Anda di halaman 1dari 14

1.

LATAR BELAKANG

Sesuai fungsinya, sekolah merupakan lembaga yang mempunyai peranan yang sangat penting di
dalam pembangunan bangsa, yang akan mewarnai profil masyarakat dan atau mutu SDM di dalam
kehidupan masyarakat. Fungsi dan tanggung jawab sekolah tidak hanya pada pengembangan
kecerdasan dan keterampilan kerja semata, tetapi juga menyangkut nilai-nilai moral dan harga diri
bangsa. Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, yang
harus dikelola secara serius oleh tenaga-tenaga professional yang memang menguasai keilmuan
pendidikan maupun tata aturan penyelenggaraan sekolah.

Perlu disadari bahwa mutu pendidikan dan mutu SDM masyarakat kita sekarang ini relatif masih
rendah, tertinggal dari kemajuan Negara tetangga ataupun Negara-negara lain di dunia ini. Hal itu
dapat dilihat dari kondisi tatanan kehidupan masyarakat yang belum menunjukkan karakter yang
bermutu, serta masih kurangnya karya keilmuan dan teknologi yang dapat dihasilkan, di samping
juga masih rendahnya nilai standar kelulusan yang ditetapkan Pemerintah pada Ujian Nasional pada
beberapa tahun terakhir ini. Dengan kondisi mutu pendidikan dan SDM yang masih rendah tersebut
maka tidak akan mungkin bangsa kita dapat membangun masyarakat yang sejahtera sebagaimana
yang kita cita-citakan.

Agar kita dapat menjadi bangsa yang mampu bersaing di era globalisasi terutama dalam persaingan
di bidang industri dan perdagangan yang semakin hari semakin ketat, maka tidak ada cara lain yang
lebih efektif kecuali dengan membangun mutu SDM melalui peningkatan mutu pendidikan. Upaya
peningkatan mutu pendidikan hendaknya dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan segala
aspek dan unsur yang ada di dalam penyelenggaraan pendidikan, yang difokuskan untuk
mewujudkan sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan secara berkelanjutan, yang diharapkan
dapat membekali para generasi muda bangsa dengan kemampuan atau penguasaan dan inovasi-
inovasi di bidang IPTEK, keterampilan kerja, jiwa kewirausahaan, dan terutama untuk membangun
karakter positif yang unggul.

Untuk memperoleh hasil pendidikan yang bermutu dituntut penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu pula. Cara-cara lama dalam penyelenggaraan pendidikan yang kurang memperhatikan
faktor mutu dan kurang pula memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan yang seharusnya
ditegakkan, perlu segera diperbaiki untuk menuju penyelenggaraan pendidikan yang berwawasan
mutu dan keunggulan.

Dalam dunia usaha dan industri telah dikenal adanya suatu konsep manajemen mutu yang disebut
Total Quality Management (TQM) atau “manajemen mutu terpadu”. Penerapan konsep manajemen
mutu tersebut telah membawa keberhasilan dalam pengelolaan, peningkatan mutu, dan meraih
keuntungan perusahaan. Manajemen mutu terpadu ini merupakan manajemen yang berfokus pada
upaya perbaikan secara terus-menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Yang berarti model
manajemen mutu akan tepat pula bila diterapkan pada sekolah-sekolah untuk memperoleh
peningkatan, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.

2. FUNGSI DAN TUJUAN

Kebijakan Pemerintah saat ini telah berusaha menempatkan Pendidikan Kejuruan sebagai sub sistem
dari sistem pembangunan nasional di dalam pengembangan SDM. Penyelenggaraan pendidikan
kejuruan hendaknya tidak hanya sekedar sebagai lembaga pelayanan sosial pendidikan, tetapi
diharapkan menjadi suatu kegiatan pendidikan yang dapat diandalkan untuk menghasilkan lulusan
yang bermutu tinggi, yang memiliki kemampuan produktif sebagai asset bangsa.

Penyelenggaraan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah yang diselenggarakan


pada Sekolah Menengah Kejuran (SMK) diharapkan memiliki wawasan mutu dan keunggulan, yang
secara terus-menerus melakukan penjaminan dan pengendalian mutu dengan mengukur
mutu perencanaan, proses, dan hasil pendidikan berdasarkan standar kurikulum dan tuntutan dunia
kerja yang pengukurannya diarahkan pada tingkat produktivitas dan mutu hasil kerja.

Penulisan buku panduan pelaksanaan kegiatan penjaminan dan atau pengendalian mutu kegiatan
belajar mengajar pada SMK ini diharapkan dapat berfungsi sebagai acuan bagi sekolah beserta pihak
terkait dalam penyelenggaraan pendidikan agar para pengelola sekolah yang bersangkutan dapat:

§ Memahami konsep dasar penyelenggaraan pengendalian mutu pendidikan;

§ Menerapkan pembentukan unit kendali mutu pendidikan di sekolah;

§ Melaksanakan proses penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan secara umum dan mutu
penilaian hasil belajar secara khusus;

Dengan dilaksanakannya konsep manajemen mutu pada SMK diharapkan hasil pendidikan kejuruan
dapat memenuhi tuntutan kebutuhan dunia kerja pada khususnya dan tuntutan pembangunan
bangsa pada umumnya.

3. PENGERTIAN MUTU

Mengelola sekolah dengan pendekatan “Manajemen Mutu” berarti pengelolaan sekolah


berorientasi pada upaya meningkatkan mutu pendidikan secara terus-menerus dan
berkesinambungan.

Tentang “mutu”, orang dapat memandangnya dari satu sisi pengertian atau dapat pula memandang
dari banyak sisi pengertian, yaitu antara lain dengan memandang arti mutu dari sisi selera
pelanggan, sisi kehandalan hasil produk, sisi kebermanfaatan, sisi daya tarik tampilan, sisi
pembiayaan, ataupun memandang dari banyak sisi secara terpadu (total).

Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian mutu, yaitu sebagai berikut:

§ Mutu adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. (W.Edwards Dening).

§ Mutu adalah sesuatu yang nihil cacat, sempurna, dan sesuai persyaratan. (Philip B. Crosby).

§ Mutu adalah sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi. (Yoseph M.Juran).

§ Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. (Goetsch Davis).

4. SEKOLAH BERORIENTASI MUTU

Suatu sekolah yang berorientasi pada “mutu” dituntut untuk selalu bergerak dinamis penuh upaya
inovasi, dan mengkondisikan diri sebagai lembaga atau organisasi pembelajar yang selalu
memperhatikan tuntutan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Untuk itu sekolah dituntut
untuk selalu berusaha menyempurnakan design atau standar proses dan hasil pendidikan agar dapat
menghasilkan “lulusan” yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Sehubungan dengan upaya peningkatan mutu, terdapat lima kekuatan pokok yang dapat
mendorong gerak lembaga sekolah mencapai “mutu” pendidikan yang diharapakan yaitu: (a)
Kepemimpinan yang efektif; (b) Design/standar yang tepat; (c) Sistem yang efektif; (d) Kesadaran
dan motivasi personal; (e) Lingkungan yang kondusif.

a. Kepemimpinan sekolah, yaitu pihak penyelenggara dan pengelola sekolah atau kepala sekolah
dituntut untuk dapat melaksanakan fungsinya secara efektif, pandai memimpin, memahami prinsip
pendidikan, serta berwawasan mutu. Bila unsur pimpinan sekolah dapat melaksanakan fungsinya
secara baik maka dapat dipastikan sekolah yang bersangkutan akan lebih cepat mencapai kemajuan.
Terbukti telah banyak sekolah yang semula kurang bermutu tetapi setelah dipimpin oleh kepala
sekolah yang efektif ternyata sekolah itu dapat bergerak maju, semakin meningkat mutunya.
Sehubungan dengan itu banyak orang berpendapat bahwa lebih dari 50% kemajuan sekolah
dipengaruhi oleh faktor kepala sekolahnya.

b. Design/standar yang tepat, yaitu kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya tentu dituntut
untuk memenuhi standar mutu yang sesuai dengan harapan masyarakat. Mengingat kondisi
masyarakat yang dinamis maka design/standar itu pun harus selalu disesuaikan dengan kedinamisan
tuntutan kebutuhan masyarakat tersebut, sehingga sekolah dapat selalu tampil unggul.

c. Sistem yang berjalan efektif, maksudnya adalah hal-hal yang menyangkut pelaksanaan birokrasi
yang berlaku yaitu pelaksanaan ketentuan, peraturan, prosedur, dan juga kriteria dapat berjalan
efektif sesuai dengan azasnya. Sebagai sebuah sekolah yang memberikan layanan pendidikan tentu
dituntut untuk melaksanakan fungsinya secara tertib dan tersistem. Proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian yang dilakukan secara tertib, konsisten, dan konsekwen sesuai
design/standarnya akan dapat menjamin tercapainya mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
sebagaimana yang diharapkan. Sebagaimana peran kepala sekolah, faktor penerapan sistem yang
efektif juga sangat berpengaruh terhadap suksesnya layanan sekolah dan pencapaian peningkatan
mutu pendidikan.

d. Kesadaran dan motivasi personal, maksudnya setiap individu yang terlibat dalam kegiatan di
sekolah baik peserta didik, guru, maupun personal lainnya perlu menyadari bahwa mereka memiliki
kebutuhan pribadi terhadap keberadaan sekolah, sehingga mereka dituntut memiliki tanggung
jawab terhadap kelancaran penyelenggaraan sekolah. Dengan adanya kesadaran pribadi untuk saling
bekerjasama dan bertanggung jawab atas fungsi masing-masing yang didorong oleh kebutuhan
pribadi tersebut, maka hal itu akan menjadi faktor pendorong gerak maju sekolah. Tanpa adanya
faktor pendorong ini maka sekolah akan tutup karena tak ada lagi yang mau mengajar dan belajar di
sekolah tersebut.

e. Lingkungan yang kondusif, artinya dengan terwujudnya suatu lingkungan sekolah yang nyaman
menyenangkan tentu akan memberikan dorongan terhadap peningkatan mutu kegiatan pendidikan
di sekolah. Semakin baik dan lengkap fasilitas sekolah tentu akan semakin membantu dalam
peningkatan mutu dan pencampaian tujuan pendidikan.

Ke-lima faktor pendorong terhadap gerak majunya sekolah tersebut di atas satu dengan yang lainnya
akan saling pengaruh-mempengaruhi, artinya bila terjadi peningkatan mutu di salah satu faktornya
maka akan meningkatkan mutu pada faktor lainnya. Dan, sekolah hendaknya memperhatikan benar
terhadap ke-lima faktor penentu peningkatan mutu tersebut.
Dengan diterapkannya manajemen mutu sekolah dalam bentuk pelaksanaan program peningkatan
mutu secara berkesinambungan diharapkan sekolah akan memperoleh kemanfaatan-kemanfaatan
antara lain sebagai berikut:

§ Focus sasaran akan lebih jelas, dengan tujuan dan standar yang jelas;

§ Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan lainnya akan lebih efektif, terhindar dari
adanya kesalahan-kesalahan;

§ Mengurangi pemborosan waktu, tenaga, dan biaya;

§ Menghasilkan lulusan yang memenuhi standar/bermutu;

§ Nama baik sekolah dan kepercayaan masyarakat meningkat; dan

§ Kesejahteraan personal meningkat.

5. DIMENSI MUTU SEKOLAH

Didasari oleh konsep yang dikemukakan oleh Yoseph S.Martinice tentang dimensi mutu suatu
barang produk maka dapat dikemukakan di sini beberapa dimensi mutu sekolah atau kriteria-kriteria
mutu sekolah sebagai berikut:

Dimensi Mutu Barang Produk

(Yoseph S.Martinice) Dimensi Mutu Sekolah

1.Bermanfaat, tepat, sesuai 1.Sekolah melaksanakan kegiatan sesuai


fungsinya. fungsinya sebagai lembaga pendidikan.

2.Sekolah memiliki nilai kelebihan/


2.Memiliki keistimewaan. keunggulan.

3.Handal, tahan lama / tidak cepat 3.Terpercaya sebagai sekolah yang baik,
rusak yang menghasilkan tamatan bermutu.

4.Memiliki kemudahan 4.Fasilitas memenuhi standar dan kondisi


dalam penggunaan/ pemakaian. sekolahnya nyaman, me- nyenangkan.

5.Penampilan fisik dan kegiatan sekolahnya


5.Penampilannya manarik. menarik.

6.Mengesankan 6.Profil sekolah mengesankan, favorit.

6. SASARAN PENINGKATAN MUTU


Sebagaimana tahapan atau pun unsur kegiatan yang ada di dalam proses produksi pada umumnya,
maka di dalam sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah pun terdapat tiga tahapan atau unsur
kegiatan utama yaitu tahapan perencanaan/persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian /pengujian,
atau dapat terbagi pula atas unsur masukan, proses, dan hasil.

§ Unsur “masukan” pada kegiatan sekolah terdiri dari: (1)Segala fasilitas sekolah; (2)Kurikulum
dan standarnya; (3)Ketenagaan; (4)Peserta didik; dan (5)Lingkungan sekolah.

§ Unsur “proses” terdiri dari: (1)Pengorganisasian/manajemen; (2)Kegiatan belajar mengajar dan


evaluasi; (3)Hubungan kerjasama dengan masyarakat dan dunia usaha; dan (4)Unit
produksi/kegiatan usaha sekolah.

§ Unsur “hasil” adalah tingkat ketercapaian tujuan pendidikan yang diukur dari mutu lulusan.

Dalam upaya meningkatkan mutu sekolah, perlu memperhatikan seluruh komponen yang ada di
samping melakukan kegiatan peningkatan mutu secara sinergi di semua kegiatan sekolah baik pada
unsur “masukan” maupun pada “proses” guna memperoleh “hasil” yang diharapkan. Dari seluruh
komponen yang terdapat pada unsur manajemen sekolah tersebut di atas, sasaran utama di dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan yang perlu mendapat perhatian secara lebih serius dan khusus
adalah pada aspek profesionalisme guru dan mutu kegiatan belajar mengajar.

Antara aspek profesional guru dan aspek mutu KBM terdapat kaitan yang sangat erat. Pada aspek
profesionalisme guru, selain terdapat unsur kompetensi penguasaan materi pelajaran dan
ketrampilan sesuai tuntutan mata pelajaran yang diajarkan, juga dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu
keguruan, serta memiliki sikap selaku seorang pendidik. Sedangkan pada aspek kegiatan belajar
mengajar, sasaran peningkatan mutunya diarahkan pada efektifitas perencanaan dan pelaksanaan
belajar mengajar, serta pada pelaksanaan evaluasi/pengujiannya.

7. STANDAR MUTU PENDIDIKAN

Sasaran utama yang harus dicapai oleh sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan
adalah menghasilkan “Tamatan/Lulusan yang bermutu”, karena itu sekolah harus memiliki tenaga
pendidik serta melaksanakan proses pendidikan secara bermutu pula. Untuk dapat mengendalikan
dan menjamin mutu penyelenggaraan pendidikan tersebut maka sekolah dituntut untuk melakukan
langkah-langkah konkrit yang mampu mendeteksi perkembangan proses dan hasil pembelajaran
para peserta didiknya secara rutin/berkala.

Untuk dapat melakukan pendeteksian dan pengukuran efektifitas proses dan keberhasilan
pendidikan yang diselenggarakan, maka diperlukan adanya “Standar mutu atau standar design”
pendidikan. Standar inilah yang akan dipakai sebagai tolok ukur tingkat keberhasilan dari suatu
penyelenggaraan pendidikan atau kegiatan layanan lainnya. Standar mutu tersebut tentunya tidak
harus bersifat tetap, tetapi dapat dikembangkan sesuai tuntutan kebutuhan atau harapan
masyarakat konsumen.

Pada kegiatan sekolah, standar mutu atau standar design tersebut berupa tuntutan kurikulum, yang
antara lain telah dirumuskan dalam bentuk rumusan kompetensi ataupun kriteria kinerja/indikator
ketercapaian, serta segala ketentuan tentang penyelenggaraan pendidikan yang diberlakukan.
Instrumen dan alat ukur yang digunakan dalam proses “Pengendalian/ penjaminan mutu” dapat
memakai instrumen penilaian pelaksanaan KBM dan pelaksanaan evaluasinya, serta alat tes untuk
mengukur kemajuan penguasaan kompetensi para peserta didik, baik dalam ranah kognitif,
psykomotorik, maupun afektif.

Pelaksanaan kendali mutu hasil produk dan jasa pada hakekatnya akan mengendalikan semua aspek
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan/ lembaga yang bersangkutan, dari mulai pengendalikan
mutu program, mutu proses termasuk mutu SDM dan mutu manajemen, sampai pada
mengendalikan mutu hasil. Jadi, bilamana lembaga sekolah mampu melaksanakan proses
pengendalian mutu terhadap semua komponen dan aspek kegiatannya secara tepat, maka sekolah
tersebut akan mampu memberikan penjaminan efektifitas proses pendidikan serta pencapaian mutu
tamatan/lulusan sesuai tujuan/standar yang telah ditetapkan.

8. MUTU PENYELENGGARAAN KBM

Terdapat tiga tahapan pokok dalam penyelenggaraan KBM yaitu tahap perencanaan atau persiapan,
tahap pelaksanaan belajar mengajar, dan tahap evaluasi atau penilaian hasil KBM. Sehubungan
dengan itu, maka agar pelaksanaan pengendalian mutu KBM dapat terlaksana secara efektif
hendaknya pengendalian dilakukan terhadap ketiga tahapan kegiatan yang dimaksud, sehingga
perkembangan kemajuan KBM dapat terdeteksi dari mulai awal pelaksanaan hingga akhir, dengan
begitu akan dapat dihindari kemungkinan kegagalan dalam pencapaian mutu.

Penjelasan tentang ketiga tahapan KBM serta faktor-faktor yang perlu dikendalikan adalah sebagai
berikut:

a. Pengendalian Mutu Perencanaan/Persiapan

Yang dimaksud dengan perencanaan/persiapan di sini adalah materi kurikulum dan segala sesuatu
yang menyangkut persiapan guru mengajar, antara lain standar kompetensi dan materi pelajaran
sesuai tuntutan kurikulum, program semester, satuan pelajaran, dan alat evaluasi. Materi itu semua
perlu dinilai faktor kesesuaiannya dengan standar kurikulum dalam rangka untuk mencapai tujuan
pembelajaran/kompetensi yang hendak dicapai. Kontrol terhadap penyusunan
perencanaan/persiapan ini tentunya harus dilakukan serius oleh pihak yang memahami benar
tentang persyaratan isinya.

b. Pengendalian Mutu Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan kendali mutu terhadap pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan
observasi kelas, pengecekkan terhadap jurnal kemajuan kelas, serta alat ukur/tes yang dipersiapkan.
Dalam proses pengontrolan terhadap kegiatan ini tidaklah ringan, dalam kegiatan ini diperlukan
ketekunan, ketelitian, dan pemahaman terhadap aspek-aspek penting dalam KBM, serta harus
menggunakan instrumen yang tepat untuk setiap sasaran supervisi.

c. Pengendalian mutu Hasil

Pengendalian mutu terhadap pelaksanaan penilaian hasil KBM merupakan kegiatan yang paling
penting dan menentukan keberhasilan suatu proses pengendalian mutu secara keseluruhan. Bila
kurang serius atau kurang efektif dalam melaksanakan pengendalian mutu pada tahapan ini maka
akan dapat memperkecil makna atau menggagalkan hasil pengendalian mutu pada tahapan
sebelumnya. Pengendalian mutu pelaksanaan penilaian hasil belajar ini tidak hanya dilakukan pada
waktu akhir pendidikan saja, tetapi dilakukan secara rutin/berkala pada setiap tahapan belajar per
kompetensi.

Pelaksanaan kontrol terhadap penyusunan perencanaan/persiapan mengajar, serta pelaksanaan


observasi kelas pada saat guru mengajar, maupun pada saat pelaksanaan evaluasi belajar, sudah
merupakan kegiatan rutin yang telah dilakukan di banyak sekolah. Namun kegiatan pengontrolan
tersebut pada umumnya kurang berjalan secara efektif untuk mampu mengendalikan mutu proses
menuju ketercapaian hasil yang sesuai dengan standar mutu yang dipersyaratkan secara
berkelanjutan.

Di semua sekolah praktik pengukuran hasil belajar peserta didik melalui kegiatan evaluasi hasil
belajar dalam bentuk pemberian tes/ujian atau semacamnya selalu dilakukan. Tetapi pada banyak
sekolah hasil pelaksanaan tes/ujian tersebut masih belum berfungsi efektif sebagai alat kendali mutu
yang handal. Bilamana terjadi perolehan nilai hasil tes/ujian tersebut ternyata masih belum
memenuhi nilai standar, nampaknya hal itu belum menyadarkan kepada pihak sekolah secara umum
bahwa pendidikan yang mereka laksanakan itu sebenarnya belum berhasil baik, atau mutunya masih
rendah, atau mungkin juga telah gagal. Padahal bila hal seperti itu telah terjadi pada suatu
perusahaan yang bergerak di bidang produk barang ataupun jasa tentu telah terjadi suatu kerugian
besar yang dapat membawa kebangkrutan pada perusahaan yang bersangkutan.

Bilamana selama ini pelaksanaan evaluasi hasil belajar dalam bentuk tes/ujian hasil belajar di
sekolah pada umumnya hanya dilakukan oleh guru, dan penanganan tindak lanjutnya pun
diserahkan sepenuhnya kepada guru tanpa adanya kejelasan bagaimana upaya peningkatan
mutunya, maka dengan penerapan manajemen mutu sekolah hendaknya sekolah sudah harus
memulai menggunakan sistem tes/ujian tersebut sebagai salah satu sarana sekaligus sebagai sasaran
program kendali mutu yang dilaksanakan secara khusus oleh TIM kendali mutu.

9. MUTU KINERJA GURU

Nilai yang diperoleh peserta didik dari hasil tes/ujian tidak hanya sekedar menunjukkan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam belajar, tetapi juga menujukkan tingkat keberhasilan guru dalam
mengajar. Cara pandang yang menyatakan bahwa guru yang baik itu adalah guru yang rajin hadir
mengajar di sekolah haruslah digeser ke arah cara pandang bahwa guru yang baik itu sebenarnya
adalah guru yang berhasil membangun karakter positif dan meningkatkan kemampuan peserta didik
menjadi manusia yang berprestasi. Dalam kata lain penilaian kinerja guru bukan sekedar didasari
oleh faktor kehadiran mengajarnya tetapi lebih dititik beratkan pada mutu hasil mengajarnya. Dalam
rangka pengendalian mutu proses dan hasil belajar, hendaknya sekolah lebih berani mengambil
sikap untuk menetapkan mutu kinerja guru yang didasari oleh tingkat keberhasilan para peserta
didiknya dalam menjalani tes/ujian.

Hasil pelaksanaan penilaian kinerja guru yang didasari oleh prestasi para peserta didiknya dalam
menguasai kompetensi materi pelajaran yang diajarkannya merupakan informasi penting yang harus
dijadikan dasar dalam memberikan “perlakuan” terhadap guru yang bersangkutan. “Perlakuan”
terhadap guru dimaksud dapat berupa pemberian penghargaan, atau pemberian pembinaan
peningkatan kompetensi mengajar, ataupun sampai pada pemberian sanksi. Adanya keberanian
sekolah untuk menerapkan “perlakuan” terhadap guru sebagaimana tersebut di atas merupakan
faktor kunci keberhasilan dalam mencapai peningkatan mutu sekolah.

Untuk menilai mutu kinerja guru secara obyektif tentu tidak semudah menilai hasil belajar peserta
didik. Karena itu untuk melaksanakan program kendali mutu pendidikan yang sasarannya tidak
hanya ditujukan pada mutu hasil belajar para peserta didik tetapi yang diarahkan pula untuk menilai
mutu kinerja guru, perlu dipahami dan didukung oleh semua pihak yang terkait. Penyelenggaraan
dan tindak lanjut dari hasil tes/ujian yang juga sebagai proses pengendalian mutu haruslah
dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen sesuai ketentuannya. Begitu pula proses pemberian
penghargaan bagi guru-guru yang telah berhasil/berprestasi, serta pemberian kesempatan bagi guru
yang memerlukan peningkatan kompetensinya, maupun proses penggantian guru pengajar yang
dinilai gagal, perlu dilaksanakan secara konsekwen sesuai kesepakatannya.

Dengan diterapkannya program kendali mutu pendidikan pada sekolah-sekolah, diharapkan para
guru akan tergerak untuk selalu berusaha meningkatkan mutu mengajarnya, atau meningkatkan
mutu KBM melalui caranya mereka masing-masing. Upaya peningkatan mutu mengajar dapat
dilakukan secara mandiri dengan inisiatif sendiri, ataupun dengan mengikuti program pelatihan yang
diselenggarakan oleh sekolah. Dengan demikian maka gerak laju peningkatan mutu KBM dan mutu
sekolah akan dapat terlaksana secara berkesinambungan.

10. QUALITY ASSURANCE DAN QUALITY CONTROL

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan maka pada setiap sekolah atau khususnya pada SMK
perlu segera dibentuk Tim kerja pengendali mutu pendidikan atau dapat disebut sebagai “TIM Gugus
Kendali Mutu”. Tim Gugus Kendali mutu ini pada dasarnya bertugas melaksanakan pengendalian
pada semua aspek kegiatan pendidikan di sekolah, namun kegiatannya akan lebih difocuskan pada
upaya pengendalian terhadap proses pelaksanaan evaluasi/tes/ujian yang dilaksanakan oleh guru
dalam kegiatan penilaian prestasi hasil belajar pada setiap kompetensi, serta terhadap pelaksanaan
ujian akhir pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah.

Pengendalian mutu pada proses evaluasi/tes/ujian pada setiap kompetensi dimaksudkan untuk
dapat memberikan penjaminan tingkat pencapaian standar kompetensi yang telah dipersyaratkan.
Sedangkan pengendalian mutu tamatan/lulusan yaitu yang dilakukan pada proses evaluasi/tes/ujian
pada akhir pendidikan dimaksudkan untuk memperoleh keyakinan bahwa peserta didik telah benar-
benar menguasai kompetensi sesuai standar tamatan/lulusan SMK dan telah memenuhi persyaratan
tuntutan dunia kerja.

Untuk melaksanakan pengendalian mutu terhadap kedua macam proses penilaian hasil belajar
tersebut maka unsur pengendali mutu pada SMK terbagi dalam dua kelompok yaitu Tim verifikasi
internal atau Quality Assurence (QA) dan Tim verifikasi eksternal atau Quality Control (QC).

a. Anggota Tim Quality Assurance (QA)

Anggota Tim Quality Assurence (QA) terdiri dari unsur internal yaitu unsur manajemen sekolah
beserta guru-guru, antara lain unsur:

(1). Wakil kepala sekolah;

(2). Ketua program keahlian; dan

(3). Guru/instruktor,

yang ditetapkan oleh Kepala Sekolah.

Anggota Tim QA hendaknya dipilih dari personal sekolah yang memiliki kesanggupan untuk
melaksanakan tugas serta memenuhi ketentuan antara lain sebagai berikut:

(1). Memahami kurikulum, tujuan pembelajaran/kompetensi yang harus dicapai, atau


kriteria/indikator kinerja yang harus dikuasai peserta didik;

(2). Memahami alat tes yang baik, yang tepat untuk pengukuran ketercapaian
tujuan/kompetensi yang hendak dicapai;
(3). Memahami prosedur-prosedur penyusunan alat pengujian, pelaksanaan pengujian,
maupun penilaian, baik untuk pengujian aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap;

(4). Mampu melaksanakan pemantauan terhadap kegiatan penilaian yang dilakukan oleh para
guru;

(5). Mampu memverifikasi hasil penilaian dengan berdasarkan pada standar kompetensi;

(6). Melaksanakan pengujian terhadap para peserta didik secara sampling melalui bukti
fisik fortofolio;

(7). Mampu bekerja serius, teliti, konsisten, jujur dan obyektif;

(8). Dapat menyusun umpan balik dari hasil verifikasi internal;

(9). Mengkonfirmasikan hasil verifikasi internal kepada Tim QC (external verifier).

b. Anggota Tim Quality Control (QC)

Anggota Tim Quality Control (QC) adalah unsur eksternal seperti dari lembaga sertifikasi independen
yang relevan atau unsur dari perusahaan/lembaga pendidikan yang memenuhi syarat untuk
melakukan pengujian dan sertifikasi kompetensi.

Unsur pelaksana verifikasi ini hendaknya pihak yang telah memahami tentang tujuan pendidikan
pada SMK maupun kompetensi yang harus dikuasai peserta didik, serta memahami pula kaidah-
kaidah dalam sistem penilaian.

11. KARAKTERISTIK KENDALI MUTU PADA SMK

Pada sistem manajemen yang diterapkan di berbagai perusahaan atau lembaga, baik yang bergerak
di bidang produk ataupun jasa terdapat suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu unit yang disebut
“Gugus kendali mutu”. Kegiatan pada unit ini merupakan kegiatan yang sangat penting artinya bagi
perusahaan/lembaga yang bersangkutan, karena tanpa adanya kegiatan “kendali mutu” ini maka
segala produk barang atau jasa yang mereka kerjakan atau hasilkan akan menjadi tidak terukur,
tidak jelas mutunya, sehingga tidak jelas pula pencapaian sasaran/standarnya.

Sesuai konsep pengendalian mutu, maka karakteristik dari pelaksanaan pengendalian mutu
pendidikan pada SMK adalah sebagai berikut:

a. Ada TIM Gugus Kendali Mutu di dalam managemen sekolah;

b. Ada standar, alat ukur, dan prosedur pengendalian yang jelas;

c. Dilaksanakan secara serius, dan obyektif;

d. Dilaksanakan secara bertahap, per jenjang, serta rutin/berkala;

e. Ada tindak lanjut, pemberian penghargaan dan sanksi;

f. Ada program pembinaan/pelatihan peningkatan kompetensi guru;


g. Dilaksanakan konsisten dan konsekwen yang berorientasi kepada peningkatan mutu pendidikan
yang berkelanjutan.

12. PENYUSUNAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Sebelum dilaksanakannya proses pengendalian mutu pendidikan pada suatu sekolah, terlebih dahulu
sekolah yang bersangkutan harus menyusun suatu sistem manajemen mutu sekolah yang antara lain
berisikan:

§ visi dan misi;

§ tujuan sekolah;

§ azas/sistem/mekanisme penyelenggaraan sekolah;

§ standar design format-format yang dipakai;

§ standar proses/prosedur setiap kegiatan; serta

§ standar mutu hasil yang ingin dicapai.

Seluruh proses kegiatan di sekolah mulai dari persyaratan dan prosedur penerimaan siswa baru,
proses/prosedur administrasi dan pelayanan pendidikan, sampai dengan prosedur dan persyaratan
dalam penetapan kelulusan bagi peserta didik, diuraikan secara jelas, disepakati, dan distandarkan.

Dalam penyusunan sistem manajemen mutu sekolah ini, seluruh prosedur kerja/prosedur layanan
baik pada bidang administrasi maupun proses pembelajaran satu persatu diuraikan serta ditetapkan
standarnya secara resmi. Ketetapan sistem manajemen mutu sekolah itu selanjutnya dipakai oleh
seluruh warga sekolah sebagai acuan serta sebagai standar pelaksanaan maupun sebagai standar
mutu hasil dari seluruh kegiatan di sekolah.

Bilamana sekolah dapat melaksanakan sistem manajemen mutu secara konsekwen, maka seluruh
proses kegiatan di sekolah akan dapat berlangsung lebih tertib serta terpola secara jelas, sehingga
selain akan dapat terwujud suatu proses layanan pendidikan yang lebih efektif dan efisien, juga
tingkat ketercapaian tujuan kegiatan akan dapat lebih terukur.

13. PENGENDALIAN MUTU MANAJEMEN

Sasaran pengendalian mutu manajemen sekolah ini terutama diarahkan kepada aspek Administrasi
sekolah dan pembinaan kedisiplinan warga sekolah dalam bekerja/belajar, yaitu:

a. Administrasi sekolah, yaitu meliputi tertib administrasi ketenagaan, kesiswaan dan


penerimaan siswa baru, sarana/prasarana, keuangan, hubungan industri dan pelaksanaan praktik
kerja, serta administrasi lainnya. Sesuai dengan tuntutan sistem manajemen sekolah, maka
pengendalian terhadap mutu pelaksanaan manajemen ini menjadi kewajiban dan tanggung jawab
pimpinan sekolah, yang dapat diatur dan didelegasikan pelaksanaannya kepada personal yang
ditunjuk/ditugaskan untuk itu. Pelaksanaan pengendalian harus dilaksanaakan secara rutin dan
berkala, serius dan teliti, serta menggunakan instrumen dan atau catatan pengendalian yang
disepakati bersama.

b. Kedisiplinan kerja dan belajar, yaitu menyangkut pembinaan guru, pegawai, dan peserta
didik dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu kinerja mereka. Proses pengendalian pada
aspek ini dilakukan melalui pendataan/pencatatan yang akurat dan terbuka, dengan penerapan tata
tertib yang konsekwen, disertai adanya sistem pemberian penghargaan dan sanksi sejalan dengan
tata tertib sekolah yang berlaku. Khusus untuk pembinaan guru dan pegawai diperlukan adanya
buku catatan pembinaan yang diberlakukan secara konsisten dan berfungsi.

14. PENGENDALIAN MUTU KBM

Pelaksanaan pengendalian mutu KBM hendaknya dilakukan secara rutin berkala, dengan standar
mutu/standar design yang telah ditetapkan, serta dengan instrumen/alat ukur yang telah disusun
dan disepakati bersama. Dengan dilaksanakannya proses kendali mutu KBM, maka akan dapat diikuti
perkembangan kemajuannya dan akan dapat diperkecil kemungkinan kesalahan dalam proses serta
kemungkinan kegagalan dalam mencapai mutu tamatan/lulusan sesuai yang diharapkan.

Pelaksanaan pengendalian mutu KBM ini ditujukan terhadap tiga sasaran kegiatan yaitu
pengendalian mutu terhadap: (a)perencanaan/persiapan, (b)pelaksanaan belajar-mengajar,
(c)pelaksanaan pengujian dan penilaian.

a. Pengendalian mutu terhadap perencanaan/persiapan KBM

Pelaksanaan pengendalian mutu pada aspek ini menyangkut pengendalian pada isi/materi susunan:

§ Silabus kurikulum;

§ Program semester;

§ Rencana program pembelajaran;

§ Alat tes hasil belajar.

Kegiatan pengendalian mutu perencanaan/persiapan KBM ini dilakukan untuk memperoleh jaminan
mutu program, bahwa:

§ Program yang disusun telah sesuai dengan tuntutan pencapaian standar


kompetensi/kompetensi dasar yang telah ditetapkan;

§ Perencanaan waktu pembelajaran telah sesuai dengan kalender pendidikan dan memenuhi
tuntutan jumlah waktu belajar setiap kompetensinya;

§ Materi pelajaran telah sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik;

§ Rumusan tujuan/sasaran penguasaan materi pelajaran telah sesuai dengan tuntutan kriteria
kinerja/indikator yang harus dicapai;

§ Rencana kegiatan pembelajaran telah mengandung penerapan strategi dan metode yang tepat
sesuai karakteristik materi pelajaran, dengan mengedepankan cara belajar siswa aktif serta
penerapan kontekstual learning menuju peningkatan kecakapan hidup;

§ Materi alat tes(soal) telah mengacu pada seluruh kriteria kinerja/ indikator pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan dalam silabus, dengan jumlah yang cukup dan bentuk soal yang
valid dan reliabel.

Pelaksanaan pengendalian mutu pada kegiatan ini dapat dilakukan langsung oleh Kepala sekolah
atau oleh unsur manajemen sekolah yang ditugaskan untuk itu. Proses penilaiannya menggunakan
instrumen khusus yang telah disiapkan, dan dilaksanakan secara rutin, konsisten, serta serius.
Sedangkan perolehan hasil penilaiannya harus ditindak lanjuti.
b. Pengendalian mutu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

Pelaksanaan pengendalian mutu pada kegiatan ini menyangkut segala aktivitas proses belajar
mengajar yang meliputi:

§ Aktivitas guru mengajar;

§ Antusiaisme siswa belajar;

§ Kelengkapan buku, media, dan fasilitas belajar lainnya;

§ Kondisi lingkungan belajar, serta faktor pendukung lainnya;

§ Pemanfaatan/penggunaan waktu belajar.

Pengendalian mutu terhadap pelaksanaan KBM ini dilakukan untuk memperoleh penjaminan mutu
pelaksanaannya, bahwa:

§ Guru tampil mengajar dengan disiplin, bersemangat, dan menarik;

§ Materi yang diajarkan dan metode yang digunakan sesuai dengan program yang telah disusun
dan disetujui;

§ Guru mengajar dengan menggunakan fasilitas dan media yang tepat;

§ Peserta didik belajar secara aktif, penuh antusias;

§ Peserta didik belajar menggunakan buku pelajaran serta peralatan belajar/praktik yang cukup
dan memadai;

§ Kondisi ruang belajar dan lingkungannya cukup kondusif;

§ Pemanfaatan/penggunaan waktu belajar efisien dan efektif;

§ Standar nilai minimal lulus kompetensi tercapai.

Pelaksanaan pengendalian mutu kegiatan ini dilakukan melalui observasi kelas yang telah dikenal
oleh para pengelola sekolah pada umumnya. Namun pelaksanaan observasi kelas kali ini harus
dilakukan lebih serius, konsisten, dan efektif, dengan menggunakan instrumen observasi yang
handal, dan yang dilaksanakan secara rutin/berkala oleh Kepala sekolah atau oleh unsur manajemen
sekolah yang ditugaskan khusus untuk itu.

c. Pengendalian mutu pelaksanaan pengujian dan penilaian

Pelaksanaan pengendalian pada kegiatan pengujian dan penilaian ini merupakan pengendalian yang
paling penting dan sangat menentukan bagi keberhasilan pengendalian mutu KBM secara
keseluruhan. Karena itu proses pengendalian pada aspek ini perlu dilakukan secara lebih serius dan
terencana dengan baik, karena adanya kekurangan atau kegagalan pada proses kegiatan ini akan
berdampak terhadap penurunan mutu pelaksanaan pada bagian kegiatan KBM lainnya.

Pelaksanaan pengendalian mutu pada kegiatan ini dilakukan terhadap beberapa aspek, yaitu
meliputi aspek:

§ Mutu alat tes/soal;

§ Mutu/tertib pelaksanaan pengujian;

§ Mutu/tertib proses penilaian dan penetapan kelulusan.


Guna memperoleh penjaminan mutu pada kegiatan pengujian dan penilaian hasil belajar ini, maka
proses pengendaliannya diarahkan pada terjaminnya mutu dari:

§ Adanya penyusunan/penyajian soal yang baik, yang materi dan bentuk soalnya memenuhi
tujuan pengujian dan tuntutan pencapaian kompetensi yang ditetapkan;

§ Terlaksananya sistem pengujian yang benar-benar memenuhi azas pengujian, yang prosesnya
berlangsung lancar, tertib, dan jujur; terhindar dari adanya kecurangan sehingga memperoleh hasil
pengujian/penilaian yang benar-benar obyektif per individu;

§ Disediakannya sarana yang memadai dan alokasi waktu yang cukup bagi setiap peserta secara
adil;

§ Terlaksananya proses koreksi dan atau penilaian hasil ujian yang dilakukan secara cermat dan
obyektif; artinya tak terdapat kesalahan ataupun perubahan dalam penilaian;

§ Penetapan kelulusan sesuai dengan standar kelulusan/tuntutan kompetensi, serta yang


didasari oleh hasil penilaian yang akurat dan obyektif.

Untuk memperoleh proses pengendalian yang efektif dan berhasilguna, maka hendaknya kegiatan
ini dilakukan oleh Tim khusus yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas ini dengan baik,
serta dapat melaksanakannya secara rutin dan bersinambungan. Tim pengendali mutu terhadap
proses pengujian dan penilaian ini disebut pula sebagai Tim Quality assurence (QA) atau Tim
pelaksana verifikasi internal.

Pelaksanaan Verifikasi internal merupakan suatu kegiatan khusus yang dimaksudkan untuk
memeriksa kesesuaian hasil penilaian yang dilakukan oleh guru/instrutor dengan bukti-bukti belajar
yang telah dimiliki peserta didik, yang dilakukan oleh tim QA untuk menjamin adanya kesesuaian
antara bukti belajar dengan nilai dan penguasaan kompetensi yang telah dicapai peserta didik.

Pelaksanaan verifikasi internal dilakukan baik melalui sampling terhadap beberapa peserta didik atau
secara menyeluruh terhadap semua peserta didik, dengan langkah sebagai berikut:

§ Menginventarisir nilai hasil belajar yang diberikan oleh guru/instruktor;

§ Menginventarisir bukti-bukti belajar yang telah dimiliki peserta didik;

§ Memeriksa kesesuaian antara nilai dari guru dengan bukti-bukti belajar dan tingkat
penguasaan kompetensi yang dicapai peserta didik;

§ Bila ditemukan ketidak-sesuaian, maka guru/instruktor perlu melakukan klarifikasi dan atau
perbaikan.

Dengan diadakannya pengendalian mutu termasuk verifikasi internal tersebut diharapkan dapat
menjamin bahwa para peserta didik benar-benar telah menguasai kompetensi yang telah mereka
pelajari. Selanjutnya bagi peserta didik/ rombongan belajar yang telah dinyatakan lolos pada
verifikasi internal dapat mengikuti ujian/ sertifikasi kompetensi.

15. PENGENDALIAN MUTU TAMATAN/LULUSAN

Bahwa tujuan utama penyelenggaraan pendidikan SMK, adalah untuk mempersiapkan peserta didik
agar mampu memasuki dunia kerja, yaitu menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang terampil,
terdidik, dan profesional, serta mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Adapun kompetensi para tamatan/lulusan SMK tersebut akan
tergambar dalam bentuk unjuk kerja yang meliputi:

§ Memiliki akhlak mulia/ berbudi pekerti luhur;

§ Mampu mengembangkan penguasaan pengetahuan, yang dicirikan dengan proses mencari


tahu untuk mampau menginterprestasikan informasi;

§ Memiliki keterampilan dan mengembangkan profesionalisme kerja yang dicirikan dengan


ketaatan pada prosedur, tepat waktu, akurasi, teliti, dan tidak cepat bosan;

§ Mampu mengembangkan kemampuan nalar, yang dicirikan dengan adanya penciptaan ide-ide
baru, memandang masalah dengan cara baru, dan merencanakan ataupun menanggulangi masalah
secara sistematik.

Peserta didik dapat dinyatakan tamat/lulus SMK bilamana telah memiliki atau menguasai
kompetensi-kompetensi sesuai standar yang ditetapkan.

Khusus dalam penguasaan kompetensi kejuruan/produktif, agar tamatan/lulusan tersebut dapat


tejamin mutunya sesuai dengan tuntutan masyarakat dunia kerja, maka perlu adanya proses
verifikasi yang dilakukan oleh unsur eksternal independen sebagai Tim Quality Control dari dunia
kerja seperti dari Assosiasi keahlian atau dari lembaga sertifikasi keahlian.

Pelaksanaan verifikasi eksternal ini dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan:

§ Memantau pelaksanaan pengujian dan penilaian pada akhir pendidikan;

§ Memverifikasi hasil penilaian yang dilakukan sekolah disesuaikan dengan tuntutan dunia kerja;

§ Menguji peserta didik secara sampling melalui bukti belajar/portofolio;

§ Memberikan pengakuan melalui pemberian sertifikat kompetensi bagi peserta didik yang telah
mencapai standar kelulusan.

Hasil proses verifikasi eksternal terhadap penguasaan kompetensi kejuruan/produktif ini selanjutnya
dijadikan dasar untuk penerbitan sertifikat kompetensi atau sertifikat kualifikasi keahlian.

16. PENUTUP

Bahwa kemajuan bangsa sangat tergantung dari mutu pendidikan, karena itu penyelenggaraan
pendidikan janganlah dilaksanakan dengan cara yang “asal jalan” saja, tetapi hendaknya dapat
dilakukan dengan serius dan sinergi menuju penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan unggul.

Dengan diterapkannya proses pengendalian mutu pada sekolah diharapkan mutu pendidikan di
negara kita ini akan dapat kita tingkatkan lebih cepat, dengan proses peningkatan mutu yang
berkelanjutan. Untuk mencapai itu maka seluruh komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan
sekolah hendaknya peduli dan ikut berperan dalam upaya penerapan pengendalian mutu pendidikan
tersebut sehingga proses pengendalian mutu di sekolah-sekolah dapat terlaksana secara efektif,
terus-menerus dan bersinambungan.

Adapun isi buku tentang pengendalian mutu ini hayalah sebagai panduan yang tentunya dapat
disesuaikan dan dikembangkan lebih lanjut untuk memperoleh sistem yang lebih tepat menuju
peningkatan mutu yang lebih baik. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai