Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


TASAWUF
DOSEN PENGAMPU : MUH. GITO SAROSO, S. Ag., M.Ag.

DI SUSUN OLEH :
AFIFAH CHANTIKA LUTHFI (11836017)
CHYNTIYA SANNY MASRUROH (11836010)
IRA NORMA PERTIWI (11836016)

FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) PONTIANAK


2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur alhamdullilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas curahan nikmat iman,
islam, dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sejarah dan
Perkambang Tasawuf ini dengan tepat waktu.
Sholawat dan salam semoga tetap tersanjungkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang kita harapkan barokahnya di dunia dan syafaatnya di akhirat.Ucapan
terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada Bapak selaku Dosen dengan mata kuliah
Akhlak Tasawuf yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalah ini dapat
memberikan dan menambah pengetahuan serta wawasan kepada kita semua tentang
sejarah dan perkambangan tasawuf.
Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kelemahan
dan kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
sekalian demi peningkatan kualitas makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pontianak, 12 September 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan................................................................................. 1
BAB II ISI.......................................................................................................... 2
A. Latar Belakang Lahirnya Tasawuf.......................................................... 2
B. Perkembangan Tasawuf dari Munculnya Hingga Sekarang.................... 6
C. Tokoh-tokoh Tasawuf pada Setiap Periode............................................ 13
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 16
A. Kesimpulan.............................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................................ 16
Daftar Pustaka.................................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci sekaligus pedoman hidup umat isalm. Di dalam Al-Qur’an
terdapat berbagi perintah, larangan dan aturan-aturan dalam menjalani hidup.Oleh karena
itu muncul berbagai ilmu, diantaranya yaitu ilmu tasawuf.
Tasawuf merupakan ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan
jiwa dan menjernihkan akhlaq secara lahir batin untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.Orang yang bertasawuf disebut sufi, kehidupan sufi telah ada pada diri Rasulullah
S.A.W dan para sahabat-sahabatnya. Meskipun pada saat itu belum mengenal istilah
tasawuf.
Istilah tasawuf dan sufi baru muncul pertama kali di perkenalkan pada generasi tabiin.
Hasan Al-Bashri, seorang tabiin terkemuka mengatakan:”Aku melihat seorang sufi sedang
thawaf mengitari baitullah, aku memberinya sedikit perbekalan namun dia menolaknya
seraya berkata aku masih memiliki persediaan”. Sejak itu istilah tasawuf dan sufi terus
diperkenalkan hingga sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang lahirnya tasawuf?
2. Bagaimana perkembangan tasawuf dari munculnya hingga sekarang?
3. Siapa tokoh-tokoh tasawuf pada setiap periodenya?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui latar belakang lahirnya tasawuf.
2. Mengetahui perkembangan tasawuf dari munculnya hingga sekarang.
3. Mengetahui tokoh-tokoh tasawuf pada setiap periodenya.
BAB II
ISI

A. Latar Belakang Lahirnya Tasawuf


Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri
dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan
Allah Swt.[1] Ada beberapa asumsi mengenai latar belakang lahirnya tasawuf dalam islam.
Asumsi yang dimaksudkan adalah pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf bersumber
dari ajaran non islam. Asumsi-asumsi itu, antara lain mengatakan bahwa tasawuf islam
berasaldari :
1. Ajaran kristen ( Nasrani )
Di dalam ajaran Kristen ada paham yang menjauhi duniawi atau hidup mengasingkan diri
dalam biara. Dalam sejarah Arab memang terdapat tulisan-tulisan tentang para rahip yang
mengasingkan diri di padang pasir Arabia. Lampu yang mereka pasang malam hari menjadi
petunjuk jalan kafilah yang lalu, kemah mereka yang sederhana menjadi tempat berlindung
bagi orang yang kemalaman dan kemurahan hati mereka menjadi tempat memperoleh
makan bagi musafir yang kelaparan. Asumsi itu mengatakan lebih jauh bahwa zabid dan sufi
islam yang juga meninggalkan hidup duniawiatau memilih hidup sederhana dan
mengasingkan diri adalah jelas itu pengaruh cara hidup para rahib Kristen tersebut.
Ringkasnya, ajaran-ajaran tasawuf yang dikatakan berawal dari agama Masehi itu :
a. Sikap fakir, karena Nabi Isa adalah orang fakir; dan kitab Injil disampaikan kepada
orang fakir sebagaimana beliau pernah berucap dalam Injil Matius: “Beruntunglah kalian
orang-orang miskin karena bagi kalianlah kerajaan Allah... Beruntunglah kalian orang-orang
yang lapar karena kalian akan kenyang.”
b. Sikap tawakal, karena para pendeta telah mengamalkannya dalam sejarah hidup
mereka sebagaimana dikatakan dalam kitab injil: “perhatikanlah burung-burung di langit,
tetapi tidak pernah berduka cita pada waktu susah. Bapak kamu di langit memberi kekuatan
kepadanya, bukankah kamu lebih mulia dari burung?”
c. Fungsi syech, mursyid atau guru. Syeck dalam ajaran tasawuf menyerupai fungsi
pendeta dalam agama Nasrani, hanya saja bedanya pendeta mempunyai wewenang untuk
menghapus dosa.
d. Selibasi, yaitu menahan diri untuk tidak kawin. Perkawinan dianggap sebagai
penghalang perhatian terhadap Tuhan, karena bagi orang sufi sesaat saja lupa pada allah
dianggap dosa.
2. Teori Filsafat
Filsafat mistik Pythagoras mengatakan bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada di
dunia sebagai orang asing. Untuk memperolehnya, manusia harus membersihkan roh
dengan meninggalkan hidup duniawi yang serba materialis. Aristoteles, kata Nicholson
merupakan pribadi yang amat berpengaruh di kalangan filosof muslim. Semenjak orang
Arab memperoleh pengetahuan pertamanya mengenai Aristoteles dari kaum pemberi
komentar (komentator ) Neo Platonisme maka sistem yang kemudian mereka akrabi adalah
Porphyry dan Proclus, yang kemudian disebut dengan teologi dari Aristoteles.
Dinyatakan bahwa gagasan mistik Yunani memang cukup tersebar sehingga mudah ditemui
dan diserap oleh umat islam yang tinggal di Mesir, Asia Barat, dimana ahli teosofi sufi
memperoleh bentuknya yang pertama. Salah seorang yang penting adalah Zu al-nun al-Misri
yang dikenal sebagai filosof dan ahli kimia. “sedang mengudara” seperti yang dikatakan
Reynold A. Nicholson dalam pengantarnya yang terkenal untuk lirik puisi Rumi tahun 1898
yang sampai kini tidak ada tandingnya di bidang tasawuf. Oleh karenanya bentuk asli
tasawuf “merupakan hasil asli islam itu sendiri”. Islam mendapat pengaruh pemikiran
ketimuran kuno, dan Kristen, tentunya sejumlah pengaruh yang mungkin telah memusuhi
islam bahkan tahap awal.
Jika dilihat dari sejarahnya, kebudayaan Yunani masuk ke dunia islam pada akhir dinasti
Umayyah dan puncak perkembangannya masa dinasti Abbasiyah.

3. Unsur India
M. Horten berpendapat bahwa tasawuf berasal dari pikiran India. Sedang Hartman
mengemukakan bahwa:
a. Kebanyakan generasi pertama sufi bukan berasal dari Arabia
b. Kemunculan dan penyebaran tasawuf untuk pertama kalinya adalah di Khurasan
c. Turkistan merupakan pusat pertama berbagai agama dan kebudayaan Timur dan Barat
d. Kaum muslimin sendiri mengakui adanya pengaruh India
4. Unsur Persia
Di antara para orientalis ada yang berpendapat bahwa tasawuf berasal dari persia. Thoulk,
misalnya seorang orientalis abad ke-19 menganggap bahwa tasawuf di timba dari sumber
Majusi, dengan alasan bahwa sejumlah besar orang-orang Majusi di Iran Utara, setelah
penaklukkan islam, tetap memeluk agama mereka dengan banyaknya tokoh sufi yang
berasa dari sebelah utara kawasan Khurasan. Di samping kenyataan bahwa sebagian pendiri
aliran-aliran tasawuf angkatan pertama berasal dari kelompok orang-orang Majusi.
Demikian beberapa asumsi tentang asal-usul, dasar atau sumber tasawuf, yang di
kemukakan oleh para orientalis yang berminat terhadap mistisisme dalam islam. Al-
Taftazani mengatakan bahwa sejak permulaan abad ke-19 sampai akhir-akhir ini telah
bercorak ragam pendapat para orientalis yang menaruh perhatian terhadap tasawuf,
tentang asal-usul dan sumber tasawuf. Generasi pertama para orientalis, katanya cenderung
merujukkan tasawuf pada satu sumber, sementara generasi terakhir cenderung menolak
gagasan sumber yang hanya satu itu. Hal ini telah di kemukakan oleh R.A Nicholson sebagai
berikut:
“kajian modern membuktikan bahwa asak-usul tasawuf tidak bisa di rujukkann terbatas
pada satu sebab. Karena, seorang pengkaji yang jujur tidak akan bisa menerima berbagai
generalisasi yang di lakukan, misalnya bahwa tsawuf adalah reaksi intelektual arya terhadap
agama Semitis yang menaklukkanya, atau tasawuf tidak lain dari hanya hasil murni pikiran
Persia dan India.
Generalisasi semacam ini, walau mungkin sebagian memiliki kebenaran, namun pada
dasarnya telah mengabaikan prinsip bahwa dalam menetapkan kaitan historis antara (fakta-
fakta) A dan B tidak cukup dengan mengemukakan kesesuaianya antara satu dengan yang
lainnya, tanpa menunjukkan bahwa pada saat yang sama bahwa: (1) hubungan antara A dan
B adalah riil, sehingga membuat hubungan yang di asumsikan itu menjadi hal yang mungkin,
dan (2) asumsi yang di ajukan sama dan sebangun dengan semua realitas yang sebenarnya
meyakinkan.
Pada kenyataanya teori-teori yang di kemukakan tersebut tidak memenuhi persyaratn-
persyaratan itu. Apabila tasawuf tidak lain hanyalah sebuah revolisi dari semangat Arya,
maka bagaimana kita dapat menjelaskan kenyataan yang ada bahwa sebagian besar tokoh-
tokoh tasawuf berasal dari Syria dan Mesir, yang notabenenya adalah bangsa Arab.
Demikian pula, apabila di kemukakan tentang pengaruh ajaran Budha atau Veda ( kitab suci
agama Hindu ), maka yang berpendapat demikian sudah melupakan satu fakta penting,
yaitu bahwa pengaruh India ( Hinduisme dan Budhisme ) terhadap peradaban Islam
sebenarnya baru terjadi belakangan, yakni tatkala ilmu kalam, filsafat dan sains di kalangan
umta islam telah berhasil menunjukkan keunggulanya, justru ketika lahan budaya yang ada
sudah di penuhi oleh budaya Hellenistik.

B. Perkembangan Tasawuf dari Munculnya Hingga Sekarang


Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan munculnya agama Islam itu sendiri,
yaitu semenjak Nabi Muhammad Saw. diutus menjadi rasul untuk segenap umat manusia
dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah juga menunjukkan bahwa pribadi Muhammad
sebelum diangkat menjadi rasul telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di
Gua Hira, untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Makkah yang sibuk dengan hawa
nafsu keduniaan. [3]
Pada masa setelah Rasulullah Saw dan sahabat-sahabatnya wafat, orang-orang ingin
mempertahankan gaya hidup dan kesederhanaan di masa Rasulullah. Mereka bersikap
i’tizal, yakni menjauhkan diri atau mengasingkan diri dari kemewahan hidupdunia itu.
Mereka ini dikenal dengan “kaum zuhud”. Gerakan hidup zuhud ini mulai nyata kelihatan di
Kufah dan Basrah di Irak. Dari Basrah dan Kufah, gerakan zuhud ini menyebar ke seluruh
penjuru dunia Islam.
Dalam Perkembangan Selanjutnya gerakan zuhud ini berubah menjadi aiiran “mistik”.
Ajaran mistik yang direformuiasikan oieh segoiongan umat isiam dan disesuaikan dengan
ajaran Islam ini disebut dengan tasawuf. Di dalam tasawuf pengalaman ajaran mistik dijiwai
dan diabdikan bagi pengembangan keruhanian Islam. Menurut para peneliti, sebelum habis
abad ke-2 Hijriah mulai terdengar kata-kata tasawuf. Ahli kebatinan yang mula-mula sekaii
digeiari sufi iaiah Abu Hasyim al-Kufi (W. 150 H).[4]
Meskipun pada saat itu sudah terdengar kata-kata sufi, tetapi belum berarti telah lahir
sistem tasawuf sebagai ilmu, ia masih dalam perkembangan dari zuhud ke arah tasawuf.
Perkembangan zuhud ke arah tasawuf sebagai ilmu yang sistematis mulai tampak pada
permulaan abad ke-3 Hijriah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Hamka sebagai berikut:
”Waktu permulaan tumbuhnya, tasawuf belum menjadi suatu ilmu yang teratur atau filsafat
yang tersusun. Demikianlah pertumbuhannya sampai kepada penghujung dari abad ke-2.
Lepas abad ke-2, dan masuk abad ke-3 barulah ia menjadi ilmu yang tersusun dengan
beberapa kaifiat dan cara-cara tertentu”.
Memang sangatlah sulit untuk menetapkan secara tepat kapan peralihan gerakan zuhud ke
tasawuf. Sebab, perkembangan pemikiran jelas tidak tunduk di bawah batasan waktu yang
ketat. Yunasril Ali secara kronologis-historis membagi pertumbuhan dan Perkembangan
tasawuf dari masa ke masa.[
1. Periode I Masa Rasulullah Saw (13 sebelum Hijrah- 11 H)
Dalam sejarah perkembangan tasawuf, kehidupan Rasulullah Saw dianggap sebagai cikal
bakal kehidupan ruhani. jumhur ulama sufi (shufyyun) sepakat bahwa Rasulullah Saw dan
kehidupannya merupakan sanad pertama dalam transmisi tasawuf. Memang, istilah tasawuf
pada masa Rasulullah Saw belum pernah dikenal-bahkan jauh setelah kehidupan Nabi,
namun secara praksis (amaliyah), Nabi Saw telah menunjukkan dan melakukan praktik
kehidupan ruhani (spiritual), yang saat ini dikenal dengan praktik tasawuf. Banyak contoh
yang ditunjukkan dan dilakukan Nabi Saw.
Di antara contoh dalam kehidupan ruhani Nabi Muhammad Saw. dapat ditunjukkan di sini,
bahwa pada setiap bulan Ramadhan Nabi tidak pernah absen untuk melakukan tahannuts
dan khalwah di Gua Hira untuk mendapatkan hidayah dan bimbingan dari Allah Swt. Karena
dengan begitu, kebersihan hati dan jiwa akan terjaga sehingga kebenaran sejati akan cepat
didapatkan, sampai akhirnya beliau didatangi malaikat Jibril a.s. untu menyampaikan wahyu
pertama dari Allah Swt., yaitu Surat Al-‘Alaq (96): 1-5.
2. Periode II Masa Sahabat (11 H-40 H)
Banyak contoh yang dilakukan para sahabat yang mencerminkan perilaku kesufian. Abu
Bakar misalnya, diceritakan pernah menyumbangkan banyak unta kepada Nabi Saw untuk
kegiatan perjuangan lslam, sehingga ia tidak meninggalkan satu ekor pun unta untuk dirinya,
akhirnya ia menjadi seorang miskin yang kadang-kadang harus menderita kelaparan. Tatkala
Nahi bertanya kepadanya, “Apakah yang tinggal padamu lagi, jika seluruh unta ini kau
sumbangkan?” Ia menjawab: “Cukup bagiku Allah dan Rasul-Nya” . Tentang arti takwa, yakin
dan rendah hati, dapat dilihat dari ungkapannya: “Kami mendapat kedermawanan dalam
takwa, kecukupan dalam yakin dan kehormatan dalam rendah hati”. Tentang ma'rifah ia
katakan: “Barangsiapa merasakan sesuatu dari pengenalan terhadap Allah secara murni, dia
akan lupa segala sesuatu selain Allah, dan menyendiri dari semua manusia”. Al-Junaid
pernah berkomentar tentang Abu Bakar, ia katakan: “Ungkapan terbaik dalam hal tauhid
ialah ucapan Abu Bakar as-Shiddiq: “Maha Suci Dzat yang tidak menciptakan jalan bagi
makhluk untuk mengenal-Nya, melainkan ketidakmampuan mengenal-Nya.”
‘Umar ibn al-Khattab,’Usman ibn ‘Affan, dan Ali Ibn Abi Thalib juga tidak kalah dalam
menonjolkan perilaku tasawuf. Dengan demikian, perilaku tasawuf pada masa ini memeng
teguh pada ajaran keruhanian yang bersumber dari Al-Quran dan meneladani Rasulullah
Saw.
3. Periode III Masa Taba’in (41 H-100 H)
Para sufi dari kalangan taba’in adalah murid-murid dari para sahabat Nabi Saw. Di antara
tabi’i dalam generasi ini, yang sering dianggap sebagai peletak dasar ajaran tasawuf adalah
Hasan al-Basri, murid terdekat dari Hudzaifah bin al-Yaman. Al-Basri dianggap sebagai orang
Pertama yang merintis ilmu tasawuf dan mengajarkan ilmu ini di Masjid Basrah. Ajaran-
ajaran tasawuf beliau senantiasa berjalan selaras dengan Al-QUran dan Al-Hadis, karena
memang Al-Basri adalah seorang ahli Hadis dan ahli Fikih yang mempunyai mazhab sendiri.
Beliau pernah bertemu dengan 70 orang sahabat yang ikut Perang Badar dan 300 orang
sahabat lainnya. Pandangan yang amat teguh dipegangnya ialah zuhud, raja', dan khauf. Al
Basri tidak terpengaruh oleh gangguan benda dunia yang telah mulai menulari sebagian
kaum Muslimin dewasa itu. Al-Basri juga tidak suka menjadi seorang pejabat, takut
terganggu urusan agamanya.
Tasawuf pada masa ini masih menurut jiwa Al-Quran dan praktik hidup Rasulullah Saw yang
diteladani oleh sahabat-sahabat beliau. Dari para sahabat-sahabat inilah para tabi’in
mencontoh cara hidup Rasulullah Saw. Di masa tabi’in ini pelajaran tasawuf sudah mulai
diajarkan dalam bentuk disiplin ilmu.
4. Periode IV Masa Penyebaran Tasawuf (100 H-450 H)
Pada masa ini perkembangantasawuf cukup pesat. Hal ini ditandai dengan munculkan
golongan ahli tasawuf yang menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa itu.
Mereka membaginya menjadi 3 macam, yaitu tasawuf yang berintikan ilmu jiwa, ilmu
aklhak, dan metafisika.[9] Pada masa ini dalam mengabdi kepada Tuhan, orang sudah
banyak dipengaruhi oleh perasaannya sendiri hingga terkadang mereka suka berlebih-
lebihan dalam beribadah. Bahkan orang mulai membenci dunia. Hingga muncullah para sufi
wanita, salah satu sufi wanita terbesar pada zaman itu ialah Fatimah Nisyapuri.Ia berasal
dari Khurasan dan sezaman dengan Abu Yazid Al-Basthami.Fatimah tinggal di Makkah dan
sering melakukan perjalanan ke Yerussalem.
Tasawuf pada masa ini sudah mulai mengembangkan sayapnya ke luar tanah Arab, seperti
ke Iran, India, Afrika, dan lain-lain. Tasawuf pada masa ini, menurut Yunasrii Ali ditandai
dengan hal-hal berikut.
1. Tumbuhnya tarekat-tarekat, yaitu menentukan dzikir-dzikir untuk diamalkan di dalam
zawiyah-zawiyah. Tarekat-tarekat yang timbul pada periode ini antara lain: Tarekat as-
Suqtiyah, yang nisbatkan kepada Sirri as-Suqti; Tarekat Khazzariyah, yang dinisbatkan
kepada Abu Sa'ida al-Khazzar; Tarekat Nuriyah, yang dinisbatkan kepada Abul Husain an-
Nuri; dan Tarekat Malamatiyah, yang dinisbatkan kepada Al-Qashshar.
2. Mulai masuknya ajaran filsafat ke dalam tasawuf. Al-fana’ dan al-baqa', al-ittihad, al-
hulul, dan Nur Muhammad adalah pengaruh dari ajaran-ajaran filsafat Hindu, Kristen,
Majusi, dan Neo-Platonisme, yang ramai dipelajari saat itu.
3. Masuknya pengaruh Syi'ah atas jiwa tasawuf sehingga timbullah ajaran-ajaran tentang
wali. Ada yang disebut Wali Quthub dan Ghauts, Abdal, Autad, Nujaba’, Nuqaba' dan
sebagainya. Semua ini merupakan pengaruh ajaran tentang konsepsi imamah pada Syi'ah,
yang selalu menunggu kedatangan seorang imam.
5. Periode V Masa Pencerahan Tasawuf
Pada periode ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dari pada periode
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh usaha maksimal para ulama tasawuf untuk
mengembangkan ajaran tasawufnya. Pada periode ini hadir tokoh bernama Al-Ghazali.
Beliau telah membawa tasawuf kepada corak dan karakteristik yang khas sunni.
Kehadiran Al-Ghazali (450-505 H./1057-1 1 11 M.) dalam panggung sejarah tasawuf, telah
membawa tasawuf kepada corak dan karakteristik yang khas Sunni. Tasawuf yang selama
periode sebelumnya seakan dipertentangkan dengan fikih, ilmu kalam, dan bahkan dengan
filsafat, maka atas peran Al-Ghazali, tasawuf dapat dipertemukan kembali dengan domain
kajian Islam lainnya, khususnya dengan fikih dan kalam.
Sebagaimana yang sering dijumpai pada aspek tasawuf, penekanan yang paling penting
adalah pada aspek mistik sehingga dalam waktu bersamaan seakan-akan aspek syariat
diabaikan, dan lebih mementingkan aspek batin. Inilah-yang membuat kaum Sunni marah
karena dengan hanya mementingkan aspek batin dan mengabaikan aspek syariat, berarti
tidak lagi mengikuti ajaran Islam secara totalitas. Hal yang demikian itu dianggap telah
menyimpang dari tuntunan Islam-setidaknya menurut kaum Sunni. Hal ini juga yang
kemudian menimbulkan suatu gerakan yang ingin mengintegrasikan dan membangun
kesadaran mistik dengan syariat. Di samping itu, juga ada yang merintis tradisi baru sufisme
yang dianggap moderat ini.
Di samping as-Sarraj ath-Thusi dengan kitab al-Luma’-nya dan Al-Kalabadzi dengan kitabnya
at Ta'arruf li Mazhab Ahl at Tashawwuf. Kemudian diikuti Al-Qusyairi dengan ar-Risalat al-
Qusyairiyah-nya pada tahun 438 H. Juga ada gerakan memuncak pada periode setelahnya,
dengan tokoh besarnya Al-Ghazali melalui karya monumentalnya Ihya` ‘Ulum ad-Din”, telah
berhasil memberikan corak baru dalam tasawuf tidak mengabaikan aspek lainnya, yaitu
aspek aqidah dan syariat.
Al-Ghazali merupakan tokoh hebat yang berhasil mengembalikan kondisi umat di saat
berada pada kondisi tidak menentu dalam pemahaman dan pengalaman keagamaannya. Al-
Ghazali telah berhasil membangun kosep keilmuan kajian Islam secara komprehensif dan
integratis (antara kalam/aqidah, fikih/syariat, dan tasawuf).
6. Periode VI Masa Kejayaan Tasawuf Falsafi (550 H-700 H)
Al-Ghazali telah dikenal sebagai tokoh yang telah berhasil mengintegrasikan antara akidah,
syariat, dan tasawuf. Namun dalam perkembangan selanjutnya, Husain Manshur al-Hallaj,
seorang tokoh sufi falsafi yang menggabungkan antara tasawuf dan unsur filsafah, menjadi
tandingan Al-Gazali serta sangat berpengaruh pada periode ini. Tokoh lain pada periode ini
yaitu: As-Suhrawarni, Ibnu ‘Arabi, Ibn al-Farid, dan Ibnu Sab’in.
Terdapat tasawuf paham wujudiyah yang dipegang oleh Ibnu Sab’in, dan kemudian terus
tumbuh subur di Persia. Walaupun di negeri-negeri lain sudah mulai mengalami
kemunduran karena mendapat tekanan dari para pemurni Islam.
7. Periode VII Masa Pemurnian Tasawuf (700 H- Sekarang)
Menurut catatan yang dihimpun oleh Yunasril Ali, pada periode VII ini munculnya para
pemurni Tasawuf Islam yang menghapuskan ajaran-ajaran tasawuf yang berbau syirik,
bid'ah, dan khurafat. Bahkan bukan hanya bergerak pada aspek tasawuf semata, melainkan
pula bergerak pada ilmu-ilmu lainnya. Para pemurni mengoreksi dan menghapuskan segala
hal yang dipandang bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Sunnah.
Memang secara historis, semenjak meninggalnya al-Ghazali, tasawuf telah mengalami
distorsi. Tasawuf telah banyak bergesekan dan bahkan bercampur-baut dengan filsafat-
filsafat Yunani, Hindu, Persia dan filsafat-filsafat lain. Di samping itu, menurut para pemurni
tersebut, masuk pula perasaan-perasaan yang mendorong manusia untuk memperkuat
ibadah dan perasaannya sendiri tanpa menurut ajaran yang telah didasarkan pada Al-Quran
dan Al-Sunnah, sudah terlepas dari trilogi ajaran Islam, yaitu aqidah-syariat-tasawuf. [15]
C. Tokoh-tokoh Tasawuf Pada Setiap Periode
Berikut nama tokoh tasawuf beserta ajarannya:
Periodesasi Tasawuf
Tokoh-tokoh Tasawuf
Penekanan Ajaran
Periode I: Masa Rasulullah Saw.
(13 sebelum H-11 H)

Nabi Muhammad Saw.


· Berupa haliyah-amaliyah, amalan/ibadah keruhanian yang dilakukan dalam hidup dan
kehidupan Nabi Saw; thannuts, khalwab, perilaku zuhud Nabi Saw, dan lain-lain.
Periode II:
Masa Sahabat (11 H-40 H)

Abu Bakar ash-Shiddiq, 'Umar ibn al-Khartab, ‘Usman ibn ‘Affan, 'Ali ibn Abi 'Ihalib, Abu
‘Ubaidah ibn al-Jarrah, Sa'id ibn ‘Amr, Abdullah ibn al-Mas'ud, Abu Dzar al-Ghifari, Salim
Maula, Abu Hudzaifah, 'Abdullah ibn 'Umar, Miqdad ibn al-Aswad, Salman al-Farisi, dan lain
sebagainya.

· Perilaku hidup dan kehidupan zuhud, yang senantiasa berpegang teguh kcpada Al-
Qur’an dan Al-Sunmh (perilaku Nabi Saw).
Periode III: Masa Tabi'in (40 H-100 H)
Hasan al-Basri, Rabi'ah al‘Adawiyah, Ibrahim bin Adzham, Sufyan bin Sa’id ats-Tsauri, Daud
ach-Thai, Malik bin Dinar, Tsabit al-Banani, Ayub as-Sakhtayani, Muhammad bin Wasi’,
'Ihaus, Rabi' bin Khaitsam, dan lain-lain.

· Berupa konsepsi tentang zuhud, raja', khauf, mahabbah; yang senantiasa berkelindan
dengan Al-Quran, Al-Sunnah, dan tradisi sahabat.
· Mulai diajarkan tentang tasawuf dalam bentuk disiplin ilmu.
Periode
IV: Masa Penyebaran Tasawuf ( 100 H-450 H)

Ma'ruf al-Karkhi (w. 201 H.), Sulaiman ad-Darani (w. 215 H.), Abul Faidh Dzun Nun bin
Ibrahim al-Mishri (w. 240 H), Harits alMuhasibi (w. 243 H.), Abul Hasan Sirri as-Siqti (w. 253
H.), Abu Yazid aJ-Bisthami (w. 261 H.), Abu Hamzah Muhammad bin Ibrahim ash-Shufi (w.
269 H.), Sahl bin Abdillah at-Tustari (w. 283 H.), Yahya bin Ma'az, al-Junaid alBaghdadi (w.
297 H.), Husain bin Mansur al-Hallaj (w. 309 H.).

· Tasawuf telah berkembang cukup pesat, dengan adanya segolongan ahli tasawuf
menyelidiki inti ajaran tasawuf, sehingga tasawuf dapat diklasifikasi kajiannya ke dalam ilmu
jiwa, akhlak, dan metafisika.
· Tasawuf sudah memiliki corak tersendiri. Para sufi sudah ingin menguasai perasaannya
sendiri dan berusaha memisahkan diri dari dunia.
· Tumbuhnya kelompok-kelompok tarekat.
· Pengaruh filsafat dan Syi'ah sudah mulai masuk ke dalam konsepsi tasawuf.
Periode V: Masa Pencerahan Tasawuf (450 H-550 H)
Musa al-Anshari, Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali (tokoh paling berpengaruh), Abu
Zaid al-Adami, Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab, dan lain-lain.

· Tasawuf telah berkembang lebih pesat lagi jika dibandingkan dengan periode
sebelu,nya, dengan munculnya beberapatokoh fenomenal (Al-Ghazali), yang sangat
berpengaruhpada perkembangan tasawuf masa-masa berikutnya.
Periode VI: Masa Kejayaan Tasawuf Falsafi (550 H- 700 H)
As-Suhrawardi, Ibn ‘Arabi, ibn al-Farid, dan ibn Sab’in.
· Tasawuf falsafi telah menemukan momentumnya dengan hadirnya tokoh sufi Husain
Manshur al-Hallaj.
Periode VII: Masa Pemurnian Tasawuf (700 H- sekarang)
Ibnu Taimiyah al-Harrani (661-728 H./l263-1328 M.), Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (691-751 H),
Muhammad bin Abdul Wahab (1112-1198 H./1703-1783 M.), Sidi Muhammad as- Sanusi
(1206-1275 H/1791-1859 M.),Jamaluddin al-Afghani (1839-1897 M.), Syekh Muhammad
Abduh (1849-1905 M.), Muhammad Iqbal (1873-1938 M), dan lain-lain.

· Tasawuf falsafi sebagaimana yang berkembang pada periode VI dianggap telah


menyimpang dari ketentuan syariat, karena telah kemasukan unsur-unsur filsafat.
· Oleh karena itu harus dilakukan pemurnian terhadap ajaran tasawuf tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada berbagai asumsi mengenai latar belakang lahirnya tasawuf dalam Islam. Asumsi yang
dimaksud di sini adala pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf itu bersumber dari ajaran
di luar ajaran Islam yang masuk ke dalam dan menjadi ajaran Islam. Asumsi-asumsi itu
antara lain: ajaran Kristen (Nasrani), teori filsafat, unsure India, dan unsure Persia.
Setelah menjadi ajaran Islam tasawuf terus berkembang seiring perkembangan zaman.
Mulai dari zaman Rasulullah Saw hingga saat ini. Secara garis besar sejarah perkembangan
tasawuf dibagi menjadi 7 periode/masa, yaitu: masa Rasulullah Saw, masa sahabat, masa
Tabi’in, masa penyebaran tasawuf, masapencerahan tasawuf, masa kejayaan tasawuf filsafi,
serta masa pemurnian tasawuf.
Dalam setiap periode/masa perkembangan tasawuf terdapat berbagi tokoh yang memiliki
peran penting. Di antara tokoh-tokoh tersebut yaitu: Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar ash-
Shiddiq,’Umar ibn al-Ktattab, ‘Usman ibn ‘Affan, ‘Ali ibn Abi Thalib, Hasan al-Basri,
Muhammad al-Ghazali, ibn al-Farid, Ibnu Taimiyah al-Harrani, Muhammad Iqbal, dan tokoh-
tokoh lainnya.

B. Saran
Kita sebagai umat Islam sekaligus umat Nabi Muhammad Saw hendaklah mengikuti perilaku
nabi yang dicontohkan. Salah satunya yaitu akhlak tasawuf. Kita tidak boleh hanya
mementingkan kepentingan dunia semata, karena kita hidup di dunia ini hanya sesaat. Kita
haruslah mempersiapkan diri untuk bekal hidup di akhirat kelak.

Daftar Pustaka

Al-Jailani, Abdul Qodir.2015.Tasawuf dan Tarekat. Jakarta: Zaman.


Chittick, William C. 2002. Tasawuf di Mata Kaum Sufi. Bandung: Mizan.
Ni’am, Syamsun. 2013. Tasawuf Studies Pengantar Belajar Tasawuf. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Salahuddin, Abu Qamar.1997. Jalan Hidup Lelaki dan Wanita Teladan. Kuala Lumpur:
Syarikat Nurulhas.
Siregar, Ahmad Bangun N. & Rayani H. 2013. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai