Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat, maka sudah

seharusnya energi listrik harus tersedia secara kontinyu dan andal. Untuk

menunjang kedua hal tersebut salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah

dari sisi Sumber Daya Manusianya. Oleh karena itu salah satu cara untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama bagi mahasiswa yaitu

dengan dilakasanakannya Praktek Kerja Lapangan.

Keinginan untuk dapat pemahaman tentang dunia distribusi tenaga listrik

diharapkan dapat menunjang pengetahuan yang secara teoristis sudah didapat di

materi perkuliahaan. Maka dari itu dipilihlah PT PLN (Persero) UP3 Marunda

sebagai tempat Praktek Kerja lapangan yang merupakan salah satu bagian dari

perusahaan distribusi tenaga listrik.

Dengan dilakukannya Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan mahasiswa

dapat mengembangkan potensi yang ada, mendapat gambaran tentang dunia kerja

itu sendiri serta dapat menambah ilmu pengetahuan dan untuk menyelaraskan imu

pengetahuan yang telah didapat di materi perkuliahan dengan pengaplikasiannya

di dunia kerja.

1.2 Tujuan Kerja Magang

Adapun tujuan Kerja Magang yang dilaksanakan adalah:


2

1. Mempelajari dan sekaligus mempraktekan .ilmu yang telah didapatkan di

materi perkuliahan ke dunia kerja.

2. Mengetahui bagaimana cara kerja sistem distribusi di PT. PLN (Persero)

Area Marunda.

3. Mempelajari bagaimana menjaga keandalan dan kontinyuitas penyediaan

tenaga listrik di PT PLN (Persero) Area Marunda.

4. Mencari dan memperoleh pengalaman dalam dunia kerja, khususnya pada

sistem distribusi tenaga listrik.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penulisan Laporan Kerja Magang ini, dirumuskan beberapa

masalah pokok yang akan dibahas :

1. Apa saja bentuk kegiatan dalam unit distribusi di PT PLN (Persero) Area

Marunda ?

2. Bagaimana langkah untuk menjaga keandalan dan kotinyuitas penyediaan

tenaga listrk di PT PLN (Persero) Area Marunda?

1.4 Batasan Masalah

1. Hanya membahas mengenai cara menjaga keandalan dan kontinyuitas

sistem distribusi untuk mutu kualitas pelayanan terhadap pelanggan di PT.

PLN (Persero) Area Marunda.


3

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini dibagi menjadi empat bab berdasarkan sistematika

penulisan laporan. Bab satu pendahulan, membahas mengenai hal – hal umum

yang berkaitan dengan penulisan laporan kerja magang, yaitu :latar belakang,

tujuan kerja magang, rumusan masalah, batasan masalah, dan sistematika

penulisan. Bab dua membahas mengenai teori umum sistem jaringan distribusi.

Bab tiga membahas mengenai laporan kegiatan harian kerja magang beserta

uraiannya. Bab empat membahas mengenai kesimpulan dan saran dari kegiatan

magang yang telah dilakukan.


4

BAB II
PEMELIHARAAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks

karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

transformator, beban dan alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling

dihubungkan membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan,

menyalurkan, dan menggunakan energi listrik. Namun secara mendasar sistem

tenaga listrik dapat dikelompokkan atas 3 bagian utama yaitu :

1. Sistem Pembangkitan Pusat

Pembangkit tenaga listrik (electric power station) biasanya terletak jauh dari

pusat-pusat beban dimana energi listrik digunakan.

2. Sistem Transmisi

Energi listrik yang dibangkitkan dari pembangkit listrik yang jauh disalurkan

melalui kawat-kawat atau saluran transmisi menuju gardu induk (GI).

3. Sistem Distribusi

Energi listrik dari gardu-gardu induk akan disalurkan oleh sistem distribusi

sampai kepada konsumen. Ketiga bagian utama (pembangkitan, transmisi,

dan distribusi) tersebut menjadi bagian penting dan harus saling mendukung

untuk mencapai tujuan utama sistem tenaga listrik yaitu penyaluran energy

listrik kepada konsumen.


5

Gambar 2.1. Sistem Tenaga Listrik

2.2. Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah

suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung

Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan

Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok

kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah

(TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V).

2.2.1. Pembagian Jaringan Distribusi

Berdasarkan Tegangannya, Jaringan distribusi adalah kumpulan dari

interkoneksi bagian-bagian rangkaian listrik dari sumber daya (Trafo Daya pada GI

distribusi) yang besar sampai saklar-saklar pelayanan pelanggan. Secara garis

besar jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :


6

1. Distribusi Primer

Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan

menengah (20 KV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan

Tegangan Menengah (JTM). Jaringan ini berawal dari sisi skunder trafo

daya yang terpasang pada gardu induk hingga kesisi primer trafo distribusi

yang terpasang pada tiang-tiang saluran.

2. Distribusi Sekunder

Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam

Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sistem 380/220 Volt, yaitu rating yang

sama dengan tegangan peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi skunder

bermula dari sisi skunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur

(meteran) pelanggan. Sistem jaringan distribusi sekunder ini disalurkan

kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi.

2.3. Konfigurasi Jaringan Distribusi

Sistem Distribusi Tegangan Menengah dapat dikelompokkan menjadi lima

model yaitu Konfigurasi jaringan Radial,Konfigurasi jaringan Loop, Konfigurasi

jaringan Spindel, Konfigurasi Anyaman/Mesh Beberapa Sistem konfigurasi

jaringan dapat dijelaskan dibawah ini :

2.3.1. Sistem Konfigurasi Radial

Keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya.

Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu sumber utama

yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami

gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam.Dibawah ini pada Gambar 2.2
7

Gambar 2.2. Konfigurasi Jaringan Radial

2.3.2. Sistem Konfigurasi Loop

Pada sistem konfigurasi jaringan Struktur Lingkaran (Loop). dimungkinkan

pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian tingkat

keandalannya relatif lebih baik.kelebihan dari sistem ini adalah kabel yang

terganggu diisolir sehingga penyaluran daya ke gardu distribusi tidak akan

terputus selama kabel yang terganggu setelah di perbaiki.

Gambar 2.3. Konfigurasi Jaringan Loop

2.3.3. Sistem Konfigurasi Spindel

Sistem Spindel adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan

Loop. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya

diberikan dari gardu induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah gardu
8

hubung GH.Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif

dan sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu

hubung. Pola Spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah

(JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah

(SKTM).

Gambar 2.4. Konfigurasi Jaringan Spindel

2.3.4. Sistem Konfigurasi Gugus/Kluster

Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar di bawah ini banyak digunakan

untuk kota besar yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini

terdapat Saklar Pemutus Beban, dan penyulang cadangan. Dimana penyulang ini

berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu penyulang konsumen

maka penyulang cadangan inilah yang menggantikan fungsi suplai kekonsumen.


9

Gambar 2.5. Konfigurasi Jaringan Gugus/Kluste

2.3.5. Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)

Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar di bawah ini digunakan untuk

pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain-

lain). Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan

AutomaticChange Over Switch/Automatic Transfer Switch, setiappenyulang

terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu

penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke

penyulang lain

Gambar 2.6. Konfigurasi Jaringan Hantaran Penghubung

2.4. Jenis Gardu Distribusi


10

Gardu Distribusi merupakan komponen dari sistem distribusi untuk

penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Pada gardu distribusi memiliki trafo

distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 kV menjadi tegangan

yang lebih rendah yaitu ke 220/380 V. Jenis Gardu distribusi yaitu: Secara garis

besar gardu distribusi dibedakan atas :

1. Jenis pemasangannya :

a. Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol

b. Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios

2. Jenis Konstruksinya :

a. Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)

b. Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol

c. Gardu Kios

3. Jenis Penggunaannya :

a. Gardu Pelanggan Umum

b. Gardu Pelanggan Khusus

2.4.1. Gardu Portal

Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah dengan

peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung

singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur link type expulsion)

dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada

transformator akibat surja petir. Untuk gardu tiang dengan transformator satu fasa

kapasitas yang ada maksimum 50 kVA, sedangkan gardu tiang dengan


11

transformator tiga fasa kapasitas maksimum 160 kVA (200 kVA). Jadi, kapasitas

transformator maksimum pada gardu portal adalah 250, 315, 400 kVA.

Gambar 2.7. Gardu Portal dan Bagan satu garis

Untuk Gardu Tiang pada sistem jaringan lingkaran terbuka (open-loop),

seperti pada sistem distribusi dengan saluran kabel bawah tanah, konfigurasi

peralatan adalah dimana transformator distribusi dapat di catu dari arah berbeda

yaitu posisi Incoming–Outgoing atau dapat sebaliknya.

Guna mengatasi faktor keterbatasan ruang pada Gardu Portal, maka

digunakan konfigurasi switching/proteksi yang sudah terakit ringkas sebagai RMU

(Ring Main Unit). Peralatan switchingincoming-outgoing berupa Pemutus Beban

atau LBS (Load Break Switch) atau Pemutus Beban Otomatis (PBO) atau CB

(Circuit Breaker) yang bekerja secara manual (atau digerakkan dengan remote

control).
12

Gambar 2.8. Bagan satu garis konfigurasi Gardu Portal

2.4.2. Gardu Cantol

Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah

transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator terpasang

adalah jenis CSP (Completely SelfProtected Transformer) yaitu peralatan switching

dan proteksinyasudah terpasang lengkap dalam tangki transformator.

Gambar 2.9. Gardu Cantol.

Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning Arrester)

dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang dihubung langsung

dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-

TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman

lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian Konduktif Terbuka
13

(BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan dengan pembumian sisi

Tegangan Rendah.

2.4.3. Gardu Beton

Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan

switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan

difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall building).

Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi

keselamatan ketenagalistrikan. Kapasitas transformator maksimum pada gardu

beton adalah 2x630 Kva.

Gambar 2.10. Gardu Beton

2.4.4. Gardu Kios

Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja,

fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan

gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios
14

Modular dan Kios Bertingkat. Kapasitas transformator yang terpasang terbatas

yakni maksimum 400 kVA.

Gambar 2.11. Gardu Kios

2.4.5. Gardu Pelanggan Umum

Umumnya konfigurasi peralatan Gardu Pelanggan Umum adalah sama

halnya seperti dengan Gardu Tiang yang dicatu dari SKTM.

Gambar 2.12. Bagan satu garis Konfigurasi Gardu Pelanggan Umum

Karena keterbatasan lokasi dan pertimbangan keandalan yang dibutuhkan,

dapat saja konfigurasi gardu berupa dengan catu daya disuplai PHB-TM gardu

terdekat yang sering disebut dengan Gardu Antena.Untuk tingkat keandalan yang

dituntut lebih dari Gardu Pelanggan Umum biasa, maka gardu dipasok oleh SKTM
15

lebih dari satu penyulang sehingga jumlah saklar hubung lebih dari satu dan dapat

digerakan secara Otomatis (ACOS :Automatic Change OverSwitch) atau secara

remote control.

