Anda di halaman 1dari 21

Fase Reproduksi Normal pada Wanita

1.SIKLUS MENSTRUASI

Siklus haid dapat ditinjau dari uterus maupun ovarium.


Siklus uterus berupa pertumbuhan dan pengelupasan bagian dalam uterus -endometrium.
Pada akhir fase menstruasi endometrium mulai tumbuh kembali dan memasuki fase
proliferasi. Pasca ovulasi, pertumbuhan endometrium berhenti sesaat dan kelenjar
endometrium menjadi lebih aktif – fase sekresi.
Perubahan endometrium dikendalikan oleh siklus yang terjadi dalam ovarium.
Lama siklus haid rata-rata adalah 28 hari dan terdiri dari :
 Fase folikuler
 Ovulasi
 Fase luteal (pasca ovulasi)
Bila siklus menjadi panjang, fase folikuler yang akan menjadi panjang dan fase luteal akan
tetap konstan berlangsung selama 14 hari.
Agar siklus haid berlangsung secara normal diperlukan :
1. Poros hipotalamus-hipofisis-ovarium yang baik
2. Didalam ovarium terdapat folikel yang responsif
3. Fungsi uterus berlangsung secara normal
ENDOKRINOLOGI SIKLUS MENSTRUASI

Pengendalian maturasi folikel dan proses ovulasi dilakukan oleh poros hipotalamus-hipofisis-
ovarium. Hipotalamus mengendalikan siklus haid, namun organ ini sendiri dapat pula
dipengaruhi oleh pusat otak yang lebih tinggi, sehingga faktor kecemasan ataupun gangguan
kejiwaan lain dapat mengganggu pola haid yang normal.
Hipotalamus mempengaruhi hipofisis melalui pengeluaran GnRH-Gonadotropin Releasing
Hormon. GnRH melalui sistem sirkulasi portal menuju hipofisis anterior dan menyebabkan
gonadotrof hipofisis melakukan sintesa dan pelepasan FSH-foliclle stimulating
hormone danLH-Luteinizing hormone.
FSH akan menyebabkan proses maturasi folikel selama fase folikuler dan LH berperan dalam
proses ovulasi serta produksi progesteron oleh corpus luteum.
Aktivitas siklis dalam ovarium berlangsung melalui mekanisme umpan balik diantara
ovarium – hipotalamus dan hipofisis.

2.PERKAWINAN

1.Definisi Perkawinan

membagi- Perkawinan adalah suatu hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan
yang diakui secara sosial, menyediakan hubungan seksual dan pengasuhan anak yang sah,
dan didalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas bagi masing-masing pihak baik
suami maupun istri. (Duvall dan Miller , 1985)

- Perkawinan adalah antara dua mitra yang memiliki obligasi berdasarkan minat
pribadi dan kegairahan. (Seccombe and Warner, 2004)

- Perkawinan adalah komitmen emosional dan hukum dari dua orang untuk kedekatan
emosional dan fisik, berbagi bermacam tugas dan sumber-sumber ekonomi. (Olson and
deFrain, 2006)

2. Motif untuk Menempuh Perkawinan

a. Faktor Pendorong
Hal-hal yang menjadi faktor pendorong untuk melakukan perkawinan adalah cinta,
konformitas, legitimasi seks dan anak.

b. Faktor Penarik
Hal-hal yang menjadi faktor penarik untuk melakukan perkawinan adalah persahabatan,
berbagi rasa dan komunikasi.

Dengan perkataan lain dapat juga dikatakan bahwa melalui perkawinan akan dapat dipenuhi
beberapa kebutuhan manusia yaitu :
o Kebutuhan fisiologis dan material
o Kebutuhan psikologis
o Kebutuhan sosial
o Kebutuhan religius

a. Periode Tahun Awal,


Dimulai saat seseorang baru menikah dan belum memiliki anak. Tahap ini merupakan
tahun yang sangat kritis, karena seseorang mengalami transisi dalam kehidupannya. Tahun
pertama perkawinan ini akan menentukan perkembangan perkawinan selanjutnya, apakah akan
menjadi lebih baik atau malah memburuk.
Masa ini berlangsung 10 tahun pertama perkawinan, yang meliputi fase perkenalan awal
diikuti oleh fase menetap. Selama fase perkenalan, satu sama lain saling mengenal kebiasaan
sehari-hari. Mereka menetapkan peraturan kehidupan sehari-hari,menyelesaikan sekolah,
memulai karir atau merencanakan kehadiran anak pertama.
Pada fase menetap, pasangan masih mengejar karir, memutuskan memiliki anak dan
mengatur peran masing-masing. Mereka saling menyesuaikan harapan sesuai dengan peran
yang atas dasar jender, hukum, dan pengalaman pribadi yang dipelajarinya. Satu sama lain
saling memberikan pendapatnya tentang pembagian peran yang akan dijalankan sebagai
pasutri.
Pasutri yang memiliki latar belakang yang sama akan lebih mudah menyesuaikan diri
satu sama lain, karena mempunyai harapan yang sama terhadap pasangannya. Sedangkan
perbedaan latar belakang keluarga (seperti agama, suku bangsa, sosial dan keluarga yang retak)
akan mengganggu proses penyesuaian perkawinan.
b. Periode Perkawinan Muda.
Diawali dengan mulai adanya anak dalam kehidupan pasutri. Istri berhenti bekerja dan
mengasuh anak, mulai menyesuaikan diri dengan irama kehidupan rutin dalam perkawinan.
Sedangkan bagi perempuan berkarir yang tetap bekerja, harus mampu membagi waktunya
dengan baik dalam mengurus rumah tangga, anak serta pekerjaannya. Hal ini tidak mudah,
karena menuntut penyesuaian psikologis yang cukup besar. Untuk itu ada yang menyebutkan
pada periode ini kepuasan perkawinan pada perempuan mulai berkurang.
c. Periode Tahun Pertengahan
Periode ini antara tahun ke 11 sampai dengan ke 30 tahun perkawinan. Jika pasangan
memiliki anak, maka fase ini diisi dengan fokus pada pengembangan anak dan pengasuhan
keluarga, serta menetapkan tujuan-tujuan baru untuk masa depan. Jika pasangan tidak memiliki
anak, maka fase ini didedikasikan untuk karir, aktivitas kemasyarakatan atau tugas-tugas sosial.
Titik beratnya adalah kebahagiaan dan kesejahteraan pasangan hidupnya.
Pada periode ini, anak sudah berkembang menjadi remaja yang memiliki nilai-nilai dan
ide pergaulan yang berbeda. Untuk itu seringkali terjadi konflik antara anak dengan orangtua.
Namun pada periode ini pasutri sudah memiliki kondisi keuangan yang baik, karena istri sudah
mulai bekerja kembali dan pengasuhan anak banyak berkurang.
Hal lain yang terjadi, pasutri sudah mulai memasuki tanda-tanda ketuaan, sudah mulai
banyak orang seumurnya yang meninggal. Reaksi yang terjadi, biasanya ada yang menarik diri
dari pergaulan namun ada juga yang malah aktif membina hubungan baik dengan orang lain
seperti kenalan, saudara dan anak-anak. Periode ini juga merupakan masa persiapan pasutri
kehadiran menantu, saudara-saudara yang baru, dan mempersiapkan diri menjadi kakek nenek,
disamping harus menerima kehadiran orangtua sendiri yang sudah mulai tergantung pada
mereka.
d. Periode Tahun Matang
Periode ini diawali dalam tahun ke 31 saat–saat menjadi tua bersama, merencanakan
pensiun, menjadi kakek nenek dan hidup sendiri tanpa pasangan serta persiapan kematian.
Disebut juga periode perkawinan tua.

Faktor Prediktif Kepuasan Perkawinan


1. Faktor- faktor sebelum perkawinan :
Ø Perkawinan orang tua yang berbahagia
Ø Kebahagiaan di masa kanak-kanak
Ø Disiplin lembut dan tegas dari ortu
Ø Hubungan orang tua yang harmonis
Ø Bergaul baik dengan lawan jenis
Ø Telah mengenal lebih dari satu tahun sebelum perkawinan
Ø Ada restu dari orang tua
Ø Usia sepantar
Ø Puas dengan kasih sayang pasangan
Ø Cinta
Ø Kesamaan minat
Ø Pandangan yang optimistik tentang kehidupan
Ø Stabilitas emosional
Ø Sikap yang simpatik
Ø Kemiripan latar belakang budaya
Ø Kesesuaian keyakinan agama
Ø Kondisi pekerjaan dan karir memuaskan
Ø Hubungan cinta karena persahabatan bukan nafsu
Ø Kesadaran akan kebutuhan pasangan
Ø Keterampilan interspersonal dan sosial
Ø Identitas diri positif
Ø Memegang nilai-nilai umum
Ø Kemampuan mencari jalan keluar dari masalah
Ø Kemampuan pemahaman dan penerimaan diri baik
2. Faktor-faktor selama perkawinan :
Ø Kemampuan komunikasi yang baik
Ø Hubungan yang setara
Ø Hubungan yang baik dengan mertua dan ipar
Ø Minat dibidang yang sama
Ø Menginginkan hadirnya anak
Ø Cinta yang bertanggung jawab, saling hormat dan persahabatan
Ø Menikmati waktu luang bersama
Ø Hubungan yang penuh afeksi dan kebersamaan
Ø Kemampuan untuk menerima sekaligus memberi
Sedangkan faktor prediktif terhadap ketidakpuasan atau kebahagiaan perkawinan
yang berkait pada masa sebelum dan selama perkawinan berlangsung adalah :
1. Faktor-faktor sebelum perkawinan
Ø Orangtua bercerai
Ø Kematian orangtua
Ø Ketidak cocokan ciri kepribadian utama pasangan
Ø Kenal kurang satu tahun
Ø Alasan perkawinan karena kesepian
Ø Alasan perkawinan karena agar bisa meninggalkan keluarga
Ø Perkawinan dibawah usia 20 tahun
Ø Adanya predisposisi untuk tidak bahagia
Ø Mengalami problem problem pribadi yang intensif
2. Faktor-faktor selama perkawinan
Ø Suami lebih dominan
Ø Istri lebih dominan
Ø Kecemburuan
Ø Merasa superior terhadap pasangan
Ø Merasa lebih pintar dari pasangan
Ø Tinggal bersama orangtua atau ipar3.kehamilan

3.KEHAMILAN

PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM MASA KEHAMILAN


1. Dampak Perubahan Psikologis Ibu Hamil
1. Sensitif
Awal penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif adalah faktor hormon. Reaksi wanita
menjadi lebih peka, mudah tersinggung dan gampang marah. Apapun perilaku ibu hamil sering
dianggap kurang menyenangkan. Perubahan ini pasti berakhir, jangan sampai perubahan ini
merusak hubungan suami istri menjadi tidak harmonis. Oleh sebab itu, keadaan ini sudah
sepantasnya dipahami suami dan jangan membalas dengan kemarahan karena akan menambah
perasaan tertekan. Perasaan tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan fisik dan
psikis bayi.

2. Cenderung Malas
Penyebab wanita hamil cenderung malas tidak begitu saja terjadi, melainkan pengaruh
perubahan hormon yang sedang dialaminya. Perubahan hormonal akan mempengaruhi gerakan
tubuh ibu, seperti gerakannya yang semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan ini
membuat ibu hamil cenderung menjadi malas.

3. Minta Perhatian Lebih


Perilaku ibu hamil akan menunjukkan sikap ingin diperhatikan. Terkadang kondisi ini
mengganggu, terutama jika pasangannya (suami) kurang memiliki sikap perhatian atau
berperilaku temprament. Perlu diketahui bahwa biasanya wanita hamil akan tiba-tiba menjadi
orang manja dan ingin selalu diperhatikan. Perhatian yang diberikan suami walaupun sedikit
apapun akan berdampak memicu tumbuhnya perasaan aman dan pertumbuhan janin lebih baik.

4. Gampang Cemburu
Tidak jarang, sifat cemburu ibu hamil terhadap suami pun mulai tanpa alasan, seperti jika
pulang kerja telat sedikit, ibu mulai bertanya macam-macam. Sifat kecemburuannya
meningkat. Faktor penyebabnya ialah perubahan hormonal dan perasaan tidak percaya atas
perubahan penampilan fisiknya. Dia mulai meragukan kepercayaan pada suaminya, seperti
takut ditinggalkan suami atau suami pacaran lagi. Suami harus memahami kondisi istri dan
melakukan komunikasi terbuka dengan istri.

5. Ansietas (Kecemasan)
Ansietas menggambarkan rasa kecemasan, khawatir, gelisah, dan tidak tentram yang disertai
dengan gejala fisik. Ansietas merupakan bagian dari respon emosional terhadap penilaian
individu yang subjektif yang keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar.

Menurut Reva Rubin selama periode kehamilan hampir sebagian besar ibu hamil sering
mengalami kecemasan. Yang membedakannya adalah tingkat kecemasannya. Setiap ibu hamil
memiliki tingkat cemas yang berbeda-beda dan sangat tergantung pada sejauh mana ibu hamil
itu mempersepsikan kehamilannya.
Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan dengan kondisi
kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman keguguran kembali, rasa
aman dan nyaman selama masa kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang
tua, sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, support keluarga dan support
tenaga medis (Sulistyawati, 2009).

Bentuk-Bentuk Gangguan Psikologis Pada Masa Hamil


1. Depresi
Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada 1 dari 4 wanita yang sedang hamil.
Kondisi gangguan ini selalu melanda ibu-ibu hamil. Dini Kasdu, dkk (2009) mengatakan
bahwa hampir 10% wanita hamil mengalami depresi berat atau ringan. Umumnya depresi
sering terjadi dalam trimester pertama.

Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami depresi ialah adanya perasaan sedih atas perubahan kondisi
fisiknya, kesulitan berkonsentrasi, akibat jam tidur yang terlalu lama atau sedikit, hilangnya
minat dalam melakukan aktifitas yang biasa digemarinya, putus asa, cemas, timbul perasaan
tidak berharga dan bersalah, merasa sedih, berkurang atau hilangnya ketertarikan pada aktifitas
yang disukai, menurunnya nafsu makan, selalu merasa lelah atau kurang energi serta tidak bisa
tidur denga nyenyak. Gejala ini biasanya terjadi selama kurun waktu 1-2 minggu. Pada kasus
patologis depresi merupakan reaksi yang ekstrem karena penderitanya sering memiliki delusi
ketidakpastian dan perasaan putus asa.

2. Stres
Pemikiran yang negatif dan perasaan takut selalu menjadi akar penyabab terjadinya reaksi stres.
Stres selama hamil mempengaruhi perkembangan fisiologis dan psikologis bayi yang
dikandungnya. Sebaliknya, ibu hamil yang selalu berpikiran sehat dan positif akan membantu
pembentukan janin, penyembuhan internal dan memberikan nutrisi psikis yang sehat bagi bayi.
Apa yang dipikirkan ibu hamil akan memiliki hubungan fisik dan psikologis terhadap tumbuh
kembangnya janin di dalam rahim.
3. Insomnia (Sulit Tidur)
Sulit tidur adalah gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau perasaan tidak tenang, kurang
tidur atau sama sekali tidak bisa tidur. Gangguan tidur selalu menyerang ibu hamil tanpa alasan
yang jelas. Gangguan tidur lebih banyak berkaitan dengan masalah psikis, seperti rasa
kekhawatiran. Sulit tidur sering terjadi pada ibu-ibu hamil pertama kali atau kekhawatiran
menjelang kelahiran. Gejala-gejala insomnia ibu hamil dilihat dari sulit tidur, tidak bisa
memejamkan mata dan sellu terbangun pada dini hari.

4. Perasaan Tidak Berarti (Tidak Ada Tujuan)


Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami perasaan tidak berarti ialah sikap sinisme, adanya
keinginan untuk mengakhiri hidup, mempertanyakan akan penderitaannya, perasaan tidak
berguna, gangguan aktifitas seksual dan adanya keinginan untuk terus merusak diri sendiri.

5. Perasaan Malu (Bersalah)


Faktor penyebab terjadinya perasaan malu atau bersalah pada ibu hamil ialah dikarenakan
adanya keinginan ibu hamil untuk menghapus peristiwa yang pernah terjadi dan berusaha
mengulang kembali masa lampaunya.

6. Perasaan Kecewa
Faktor-faktor penyebab adanya perasaan kecewa pada ibu-ibu hamil ialah sikap, baik itu
tindakan suami atau keluarga besarnya yang dianggap kurang menyenangkan (menyakiti
perasaan).

7. Tekanan Batin
Penyebab tekanan batin bisa berasal dari akibat perasaan terpisah dengan pasangannya atau
dengan orangtuanya, adanya tantangan (konflik) terhadap kebutuhannya, perasaan tidak
berarti, tidak ada tujuan hidup, minimnya kehidupan rohani, rasa bersalah, penderitaan berat,
kematian salah satu anggota keluarga, dan reaksi marah kepada Tuhan (Kusmiyati, 2010).

1. Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Masa Hamil


1. Dukungan Suami
Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri yang hamil lebih
mengedepankan sikap untuk saling berkomunikasi yang jujur dan terbuka dan sudah
dimulainya sejak awal kehamilan istrinya dan menempatkan nilai-nilai penting dalam keluarga
untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2. Dukungan Keluarga
Wanita hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang lain, akan tetapi sifat
ketergantungan akan lebih besar ketika akan bersalin.

3. Tingkat Kesiapan Personal Ibu


Beberapa kesiapan personal ibu yang berkaitan pada masa kehamilannya ialah kemampuannya
untuk menyeimbangan perubahan atas kondisi psikologisnya

4. Pengalaman Traumatis Ibu


Trauma masa hamil dipengaruhi beberapa faktor, seperti ibu yang suka menyaksikan film horor
laga, adegan yang menyeramkan, mengerikan, atau menyedihkan bisa berujung pada
pembentukan emosi traumatis, dan sebagainya.

5. Tingkat Aktifitas
Tidak ada bukti bahwa aktivitas yang teratur, seperti jogging, bermain tennis, berenang, atau
berhubungan seks dapat menimbulkan masalah seperti keguguran atau janin yang cacat
(Kusmiyati, 2010).

1. Peran Bidan Dalam Persiapan Psikologis Bagi Ibu Hamil


Mempelajari Keadaan Lingkungan Klien

Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan, perumahan dan pekerjaan
dapat juga menimbulkan depresi dan perlu penanggulangan. Untuk itu bidan harus melakukan
pengkajian termasuk latar belakangnya sehingga mudah melakukan asuhan kebidanan.

Memberikan Informasi dan Pendidikan Kesehatan

4.PERSALINAN

PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA KALA I

Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh:

- Pengalaman sebelumnya

- Kesiapan emosi
- Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dan sebagainya)

- Support system

- Lingkungan

- Mekanisme koping

- Kultur

- Sikap terhadap kehamilan

Kecemasan menghadapi persalinan intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu


terhadap lingkungan , pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik2 relaksasi,
pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus

kurang pengetahuan tentang proses persalinan intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri
informasi tentang proses persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed
consent

kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif) intervensinya: berikan support
emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu mendampingi selama proses persalinan
berlangsung

Masalah psikologis yang mungkin terjadi :

1) Kecemasan menghadapi persalinan,

intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda
vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik2 relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi
rasa nyeri akibat kontraksi uterus.

2) Kurang pengetahuan tentang proses persalinan.

intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan
pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.

3) Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)


intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu
mendampingi selama proses persalinan berlangsung

4) Timbulnya rasa jengkel tidak nyaman, badan selalu kegerahan, tidak sabaran .

5) Sikap bermusuhan terhadap bayi.

6) Munculnya ketakutan menghadapi nyeri persalinan resiko saat melahirkan

7) Adanya harapan-hrapan terhadap jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan

8) Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi :

- Takut mati,

- Trauma kelahiran.

- Perasaan bersalah

9) Ketakutan (takut cacat, bayi berasib buruk, beban hidup semakin berat dengan hadirnya
bayi, takut kehilangan bayi).

Biasanya selama fase laten persalinan wanita mengalami emosi yang bercampur aduk , wanita
merasa gembira, bahagia dan bebas karena kehamilan dan penantian yang panjang akan segera
berakhir, tetapi ia mempersiapkan diri sekaligus memiliki kekhawatiran tentang apa yang akan
terjadi. Secara umum, dia tidak terlalu merasa tidak nyaman dan mampu menghadapi situasi
tersebut dengan baik. Namun untuk wanita yang tidak pernah mempersiapkan diri terhadap apa
yang akan terjadi, fase laten persalinan akan menjadi waktu ketika ia banyak berteriak dalam
ketakutan bahkan pada kontraksi yang paling ringan sekalipun dan tampak tidak mampu
mengatasinya sampai, seiring frekuensi dan intensitas kontraksi meningkat, semakin jelas
baginya bahwa ia akan segera bersalin.bagi wanita yang telah banyak menderita menjelang
akhir kehamilan dan pada persalinan palsu, respons emosionalnya terhadap fase laten
persalinan kadang-kadang dramtis, perasaan lega , relaksasi dan peningkatan kemampuan
koping tanpa memerhatikan lokasi persalinan. Walaupun merasa letih, wanita itu tahu bahwa
pada akhirnya ia benar-benar bersalin dan apa yang ia alami saat ini produktif.
Seiring persalinan melalui fase aktif, ketakutan wanita meningkat. Pada saat kontraksi semakin
kuat lebih lama, dan terjadi lebih sering , semakin jelas baginya bahwa semua itu berada di luar
kendalinya. Dengan kenyataan ini , ia menjadi lebih serius wanita ingin seseorang
mendampinginya karena ia takut ditinggal sendiri dan tidak mampu mengatasi kontraksi yang
diatasi. Ia mengalami sejumlah kemampuan dan ketakutan yang tak dapat dijelaskan. Ia dapat
mengatakan kepada anda bahwa ia merasa takut, tetapi tidak menjelaskan dengan pasti apa
yang ditakutinya.

Pada fase transisi biasanya ibu merasakan perasaan gelisah yang mencolok, rasa tidak nyaman
menyeluruh, bingung, frustasi, emosi meledak-ledak akibat keparahan kontraksi, kesadaran
terhadap martabat diri menurun drastis, mudah marah, menolak hal-hal yang ditawarkan
kepadanya, rasa takut sukup besar.

Dukungan yang diterima atau tidak diterima oleh seorang wanita di lingkungan tempatnya
melahirkan, termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek
psikologisnya pada saat kondisinya sangat rrentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat
nyerinya tibul secara continue.

Dukungan dan anjuran suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan kelahiran. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan
mengenali langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu. Hargai
keinginan ibu untuk didampingi oleh teman atau saudara yang khusus (Enkin, et al, 2000).

Keluarga dapat pula memberikan support kepada ibu dengan cara mengucapkan kata-kata yang
membesarkan hati dan pujian kepada ibu, membantu ibu bernafas pada saat kontraksi , memijat
punggung kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya, menyeka muka ibu
dengan lembut, menggunakan kain yang dibahasi air hangat atau dingin, dan menciptakan
suasana keluargaan dan rasa aman. (pusdiknakes, 2004)

PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA KALA II

1. Bahagia

Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu kelahiran bayinya dan
ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan,
memberikan anak untuk suami dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena
bisa melihat anaknya.
2. Cemas dan Takut

- Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena persalinan di anggap
sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati

- Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.

- Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya

Jalan yang bisa di tempuh untuk mengatasi hal ini :

1. Dari diri sendiri (ibu)

Mempersiapkan semuanya dengan baik (sejak awal kehamilan memang sudah di rencanakan
baik fisik maupun mental)

2. Dari orang lain

- Mengurangi ketegangan (mengajak bicara atau bercanda)

- Meyakinkan bahwa hal ini merupakn suatu hal yang normal

- Memberi bantuan moril (dengan mempersilahkan suami untuk mendampingi ibu)

- Selalu membimbing ibu di saat kesakitan

- Memberikan semangat kepada ibu dan meyakinkan bahwa semua akan baik – baik saja dan
akan cepat berlalu

- Menambah kekuatan ibu (dengan mempersilahkan ibu untuk minum disela – sela istirahatnya
setelah mengedan)

PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA KALA III


Perubahan psikologi pada Kala III persalinan, nyeri mulai berkurang dan saat pelepasan
plasenta ibu merasa gelisah, lelah, dan ingin segera melihat bayinya.

· Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya.

· Merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya, juga merasa sangat lelah.

· Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit.

· Menaruh perhatian terhadap plasenta

Aktivitas-istirahat :

· Perasaan bisa berkisar dari kelelahan sampai kesenangan.

· Masih melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan

Intervensi :

Mengurangi nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan respon fisiologis sesudah
melahirkan;

1. bantu dengan tehnik relaksasi,

2. kompres es pada perineum,

3. beri penghangat

PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA KALA IV

Ø Reaksi emosional dapat bervariasi atau berubah-ubah :

· Kurang minat.

· Menjauh.
· Tidak ada kedekatan.

· Kecewa.

Ø Dapat mengekspresikan masalah atau minta maaf untuk perilaku inpartu atau kehilangan
kontrol.

Ø Dapat mengekspresikan kecemasan atas kondisi bayi atau perawatan segera pada neonatal.

Ø Inisiasi dini dan motivasi untuk ASI eksklusif.

• mengurangi pengaruh yang negatif

• memperkuat pengaruh yang positif

• adaptasi pada lingkungan tempat bersalin

(Kusmiyati, 2010)

5.NIFAS(puerperium)

Adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum
hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

Gangguan psikologis pada masa nifas adalah:

1. Kekecewaan pada bayinya


2. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu
untuk menjaga kondisi fisiknya.

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nihas adalah sebagai berikut:

1. Fisik.Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih


2. Psikologi.Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
3. Sosial.Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu
merasa kesepian
4. Psikososial.
6.MENOPOUSE

Definisi Manopause
Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan
tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama
sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar merupakan
menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun berlalu. Menopause kadang-kadang disebut
sebagai perubahan kehidupan.

Tanda dan Gejala Menopause


1. Ingatan Menurun
Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah,
namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering
lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
2. Kecemasan
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi
pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa
pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering
juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah
menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali,
setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang terus-
menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan. Akan tetapi
banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang
berarti dalam kehidupannya.
Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang
remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada
yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.
Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek,
menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :
Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah,
perasaan sangat tegang.
Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi,
pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa
tidak berdaya.
Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi,
ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.
Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang
berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing,
berdebar-debar, mual, mulut kering.

Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang
dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan
berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada
makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau
mengurangi bahaya atau ancaman.
Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal
untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak
sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah
klinis.
3. Mudah Tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah
tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini
mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari
proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif
terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut
dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
4. Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para
lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan,
pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak
ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan
kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-
diam.
Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga
memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung
pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan
atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat
individual sifatnya.
Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba
jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga.
Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan
fisiologis.
Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan,
sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai
dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan.
Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor,
termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.

5. Depresi
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9%
s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam
kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2%
pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan
bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan
untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena
kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai
wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan
respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan
tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang
tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit
dihindarkan.
Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut
Marie Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut :
Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah.
Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam berpikir,
menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.
Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari kegiatan
kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.
Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, menangis,
mengeluh.
Sintom biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah, hilang
hasrat sesksual, tidur terganggu, gelisah.
Mungkin masih ada gejala-gejala fisik maupun psikologis lain yang menyertai menopause.
Gejala-gejala tersebut diatas sangat perlu dipahami supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memperlakukan para lansia. Dengan memahami gejala tersebut diharapkan lansia dapat
mengerti apa yang sedang terjadi dalam diri mereka. Selain itu pihak keluarga pun diharapkan
dapat merespon secara tepat sehingga tidak membuat lansia merasa dikucilkan atau disia-
siakan. Mari kita bantu para lansia kita dengan memahami berbagai gejala fisik maupun
psikologis sehingga tahu bagaimana cara terbaik untuk membantu mereka.
2.5. Gangguan Psikologi Bagi Wanita Menopause
1. Depresi Menstrual
Depresi manual adalah keadaan yang pernah timbul pada masa adolesens yang kemudian
hilang dengan sedirinya selama periode reproduktif (menjadi ibu) dan timbul lagi pada usia
klimakteris. Pada saat ini sekalipun wanita tersebut tidak haid lagi, namun rasa depresif itu
selalu saja timbul dengan interval waktu tidak tetap. Dan selalu tiba bersamaan dengan
datangnya siklus haid.
Depresi merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan kekecewaan bahwa wanita yang
bersangkutan menjadi kurang lengkap dan sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi
reproduksi dan haid.

mansturbasi Klitoris
Banyak wanita yang dahulu selama masa produktif menjadi dingin-beku secara seksual,
pada masa klimakteris ini tiba-tiba saja seksualitasnya menjadi hangat mebara lagi, dan ia
menjadi sensitive sekali. Akan tetapi, ada juga wanita-wanita yang selama periode
produktifnya memiliki seksualitas yang normal, justru pada usia klimakteris ini mereka
menjadi beku dingin secara seksual.
Adakalanya pada wanita menopause timbul semacam seksual yang luar biasa hangat
membara lagi ia sensitive sekali sehingga wanita tersebut melakukan masturbasi klitoris (onani
kelentit).
Cara mengatasi gangguan psikologis masturbasi :
Memberi nasehat untuk memenuhi kebutuhan sex secara sehat.
Memberi nasehat untuk konsultasi ke ahli kebidanan untuk mendapat terapi.
Memberi konseling bahwa wanita menopause bisa melakukan hubungan sex.
Mengkomunikasikan masalah pada suami dan diharapkan suami mau membantu memecahkan
masalah, mamberi dukungan kepada istrinya.
3. Ide Delerius
Ide Deleriusm adalah ide yang berisikan kegilaan, nafsu-nafsu petualangan jika pada usia
pubertas sudah pernah muncul predisposisi psiko somatis dan gejala psikis histeris, nafsu-nafsu
petualangan dan gangguan psikis lain, maka pada usia klimakteris ini predisposisi dan gejala-
gejala abnormal tadi akan muncul kembali. Biasanya gejala tersebut berisikan ide delirius
(kegilaan).
Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu dengan:
v Memberikan nasihat agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
v Memberikan nasihat mengembangkan pikiran-pikiran atau ide yang positif dalam
kehidupannya.
4. Aktifitas Hipomanis Semu
Aktifitas hipomanis semu adalah gangguan ini ditandai dengan seolah – olah wanita ini
merasakan vitalitas hidupnya jadi bertambah. Ia merasa muda bagaikan gadis remaja dan selalu
meyakinkan diri sendiri bahwa ia berambisi atau mampu memulai kehidupannya dari awal
lagi.
Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu:
Memberi nasehat agar aktifitas yang dilakukan dapat mengarah ke hal-hal yang positif
contohnya berolahraga, menghadiri ceramah, dll dan mengisi waktu dengan kegiatan yang
memperdalam kebudayaan atau bakat, misalnya melukis, dll.
Mengisi kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau bakat.
5. Infantile
Infantile pada masa menopause adalah sifat kekanak-kanakan yang timbul setelah puber
kedua ini. Saat menopausemuncul kembali ingatan masa kecil, keceriaan, harapan, permainan,
lepas, gembira, asyik, dan masih banyak suasana kegembiraan yang menyertai. Pada masa
menopause infantil ini rasa keinginan selalu ingin terpenuhi, layaknya seperti anak-anak.
6. Insomnia
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Sejumlah faktor
dikombinasikan dalam menopause mengganggu tidur. Tingkat hormon, masalah kesehatan,
gaya hidup, dan ketegangan situasional semua berperan dalam hal ini.
Setelah usia 40 atau 45 tahun, wanita mungkin mengalami kesulitan untuk bisa tidur atau
tetap tidur:
Penurunan kadar hormon
Kemerahan dan berkeringat di malam hari.
Depresi dan kecemasan.
Masalah fisik lain seperti kesulitan bernapas, masalah tiroid, sakit dll.
Penggunaan kafein, alkohol nikotin yang berlebihan, atau penggunaan beberapa suplemen.
Masalah Sosial dan keluarga seperti orang tua yang sakit, perceraian, kekhawatiran
pekerjaan, masalah keuangan dll.
Berbagai obat-obatan digunakan untuk ketidaknyamanan fisik yang berbeda.
Untuk masalah ini, semakin wanita kehilangan tidur karena gejala menopause, gejala
insomnia akan lebih jelas terjadi. Kemurungan akan menjadi lebih intens, kelelahan ekstrim
menjadi umum.
9. Gangguan konsep diri
Gangguan konsep diri adalah konsep diri negatif yang akan cenderung membuat individu
bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaan
lingkungan dalam masyarakat.
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada lima tanda individu yang memiliki
konsep dirinegatif, yaitu :
Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah
dan naik pitam.
Orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap pujian, ia tidak
dapatmenyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
Memiliki sikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela atau
meremehkanapapun dan siapapun. Mereka tidak mampu mengungkapkan penghargaan atau
pengakuan padakelebihan orang lain.
Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, dan ia bereaksi
padaorang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan.
Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti ia enggan untuk bersaing dengan orang lain
dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang
merugikan dirinya.Ciri khas individu yang berkonsep diri negatif adalah ketidak akuratan
pengetahuan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai pemahaman atau pengetahuan
yang kurang atau sedikitt entang dirinya, ia tidak sungguh-sungguh mengetahui siapa dia, apa
kelebihan dan kekurangannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri negatif akan cenderung
membuatindividu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan
penguasaanlingkungan dalam masyarakat.
Cara mengatasi gangguan psikologi insomia,gangguan konsep diri dan infantile pada
masa menopause adalah :
Kembangkan kebiasaan tidur dan mentaatinya, membaca bacaan ringan, nonton TV, acara
santai, musik yang menyenangkan.
Makanlah jangan terlalu banyak/kemyang dan jangan kurang karena akan mengganggu
tidur.
Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan jangan terlalu panas/dingin dan kamar harus bersih
juga rapi.
Dapatkan udara segar, jangan tidur dengan selimut menutupi kepala akan mengurangi
oksigen dan menambah karbodioksida yang dihirup.
Batasi minum/cairan setelah jam 16.00 karena akan BAK waktu malam hari.
Jernihkan pikiran, cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan semua
kecemasan sebelum tidur.
Menunda jam tidur dan tidak tidur siang.
Mengerti dan menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.
Aktifitas social dan agama dapat memberikan kepuasan batin, memperkaya iman dan
memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya pengertian dan dorongan anggota kelurga akan
membantu mengurangi gejala yang timbul, terasa ringan dan membawa kebahagiaan.
Pengobatan dengan esterogen dan kombinasi psikoterapi.

Anda mungkin juga menyukai