Anda di halaman 1dari 8

BAB V ANALISIS

V.1 Analisis Business Model Canvas


Pada Business Model Canvas (BMC) dibentuk suatu model bisnis yang akan
dijalankan suatu perusahaan. Dalam susunan BMC terdapat 9 blok yang harus
diperhatikan dan diiisi oleh perusahaan akan menghasilkan output yang
diinginkan. Pada kasus ini yaitu ekspor buah manggis ke negara Tiongkok hal
yang harus diperhatikan dalam BMC adalah Customer Segmenting untuk
menargetkan dan mengetahui konsumen yang akan dituju yaitu negara Tiongkok
yang berfokus kepada distributor dan supermarket, Value Proposition berguna
untuk menjelaskan keunggulan dari produk yang dimiliki oleh perusahaan yaitu
berupa kualitas pada buah manggis yang tetap terjaga kesegaran dan manfaat dari
buah manggis, selain itu keunggulan dari perusahaan adalah Sumber Daya
Manusia ( SDM) yang sudah terlatih dan berpengalaman bekerja di PT. XYZ
kurang lebih lima tahun agar dalam hal sortir manggis tidak mengecawakan serta
dalam pengiriman buah manggis yang tepat waktu dan keunggulan terakhir adalah
lokasi pada gudang induk manggis yang dimana gudang tersebut harus
memperhatikan lokasi petani yang supply manggis, akses jalan yang mudah agar
mobil container dapat mudah dilalui, serta gudang harus memperhatikan kapasitas
dari buah manggis. Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah Channel yang
berisi mengenai fasilitas yang dipilih oleh perusahaan yaitu berupa komunikasi
dengan customer atau para petani menggunakan telepon, hal ini dilakukan karena
langsung dari owner yang menghubungi tanpa ada perantara sehingga dapat
mencegah terjadinya kesalahan yang tidak diinginkan. Fasilitas lainnya adalah
email, email digunakan oleh owner dalam hal konfirmasi jumlah barang dan
dalam hal pembayaran. Blok selanjutnya adalah Customer Relationship yang
dilakukan oleh perusahaan agar dapat menjalin hubungan baik dengan segmen
yang dituju dengan cara mengirimkan barang sesuai waktu yang telah disepakati,
menjaga kualitas buah hingga sampai kepada pelanggan serta menepati biaya
sesuai perjanjian dalam arti tidak mengurangi atau menambah dari biaya yang
sudah disepakati. Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah Revenue Streams
yang menjelaskan arus kas dari perusahaan yaitu berasal dari penjualan buah
manggis kepada konsumen dan pendapatan yang diperoleh dari reseller produk
buah manggis, Key Resources menjelaskan aset yang dimiliki oleh perusahaan
yang dapat mendukung berjalannya model bisnis yaitu berupa operator sortir yang
digunakan untuk memilih produk sesuai kualitas terbaik, Operator Packing yang
digunakan agar proses Packing dan Packaging rapih dan owner yang berfungsi
dalam hal mengontrol segala kegiatan dan proses selama produksi berjalan.
Blok selanjutnya adalah Key Partnership yang berisi mengenai petani sebagai
pemasok buah manggis, kurir kontainer sebagai pengangkut barang dari gudang
ke pelabuhan, kurur cargo jika pengiriman domestik dan kurir mobil box yang
mengantar barang dari petani ke gudang induk dan yang harus diperhatikan
perusahaan dalam pengisian blok BMC adalah Cost Structure yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel.
V.2 Analisis Proyeksi Pasar
Pada analisis pasar untuk tahun 2018 dapat mengetahui seberapa besar pangsa
pasar yang akan dituju oleh perusahaan. Seperti yang terdapat pada bab
pengumpulan dan pengolahan data pada tabel IV.3 mengenai persentase
kontribusi terhadap demand bahwa kebutuhan dari negara Tiongkok adalah
kurang lebih sebanyak 2000 ton, negara Indonesia baru mampu memenuhi
sebanyak 10000 ton yang berarti 50% dari permintaan dan PT. XYZ baru mampu
memenuhi kebutuhan dan berkontribusi sebesar 407,32 yang berarti hanya 4%
dari permintaan dari negara Tiongkok.

Proyeksi Pasar
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Demand Indonesia PT. XYZ

Produksi Demand

Gambar V. 1 Persentase Proyeksi Pasar


Dapat dilihat pada grafik V.1 jika PT. XYZ masih sangat sedikit memproduksi
buah manggis dalam hal ekspor ke negara Tiongkok.
Melihat hal ini, perusahaan akan semakin genjar dalam produksi ekspor buah
manggis. Jika melihat data historis produksi ekspor buah manggis tiga tahun
belakang pada grafik V.2 produksi ekspor buah manggis PT. XYZ terus
meningkat setiap tahunnya dimana rata-rata peningkatannya adalah sebesar 10%,
maka perusahaan merencanakan untuk tiga tahun kedepan produksi ekspor buah
manggis juga akan meningkat 10% setiap tahunnya.

