Anda di halaman 1dari 10

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No.

1, Maret 2017 1

Ilmu Balaghah: Tasybih dalam Manuskrip


“Syarh Fī Bayān al-Majāz wa al-Tasybīh
wa al-Kināyah”
Iin Suryaningsih1, Hendrawanto2
1, 2
Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Al Azhar Indonesia
Kompleks Masjid Agung Al-Azhar, Jl.Sisinganmangaraja, Kebayoran Jakarta Selatan 12110

Penulis untuk Korespondensi/E-mail: iin.suryaningsih@uai.ac.id

Abstrak - Salah satu kategori manuskrip nusantara adalah manuskrip yang keberadaannya di
Indonesia berasal dari pertukaran ilmu para ulama nusantara yang belajar ke Makkah dan
Madinah lalu kembali ke tanah air membawa naskah berbahasa arab, kemudian naskah
tersebut di pelajari oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan kajian keilmuan.Ungkapan
tasybih populer di pakai oleh kalangan pujangga arab sejak masa keemasan karya sastra
terukir dalam sejarah periode Jahiliyah. Gaya bahasa tasybih merupakan upaya penutur untuk
mengungkapkan sesuatu dengan menyerupakan hal yang ia maksud dengan sesuatu lain yang
memilki kesamaan efek dan akibat. Ilmu bayan secara bahasa adalah penjelasan,
penyingkapandan keterangan. Sedangkan secara istilahilmu bayan berarti dasar atau kaidah
yang menjelaskan keinginan tercapainya satu makna dengan macam-macam gaya
bahasa.Metode yang di gunakan dalam penelitian ini di bagi menjadi dua tahap, pertama :
metode filologi, di gunakan untuk membaca dan menganalisis teks dalam manuskrip secara
tepat, dan kedua : metode deskriptif dengan pendekatan objektif, yaitu metode yang akan fokus
hanya pada satu teks saja, menganalisis dan menguraikan isi teks secara menyeluruh dan jelas.
Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kajian-kajian sebelumnya serta memperluas
wawasan mengenai khazanah ilmu yang terkandung dalam manuskrip. Dengan begitu, analisis
mengenai informasi keilmuan yang terdapat dalam manuskrip dapat dikembangkan dan dikaji
secara lebih lanjut.

Kata Kunci - Manuskrip, Filologi, Tasybih, Bayan,

Abstract - One of the categories of nusantara’s manuscripts is a manuscript whose existence in


Indonesia, comes from exchanges of science scholars who studied the archipelago to Mecca and
Medina and then returned to carrying the Arabic script, then the script is a learned society
scientific studies in Indonesia.Expression of tasybih popular used by the Arabic poets since the
golden age of literature in history etched in the period of Ignorance. The language style of
tasybih is an attempt to express something with speakers equate the things he meant by
something else that has similarities to the effects and consequences. Bayan science in language is
the explanation, disclosure and description. While the term science in bayan means basic or rule
that describes the desire to achieve the one meaning with various styles of language. The method
used in this research is divided into two stages, the first method is Philology, used for reading
and analyzing texts in manuscript precisely, and second: descriptive methodswith objective
approach, amethod which will focus only on a single text, analysis and elaborate on the contents
of the text thoroughly and clearly.This research is expected to complement previous studies as
well as broaden insights into the corpus of knowledge that is contained in the manuscript. Thus,
the analysis of the scientific information contained in the manuscript could be developed and
examined in more details.

Keywords - Manuscripts, Philology, Tasybih, Bayan,


2 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

s alah satu bidang ilmu dalam kajian


sastraarab adalah ilmu balaghah atau
popular di kenal sebagai stilistika arab. Secara
Manuskrip dan Nusantara
Pertukaran budaya dan bahasa yang tejadi
secara natural saat proses islam masuk ke
umum, balaghah adalah ilmu yang Indonesia dan saat maraknya ulama Nusantara
mempelajari tentang bagaimana mengolah kata yang menginjakkan kakinya ke negara Timur
atau susunan kalimat bahasa arab yang indah Tengah dengan tujuan ibadah dan menuntut
namun tetap menjaga kejelasan makna dengan ilmu agama, ini adalah proses dari sebuah
juga memperhatikan situasi dan kondisi saat perjalanan panjang yang menghasilkan ilmu
uangkapan tersebut terjadi. Ilmu balaghah pengetahuan. Dokumen yang di bawa ke tanah
terbagi menjadi 3 (tiga) cabang ilmu besar, air dan karangan yang muncul dari pemikiran
yaitu : ilmu bayan, ilmu ma‟ani dan ilmu mendalam para ulama nusantara itu sendiri, di
badi‟(Ali Jarim dan Musthafa:1998). Masing- tuangkan dalam media tulis yang masih sangat
masing dari ketiga cabang ilmu tersebut terbatas kala itu seperti daun lontar, kayu dll
memilki kekhususan gaya bahasa. lalu sejarah menyebutnya sebagai
manuskrip.(Pujiastuti:2016:9)
Fokus penelitian ini adalah kajian dari cabang
Ilmu bayan yaitu tasybih, Secara bahasa bayan Istilah “naskah” sangat identik penggunaannya
di artikan kiasan, menurut kamus besarbahasa dengan penyebutan istilah “manuskrip”, karena
Indonesia (KBBI) adalah perbandingan, dalam manuskrip di tema tertentu misalnya,
persamaan/ibarat, sindiran atau analogi. terdiri dari beberapa bundel naskah. Naskah di
Melalui pengertian singkat ini,gaya bahasa maknai sebagai semua bahan tulisan tangan
kiasan yang di bahas dalam ilmu bayan pada peninggalan nenek moyang kita pada kertas,
dasarnya di bentuk berdasarkan perbandingan lontar, kulit kayu dan rotan. Tulisan tangan
dengan analogi karena memiliki kesamaan atau pada kertas itu biasanya dipakai pada naskah-
hubungan satu dengan yang lainnya, seperti naskah yang berbahasa Melayu dan yang
hubungan sebab akibat dll, berbeda dengan dua berbahasa Jawa; Rotan hanya dipakai pada
cabang ilmu balaghah lainnya yaitu ilmu naskah-naskah yang berbahasa Jawa dan Bali.
ma‟ani dan ilmu badi‟(ali Jarim & Musthafa Kulit kayu dan rotan biasanya digunakan pada
:1998) naskah-naskah berbahasa Batak. Dalam bahasa
Latin naskah ini disebut codex, dalam bahasa
Ungkapan tasybih popular di pakai oleh Inggris disebut manuscript, dan dalam bahasa
kalangan pujangga arab sejak masa keemasan Belanda disebut dengan istilah handschrift.
karya sastra terukir dalam sejarah di periode
Jahiliyah. Gaya bahasa tasybih merupakan Nisbat kata”Nusantara” dalam term manuskrip
upaya penutur untuk mengungkapkan sesuatu di Indonesia, adalah sebagai ciri bahwa kajian
dengan menyerupakan hal yang ia maksud yang terdapat di dalam teks tersebut berbahasa
dengan sesuatu lain yang memilki kesamaan lokal seperi Sunda, Jawa, Sumatra dan
efek dan akibat (Shaikhun:1988) Kalimantan, atau terkait dengan proses
islamisasi ke Indonesia yang melibatkan
Pertukaran budaya dan bahasa yang tejadi terjadinya asimilasi budaya dan bahasa asing
secara natural saat proses islam masuk ke (khususnya gujarat asal Arab dan India) ke
Indonesia dan saat maraknya ulama Nusantara bumi nusantara.
yang menginjakkan kakinya ke negara Timur
Tengah dengan tujuan ibadah dan menuntut Sejarah Ilmu Balaghah
ilmu agama, ini adalah proses dari sebuah Perkembangan kesusastraan Arab pada era
perjalanan panjang yang menghasilkan ilmu jahiliyah diwarnai oleh adanya perkembangan
pengetahuan. Dokumen yang di bawa ke tanah berbagai bentuk sastra, baik prosa maupun
air dan karangan yang muncul dari pemikiran puisi yang dikembangkan oleh orang-orang
mendalam para ulama nusantara itu sendiri, di Arab pada masa itu. Perkembangan tersebut
tuangkan dalam media tulis yang masih sangat didukung juga oleh adanya berbagai kegiatan
terbatas kala itu seperti daun lontar, kayu dll yang berlangsung pada musim haji setiap
lalu sejarah menyebutnya sebagai tahunnya, dengan diadakannya berbagai
manuskrip.(Pujiastuti:2016:9) perlombaan pidato dan perlombaan membaca
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017 3

sya‟ir, yang diadakan di berbagai pusat Pengertian Ilmu Balaghah


kegiatan pada waktu itu, seperti di Suq Secara etimologi berasal dari kata “ba-la-gha
„Ukkazh. Kegiatan-kegiatan seperti itu /َ‫”تَهَ َغ‬, yang artinya sama dengan “َ‫ص َل‬
َ ‫ ” َو‬yaitu
memberi peluang yang besar bagi para ahli sampai atau ujung.Balaghah berarti sampainya
sya‟ir untuk mengembangkan bahasa dan gaya ide dan pikiran yang ingin kita ungkapkan
bahasa mereka dengan ungkapan-ungkapan kepada lawan bicara dengan hasil pertimbangan
yang menarik, baik dari segi zahir lafal, kesesuaian makna-maknanya, dan situasi serta
keindahan kata yang digunakan, maupun kondisi saat ungkapan itu terjadi. Ungkapan
kandungan maknanya yang sarat dengan balaghah muncul hasil olah
pikir yang tidak sederhana, keterlibatan emosi,
Pengaruh al-Qur‟an terhadap Balaghah rasa, pemilihan diksi yang tepat dan imajinasi
„Arabiyyah tersebut begitu nyata. Hal tersebut yang kuat adalah beberapa unsure dalam
ditandai dengan dijadikannya al-Qur‟an sebagai keilmuan sastra, balaghah salah satunya
objek kajian dalam diskursus-diskursus (Syukron : 1999).
kebalaghahan yang melahirkan karya-karya
besar seperti Kitab Majaz Al-Qur‟an karya Abu Dalam kajian sastra, balaghah ini menjadi sifat
„Ubaidah (w. 207 H) yang ditulis karena sebuah ungkapan dan penuturnya, maka lahir
adanya ketidakpahaman Ibrahim bin Isma‟il lah sebutan ungakapan sastra (kalam baligh)
terhadap penggunaan tasybih dalam dan penutur sastra (mutakallim baligh).
penggambaran sifat syajarat al-Zaqqum Menurut Abd al-Qadir Husen (1984) balaghah
(makanan penduduk neraka) dalam surat al- sangat memperhatikan kesesuaian kalimat
shaffat. dengan kondisi dan situasi lawan bicara. Nilai
tuturan yang mengandung balaghah
Sampai masa permulaan Islam ini keberadaan bergantung kepada sejauh mana ungkapan
ilmu Balaghah sebagai suatu disiplin ilmu yang tersebut dapat memenuhi tuntutan situasi dan
utuh seperti saat ini belum terkodifikasi, namun kondisinya.
ia terus mengalami perkembangan sedikit demi
sedikit. Diawali dengan kajian sastra terhadap Cabang Ilmu Balaghah
beberapa sya‟ir dan pidato-pidato orang Ada 3 (tiga) cabang ilmu balaghah yang secara
Jahiliah, dilanjutkan dengan mengulas sya‟ir singkat sudah penulis singgung pada
dan sastra pada masa awal Islam, sampai pembahasan sebelumnya, yaitu ilmu bayan,
kepada masa pemerintahan Daulah Umayah, ia ilmu ma‟ani dan ilmu badi‟. Objek kajian
terus mengalami perkembangan yang ketiga ilmu ini saling melengkapi.
menggembirakan. (Syakir:1999)
Ilmu bayan secara bahasa adalah penjelasan,
Perkembangan Balaghah yang semakin baik penyingkapandan keterangan. Sedangkan
tersebut ditandai dengan munculnya para tokoh secara istilahilmu bayan berarti dasar atau
yang kompeten dan karya-karya besar mereka kaidah yang menjelaskan keinginan tercapainya
pada abad ke-III H, seperti Abu „Ubaidah (w. satu makna dengan macam-macam gaya bahasa
211 H), Ibnu Qutaibah (w. 276 H), Ibnu Hasan (al-Hasyimi:1994). Dari pengertian tentang
al-Rumani (w. 284 H), al-Farra‟ (w.207 H), dan ilmu bayan, yang berisi macam-macam cara
Al-Jahizh (w. 255 H). Abu „Ubaidah menyusun untuk menyampaikan makna, objek kajiannya
sebuah kitab tentang Majaz al-Qur‟an yang berkisar pada berbagai corak gaya bahasa yang
bernama Ilmu Majazil Qur‟an. Ibnu Quthaibah merupakan metode penyampaian makna yang
menulis kitab Ta‟wil Musykil al-Qur‟an, dan meliputi tasybih, majaz dan kinayah.
Al-Farra‟ menulis kitab Ma‟anil Qur‟an yang
meski kebanyakan berisi kajian ilmu Nahwu, Ilmu ma‟ani adalah dasar-dasar dan kaidah
tapi juga menyinggung kajian ilmu Balaghah. yang menjelaskan pola kalimat berbahasa arab
Sedangkan al-Rumani menyusun kitab An- agar bisa di sesuaikan dengan kondisi dan
Naktu Fi I‟jazil Qur‟an.[18] Dan Al-Jahizh situasi. Tujuan ilmu ma‟ani ini adalah sebagai
dipandang sebagai tokoh yang sangat berjasa upaya menghindari kesalahan dalam
dalam sejarah perkembangan ilmu Balaghah pemaknaan yang di kehendaki penutur yang di
secara umum dan ilmu Bayan secara khusus, sampaikan kepada lawan bicara. Dari istilah
lewat karya tulisnya yang berjudul al-Bayan wa ma‟ani yang menyelaraskan konteks dan teks,
al-Tabyin. maka objek kajian ilmu ini menitikberatkan
4 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017

pada pola kalimat berbahasa arab di lihat dari musyabbah bih, jika salah satu dari kedua
pernyataan makna awal dan bukan makna yang rukun tersebut tidak di sebutkan maka
di maksud oleh penutur. Objek kajian ilmu ungkapan tersebut tidak dapat di sebut tasybih.
ma‟ani diantaranya adalah kalam khabar dan
insya‟, gaya bahasa I‟jaz, ithnab dan musawah. Pembagian Tasybih
Para ahli balaghah, membagi tasybih ke dalam
Ilmu Badi‟ secara bahasa adalah sebuah kreasi beberapa bagian berdasarkan rukun-rukunnya.
atau penciptaan, secara istilah ilmu badi‟ Pembagian ini di lihat dari beberapa sudut
adalah ilmu yang mempelajari beberapa model pandang sehingga bisa saja satu dengan lainnya
keindahan stilistika, ornamen dalam kalimat akan ada perbedaan dan persamaan dan hal
yang akan membuat kalimat tersebut indah jika tersebut tidaklah mendasar, karena hal
di tinjau dari kata dan maknanya. Ilmu badi‟ ini terpenting yaitu memahami masing-masing
memiliki dua kajian, yaitu muhassinat bagian tasybih.
lafdziyyah (analisis keindahan struktur kata) 1. Pembagian tasybih berdasarkan wajh al-
dan muhassinat ma‟nawiyah.(analisis syibh dan „adat al-tasybih :
keindahan struktur makna).
a. Tasybih Mursal adalah tasybih yang „adat
Tasybih al-tasybihnya di sebutkan dalam ungkapan
Sebagaimana pemaparan singkat sebelumnya, tersebut, contoh :
bahwa kajian ilmu balaghah memiliki 3 (tiga)
cabang ilmu besar, yaitu : ilmu Bayan, ilmu َ ً ‫يمَتَ ِٓ ٍيىَ َكأََََّانثَحرَُظَالَياًَ َٔإرَْاتَا‬
ٍ َ‫ِسرَاَفِيَن‬
Ma‟ani dan ilmu Badi‟ yang ketiganya ini akan “kami berjalan di malam yang gelap
saling melengkapi. Bagian dari kajian ilmu gulita, sepertinya malam itu bagaikan
Bayan adalah majaz dan tasybih. laut yang gelapdan mencekam”
Tasybih secara bahasa artinya menyerupakan Dalam contoh di atas, penyair
(Hasyimi:1991:247). Dalam istilah balaghah, menyerupakan malam yang gelap dengan
tasybih adalah : “menyamakan satu hal dengan kondisi laut yanggelap mencekam. Jika kita
hal lain dengan menggunakan perangkat perhatikan sya‟ir di atas, si penuturnya
(sarana) tasybih untuk mengumpulkan menyertakan „adat al-tasybih (perangkat)
keduanya”. Tasybih juga dapat di artikan : untuk menggabungkan keserupaan dua hal.
“menyerupakan dua perkara atau lebih yang Perangkat yang di maksud di atas adalah
memiliki kesamaan sifat karena ada tujuan berupa huruf “ka-anna”.
yang di kehendaki oleh penutur”.
Melalui pengantar tentang tasybih, berikut ini b. Tasybih Muakkad adalah tasybih yang
adalah rukun/unsur penting dalam tasybih, „adat al-tasybihnya di hilangkan.
keberadaan masing-masing unsure akan sangat Contohnya :
penting untuk mensinergikan sebuah ungkapan. َ ٌَ‫ٌَخاطف‬
ِ ‫ان َج َٕادَُفِيَانسُر َع ِةَتَرق‬
Dengan istilah lain, bahwa unsure ini akan “ kecepatan kuda itu bagaikan kilat yang
selalu ada dalam gaya bahasa tasybih baik menyambar”.
secara eksplisit maupun implicit. Dan rukun c. Tasybih Mufasshal adalah tasybih yang
tersebut adalah sebagai berikut : wajh al-syibhnya jelas di sebutkan dalam
1. Al-Musyabbah (sesuatu yang di rangkaian sebuah ungkapan.
bandingkan dengan sesuatu lainnya karena Contohnya :
ada persamaan sifat antara keduanya) َ ‫َٔ َكالَ ُيَُّكَاند ُِرَحُسًُا‬
2. Al-Musyabbah bih (sesuatu yang sifatnya “ perkataan bagaikan mutiara dari sisi
di jadikan perbandingan) kebaikannya”
3. „Adat al-Tasybih (perangkat untuk
menggabungkan dua persamaan sifat yang d. Tasybih Mujmal adalah tasybih yang wajh
ada) al-syibhnya tidak jelas di sebutkan dalam
4. Wajh al-Syibh (kesamaan sifat yang di rangkaian sebuah ungkapan.
perbandingkan) َ َِ‫احة‬
ِ ‫ص‬َ ‫ان ِكتابُ َكَان‬
“buku layaknya seorang teman/sahabat”
Dalam pembentukan ungkapan tasybih, ada 2
(dua) rukun yang wajib di sebutkan dan tidak e. Tasybih Baligh adalah tasybih yang tidak
boleh di hilangkan yaitu musyabbah dan menyebutkan „adat al-tasybih dan wajh al-
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017 5

syibhnya dalam rangkaian sebuah sertakan „adat al-tasybih, hanya saja


ungkapan. keduanya berdampingan dalam
Contohnya : susunan kalimat.
ٍَ ََُ‫أََتَ َشًَشٌ َأََتَ َتَدرٌَأَتَ ََُٕرٌَفٕق‬
َ ‫ٕر‬
“ Engkau adalah matahari, Engkau adalah Contohnya :
bulan, Engkau adalah cahaya di atas َ ‫انسيمَُ َحربٌ َنه ًَكا َ ٌَِان َعانِي‬
ِ َ‫الَتُُ ِك َِريَ َعطَ َمَانك َِر ِيىَيٍَِ َا ِنغٍََ َف‬
cahaya” “ jangan kau ingkari bila melihat orang
dermawan yang tidak memiliki
2. Pembagian tasybih berdasarkan bentuk kekayaan, sebab banjir adalah musuh
wajh al-syibhnya, di bagi menjadi : dari tempat yang tinggi”.
a. Tasybih Ghair al-Tamtsil, adalah
tasybih yang wajh al-syibhnya tidak Pengantar Filologi
merupakan gambaran sesuatu yang Kebutuhan peneliti yang sangat mendasar
tunggal (tidak berbilang). terhadap metodologi filologi adalah saat
peneliti harus berhadapan dengan data primer
Contohnya : berupa manuskrip atau naskah tulis tangan.
َ َُ‫َٓرَثُ َىََي ُِغية‬
ِ ‫ٕءََِِيُٕافِيَتًَا َوَانش‬
ِ ‫ض‬َ َٔ َ‫ب‬
ِ ‫ََكانشٓا‬
ِ ‫َٔ َياَاَنًَرءَُإِال‬ Dalam istilah arab, kajian filologi di kenal
“ tidaklah seseorang itu seperti bulan dengan sebutan tahqiq al-nushus. Tahqiq
dan cahayanya, yang menempati secara bahasa adalah penentuan, analisis,
sebulan penuh kemudian menghilang “ evaluasi dan proses edit sebuah teks.
Pada contoh di atas, wajh al-syibhnya Sederhananya, data yang ada dalam manuskrip
adalah kondisi“cepatnya binasa”, akan di tinjau dari beberapa aspek terlebih
keadaan tersebut di ambil oleh penyair dahulu untuk membuktikan validitas isinya
dari pemaknaan penggalan bait terakhir melalui tahapan-tahapan yang di tentukan oleh
pada sya‟ir itu. Munculnya kalimat “َ‫تًاو‬ para filolog.
‫ ”انشٓر‬adalah proses dari keadaan
cahaya bulan yang berangsur-angsur, Tahapan Penelitian Filologi
yaitu dimulai dari kemunculan bulan Secara personal maupun tingkat
pertama “‫ ”ْالل‬sampai bulan purnama institusi/lembaga, kebutuhan tentang penerapan
“‫”تدر‬. Kondisi demikian tetap di metodologi filologi terhadap suatu teks adalah
kategorikan tunggal (tidak berbilang). untuk membuktikan item penting dalam sebuah
b. Tasybih al-Tamtsil, adalah tasybih karya, tahapan yang di lakukan berupa :
yang wajh al-syibhnya merupakan 1. Analisis judul teks : Umumnya, kumpulan
gambaran dari sesuatu yang tidak manuskrip berada dalam bundel-bundel
tunggal (berbilang). naskah yang berisi beberapa tema/judul.
Contohnya : Kondisi tersebut karena proses pelepasan
َ ‫ص ِحيفَ ٍةَزَرقَاء‬
َ َ‫يٍَغ َِرقَتَفي‬ٍَ ‫َٔ َكأٌََ َانِٓالَ َلٌََُُٕ َنُ َج‬ judul manuskrip dengan judul yang lain
“bulan sabit bagaikan huruf nun yang harus melalui tahapan analisis terhadap
berwarna perak yang tenggelam dalam judul masing-masing teks. Berikut adalah
kertas berarsirberwarna biru” faktor yang mendasari perlunya di lakukan
analisis terhadap judul manuskrip,yaitu :
Pada contoh di atas, wajh al-syibhnya (1) hilangnya lembar pertama teks yang
adalah kondisi “warna putih yang di memuat judul naskah(2) judul yang tidak
celupkan ke dalam warna biru”. Kondisi jelas karena ada perubahan pada tinta atau
tersebut di ambil oleh penyair dari kertas naskah (3) judul yang salah
pemaknaan bait secara sempurna. penisbatan penulisnya, atas tujuan tertentu
baik sengaja ataupun tidak, seperti
c. Tasybih yang keluar dari kaidah ketidaktahuan si penyalin naskah terhadap
judul dan penulis utama naskah tersebut
a. Tasybih Dhimniy, adalah tasybih yang 2. Analisis penulis utama teks : Peneliti tidak
kedua tharafnya (musyabbah dan seharusnya merasa cukup puas dengan
musyabbah bihnya) tidak di rangkai temuan nama penulis utama teks yang ada
dalam bentuk tasybih seperti yang dalam lembar pertama naskah, hal tersebut
sudah sebelumnya di jelaskan, dan harus di analisis dan di buktikan kembali
bahwa susunan kalimatnya tidak di kebenarannya melalui penelusuran
6 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017

beberapa referensi terkait. Dengan manuskrip Perpustakaan Nasional RI pada file


demikian, analisis nama penulis teks no. A.504, penulis naskah ini tidak di sebutkan
merupakan tahap penting dalam secara jelas/anonyms.Dalam kondisi seperti ini,
penyuntingan teks manuskrip peneliti melanjutkan tahapan yang di sarankan
3. Analisis koherensi antara judul dengan dalam proses penyuntingan naskah , yaitu
penisbatan kepada penulis utama : analisis judul dan penulis utama teks melalui
masalah yang kerap kali terjadi dalam beberapa teknis: melihat lembar pertama teks,
manuskrip arab karya ulama arab adalah lembar muqaddimah teks, lembar penutup teks
keliru menisbatkan nama penulis pada dan informasi dari katalog manuskrip lainnya.
teks tertentu karena adanya kesamaan Proses tersebut di lakukan untuk menemukan
nama penulis dengan judul buku yang kepastian kondisi naskah ini secara jelas
berbeda, ataupun sebaliknya. berdasarkan penelitian dan bukan anggapan
4. Analisis isi teks : tahap ini merupakan semata.
tahap inti dari proses penyuntingan teks.
Peneliti di harapkan dapat Secara utuh naskah ini berjumlah 67 lembar,
mengungkapkan semua informasi yang di terdiri dari dua sisi (bolak balik), di mulai dari
bawa oleh penulis baik implisit atau no.272-339, 15 baris per halaman, kecuali pada
eksplisit. Peneliti juga di harapkan mampu lembar pertama dan akhir teks. Data tasybih
menemukan benang merah sejarah yang yang menjadi bahan analisis penulis di mulai
menjadi titik temu masa penulisan teks pada file no. DC290-DC293, berjumlah total 4
dengan manfaat yang dapat di bangun (empat) lembar naskah dengan asumsi
masa kini dan akan datang. 4x@2halaman=8 halaman. Kitab ini di berjudul
“Syarh Fī Bayān al-Majāz wa al-Tasybīh wa
al-Kinayah” sebagaimana yang tertulis di
ANALISISTASYBIH DALAM lembar muqaddimah teks. tiap halaman teks di
MANUSKRIP : penuhi oleh komentar panjang terkait tema inti
“Syarh Fī Bayān al-Majāz wa al-Tasybīhwa yang ada dalam teks inti dan biasanya lembar
al-Kināyah” kanan kiri halaman (hasyiyah) yang kosong di
penuhi dengan pembahasan tema inti
Pengantar berdasarkan sudut pandang beberapa
Peneliti akan menguraikan analisis tema tokoh/pakar di bidangnya.
tasybih yang di bahas dalam manuskrip
nusantara berjudul “Syarh Fī Bayān al-Majāz Sebagaimana judul lengkap teks adalah “Syarh
wa al-Tasybīhwa al-Kināyah”. Tahapan Fī Bayān al-Majāz wa al-Tasybīh wa al-
metode yang akan di gunakan di bagi ke dalam Kinayah”, maka tema yang di bahas dalam
2 (dua) tahapan penting, yaitu (1) penerapan kitab ini adalah 3 (tiga) bidang ilmu bayan
metodologi filologi : untuk membaca dan yaitu majaz, tasybih dan kinayah.
menganalisis teks secara utuh, dan (2) metode
deskriptif dengan pendekatan objektif : untuk
mengurai data yang ada dalam satu judul
naskah sesuai dengan deskripsi yang di
butuhkan.

Penulis membagi data tasybih yang ada dalam


manuskrip ini berdasarkan analisis pembahasan
pada tiap lembar naskahnya agar mudah
merujuk nya kembali pada gambar naskah
penelitian yang di tampilkan pada setiap data.

Gambar. 1 : lembar muqaddimah yang memuat


Deskripsi Manuskrip judul naskah
Berdasarkan informasi yang di dapat dari
bukuSupplement to the catalogue of theArabic
Manuscript, kitab “Syarh Fī Bayān al-Majāz
wa al-Tasybīh” tersimpan dalam koleksi
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017 7

Tahap Analisis Judul dan Penulis Utama َ ‫زيدَكالبدرَفيَالحسن‬


Teks Uraian penulis tentang contoh di atas, adalah :
Rujukan peneliti berdasarkan file naskah Kata‫زيد‬sebagai musyabbah (yang di serupakan),
A.504, lembar muqaddimah yang menuliskan al-badr sebagai musyabbah bih (yang di
judul teks ada pada file no.halaman DC.0276. serupai), ‫ ك‬sebagai adat al-tasybih (perangkat
Pada halaman ini penulis teks mengatakan penyerupaan), ‫الحسن‬sebagai wajh al-syibh
bahwa kitab konten (matan) ini berjudul : (kesamaan sifat yang ada pada tharafain)
“Risālah Lathīfah Fī bayān al-Majāz wa al-
Tasybīh wa al-Kināyah”, dan tidak ada nama Penulis lalu menyempurnakan penjelasan
penulisnya. Sedangkan pada lembar utama teks, contoh di atas dengan menguraikan jenis
penulis membuat pernyataan bahwa kitabnya tharafain, yaitu bahwa adakalanya tharafain
ini merupakan kitab komentar (syarh) dari terdiri hissiyain, yaitu sifat yang dapat di
kitab konten (matan) yang beliau tulis rasakan oleh salah satu panca indera seperti
sebelumnya. Dengan demikian, kitab ini penglihatan, pendengaran, penciuman,
memperlihatkan dua jenis karakter tersebut sentuhan, dan rasa. Maka dari contoh di atas
dengan memberikan penanda khusus untuk kata ‫زيد‬dan ‫البدر‬adalah hissiyain. Dan
membedakan antara matan dan syarh,yaitu adakalanya tharafain terdiri dari „aqlain, yaitu
menuliskan teks matan dengan tinta merah dan sifat yang tidak dapat di rasakan oleh salah satu
syarh dengan tinta hitam. Lalu di sempurnakan panca indera namun dapat kita temukan melalui
dengan kata pembuka dan kalimat syukur, tidak pemikiran dan analogi.
tertera nama penulis utama teks. Contoh yang tertera dalam teks adalah :
َ ‫العلمَكالحياة‬
Kata‫ العلم‬dan ‫ الحياة‬keduanya adalah perkara
yang hanya dapat di temukan maknanya
melalui pemikiran dan analogi.

Pada akhir pembahasan tentang kategori


tharafain ini, penulis teks memberikan contoh
tentang tasybih maqlub, yaitu tasybih yang
bermakna hiperbola dari tujuan tasybih pada
umumnya, seperti :
َ ‫العلمَنور‬-----------َ‫النورَكالعلم‬
Masuk pada pembahasan wajh al-syibh dan
jenisnya. Penulis teks menyatakan bahwa wajh
sibh kadangkala bersifat tunggal seperti kata al-
Gambar.2 : Lembar pertama penjelasan seputar
judul naskah yang merupakan naskah komentar dari syuja‟ dalam kalimat :
naskah konten sebelumnya yang beliau tulis َ ‫الرجلَكاألسدَفيَالشجاع‬

Analisis tasybih dalam Manuskrip


Data1 DC290 (Pengertian tasybih dan
kategori tharafain)
Pada lembar file naskah DC290, teori tasybih
di mulai setelah pembahasan tentang majaz
selesai di jelaskan oleh penulis teks, tidak ada
fasl/pemisah bab dalam teknik penulisan
tersebut. penulis secara langsung
menghubungkan pembahasan isti‟arah
makniyah yang merupakan bagian dari jenis
majaz dengan pembahasan tasybih, rukunnya, Gambar. 3 : Lembar Data 1
dan definisi singkat dari masing-masing rukun
tersebut. Dalam penjelasan yang sangat singkat Data 2 DC291 (kategori wajh al-syibh)
tentang tasybih, rukun dan kategorinya. Penulis Pada data DC291 ini, penulis teks memberikan
memberikan satu contoh sebagai berikut: beberapa contoh dari masing-masing kategori
wajh al-syibh berikut dengan penjelasannya
secara rinci, termasuk contoh kategori wajh al-
8 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017

syibh yang tidak bersifat tunggal meskipun ungkapan tasybih yang memiliki
tharafain nya terdiri dari perkara tunggal. kecenderungan membuang wajh al-syibh nya.
Namun, penyampaian penulis tentang kategori- seperti contoh :
kategori tersebut tidak terstruktur dengan baik َ ‫زيدَفيَالبدر‬
sehingga siapapun yang membaca teks ini akan Contoh tersebut adalah ungkapan tasybih yang
kesulitan memilah materi yang sebenarnya membuang wajh al-syibh nya atau dengan kata
ingin di sampaikan oleh penulis teks kecuali lain tasybih ini di beri nama sebagai tasybih
sebelumnya telah mempelajari tema-tema ini mujmal.
dengan baik dan membuat spesifikasi lebih Dan jika wajh al-syibh nya di sebutkan, maka
terstruktur. di beri nama tasybih mufashal, seperti contoh :
َ ‫زيدَكالبدرَفيَالحسن‬
Contoh kategori wajh al-syibh yang murakkab Penulis melanjutkan kategori tasybih yang
dari tharafain yang mufrad : membuang adat tasybih dan wajh syibhnya, di
َ ‫وقدَالجَفيَالصبحَالثرياَكماَيرىَكمنقودَمالحيتَحينَنور‬ beri nama tasybih baligh, seperti contoh :
Tharafainnya tunggal, terdiri dari kata َ ‫زيدَبدر‬
‫الثريا‬sebagai musyabbah nya, dan kata ‫منقود‬ Di sempurnakan dengan definisi tasybih
sebagai musyabbah bih nya. Sedangkan perkara muakkad, yaitu tasybih yang membuang adat
yang mengikatkan diri dengan tharafain tasybihnya, seperti halnya tasybih mursal yaitu
tersebut seperti kalimat َ‫وقدَالجَفيَالصبحَالثرياَكما‬ yang di sebutkan adat tasybihnya.
‫ يرى‬dan kalimat ‫كمنقود َمالحيت َحين َنور‬, tidaklah
merubah kategori ketunggalannya. Pada akhir lembar DC292 ini, penulis
mengulang pembahasan tentang di sebutkannya
Sampai akhir teks pada halaman ini, penulis wajh al-syibh dalam ungkapan dengan istilah
hanya menjelaskan tentang pembagian kategori dan mana lain, seperti nama tasybih qariban
wajh al-syibh yang di bagi ke dalam beberapa mubtadzilan untuk tasybih mufashal, dan
kondisi, seperti : tasybih ghariban untuk tasybih mujmal.
1. Wajh al-syibh nya murakkab, tharafain
nya mufrad: seperti di bahas pada contoh
di atas
2. Wajh al-syibh nya murakkab. tharafain
nya juga murakkab
3. Wajh al-syibh nya murakkab, tharafain
nya mukhtalifain (salah satunya mufrad
dan lain nya murakkab).

Gambar.5. Lembar Data 3

Data 4 DC293
Pada halaman pertama file data ini, penulis teks
melengkapinya dengan pembahasan contoh
tasybih gharibandan dantasybih qariban
mubtadzilan. Tidak banyak materi baru yang di
Gambar. 4 : Lembar Data 2 bahas pada file data ini, karena di lanjutkan
dengan pembahasan isti‟arah. Isti‟arah di
Data 3 DC292 (Pendapat Umum Tentang bahas dua kali, yaitu pada saat pembahasan
Wajh Al-syibh) majaz di awal DC. (lihat gambar.6)
Pada seperempat tulisan pertama DC292,
penulis teks masih melanjutkan penjelasan
seputar kategori wajh al-syibh berikut dengan
masing-masing contohnya. Baru setelah itu
masuk pada komentar tentang kondisi
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017 9

memenuhi halaman kanan kiri yang


kosong (hasyiyah) berbahasa Arab dan
merupakan pelengkap dari teks konten
yang ada, ini juga bagian dari tradisi
penulisan Arab. (3) tanda baca dalam
penulisan yang secara konsisten
menggunakan tanda baca yang biasa di
letakkan oleh penulis Arab, seperti
penggunaan ‫ صح‬di atas kata yang benar
untuk menyatakan koreksian pada kata
yang salah sebelumnya, lalu peletakan satu
kata di footer tiap halaman akhir sebagai
penanda halaman tersebut terhubung
Gambar.6 : Lembar data 4 dengan halaman selanjutnya pada lembar
berikutnya dan ini biasa di sebut dengan
ta‟qibah.
SIMPULAN DAN SARAN 3. Penulisan materi tasybih yang ada pada
manuskrip ini tidak terstruktur dengan
Simpulan baik, buktinya adalah beberapa materi
Dari uraian analisis peneliti di atas tentang terualang dalam beberapa halaman teks
tema tasybih yang ada pada manuskrip seperti materi isti‟arah yang ada pada
nusantara berjudul “ Syarh Fī Bayān al-Majāz pembahasan majaz dan di sebutkan
wa al-Tasybīh wa al-Kinayah”, berikut ini kembali pada pembahasan tasybih, juga
adalah kesimpulan penelitian yang dapat dengan contoh dan analisis yang sama
peneliti sajikan : persis. Lebih dari itu, pembagian jenis
1. Berdasarkan analisis judul naskah melalui tasybih tidak lengkap, peneliti tidak
penelusuran metodologi filologi, maka menemukan pembahsan tentang jenis
secara lengkap penulis teks tasybih dhimni yang seharusnya muncul
menyebutkannya dengan judul “SyarhFī berdampingan dengan jenis tasybih
Bayān al-Majāz wa al-Tasybīh wa al- maqlub, juga jenis tasybih tamtsil dan
Kināyah”. Kitab ini merupakan kitab ghair tamtsil yang sama sekali tidak di
komentar (syarh) atas kitab sebelumnya bahas dalam naskah ini. padahal jenis-
yang juga I tulis oleh penulis teks yang jenis tasybih tersebut adalah informasi
sama berjudul “ Risālah Lathīfah Fī bayān penting dan mendasar untuk pengetahuan
al-Majāz wa al-Tasybīh wa al-Kināyah. pembelajar ilmu balaghah.
Berjumlah total 67 lembar, dua sisi (bolak 4. Contoh-contoh yang di hadirkan oleh
balik),terdiri dari 15 baris untuk masing- penulis teks sebenarnya sangat detail dari
masing halaman nya kecuali pada lembar masing-masing kategori, hanya saja
pembuka, halaman judul, dan lembar beberapa contoh adalah pengulangan dari
ikhtitam/penutup. Tidak ada informasi yang sebelumnya. Artinya, diksi yang di
seputar penulis teks dan tahun penulisan gunakan sangat terbatas dan rasanya tidak
teks. Naskah ini bernomor file A.504, mewakili kebiasaan gaya para penulis
tersimpan dalam koleksi manuskrip Arab pada umumnya.
nusantara di Perpustakaan Nasional RI,
Salemba-Jakarta.
2. Naskah ini adalah naskah skrip Arab yang UCAPAN TERIMA KASIH
di tulis berbahasa Arab dan besar dugaan
bahwa penulisnya adalah pakar bahasa TERHATUR TERIMA KASIH KEPADA
Arab Timur Tengah. Dasar dugaan LP2M UNIVERSITAS AL-AZHAR
tersebut muncul dari gaya penulisan yang INDONESIA YANG TELAH MEMBERIKAN
muncul pada teks konten yang dominan di DUKUNGAN PENUH SEHINGGA
pakai oleh para penulis Arab, seperti : (1) PENELITIAN INI DAPAT TERLAKSANA
teks konten berwarna merah, sedangkan SESUAI RENCANA DAN TARGET
teks komentar berwarna hitam. (2)
komentar-komentar yang muncul
10 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017

DAFTAR PUSTAKA [5]. Manuskrip Nusantara berjudul “ al-Majaz


wa al- Tasybih”, Perpustakaan Nasioanal
[1]. Jarim, Ali dan Musthafa, Al-Balaghah al- RI
Wadhihah, maktabah al-Mishriyah, Cairo, [6]. al-Maraghi,Ahmad Mustafa, „Ulum al-
Egypt, 1989 Balaghah, Maktabah al-Misr al-Jadidah,
[2]. Al-Munajjid, Shalah al-Din, Qawaid Cairo Egypt
Tahqiq al-Turats, Jami‟ah al-Dual al- [7]. Al-Qazuwaini, Al-Idhah fi al-„Ulum al-
Arabiyyah, Mohamdesein, Cairo, Egypy, Balaghah, Dâr el-Fikr, Lubnan
1987 [8]. Al-Jurjani, Abd al-Qaher, Asrar al-
[3]. Harun, Abd Salam, Tahqiq al-Nushus wa balaghah, Daar al-Madani, Jeddah, Saudi
Nasyruha, Maktabah al-Kahnjiy al- Arabia, 1999
„Arabiy, Misr al-Jadid, Cairo, Egypt, 1999 [9]. Dhayf,Syauqi, al-Adab „Arabi Fi „Ashr al-
[4]. Rasyid, Mohammed, Al-Madkhal fi „ilm Jahiliy Wa al-Shodr al-Islami, Daar al-
Al-Balaghah, Maktabah Dār al-Fikr, Fikr, Lebanon
Lebanon

Anda mungkin juga menyukai