2.4.6. Gardu Pelanggan Khusus

Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan tenaga listrik bagi

pelanggan berdaya besar. Selain komponen utama peralatan hubung dan proteksi,

gardu ini di lengkapi dengan alat-alat ukur yang dipersyaratkan. Untuk pelanggan

dengan daya lebih dari 197 kVA, komponen utama gardu distribusi adalah peralatan

PHB-TM, proteksi dan pengukuran Tegangan Menengah. Transformator penurun

tegangan berada di sisi pelanggan atau diluar area kepemilikan dan tanggung jawab

PT PLN (Persero). Pada umumnya, Gardu Pelanggan Khusus ini dapat juga

dilengkapi dengan transformator untuk melayani pelanggan umum.

Gambar 2.13. Bagan satu garis Gardu Pelanggan Khusus

Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi

keselamatan ketenagalistrikan.

2.4.7. Gardu Hubung


16

Gardu Hubung (GH) adalah gardu yang ditujukan untuk memudahkan

manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain, gardu hubung

biasanya digunakan pada konfigurasi jaringan spindel, di PT PLN Area Bintaro

semua jaringan mempunyai gardu hubung untuk memudahkan manuver jaringan

bila terjadi gangguan, gardu hubung dapat dilengkapi atau tidak dilengkapi Remote

Terminal Unit (RTU). Pada gardu hubung merupakan suatu sistem dari ujung

spindel dan tidak terdapat trafo jadi pada gardu hubung tegangan yang masuk sama

dengan tegangan yang keluar semua penyulang dalam satu spindel dan akan

berakhir pada gardu hubung.

2.5. Jaringan Distribusi Tegangan Menengah

Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan

operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, Lingkup Jaringan Tegangan

Menengah pada sistem distribusi di Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-

going) pemutus tenaga dari transformator penurun tegangan Gardu Induk atau

transformator penaik tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala

kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator

distribusi 20 kV - 231/400V.

2.5.1. Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah

Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat

dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :

1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai

konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama.
17

Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan

Menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah

penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang

besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus

diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan

seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan

20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau

dengan jangkauan manusia. Termasuk dalam kelompok yang

diklasifikasikan SUTM adalah juga bila penghantar yang digunakan adalah

penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single core).

2. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal untuk

mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih

mahal untuk penyaluran daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan

dengan konstruksi isolasi penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang

dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam

langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit

atau bahkan tunneling (terowongan beton).

2.6. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah

Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem

tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para

pemanfaat/pelanggan listrik.Mengingat ruang lingkup konstruksi jaring distribusi ini

langsung berhubungan dan berada pada lingkungan daerah berpenghuni, maka


18

selain harus memenuhi persyaratan kualitas teknis pelayanan juga harus

memenuhi persyaratan aman terhadap pengguna dan akrab terhadap

lingkungan.Konfigurasi Saluran Udara Tegangan Rendah pada umumnya

berbentuk radial.

1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)

Untuk konstruksi jaringan SUTR yang berdiri sendiri dipakai tiang beton atau

tiang besi dengan panjang 9 meter. Tiang beton yang dipakai dari berbagai

jenis yang memiliki kekuatan beban kerja (working load) 200daN, 350daN

dan 500daN (dengan angka faktor keamanan tiang=2 ) Pada titik yang

memerlukan pembumian dipakai tiang beton yang dilengkapi dengan

terminal pembumian.

Jenis penghantar yang dipergunakan adalah kabel pilin udara (NFA2Y)

alumunium twisted cable dengan inti alumunium sebagai inti penghantar

Fasa dan almelec/alumunium alloy sebagai netral. Penghantar Netral (N)

dengan ukuran 3x35+N, 3x50+N,3x70+N berfungsi sebagai pemikul beban

mekanis kabel atau messenger. Untuk kepentingan jaminan pelaksanaan

handling transportasi, panjang penghantar tiap haspel kurang lebih 1000 m.

2. Saluran Kabel Tanah Tegangan Rendah (SKTR)

Dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan

transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam

tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ruang

bebas tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar

berisolasi. Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di


19

daerah perkotaan, terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan

dan membutuhkan aspek keindahan. Kabel yang digelar di bawah tanah

harus memenuhi persyaratan jarak dengan benda penunjang lain yang ada

di bawah tanah. Jarak antara kabel dengan kabel listrik lain yang bersilangan

tidak boleh kurang dari 20 cm. Jika jaraknya kurang dari 20 cm, bagian

persilangan dilindungi dengan pipa beton belah atau pelat beton dengan

tebal 6 cm, sekurang-kurangnya sejauh 50 cm dari titik silang.

2.7. Pemeliharaan Sistem Distribusi

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk menjaga atau memelihara peralatan

dan fasilitas serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian dan mengganti yang

peralatan diperlukan sehingga terdapat suatu keadaan operasi produksi yang

memuaskan. Semakin baik penyaluran tenaga listrik yang diterima konsumen

maka semakin baik pula keandalan penyaluran tenaga listriknya yang ditandai

dengan bertambahnya tingkat kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.

1. Pemeliharaan Preventif

Pemeliharaan rutin merupakan pemeliharaan yang terencana berdasarkan

waktu yang terjadwal disebut juga dengan pemeliharaan rutin, yaitu

pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang lebih

parah dan untuk mempertahankan untuk kerja jaringan agar tetap

beroperasi dengan keandalan dan efisiensi yang tinggi.

2. Pemeliharaan Korektif

Merupakan pemeliharaan yang terencana dikarenakan faktor waktu dimana

peralatan memerlukan perbaikan atau pemeliharaan yang tidak terencana


20

tetapi berdasarkan kondisi peralatan yang menunjukkan gejala kerusakan

ataupun sudah terjadi kerusakan. Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan

pemeliharaan dengan maksud untuk memperbaiki kerusakan hingga

kembali kepada kondisi kapasitas semula dan perbaikan untuk

penyempurnaan yaitu, suatu usaha untuk meningkatkan atau

penyempurnaan jaringan dengan cara mengganti atau mengubah jaringan

agar dicapai daya guna atau keandalan yang lebih baik dengan tidak

mengubah kapasitas semula.

3. Pemeliharaan Prediktif

Pemeliharaan prediktif adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara

memprediksi kondisi suatu suatu peralatan listrik, kapan kemungkinannya

menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui

gejala kerusakan sejak dini. Cara yang biasa dipakai adalah dengan

memonitor kondisi secara online baik saat beroperasi atau tidak.

Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan (Condition Base Maintenance).

4. Pemeliharaan Breakdown

Pemeliharaan breakdown merupakan perbaikan yang dilakukan tanpa

adanya rencana terlebih dahulu, dimana kerusakan terjadi secara mendadak

pada suatu alat/produk yang sedang beroperasi yang mengakibatkan

kerusakan bahkan hingga alat tidak dapat beroperasi.


21

BAB III

LAPORAN KEGIATAN KERJA MAGANG

3.1 Laporan Harian Magang

Kegiatan Magang dilaksanakan di PT. PLN area Bintaro pada tanggal 4

Februari – 31 Mei 2019, berikut adalah tabel kegiatan selama 16 Minggu :

Tabel 3.1. Laporan Harian Magang Minggu Ke-1

No Tanggal Kegiatan Uraian

Pengenalan lingkungan Perkenalan Pegawai dan


Senin
kantor PLN Area Marunda pengenalan bidang di PT PLN
1
04-Feb
(Persero) UP3 Marunda
2019

Selasa

2 05-Feb Libur Tahun Baru Imlek Libur Tahun baru Imlek

2019

Rabu Mencari Laporan pengukuran


Mencari Data Untuk
3 06-Feb Beban trafo yang overload
menyusun proyek akhir
2019 pada gardu distribusi
22

Kamis Deteksi jalur SKTM untuk

4 07-Feb Deteksi Jalur kabel SKTM dipotong sambung ke gardu

2019 sisipan

Jumat

5 08-Feb

2019

Tabel 3.2 Laporan Harian Magang Minggu Ke-1

No Tanggal Kegiatan Uraian

Mencari alamat rumah warga


Senin
Survei TNP2K yang mendapatkan subsidi
1 11- Feb
listrik
2019

Melakukan simulasi gangguan

Selasa pada kubikel ACO untuk

12- Feb Pengetesan kubikel ACO di memastikan kubikel ACO


2

2019 PT Gerbang Sarana Baja dapat bekerja dengan andal

saat tejadi gangguan

menetukan arah jalur kabel


Rabu
ALS SKTM untuk dipotong
3 13- Feb
sambung ke gardu distribusi
2019
KG 245
23

No Tanggal Kegiatan Uraian

Melakukan penyambungan
Kamis
Jointing SKTM ke Gardu kabel SKTM ke gardu baru
4 14- Feb
Beton
2019

Jumat Diskusi dengan manager Diskusi bersama pak

15- Feb UP3 Marunda Nayusrizal tentang dasar dasar


5

2019 listrik PLN

Tabel 3.4. Laporan Harian Magang Minggu Ke-

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin Mencari alamat rumah warga

1 18- Feb Survei TNP2K yang mendapatkan subsidi

2019 listrik

Selasa Survei TNP2K Mencari alamat rumah warga

2 19- Feb yang mendapatkan subsidi

2019 listrik

Rabu Survei TNP2K Mencari alamat rumah warga

3 20- Feb yang mendapatkan subsidi

2019 listrik
24

No Tanggal Kegiatan Uraian

Kamis Pengumpulan Proposal Pengumpulan Proposal Proyek


Proyek Akhir
4 21- Feb Akhir

2019

Jumat Revisi gardu dan survei Pembersihan gardu dan

5 22- Feb peninggian gardu pengecekan korona

2019

Tabel 3.5. Laporan Harian Magang Minggu Ke-5

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin Pemasangan Gardu baru Melakukan jointing SKTM ke

1 25-Feb gardu baru

2019

Selasa Test kabel 20 KV Melakukan pengecekan

2 26-Feb kondisi kabel SKTM

2019

Rabu Revisi gardu Melakukan pengecekan

3 27- Feb korona dan pembersihan

2019 gardu

Kamis Ujian Proposal dan Ujian proposal dan konsultasi

4 28-Maret Konsultasi Pembimbing pembimbing

2019
25

No Tanggal Kegiatan Uraian

Jumat Izin bimbingan Izin bimbingan

5 01-Maret

2019

Tabel 3.6. Laporan Harian Magang Minggu Ke-6

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin

04-Maret Resetting relay pada gardu Melakukan setting ulang


1
2019 distribusi peralatan proteksi pada gardu

distibusi

Selasa Diskusi Melakukan diskusi bersama

2 05-Maret mentor PLN

2019

Melakukan pengecekan
Rabu
Revisi gardu korona dan pembersihan
3 06-Maret
gardu
2019

Kamis
Libur Hari Raya Nyepi Libur Hari Raya Nyepi
4 07-Maret

2019

5 Jumat Izin magang Izin bimbingan Proyek Akhir


26

No Tanggal Kegiatan Uraian

08-Maret

2019

Tabel 3.7 Laporan Harian Magang Minggu Ke-7

No Tanggal Kegiatan Uraian

1 Senin Revisi gardu CK 154 Pembersihan gardu dan

11-Maret pengecekan korona

2019

Selasa Resetting relay di gardu Melakukan setting ulang pada

2 12-Maret PK 93 peralatan proteksi gardu

2019 distribusi

Rabu Detksi gangguan SKTM Deteksi gangguan SKTM dari

3 13-Maret GH 395 ke KG 35

2019

Kamis Resetting relay di gardu Melakukan setting ulang pada

4 14-Maret JICT peralatan proteksi gardu

2019 distribusi

Jumat Konsultasi ke dosen

5 15-Maret Ijin magang pembimbing akademik

2019
27

Tabel 3.8 Laporan Harian Magang Minggu Ke-8

No Tanggal Kegiatan Uraian

Perbaikan ACO TR
Melakukan perbaikan pada
Senin
ACO TR karena tidak
1 18-Maret
berfungsi ketika ada gangguan
2019

Selasa Survei jalur kabel Melakukan survei jalur kabel

2 19-Maret SKTM untuk dilakukan potong

2019 sambung

Rabu

3 20-Maret

2019

Kamis

4 21-Maret

2019

Jumat

5 22-Maret

2019

Tabel 3.9 Laporan Harian Magang Minggu Ke-9


28

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin Perbaikan Kubikel ACO Penggantian accu pada

1 25-Maret kubikel ACO di POLRES

2019 Jakarta Utara

Selasa Standby di kantor PLN Standby di kantor PLN area

2 26- Maret area Marunda Marunda

2019

Rabu

3 27- Maret Izin


Izin
2019

Kamis Standby di kantor PLN Standby di kantor PLN area

4 28- Maret area Marunda Marunda

2019

Jumat Deteksi gangguan SKTM Deteksi titik gangguan SKTM

5 29- Maret penyulang kadir

2019

Tabel 3.10 Laporan Harian Magang Minggu Ke-10

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin Standby di kantor PLN area Info dari APD jadwal

1 01-April Marunda dibatalkan (siaga UNBK)

2019

2 Selasa Standby di kantor PLN area Info dari APD jadwal


29

No Tanggal Kegiatan Uraian

02-April Marunda dibatalkan (siaga UNBK)

2019

Rabu

3 03-April Libur Libur

2019

Kamis Standby di kantor PLN area Info dari APD jadwal

4 04-April Marunda dibatalkan (siaga UNBK)

2019

Jumat Ijin magang Konsultasi ke dosen

5 05-April pembimbing akademik

2019

Tabel 3.11 Laporan Harian Magang Minggu Ke-11

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin

1 08-April Izin Sakit Izin Sakit

2019

Selasa

2 09-April Izin Sakit Izin Sakit

2019

Rabu Siaga UNBK Stand-by dikantor PLN Area


3
10-April Marunda
30

No Tanggal Kegiatan Uraian

2019

Kamis Pemasangan GFD Melakukan penggantian GFD

4 11-April yang rusak

2019

Jumat

5 12-April

2019

Tabel 3.12 Laporan Harian Magang Minggu Ke-12

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin Siaga UNBK


Stand-by dikantor PLN
1 15-April
Marunda
2019

Selasa Siaga UNBK


Stand-by dikantor PLN
2 16-April
Marunda
2019

Rabu

3 17-April Libur Pemilu Libur Pemilu

2019

Kamis Siaga Pemilu Melakukan pengukuran beban


4
18-April dan tegangan di ACO TR di
31

No Tanggal Kegiatan Uraian

2019 kecamatan Taruma Jaya

Jumat

5 19-April Libur Libur

2019

Tabel 3.13 Laporan Harian Magang Minggu Ke-13

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin Siaga Pemilu di Kec Melakukan pengkuran beban

1 22-April Tarumajaya dan tegangan pada ACO TR

2019

Selasa
Siaga Pemilu di Kec Medan Melakukan pengukuran beban
2 23- April
Satria dan tegangan pada ACO TR
2019

Rabu Deteksi gangguan SKTM 20 Deteksi titik gangguan di gardu

KV dan penggelaran UKB BK 20 arah KG 10 dan KG 62


3 24- April
dan melakukan penggelaran
2019
kabel

Kamis Jointing SKTM Melakuakn Jointing SKTM

yang putus karena terkena alat


4 25- April
berat
2019
32

No Tanggal Kegiatan Uraian

Jumat Izin Konsultasi ke dosen

Pembimbing
5 26- April

2019

Tabel 3.14 Laporan Harian Magang Minggu Ke-14

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin
Siaga Pemilu di Kec Melakukan pengkuran beban
1 29-April
Cilincing dan tegangan pada ACO TR
2019

Selasa
Penurunan daya dari Penggantian KWH meter dari
2 30-April
pelanggan TM ke pelanggan TM ke TR
2019
TR

Rabu

Libur Peringatan hari buruh


3 01-Mei

2019

Kamis Pengecekan WBP dan Melakukan Pengecekan WBP

LWBP penyulang di GIS dan LWBP penyulang di GIS


4 02-Mei
Kandang Sapi Kandang Sapi
2019
33

No Tanggal Kegiatan Uraian

Jumat

5 03-Mei

2019

Tabel 3.15 Laporan Harian Magang Minggu Ke-15

No Tanggal Kegiatan Uraian

Pengecekan GFD di gardu Melakukan pengecekan GFD


Senin
distribusi di gardu distribusi apakah
1 06- Mei
masih berfungsi atau ada
2019
gangguan

Selasa Penggantian Current

2 07-Mei Transformator dan resetting

2019 relay

Rabu Penggantian Current

Transformator dan resetting


3 08-Mei
relay
2019

Kamis Penggantian Current

Transformator dan resetting


4 09-Mei
relay
2019
34

No Tanggal Kegiatan Uraian

Jumat izin Izin

5 10-Mei

2019

Tabel 3.16 Laporan Harian Magang Minggu Ke-16

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin Penggantian CT ring

1 13- Mei

2019

Selasa

2 14-Mei

2019

Rabu

3 15-Mei

2019

Kamis

4 16-Mei

2019
35

No Tanggal Kegiatan Uraian

Jumat

5 17-Mei

2019

Tabel 3.17 Laporan Harian Magang Minggu Ke-17

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin

1 20- Mei

2019

Selasa

2 21-Mei

2019

Rabu

3 22-Mei

2019

Kamis

4 23-Mei

2019

5 Jumat
36

No Tanggal Kegiatan Uraian

24-Mei

2019

Tabel 3.18 Laporan Harian Magang Minggu Ke-18

No Tanggal Kegiatan Uraian

Senin

1 27- Mei

2019

Selasa

2 28-Mei

2019

Rabu

3 29-Mei

2019

Kamis

4 30-Mei

2019

3.2. Uraian Kegiatan Magang

Pada tabel kegiatan magang terdapat uraian kegiatan, pada sub


37

bab ini dijelaskan uraian kegiatan magang yang telah dilakukan dan

disusun berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan selama mengikuti kerja

magang. Karena jenis kegiatan sama, hanya dilakukan di lokasi dan waktu

yang berbeda, serta prosedur pekerjaan sama, maka uraian kegiatan

magang dikelompokkan sebagai berikut:

3.2.1 Revisi Gardu Beton

Revisi gardu beton dilakukan karena terdapat gangguan yang terjadi

akibat adanya alat atau perlengkapan gardu yang sudah tidak layak pakai

yaitu korona pada NH fuse dan konsisi gardu kotor. Revisi bertujuan untuk

melakukan peremajaan atau perbaikan pada alat-alat yang terpasang pada

gardu. Cara pelaksanaan revisi Gardu adalah membersihkan seluruh alat-

alat yang terpasang pada gardu yaitu seluruh bagian transformator, kubikel,

kotak Perangkat Hubung Bagi-Tegangan Rendah (PHB-TR) yang di

dalamnya ada rel yang terbagi atas empat jurusan yang berfungsi sebagai

pembatas arus beban yang tersalur ke jaringan konsumen dan semua bagian

dari gardu yang dianggap perlu untuk direvisi / diperbaiki.

1. Koordinasi

a. Area Pengatur Distribusi (APD)

b. Maday Distribusi

c. Supervisor Pemeliharaan

d. Pengatur Tegangan Menengah (PTM)

e. Pengawas Lapangan

f. Pelaksana Revisi.
38

2. Peralatan Pekerjaan

a. Kunci gardu

b. Tool set lengkap

c. Kain pengelap warna putih

d. Handy Talkie (HT)

e. Ember

f. Kuas ukuran besar dan kecil

g. Amplas, Sikat kawat halus

h. Tang Ampere

i. Multi Tester

j. BROM

k. Cat anti bocor

l. Serabut fiber

m. Senter

n. Alat tulis

o. Form tabel pengukuran.

3. Peralatan K3

a. Pakaian kerja

b. Helm pengaman

c. Sepatu bahan isolasi 20 kv

d. Sarung tangan isolasi

4. Pelaksanaan
39

a. Persiapan Awal

1) Mencatat hasil dari pengukuran beban total, tegangan antar

fasa, dan arus pada PHB-TR menggunakan ohm meter serta

multi tester sebelum dilakukan pekerjaan revisi.

2) Koordinasi dengan petugas yang terlibat, membawa semua

peralatan yang diperlukan dalam revisi, melapor ke piket

pengatur area bahwa pekerjaan pemeliharaan kubikel siap

dilakukan.

b. Manuver Tegangan

1) Koordinasi petugas antara pengatur area dan pengatur APD

untuk pembebasan tegangan pada gardu yang akan direvisi.

2) Menyakinkan bahwa kubikel benar-benar sudah bebas

tegangan.

3) Membuka saklar pemutus beban, kemudian memasukkan

saklar pentanahan pada kubikel.

c. Pelaksaan revisi gardu

1) Membersihkan debu dan kotoran yang ada di lingkungan

instalasi gardu.

2) Membersihkan badan transformator dan badan kubikel.

3) Membersihkan indoor kubikel, rel kubikel, bushing skhun

sekunder transformator dan ground plat.

4) Melumasi dengan cairan pembersih (isolator protection cleaner

BR-2810).
40

5) Membersihkan bagian-bagian yang berkarat atau korona.

6) Melapisi dengan cairan pelapis (Power Protection BR-

1066.PS.s) pada indoor kubikel, rel kubikel, bushing

transformator dan ground plat yang berfungsi melindungi

peralatan dari bahaya jamur dan karat.

7) Menutup lubang indoor kubikel dengan serabut, triplek dan cat

anti bocor.

8) Mengecek kerja hiter pada indoor.

9) Mengganti NH fuse yang di bandeng dengan NH fuse sesuai

kapasitas.

10) Mengecek dan membenahi terminasi kabel opstik TR.

11) Mengecek dan membenahi rak kabel, dan sepatu kabel.

12) Melumasi kontak fuse dengan cairan pelapis (Power Protection

BR-1066.PS.s).

13) Kembalikan NH Fuse, tutup indoor kubikel, tutup rel kubikel

seperti semula.

d. Penormalan Tegangan
1) Memeriksa bahwa tidak ada peralatan yang tertinggal di dalam

gardu.

2) Mengembalikan posisi saklar sesuai posisi awal.

3) Melapor ke pengatur area bahwa revisi gardu telah selesai dan

gardu siap dioperasikan.

4) Mencatat hasil dari pengukuran beban total, tegangan antar

fasa, dan arus pada PHB-TR menggunakan ohm meter

5) serta multi tester setelah dilakukan pekerjaan revisi.


41

6) Membuat laporan hasil pekerjaan revisi

Gambar 3.1. Pembersihan pada Gambar 3.2. Pembersihan pada

busbar kubikel indoor kubikel


42

Gambar 3.3. Pembersihan pada Gambar3.4. Pembersihan pada PHB-

transformator TR

3.2.2 Penggantian kubikel Gardu Beton

Penggantian kubikel pada gardu beton dilakukan karena korona

pada kubikel. Penggantian Kubikel merupakan kegiatan yang dilakukan

apabila peralatan pada sistem distribusi yaitu kubikel sudah rusak atau

tidak layak dioperasikan karena apabila tetap dipakai akan mengganggu

keefektifan penyaluran tenaga listrik ke konsumen untuk menjaga

kontinuitas dan pelayanan mutu. Faktor lain harus di lakukan penggantian

karena umur kubikel yang sudah tua dan adanya korona yang sudah parah

sehingga merusak kubikel menimbulkan karat dan bau tidak sedap dapat

menyebabkan kubikelmenjadi keropos. Sudah dilakukan pemeliharaan


43

sebelumnya namun masih sering terjadi gangguan pada kubikel maka

harus diganti dengan kubikel yang baru.

1. Petugas yang terlibat

a. Pelaksana Penggantian kubikel

b. Pengawas Pemeliharaan

c. Piket Pengatur APD

d. Pelaksana Operasi

e. Piket Pengatur Area

f. Supervisor Pemeliharaan

g. Asman Distribusi

2. Peralatan Kerja

a. Kunci gardu

b. Toolset lengkap

c. Kain majun warna putih

d. Alkohol

e. Senter

f. Pelumas Kubikel baru

g. Handy Talkie (HT)

3. Perlengkapan K2

a. Pakaian kerja

b. Helm pengaman

c. Sepatu Safety

d. Sarung tangan 20 kV

e. Masker.
44

4. Material

a. Kubikel baru

5. Prosedur Pelaksanaan Penggantian Kubikel Baru

a. Persiapan awal

1) Pengawas pemeliharan menerima surat perintah kerja (SPK).

2) Koordinasi dengan Pelaksana Penggantian kubikel baru

3) Meminjam kunci gardu dan menuju lokasi gardu.

4) Memberi pengarahan urutan pelaksanaan kerja kepada

pelaksaana pemeliharan dan memeriksa pemakaian

perlengkapan K2.

5) Membawa semua peralatan yang diperlukan dalam revisi

melapor kepiket area bahwa pekerjaan penggantian kubikel

baru siap dilaksanakan.

b. Manuver Tegangan

1) Piket Pengatur Area Koordinasi dengan Piket Pengatur APD

untuk pembebasan tegangan pada gardu yang akan dilakukan

pekerjaan penggantian kubikel baru.

2) Pengawas penggantian kubikel baru memerintahkan pelaksana

penggantian kubikel baru mulai melaksanakan pekerjaan .

3) Memeriksa dan meyakinkan bahwa kubikel lama benar-benar

sudah bebas tegangan.

4) Membuka saklar pemutus beban,kemudian memasukan saklar

pentanahan.

5) Pelaksanaan kegiatan penggantian kubikel baru


45

6) Pelaksana penggantian kubikel baru mencopot kubikel lama

dari gardu

7) Pelaksana penggantian kubikel baru memasang kubikel baru

pada gardu yang dilakukan pekerjaan tersebut.

8) Pengecekan terminasi apakah masih layak digunakan atau

sudah tidak layak.

9) Apabila sudah tidak layak perlunya ada penggantian terminasi

baru.

10) Kubikel baru di cek dipasang komponen pendukungnya dan

dibersihkan menggunakan cairan alkohol.

11) Fuse dibersihkan menggunakan cairan alkohol.

12) Setelah semua sudah terpasang pintu outdoor kubikel di tutup

kembali.

13) Merapikan alat pekerjaan.

c. Penormallan Tegangan Kembali

1) Memeriksa kembali hasil pekerjaan penggantian kubikel baru.

2) Mengembalikan posisi saklar seperti awal.

3) Pengawas pemeliharaan melapor ke piket area bahwa pukul

sekian penggantian kubikel baru telah selesai dengan hasil baik

dan dioperasikan seperti semula.

4) Piket area berkoordinasi dengan pengatur APD memerintah

pelaksana operasi untuk menormalkan kembali tegangan untuk


46

dilanjutnya menginformasi ke pengawas penggantian kubikel

baru.

5) Pengawas penggantian kubikel baru selanjutnya memriksa

kubikel setelah dioperasikan, menegembalikan kunci gardu dan

membuat laporan penggantian kubikel baru.

d.

Gambar 3.16. Kubikel lama merk Gambar 3.17. korona pada kubikel

Siemens
47

Gambar 3.18. Penggantian indoor Gambar 3.19. Pemasangan kubikel

baru merk EGA


48

3.2.3 Pemasangan Jointing kabel

Jointing atau biasa disebut juga dengan sambungan kabel adalah

segala bentuk hubungan antara dua buah penghantar kabel yang pada

mulanya terpisah dengan tujuan agar kedua penghantar tersebut bersatu

sehingga kabel dapat bekerja seperti sebelum dilakukan jointing.

Pemasangan jointing dilakukan karena ingin melakukan

penyambungan kabel yang terputus dari gardu BK 20 ke gardu KG 62

dengan bantuan Unit Kabel Bergerak.

1. Petugas

a. Pelaksana pekerjaan

b. Jointer pabrikan

c. Pengawas

d. Pengatur area dan APD

e. Supervisor operasi

f. Supervisor distribusi
49

g. Asman distribusi

h. Asman konstruksi

2. Perlengkapan Peralatan

a. Tools kit Jointing

b. Alat ukur tahanan isolasi

c. Perlengkapan gali

d. Rambu pengaman

e. Kendaraan unit

f. Kunci gardu

3. Perlengkapan K3

a. Pakaian kerja

b. Helm pengaman

c. Sepatu bahan isolasi 20 kv

d. Sarung tangan isolasi 20 kv

e. Baliho

f. Papan pengaman

4. Material Kerja

a. Kabel tm 20 kv

b. Jointing tm 20 kv

c. Pasir urug

d. Batu pengaman

e. Pengaman jointing

5. Langkah Kerja :
50

a) Pengawas mendata jenis dan ukuran kabel SKTM yang akan

disambung, biasanya jointing dilakukan karena terjadi gangguan

pada SKTM.

b) Pengawas menghubungi pabrikan jointing sebagai pemenang

kontrak kerja untuk menyiapkan jointing sesuai rencana kerja,

jointing harus di pasang dengan orang yang sudah bersertifkat.

c) Pengawas PLN bersama pelaksana menuju lokasi lobang sambung.

d) Pengawas meyakinkan bahwa dimensi lobang sambung sudah

sesuai panjang : 3m, lebar : 1m, tinggi : 1,5m.

e) Pelaksana wajib menggunakan APD sesuai standar sebelum

melaksanakan pekerjaan.

f) Sebelum melaksanakan penyambungan pelaksana memasang

pagar pengaman (dimensi panjang : 3m, lebar : 2m, tinggi:1,8m),

tenda pengaman dan baliho (identitas pelaksana pekerjaan).

g) Pengawas memastikan dop kabel yang akan disambung terpasang

sempurna.

h) Jointer melakukan memetakan kabel diawasi oleh pengawas PLN

dan mengukur tahanan isolasi kabel kedua arah serta menandai

urutan fasa kabel.

i) Jointer melaksanakan penyambungan sesuai instruksi manual pada

kit jointing diawasi oleh pengawas dengan teliti mengisi ceklist

pemasangan jointing yang sudah disediakan oleh pabrikan jointing

j) Pengawas meyakinkan bahwa pekerjaan penyambungan sudah

sesuai urutan cheklist pemasangan jointing.


51

k) Selesai pelaksanaan penyambungan, pasang timah label pada dua

sisi jointing dan pastikan nama jointer dan tanggal pasang pada

timah label sesuai dengan nama jointer pabrikan.

l) Jika terdapat utilitas lain, dan tidak memungkinkan mendapatkan

kedalaman sesuai dengan standar, maka gunakan pipa HDPE

sebagai pelindung mekanik jointing.

m) Material bekas galian lubang jointing diangkut dan dibuang (tidak

boleh dipergunakan kembali).

n) Setelah pemasangan jointing, lakukan perbaikan lubang jointing

dengan urutan :

1) Pasir setebal 30 cm

2) Timah label

3) Batu pengaman

o) Bersamaan dengan perbaikan lobang jointing pasang tanda jointing.

Tanda jointing sangat diperlukan untuk pedoman apabila di

kemudian hari terjadi gangguan lagi pada segmen kabel yang sama.

Pada saluran kabel tegangan menengah gangguan yang biasanya

terjadi banyak pada gangguan akibat kerusakan pada jointing kabel.

p) Pengawas melaksanakan tagging koordinat jointing dan mencatat

pada cheklist pemasangan jointing.

q) Pengawas mendokumentasikan kegiatan pemasangan jointing dan

mengisi berita acara pemasangan jointing.

r) Laporkan ke pengatur jaringan distribusi pelaksanaan

penyambungan selesai untuk pelaksanaan pengujian.


52

s) Membuat lapoaran.

t) Membuat laporan.

u)

v)

Gambar 3.5. Kabel SKTM sebelum Gambar 3.6. Kabel SKTM yang siap

disambung disambung
53

Gambar 3.7. Pemberian cairan perekat Gambar3.8. Kabel SKTM yang sudah

terisolasi

Anda mungkin juga menyukai