompok orang dalam
mengatur tingkah laku.
2. Etika dalam kumpulan asas atau moral (dalam arti lain kode etik)
3. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk artinya daalam filsafat moral.

Estetika dapat diartikan lain sebagai teori tentang keindahan.


Keindahan dapat diartikan beberapa hal yaitu :
1. Secaara luas yaitu mengandung ide yang baik yang meliputi watak indah,hukum yang
indah,ilmu yang indah,dan lain sebagainya.
2. Secara sempit yaitu indahn yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan
warna)
3. Secara estetik murni yaitu menyangkut pengalaman yang berhubungan dengan
penglihatan,pendengaran dan etika

Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri-solidaritas sejenis pada
makhluk hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika ini menjadi
kesadaran sosial ,memberi rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi akan menjelma menjadi rasa
bahagia.(A.A Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-4).
Pada manusia yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan
kelompok dan individu.Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia yang sudah
memiliki peradaban lebih tinggi.Terdapat proses indrawi yang diperoleh secara visual dan
akustik(instrumental) .
Keduanya (proses indrawivisual dan akustik) mengambil peran tambahan melakukan
fungsi-fungsi yang jauh lebih tinggi,bukan hanya melakukan fungsi vital , tetapi telah melibatkan
proses-proses yang terjadi dalam budi dan intelektualitas dan lebih bertujuan untuk memberi
pengetahuan dan kebahagiaan jasmani dan ruhani. .(A.A Djelantik,Estetika Sebuah
Pengantar.hal-3).
Etika pada pada perkembangannya terbagi atas usaha untuk melakukan perbuatan baik dan
usaha untuk keindahan sehingga menimbulkan rasa senang terhadap suatu kebaikan.Sedangkan
Estetika sendiri merupakan pemisahan dari pengertian Etika yang mengkhususkan pada usaha
untuk keindahan saja.

Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 - 1762) melalui
beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia 2001,
1999) Baumgarten menggunakan istilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan
intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru muncul pada
abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik.
Jika sebuah bentuk mencapai nilai yang betul, maka bentuk tersebut dapat dinilai estetis,
sedangkan pada bentuk yang melebihi nilai betul, hingga mencapai nilai baik penuh arti, maka
bentuk tersebut dinilai sebagai indah. Dalam pengertian tersebut, maka sesuatu yang estetis
belum tentu (indah) dalam arti sesungguhnya, sedangkan sesuatu yang indah pasti estetis.
Puncak awal perkembangan estetika sebagai salah satu bidang falsafah yang penting tampak
pada pemikiran Immanuel Kant (1724-1784) Semenjak Kant, pengetahuan tentang keindahan
atau pengalaman estetika tidak dapat ditempatkan di bawah payung logika atau etika, namun
istilah estetika tetap dipertahankan. Namun hal yang perlu ditinjau adalah sebelum Estetika
didefinisikan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 - 1762)dan dipopulerkan Immanuel
Kant (1724-1784) pada kebudayaan Yunani telah mengenal paham-paham keindahan melalui
pemikiran Plato (427-347 SM).
“Pengetahuan tentang ukuran dan properti merupakan syarat utama keindahan”Plato.
Ini adalah paham yang dianut oleh masyarakat Yunani pada umumnya tentang alam
semesta,mereka terkesan oleh keindahan alam dan pengalaman bahwa segala peristiwa alam
semesta ternyata mengandung suatu tata aturan tertentu.Bangsa yunani telah mengabadikan
makhluk ciptaan Tuhan dalam bentuk patung, seperti patung kuda,patung tubuh manusia dalam
keseniannya sejak sebelum masehi dan keindahan tubuh manusia sendiri ditemukan kembali pada
massa Renaissance oleh para seniman dan diabadikan pula dalam karya-karyanya.Dasar ini bisa
dijadikan dasar bahwa tujuan utama dari sebuah keindahan adalah kesadaran akan keteraturan
alam semesta ini.Plato sendiri menghendaki manusia sepantasnya mengikuti ukuran harmonis
sesuai dengan yang ada pada alam semesta.
Ciri-ciri Keindahan dalam masa abad pertengahan
a) Sesuai dengan norma
b) Dilaksanakan sesempurna mungkin
c) Bersifat simbolis
Ciri-ciri keindahan masa Renaisance
a) Melepaskan perwujudan norma-norma perwujudan yang ditentukan oleh raja ,
bangsawan yang berkuasa dan oleh rasa.
b) Kesenian masih bertema realitas,tetapi seniman mengikuti selera sendiri dalam
mengejar keindahan
c) Akhir masa renaisance timbul kesenian profan (tidak ada hubungannya dengan
keagamaan)dan sekuler (pemisahan berhubungan dengan keagamaan)
d) Bersifat neoaristotelisme (menggambar sesuai sesuai dengan kenyataan dunia)
“nikmat indah adalah peristiwa alam biasa dan memberi peranan lebih banyak kepada
intelek manusia untuk menikmati keindahan”Aristoteles

Dengan melihat uraian diatas, maka dapat dilihat beberapa sudut pandang dan sikap manusia
terhadap keindahan. Pada masa Yunani, kemudian pada abad pertengahan, keindahan ditetapkan
sebagai bagian dari teologi. Pada abad pertengahan di Barat, tekanan diletakan pada subjek,
proses yang terjadi ketika seseorang mendapatkan pengalaman keindahan. Pada jaman modern,
tekanan justru diletakkan pada obyek, sehingga tampak bahwa estetika dipertimbangkan sebagai
dari cabang dari sains, khususnya filsafat dan psikologi.
Perkembangan sudut pandang dan sikap manusia terhadap keindahan pada zaman modern
inilah yang sekarang melanda budaya bangsa indonesia.Hal-hal apapun yang berkaitan dengan
keindahan atau estetika selalu dikaitkan dengan kebebasan berekspresi dan hak setiap
individu.Dari kasus rok mini sebagai indikasi bahwa reformasi sekalipun tidak mampu menahan
perubahan sosial ,padahal anggota DPR seharusnya menjadi garda terdepan dalam menanamkan
nilai-nilai luhur bangsa yang tertuang dalam nilai-nilai pancasila.
“Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan diwujudkan sebagai aturan tuntutan
sikap dan dan tingkah laku bangsa dan akan memberikan landasan,semangat,jiwa secara khas
yang merupakan ciri pada elemen-elemen sosial budaya bangsa
indonesia.”(Sunarso,dkk.Pendidikan Kewarganegaraan hal.202).

Afirmasi Nilai Etika Dan Estetika Kebudayaan


Meminjam bahasanya Budiono, MA (2005), afirmasi adalah peneguhan; penetapan yang
positif; pernyataan atau pengakuan yang sungguh-sungguh terhadap sesuatu yang dianggap
berharga dan penting diperhatikan. Afirmasi mempunyai misi menguatkan dari dalam (power of
intern) sehingga menegaskan potensi (etika dan estetika) sebuah eksistensi berupa kebudayaan
dalam suatu masyarkat adat. Afirmasi nilai kebudayaan merupakan metode paling efektif dalam
melestarikan dan menyelamatkan kebudayaan dari gempuran globalisasi.
Aplikasi metode afirmasi ini, ada tiga substansi yang perlu dikembangkan dalam menegaskan
kebudayaan. Pertama, penghayatan nilai melalui pengetahuan tentang sejarah kebudayaan. Misi
ini dimaksudkan supaya memahamkan kembali bahwa suatu kebudayaan mempunyai nilai etika
dan estetika tersendiri yang harus selalu dipraktikkan dalam kehidupan berbudaya dan
bermasyarakat.
Kedua, implementasi (manfaat) nilai etika dan estetika kebudayaan bagi kehidupan
masyarakat dalam berbudaya dan bermasyarakat. Kegunaan adanya nilai etika dan estetika dalam
kehidupan dalam masyarakat adalah hal wajib dipertahankan, sehingga pada akhirnya masyarakat
menyadari bahwa mempertahankan dan menyelamatkan kebudayaan harus diletakkan di garda
depan.
Ketiga, menjadikan nilai kebudayaan sebagai acuan utnuk menempuh kehidupan masa depan
masyarakat, dengan terus melakukan kontekstualisasi dan aktualisasi pada berbagai dinamika
zaman. Masyarakat harus bisa menyaring kebudayaan baru dengan tetap memprioritaskan
kebudayaan asal mereka agar menjadi masyarakat yang berbudaya, tentunya dengan nilai etika
dan estetika yang ada di dalamnya.
Fokus atau objek dari tiga aspek di atas, sebenarnya mengacu pada kebudayaan yang sedikit
peminat, bahkan nyaris ditinggalkan dan dianggap tidak perlu. Padahal, bukan waktunya
dilupakan, karena bisa menjadi acuan bagi perjalanan hidup masyarakat di masa sekarang dan
masa depan. Indikasi dari upaya pengafirmasian ini adalah penanaman kembali spirit masa lalu,
hingga diaktualisasikannya pada era sekarang.

D. Konsep-konsep Dasar Manusia


1. Manusia sebagai makhluk biologis

Fase- fase tumbuh kembang manusia sejak janin hingga lahir hingga proyeksi
perkembangan setelah kelahiran. Fase- fase tersebut mencakup pembuahan, zygot, dan janin.
Pada saat janin terbentuk, maka pada saat yang sama Allah memberikan Ruh ke dalam jasad
biologis tersebut yang ketika telah bersatu timbulah potensi fsikologis manusia (nafs/insan) serta
proyeksi kehidupan pascanatalis .

2. Manusia sebagai makhluk budaya


Budaya berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari
Buddhi diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Secara umum Budaya
merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
JJ. Hoeningman membagi kebudayaan dlm 3 wujud :
a. gagasan
Kebudayaan yang berbentuk kumpulan, ide, gagasan,nilai,norma, peraturan yang sifatnya
abstrak.
b. Aktivitas (tindakan)
Wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat., sering
disebut sebagai system sosial, yaitu aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu.sifatnya
konkret dapat diamati.
c. Artefak ( karya)
Wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia
dalam masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.

7 unsur kebudayaan bersifat universal :


a. Sistem perlatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
b. sistem mata pencaharian
c. sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
d. bahasa
e. kesenian
f. sistem pengetahuan
g. sistem religi
Manusia adalah mahluk budaya artinya mahluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan,
kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai mahluk berbudaya, manusia
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai catatan bahwa dengan pikirannya manusia
mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya dan
dengan perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan.
Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai mahluk budaya, agar dapat dijadikan dasar
pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematic budaya yang
berkembang di masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan mahluk biologis saja
namun juga sebagai mahluk social, ekonomi, politik dan mahluk budaya.

Manusia dan keindahan


Keindahan asal kata dari “benum”, yang berarti kebaikan, dalam bahasa Inggris menjadi
“beautiful”. Keindahan asal kata dasar indah yang berarti bagus, cantik, elok, molek. Keindahan
identik dengan kebenaran. Segala yang indah selalu mengandung kebenaran, namun meskipun
kelihatannya indah tetapi tidak mempunyai unsur kebenaran, maka hal itu pada prinsipnya tidak
indah. Keindahan di dapatkan dari melihat alam secara langsung, melalui radio, TV, film dan
media lain. Untuk mendapatkan dan menikmati keindahan, orang sering membuang waktu, uang,
tenaga yang tidak sedikit jumlahnya. Ada suatu kecenderungan, semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula hasrat dan keinginan untuk menghargai keindahan.
Keindahan dalam arti luas meliputi : seni, alam, moral, intelektual. Sedangkan dalam arti sempit,
sering diartikan keindahan bentuk dan warna.
Keindahan adalah suatu susunan keserasian yang dapat menciptakan kesenangan bagi
penglihatan dan pendengaran. Kehalusan merupakan sikap yang lembut dalam menghadapi
orang lain. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam sikap anggota badan. Sikap
halus dan lembut merupakan cermin hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama.

E. Problematika Kebudayaan

Beberapa problematika kebudayaan, antara lain:


1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka temapti secara turun temurun diyakini
sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung halamanya atau
beralih ola hidup sebagai petani. Padahal hidup ereka umumnya miskin.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang
hambatan budaya yang berkaitan dengan persepsi atau sudut pandang ini daat terjadi antara
masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga Berencana atau KB
semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa anak anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat
yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat yang
lama.
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar,
karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutp untuk menerima program-program
pembangunan.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat menagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang
menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun-temurun.
6. Sikap etnosentrisme.
Sikap etnosentrisme adalah sikap mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu
timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan antar golongan. Sikap ini
dapat menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikapa kelakuan yang lebih tinggi
terhadap budaya lain.
7. Perkembangan IPTEK sebgai hasil dari kebudayaan, sering kali disalhagunakan oleh
manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan
untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi pengunaannya
banyak disalhgunkan yang justru mengganggu kesehatan manusia.

Bangsa indonesia harus menyadari bahwa posisinya sekarang sebagai negara


berkembang yang rentan terhadap fenomena perubahan sosial.Penguatan nilai-nilai budaya
terhadap perubahan sosial di era globalisasi mutlak keberadaannya dikarenakan perubahan sosial
disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.Faktor yang memegang peranan penting dalam
perubahan sosial adalah faktor dari luar terutama faktor teknologi dan kebudayaan yang sangat
dominan.
Pengaruh budaya seperti konsumtif,hedonis,pornografi,sex bebas,kejahatan dunia maya,dan
sindikat narkoba dapat membahayakan kelangsungan hidup budaya nasional.
.”(Sunarso,dkk.Pendidikan Kewarganegaraan hal.203)

Pengaruh budaya luar harus diwaspadai terutama pengaruh yang berdampak negatif sehingga
membahayakan kepribadian bangsa.Langkah pertama yang dapat dilakukan ialah dengan
menanamkan pemahaman yang benar terhadap keberadaan nilai-nilai etika dan estetika budaya
dihubungkan dengan kebebasan individu di negara Indonesia sebagai negara demokrasi yang
menganut ideologi Pancasila.Ideologi pancasila tentunya berbeda dengan ideologi liberal
,Undang-undang Dasar 1945 tidah hanya menekankan hak-hak azasi manusia seperti kebebasan
berekspresi tetapi terdapat kewajiban dalam ikut andil mempertahankan ketahanan budaya bangsa
indonesia.Dengan demikian hak-hak idividu harus mendukung tercapainya keberlangsungan
kehidupan bangsa indonesia yang harmonis,dalam konteks estetika dan etika budaya seseorang
harus memahami waktu dan tempat yang digunakan untuk menunjukan ekspresi estetikanya
.Meskipun seseorang memiliki sudut pandang berbeda dalam melihat keindahan jika dihubungkan
dengan kewajibannya sebagai makhluk sosial maka pada waktu dan tempat tertentu haknya
sebagai individu harus ditahan agar tidak ada hak orang lain yang dirugikan.
Semua permasalahan mengenai hal yang dikaitkan dengan estetika bisa diselesaikan dengan
pemahaman yang lengkap,penting sekali bagi seorang mahasiswa memahami konsep
penerapannya agar tidak terjebak pada pendapat-pendapat samar yang tidak berlandaskan
pengetahuan ilmiah.Bahkan bukan hanya mahasiswa yang harus memahami konsep estetika dalam
kehidupan berbangsa di negeri ini,seluruh lapisan masyarakat harus benar-benar mengerti waktu
dan tempat dibenarkannya menuntut kebebasan berekspresi atau hak individunya itu.Dari
gambaran yang sudah dipaparkan sebelumnya,secara historis estetika merupakan pemisahan dari
kajian etika yang awalnya sesuai dengan norma-norma maka sudut pandang dalam
mengekspresikannya harus dimunculkan kembali paham estetika yang beretika pada era
modernisasi ini.Kemudian hal lainnya pemahaman estetika yang sesuai dengan paham ideologi
pancasila hanyalah estetika yang mengakui peran manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan keagamaan.Selanjutnya pemikiran yang
mengatakan bahwa estetika terletak pada objek ,itu tidak berlaku pada manusia dikarenakan
manusia adalah makhluk yang memiliki keunggulan tertinggi dibandingkan dengan makhluk
lainnya didunia .Meskipun manusia memiliki keindahan dalam hal proporsi penciptaannya
,manusia tidak pantas di sejajarkan dengan barang-barang seni seperti yang terjadi pada masa
Renaisance .Manusia memiliki tanggungjawab melestarikan kehidupan sesamanya dengan
menempatkan etika sebagai kesadaran sosial agar tercapai kehidupan manusia yang bahagia
jasmani dan rohaninya.Pancasila juga menolak menjadikan manusia sebagai objek korban
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akibat perubahan sosial budaya sehingga
pemahaman suatu ilmu keluar dari nilai-nilai pancasila,salah satu contohnya akibat pemahaman
estetika budaya yang keliru.
Penyelesaian atas fenomena yang terjadi pada kasus-kasus yang terjadi selama ini berkaitan
dengan estetika budaya bisa diselesaikan dengan pemahaman dari seluruh lapisan yang terlibat
tersebut. Pada saat ada seseorang yang mempengaruhi temannya untuk tidak melihat sebuah
penampilan karena memang agamanya memerintahkan penganutnya menghindari hal
demikian,siapapun tidak berhak memaksakan kehendaknya.Terlepas dari subjektivitas,justru
seharusnya hal tersebut dikaitkan dengan kepribadian yang mempertahankan nilai-nilai
keagamaan masing-masing yang sesuai dengan pancasila dan kepribadian yang menghargai
kesempatan orang lain dengan tidak melarangnya samasekali.Kemudian pada kasus rok mini
,orang yang mempunyai pandangan bahwa memakai rok mini tidak bermasalah di instansi
pemerintahan merupakan contoh nyata dari perubahan sosial yang terjadi pada bangsa
indonesia.Dari pengalaman historis keberadaan perempuan sudah lama di instansi kepemerintahan
negeri ini,namun jika diperhatikan pejabat-pejabat perempuan setingkat DPR sebelumnya ,mereka
bersedia memakai seragam kerja yang dikeluarkan oleh aturan instansi tersebut karena memang
mendukung terwujudnya ketahanan budaya nasional serta mereka menyadari bahwa selain dia
memiliki kebebasan berbusana ,ada hak sosial bagi orang lain pada waktu dan tempat tertentu.
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan Buku 1, Jakarta: Salemba Medika.
Achmad, 2006. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. Kencana. Jakarta.

Mustofa Ahmad, 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV. Pustaka Setia. Bandung.
Bertens, K. 1999. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suprapto W., 2004, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai