Anda di halaman 1dari 6

DEFINISI

Gangguan finologis merupakan gangguan bicara dimana tidak dapat menghasilkan ucapan yanga
terdengar benarkarena hilangnya bunyi,distorsi suara atau pengucapan atipikal.Gangguan bicara khas
pada gangguan ini mencakup menghilangkan bunyi kata terakhir ( misalnya mengatakan mou untuk
mouse atau drin untuk drink ) atau menganti satu bunyi yang lain ( bwu bukan blue atau tup
cup ).Distorsi suara dapat terjadi ketika anak-anak menelan terlalu banyak udara dari sisi mulut mereka
saat bicara seperti sh atau menghasilkan suara seperti S atau Z dengan lidah mereka yang
ditonjolkan.Kesalahan bunyi ucapan juga dapat terjadi karena seorang anak memiliki gangguan aliran
udara yang mencega seluruh kata diucapakan (misalnya, pat untuk pass atau bacuum untuk vacuum ).

Bentuk perkembangan gangguan ini tidak disebabkan oleh atonomi ,strukturl,kelainan


fisiologis,pendegaran,atau neurologis.Ini bervariasi dari ringan sampai parah dan hasil dalam bicara yang
berkisar dari sepenunya dimengerti.

EPIDEMIOLOGI

Survey menunjukkan bahwa prevalensi ganguan fonologis paling sedikit 3% pada anak-anak
prasekolah,2% pada nak-anak 6 sampai 7 tahun,dan 0,5 pada usia 17 tahun.Sekitar 7 sampai 8% dari
anak-anak usia 5 tahun dalam satu sampel komunitas besar memiliki masalah perkembangan produksi
suara bicara akibat masalah struktural dan neorologis. Studi lain menunjukan hingga 7.5% anak-anak
antara usia 7 sampai 11 tahun memiliki gangguan fonologis,2.5% mengalami keterlambatan bicara dan
5% memiliki kesalahan artikulasi.Ganguan perkembangan fonologis terjadi lebih sering berasal dari
gangguan struktual dan neurologis.Gangguan tersbut sekitar 2 sampai 3 kali lebih sering terjadi pada
anak laki-laki dari pada anak perempuan.hal ini juaga lebih sering terjadi pada tingkat pertama antara
saudara pasien dari pada populasi umum.Menurut DSM-IV-TR,prevalensi menjadi 0.5% pada
pertengahan sampai akhir masa remaja3 sekitar 8 sampai 12 dari 1000 orang yang mengalami gangguan
bicara dan bahasa yang cukup berat dan secara signifikan membatasi komunikasi dengan yang lain 4.

ETIOLOGI

Faktor yang terkait dengan peningkatan resiko gangguan fonologis pada anak yaitu gangguan
pendengaran,penyakit genetic ( mis.Trisomi kromosom seks,delasi 28Q paparan prenatal terdapat zat-zat
seperti obat antipilepsi ,alcohol,narkotika,afasia epileptic yang didpat,gangguan yang didapat akibat dari
kerusakan neurologic ( seperti strok ),cacat struktur oromotor ( mis.langit-langit terbelah ),disfungsi
motor yang berasal dari sentral prifer ( ganguan neuromuscular ),lingkungan yang miskin.Secara social
dan bahasa,autism,retardasi mental,ganguan asietasyang berkaitan dengan mutisme,jenis kelamin laki-
laki,riwayat dikeluarga ada maslah bicara .Faktor linkungan dapat berperan dalam gangguan
perkembangan fonologis,tetapi factor konstitusional tampaknya membuat kontribusi yang paling
signifikan.Tinginya proporsiganguan fonologis dalam keluarga tertentu menyiaratkan komponen genetic
dalam perkembangan ganguan ini.Kurangnya kordinasi motorik,lateralisasi,dan wenangan tidak
berhubungandengan ganguan fonologis. 1- 3
DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS

Gambaran penting dari gangguan fonologis adalah keterlambatan anakn atau kegagalan untuk
menhasilkan bunyi ucapan sesuai dengan perkembangan yang diharapkan terutama
konsonanmengakibatkan penghilangan bunyi,pengantian dan distorsi fonem. Sebuah pedoman kasar
untukpenilaian klinis artikulasi anak-anak adalah normal untuk usia 3 tahun : benar mengartikulasikan
m,n,ng,b,p,h,t,k,gdan d. Untuk usia 4 tahun pintar baca y,ch,shdn z. Dan normal usia 5 tahun yaitu
pandai bicara s dan r. Gangguan fonologis dapat dikenali pada anak usia dini.Pada khusus yang parah
,gangguan tersebut pertama kali dikenali pad usia 3 tahun. Dalam kasus yang kurang parah gangguan
tersebut mungkin tidak terlihat sampai usia 6 tahun. Artikulasi seorang anak dinilai tergangu ketika itu
tertinggal secara signifkan dari kebanyakan anak pada tingkat usia yang sama tingkat intelektual,dan
tingkat pendidikan. Dalam kasus yang sangat ringan,suara ucapan tunggal ( yaitu, fonem ) mungkin akan
terpengaruh.2,3

Diagnosis gangguan bicara dibuat dengan membandingkan kemampuan seorang anak dengan
tingkat keterampilan pada orang lain pada usia yang sama. Hasil gangguan dalam keseluruhan kata-kata
karena pengucapan konsonan yang salah,subsitusi satu suara untuk yang lain, pengilangan fonem
keseluruhan.1

A. Kegagalan untuk menggunakan bunyi ucapan yang diharapkan sesuai perkembangan menurut
usia dan dialek ( misalnya,kesalahan dalam produksi suara,penggunaan,representasi,atau
pengorganisasian,namun tidak terbatas,substitusi satusuara untuk yang lain ( menggunakan t
untuk mengucapkan bunyi k ) atau penghapusan bunyi beberapa konsonan seperti konsonan
terakhir.

B. Kesulitan dalam produksi bunyi ucapan mengangu prestasi akademis atau pekerjaan atau
dengan komunikasi social.

C. Jika keterbelakangan mental,deficit motor atau sensorik bicara,atau kekurangan lingkungan


ada,kesulitan bicara adalah lebih dari yang biasa yang biasanya berhubungan dengan masalah
ini.

DIFERENSIAL DIAGNOSIS1,4

1. Gangguan fonologis

2. Dysarthria

PENATALAKSANAN

Berbagi tehnik dapat digunakan untuk meningkatkan kejelasan bicara. Tehnik ini mungkin menggunakan
taktil dan isiarat visual yang memungkinkan anak-anak menghasil kan target yang akurat. 6,7 Ini akan
digabung dengan praktek mengulang yang menghasilkan bunyi target dalam kata dengan umpan balik
korektif. Pendekatan yang lebih meta-linguistik melibatkan permainanan dan latihan untuk
mengembangkan kesadaran anak akan fonemik bermakna secara jelas. Dalam meta-analisis tahun 2004 (
Law,dkk ) menemukan bahwa intervensi fonologi umunya efektif bila disbanding dengan tanpa terpi.
Terapi yang paling efektif adalah mereka yang dilakukan terapi bicara bukan terpi yang diberikan orang
tua,dan berlangsung lebih dari 8 minggu. Terpi yang dipandu oleh terpis dapat menggabungkan
beberapa tehnik seperti latihan artikulasi.1,3 Anak-anak memiliki kesempatan terbaik untuk mencapai
potensi penuh jika mereka diberikan intervensi dan efektif dan efisien sebelum sekolah dimulai
( beitchman et al,2001) 8-10.

PROGNOSIS

Gangguan yang sering hadir pada gangguan fonologi adalah gangguan ekspresif,campuran reseptif-
ekspresif gangguan bahasa,gangguan membaca,gangguan koordinasi dan perkembangan. Enuresis juga
dapat menyertai gangguan tersebut. Keterlambatan dalam mencapai tonggak bicara ( misalnya,kata
pertama dan kalimat pertama ) telah dilaporkan beberapa anak dengan gangguan fonologis,tetapi
kebanyakan anak dengan gangguan tersebut mulai bicara pada usia yang sesuai. Anak-anak dengan
gangguan fonologi yang juga memiliki gangguan bahasa mempunyai resiko lebih besar untuk masalah
attetional dan gangguan belajar. Anak-anak dengan gangguan fonologi yang tidak memiliki disfungsi
bahasa memiliki resiko lebih rendah dari masalah kejiwan atau prilaku komorbid. 3

Anak-anak dengan masalah artikulasi yang menetap mungkin akan menggoda atau di kecualikan
oleh rekan-rekan dan mungkin terjadi terisolasi dan demoralisasi. Oleh karena itu,penting untuk
memberikan dukungan kepada anak dengan gangguan fonologi dan bila memungkinkan untuk
mendukung kegiatan prososial dan interaksi social dengan teman yang sebaya. Konseling orang tua dan
pemantauan anak”hubungan sebaya dengan prilaku sekolah dapat membantu meminimalkan kerusakan
social”.3

Gangguan fonologis merupakan bicara dimana tidak dapat mengasilkan ucapan yang terdengar
benar karena hilangnya buni,distorsi suara atau pengucapan atipikal. Gangguan ini merupakan gangguan
perkembangan khas dimana pengguanaan suara untuk bicara dari anak dibawah berada tingkat yang
sesuai dengan usia mentalnya,sedangkan tingkan kemampuan bahasa normal. Gangguan bicara khas
pada gangguan ini mencakup menghilangkan suara kata terakhir ( misalnya,mengatakan mou untuk
mouse atau drin untuk minum ),atau mengganti satu suara yang lain ( dengan mengatakan bwu bukan
blue atau tup untuk cankir ). Pada khusus ini anak usia 5 tahu 4 bulan mengalami bicara ( bicara tidak
jelas ), khususnya mengucapkan k,l,r,g,s.

Untuk mengetahui etiologi ganguan fonologis ini perlu enamnesa,pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Faktor yang terkait dengan peningkatan resiko gangguan fonologis pada anak
yaitu gangguan pendegaran,penyakit genetic ( mis.Trisomi kromosom seks,delesi 22q ),paparan prenatal
terdapat zat-zat seperti obat anti epilepsi ,alcohol,narkotika,afasia epileptic yang didapat,gangguan yang
didapat akibat dari kerusakan neurologig ( seperti strok ),cacat struktur oromotor ( mis langit-langit
terbelah ),lingkungan yang miskin secara social dan bahasa autisme retardasi,mental,gangguan ansietas
yang berkaitan dengan mutisme,jenis kelamin laki-laki riwayat dikeluarga ada masalah bicara. Factor
linkungan dapat berperan dalam gangguan perkembangan fonologis tetapi factor konstitusional
tampaknya membuat konstribusi yang paling signifikan. Tingginya proporsi gangguan fonologis dalam
keluarga tertentu menyiaratkan komponen genetic dalam perkembangan gangguan ini. Pada kasus ini
gangguan fonologis disebabkan oleh factor lingkungan yang kurang secara sosial dan bahasa ,dimana ibu
Os mengalami depresi sewaktu mengandung Os dan sampai 2 tahun usia Os akibat ancaman orang
tuanya terdapat suaminya, akibat tidak setujui pernikahan dengan suaminya.

Anamneses yang teliti dan rinci umumnya dapat mengatakan diagnose gangguan fonologis.
Sebagai contoh nenek Os mengatakan Os bicara tidak lancer ,ketika diajak sewaktu nenek Os bicara
keliatan kalau Os tidak lancer mengucapkan beberapa huruf. Dari pemeriksaan fisik tidak dijumpai tanda-
tanda kelainan neorologis atau cacat fisik terkait dengan bicara. Pemeriksaan penunjang lain berupa Os
rencana akan dikonsulkan ke fisikologi untuk mengukur IQ. Os juga dikonsulkan kebagian fisotrapi untuk
mendapatkan occupation dan speech therapy.

Pengawasan perkembangan rutin dalam lingkungan perawatan anak sangat strategis


untukmengenal anak dalam kemungkinan adanya gangguan bicara ( fonologis ). Dalam kasus yang sangat
ringan,suara ucapan tunggal ( yaitu,fonem ) mungkin akan terpengaruh. Pada kasus yang parah dan pada
anak kecil,suara seperti b,m,t,d,n,dan h dapat salah mengucapkan. Anak-anak dengan gangguan
fonologis tidak bisa mengsrtikulasikan fonem tertentu dengan benar dan dapat menggangu
pengganti,atau bahkan menghilangkan fonem yang terkena.

Kebanyakan anak akhirnya terbebas dari gangguan fonologi,biasnya kelas tiga. Setelah kelas
empat,pemulihan spontan dan tidak mungkin lagi jadi penting untuk mencoba memulihkan gangguan
fonologistidak bias mengartikulasikan fonem tertentu dengan benar dan dapat
menggangu,pengganti,atau bahkan menghilangkan fonem yang terkena.

Kebanyakan anak akhirnya terbebas dari gangguan fonologi,biasanya kelas tiga. Setelah kelas
empat pemulihan spontan tidak mungkin lagi,jadi penting untuk mencoba memulihkan gangguan
sebelum perkembangan komplikasi. Seringkali,mulai taman kanak-kanak atau sekolah terjadi perbaikan
pemulihan gangguan fonologis spontan. Terapi bicara dengan jelas diindikasikan untuk anak-anak yang
belum menunjukan perbaikan spontan dikelas tiga atau keempat. Terapi bicara harus dimulai pada usia
dini untuk anak-anak yang artikulasi yang secara signifikan tidak dapat mengertidan yang jelas terganggu
oleh ketidak mampuan mereka untuk berbicara dengan jelas. Anak-anak dengan gangguan
fonologimungkin memiliki berbagai masalah sosial,emosional,dan prilaku secara bersamaan,terutama
ketika komorbiditas masalah bahasa ekspresif yang hadir. Anak-anak dengan gangguan bahasa ekspresif
dan gangguan artikulasi parah dan mereka dengan gangguan kronis dan nonremiting adalah yang paling
mungkin menderita masalah kejiwaan.

Tidak semua anak dengan gangguan fonologis ditangani dengan pelayanan professional yang
kompleks. Salah satu peran yang penting yang dilakukan dokter mencakup penyajian temuan temuan
diagnosis kepada keluarga penderita. Dokter harus memberikan informasi yang akurat dan lengkap
mengenai kemungkinan penyebab gangguan fonologis kepada orang tua,mengindentifikasi kemampuan
relative dan prilaku adaptif,meberikan dukunga emosional,bekerjasama dengan keluarga untuk
menentukan tujuan dan sasaran tertentu dan merumuskan strategi untuk menajemen lebih lanjut.
Gangguan yang sering hadir pada gangguan fonologi adalah gangguan ekspresif ,campuran
reseptif-ekspresif gangguan bahasa,gangguan membaca,gangguan kordinasi dan perkembangan.
Enuresis juga dapat menyertai gangguan tersebut. Keterlambatan dalam mencapai tonggag bicara
( misalnya,kata pertama dan kalimat pertama ) telah dilaporkan pada beberapa anak dengan gangguan
fonologis,tetapi kebanyakan anak dengan gangguan tersebut mulai berbicara pada usia yang sesuai.
Anak-anak dengan gangguan fonologi yang juga memiliki gangguan bahasa mempunyai resiko lebih
besar untuk masalah attensional dan gangguan belajar. Anak anak dengan gangguan fonologi yang tidak
memiliki resikolebih rendah dari masalah kejiwaan atau prilaku komorbid.

Anak-anak dengan masalah artikulasi yang menetep mungkin yang mengoda atau
mengkucilkan oleh rekan-rekan dan mungkin terjadi terisolasi dan demoralisasi . Oleh karena itu,penting
untuk memberikan dukungan kepada anak dengan gangguan fonologi dan bila memungkinkan untuk
mendukung kegiatan prososial dan interaksi sosial dengan teman sebaya. Konseling orang tua dan
pemantauan anak “hubungan sebaya denga prilaku sekolah dapat membantu menimalkan kerusakan
sosial …

DAFTAR PUSTAKA

1. Baird G. Assesment and investigasionof children with devolemental language disorder. Dalam :
Nourbury FC, Tombilin BJ. Bishop MVD, penyunting. Understanding developmental language
disorder from theory to practice. Edisi pertama. Psychology press. New York,2008.h.1-19.

2. Norbury FC,Bishop MBP. Speech and language disorder. Dalam : Rtter’child and
adolescentpsychiatry. Edisi ke-5. Blacwell publishinhg.USA,2008.h.421-35.

3. Sadock JB, Sadock VA. Comunication disorder. Dalam : Mitchell WC,millet K, Murphy AJ.
Dougherty B, penyunting. Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical
psychiatry. Edisi ke-10. Lippincott Williams & Wilkins, 2007.h.1176-90.

4. Drager RDK,Reichle J,Pinkoski C. Synthesized speech output and childrend: A Scoping Review.
AMJ of speech-language pathology; 19: 259-73

5. Shaffer D, Campbell M, Bradley JS, Bradley JS, Cantwell PD, Carloson AG, Cohen JD, dkk.
Communication disorder. Dalam : Frances A, Pincus AH < first BM, penyunting. Diagnostic and
statistical manual of mental disorders text revision DSM-IV-TR. Edisi ke -4.
Washington,2005.h.65-6.

6. Loucks JMT, Ofori E, Grindrod MC, DeeNii FL, Sosnoff JJ. Auditory motor integrasion in oral and
manual effector. Journal of motor behavior.2010; 42: 233-8

7. Zamnuer ST. Stepping backwards in development: Integrating developmental speech


perception with lexical and phonological development-a commentary on Stoel-commen’s
relationships between lexical and phonological development in young children.J. child
lang.2011; 38: 56-60
8. McLeod S, Baker E.Evidence-based practice for children with speechsound disorder : Part 1
narative review.LSHSS.2011; 42: 102-39

9. Smith BL. Action as developmental process-a commentary on inversion’s developing language


in a developing body: the relationship between motor development and language
development.J.child Lang. 2010; 37: 263-67

10. Otomo K,Litaka K. Some issues of Japanese speech-language-hearing therapy education. 2010;
62: 228-33

Anda mungkin juga menyukai