Historis Produksi Tahun 2014-2017

400000

300000

200000

100000

0
2014 2015 2016 2017

Produksi

Gambar V. 2 Grafik Historis Produksi 2014-2017


Namun hal ini juga akan tergantung pada kondisi buah yang dipengaruhi oleh
faktor cuaca, faktor pasar dan musim panen dari buah manggis. Cara yang
dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai target peningkatan produksi buah
manggis adalah memperbanyak pemasok dari petani serta tetap bersaing harga
dengan para eksportir lainnya. Selain itu perusahaan akan menambah jumlah
SDM menyesuaikan dengan banyaknya produksi buah manggis seperti pada tabel
IV.12 pada bab pengumpulan dan pengolahan data serta penambahan beberapa
aset pada tabel IV.14 yang akan dijelaskan dan dianalisis lebih lanjut pada poin
V.3
V.3 Analisis Proyeksi Teknis dan Operasional
Dalam menganalisis proyeksi teknis dan operasional terdapat dua bagian yaitu
Sumber Daya Manusia (SDM) dan aset. Pada SDM perusahaan menggunakan
data historis tiga tahun belakang, seperti terlihat pada tabel IV.5 pada bab
pengumpulan dan pengolahan data. Dapat dilihat pada grafik V.3 bahwa jumlah
SDM dari tahun 2014 – 2017 terus meningkat mengikuti pertambahan produksi
buah manggis. Perusahaan menyediakan SDM bagian packing keranjang
sebanyak lima orang dan sisanya berupa SDM bagian sortir buah manggis. Untuk
gaji karyawan perusahaan mengambil keputusan menambah gaji karyawan setiap
tahunnya sebanyak Rp. 100,- per Kg buah manggis.

Historis SDM 2014 - 2017

30
25
20
15
10
5
0
2014 2015 2016 2017

Sortir Packing

Gambar V. 3 Grafik Historis SDM 2014-2017


SDM lain yang digunakan adalah koordinator karyawan. Tugas dari koordinator
karyawan adalah mengontrol semua kegiatan proses produksi yang akan
dipertanggung jawabkan kepada pemilik. Gaji untuk koordinator berdasarkan data
historis yang meningkat 10% setiap tahunnya. Maka untuk proyeksi tiga tahun
kedepan, perusahaan melakukan penambahan pada gaji koordinator 10% setiap
tahunnya, dan untuk jumlah koordinator hanya satu orang setiap tahunnya.

Selain SDM pada proyeksi teknis terdapat proyeksi aset, dalam tabel IV.7 pada bab
pengumpulan dan pengolahan data dapat dilihat bahwa jumlah mesin packing 15
unit, genset 5 unit, sprier 15 unit dan mobil box 4 unit.
PT. XYZ memiliki beberapa jenis aset, pertama memiliki mesin packing dengan
jumlah 15 unit dimana harga satu mesin adalah Rp. 6.000.000, namun mesin
packing dalam proses produksi tidak semua digunakan karena perusahaan
mengambil tindakan akan melakukan rolling mesin setiap 3 jam sekali. Selanjutnya
ada mesin genset dengan total sebanyak lima mesin dengan harga satuan Rp.
2.500.000. genset digunakan jikat ada barang yang masuk dan harus di sortir malam
hari pada saat kondisi mati lampu. Aset selanjutnya adalah sprier, yaitu alat yang
digunakan untuk menyeprot cairan penyegar ke buah manggis dan terakhir
perusahaan memiliki mobil box sebanyak tiga unit dikarenakan mobil box
digunakan untuk membawa manggis dari petani ke gudang induk (PT.XYZ).

Pada analisis proyeksi peningkatan investasi untuk tiga tahun kedepan perusahaan
tidak menambah jumlah mesin packing dikarenakan owner memiliki perhitungan
sendiri dalam menambah aset. Mesin packing tidak ditambah dikarenakan 15 mesin
yang sudah ada akan di rolling setiap tiga jam. Untuk genset, sprier owner merasa
sudah cukup memiliki genset dan sprier yang sudah ada, karena kebutuhan genset
diperlukan jika keadaan darurat dan genset merupakan alat yang dikatan kurang
dugunakan, data ini didapat dari wawancara langsung kepada owner.

V.4 Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas dilakukan agar mengetahui kondisi keuangan perusahaan jika
berada pada kondisi yang berbeda. Pada analisis sensitivitas diasumsikan terdapat
empat parameter yaitu biaya bahan baku mengalami kenaikan dan penurunan,
perubahan pada harga jual produk, perubahan pada biaya tenaga kerja langsung
dan perubahan pada jumlah penjualan. Analisis sensitivitas juga dilakukan agar
mengetahui apa yang harus dilakukan oleh perusahaan jika berada pada salah satu
kondisi tersebut dengan begitu perusahaan mengerti harus berbuat apa.
Pada gambar V.4 dapat dilihat untuk empat parameter pertama, dan kebalikan
parameter pada gambar V.4 dapat dilihat pada gambar V. 5.
Jika dilihat pada grafik V.4 terlihat jelas perbandingan masing-masing kondisi
pada setiap nilai NPV. Melihat hal ini perusahaan dapat mengalami peningkatan
jika menaikan harga jual produk dan harus berhati-hati jika menurunkan biaya
tenaga kerja langsung

Nilai NPV

NPV Kelayakan

NPV Biaya Bahan Baku Turun

NPV Jumlah Penjualan Naik

NPV Biaya TKL Turun

NPV Harga Jual Produk Naik

Rp0,00 Rp2.000.000.000,00Rp4.000.000.000,00Rp6.000.000.000,00

Nilai NPV

Gambar V. 4 Grafik Perbandingan NPV Kelayakan dan NPV Skenario Baik


Jika dilihat pada grafik V.5 terlihat jelas bhawa nilai NPV tidak satupun melewati
nilai yang prositif dan tidak ada yang melewati NPV kelayakan PT. XYZ. Melihat
hal ini perusahaan berada pada kondisi sangat buruk dan tidakada alternatif yang
bisa dipilih jika dalam kondisi ekonomi sedang buruk.

Nilai NPV

NPV Kelayakan

NPV Biaya Bahan Baku

NPV Jumlah Penjualan

NPV Biaya TKL

NPV Harga Jual Produk

Nilai NPV
(Rp10.000.000.000,00)
(Rp8.000.000.000,00)
(Rp6.000.000.000,00)
(Rp4.000.000.000,00)
(Rp2.000.000.000,00) Rp0,00 Rp2.000.000.000,00
Rp4.000.000.000,00

Gambar V. 5 Perbandingan NPV Kelayakan dan NPV Skenario Buruk


V.5 Analisis Kelayakan usaha
V.5.1 Analisis NPV
Analisis NPV dilakukan sebagai salah satu acuan dalam menjalankan suatu usaha
apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Usaha dinyatakan layak
jika nilai NPV bernilai positif. Pada tabel IV.23 mengenai perhitungan kelayakan
pada bab pengumpulan dan pengolahan data nilai NPV sebesar Rp
419.476.409,61, nilai NPV bernilai positif yang berarti untuk acuan NPV usaha
dinyatakan layak.
V.5.2 Analisis IRR
Pada analisis IRR nilai IRR juga menjadi salah satu acuan dalam menyatakan
apakah usaha layak dijalankan atau tidak layak. Nilai IRR dinyatakan layak atau
feasability jika lebih besar dibanding nilai Minimum Attractive Rate of Return
(MARR), MARR merupakan nilai pengembalian minimum dan akan diterima
oleh perusahaan yang berencana akan membangun usaha baru terhadap uang yang
telah diinvestasikannya. Perhitungan pada nilai MARR diserahkan kepada bagian
analis keuangan di perusahaan dan diserahkan kepada bagian yang bertugas untuk
mengevaluasi proyek.
Pada kasus ini setelah melakukan perhitungan didapat nilai IRR sebesar 43%
dimana nilai IRR jauh lebih besar dibanding nilai MARR dari kebijakan
perusahaan sebesar 10%. Perusahaan mengambil nilai MARR sebesar 10%
dikarenakan perusahaan mempertimbangkan persaingan dengan distributor
lainnya yang harus memperhitungkan dalam segi harga.
V.5.3 Analisis Payback Period (PBP)
PBP atau Payback Period merupakan gambaran berapa lama perusahaan akan balik
modal dalam menjalankan suatu usaha. Dengan menggunakan metode PBP
perusahaan dapat mengambil keputusan apakah akan tetap ingin menjalankan usaha
yang ingin atau sedang dijalankan. Jika nilai PBP tidak sebanding dengan modal
dimana artinya modal tidak terlalu besar dan tidak sebanding dengan nilai modal
yang diinvestasikan, maka usaha tersebut dapat dinyatakan tidak layak dijalankan.
Pada kasus PT. XYZ setelah melakukan perhitungan didapat masa pengembalian
modal perusahaan selama 2,8 tahun.

V.5.4 Analisis Break Event Point (BEP)


Metode analisis yang terakhir adalah Break Event Point. Metode ini digunakan
untuk mengetahui seberapa banyak produk yang dijual agar mencapai target
penjualan. Hal ini tentu sangat membantu dalam finansial agar dapat membuat
target guna mencapai finansial yang diinginkan. PT. XYZ harus melakukan
produksi ekspor buah manggis sebanyak 862.554Kg atau 862,5 Ton

Jika dilihat dari nilai perhitungan kelayakan diatas, dapat dikatakan bahwa ini
merupakan usaha yang layak, namun disini perlu diperhatikan bahwa ekspor buah
manggis tidak setahun penuh. Kegiatan ekspor buah manggis hanya akan dilakukan
jika musim panen manggis telah tiba dan untuk musim manggis tidak dapat di
prediksi dikarenakan ada beberapa faktor salah satunya cuaca yang sangat
berpengaruh terhadap kesuburan pohon manggis, maka perusahaan harus genjar
melakukan ekspor buah manggis jika sudah tiba musimnya. Musim manggis bisa
saja hanya 5 – 10 bulan dan perusahaan harus memperhitungkan keungan untuk
satu tahun. Hal ini dapat menjadi alasan kenapa nilai IRR dan NPV dapat dikatakan
besar.

Anda mungkin juga menyukai