Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
i
DAFTAR ISI
Hal ..............................................................................................................................
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ ii
PERNYATAAN..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ viii
INTISARI............................................................................................................... ix
ABSTRACT...............................................................................................................x
ii
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................35
A. Kesimpulan ..............................................................................................35
B. Saran ........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...................................................................................5
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z-Score berdasarkan TB/U .......10
Tabel 3.1 Definisi operasional ...............................................................................23
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi ibu dari balita stunting berdasarkan pendidikan dan
pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II Gunungkidul ......30
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi bayi yang mengalami stunting berdasarkan umur
ibu saat melahirkan, berat badan saat lahir, pemberian ASI dan riwayat
penyakit infeksi di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II
Gunungkidul.. ........................................................................................30
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
GAMBARAN BALITA STUNTING DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WONOSARI II GUNUNGKIDUL
YOGYAKARTA
INTISARI
Latar Belakang: Keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu rendah disebut
stunting. Indonesia termasuk 17 negara tertinggi yang mempunyai masalah
stunting. Kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Wonosari II dari tahun
2015 ke 2016 mengalami peningkatan. Biasanya yang sangat rentan terkena
stunting adalah balita karena masa tersebut terdapat masa dimana anak
berkembang pesat dan golden periode. Banyak faktor yang menyebabkan stunting
yaitu salah satunya faktor maternal (nutrisi saat pra-konsepsi, kehamilan, laktasi,
BBLR, kehamilan diumur remaja).
Tujuan Penelitian: Diketahuinya gambaran balita stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonosari II Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta
Metode Penelitian: Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua balita usia 1-5 tahun yang mengalami stunting
di wilayah kerja Puskesmas Wonosari II Gunungkidul tahun 2017 dengan metode
purposive sampling. Jumlah sampelnya 54 balita. Analisis univariat dalam bentuk
presentase.
Hasil: Pada penelitian ini gambaran balita stunting sebagian besar dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 30 (55,6%), umur ibu yang melahirkan
dibawah umur 20 tahun sebanyak 29 (53,75), tidak diberikan ASI secara ekslusif
sebanyak 41 (75,9%), dan mempunyai riwayat infeksi sebanyak 45 (83,3%).
Kesimpulan: Sebagian besar balita stunting di wilayah kerja Puskesmas
Wonosari II Gunungkidul dilahirkan dengan berat lahir rendah. umur ibu <20
tahun, tidak diberikan ASI ekslusif dan ada riwayat infeksi.
1
Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Dosen Pembimbing Program Studi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
vi
DESCRIPTION OF TODDLERS STUNTING IN AREA OF PUBLIC
HEALTH CENTER WONOSARI II GUNUNGKIDUL
YOGYAKARTA
ABSTRACT
Background: Stunting is a state where the child’s height is too low. Indonesia is
one of the 17 highest countries with stunting problems. The incidence of stunting
in the area of Public health center Wonosari II in 2015 to 2016 has increased.
Usually very susceptible to stunting is a toddler because of the age there is a
period where the child is growing rapidly and golden period. Many factors that
cause stunting is one of the maternal factors (nutrition during pre-conception,
pregnancy, lactation, low birth weight, pregnancy in adolescence)
Objective: Description of toddlers stunting in area of public health center
Wonosari II Gunungkidul Yogyakarta
Method: This study is descriptive quantitative. Populastion in this study were all
stunting toddlers with samples is 54 toddlers in the area of public health center
Wonosari II Gunungkidul in 2017 by the method purposive sampling. Univariate
analysis in percentage form.
Result: In this study the picture of toddler stunting most with low birth weight as
much as 30 (55,6%), the age of mother less 20 years as much 29 (53,75%), not
given exclusive breast feeding as much 41 (75,9%) and have history infection as
much 45 (83,3%).
Conclusion: Most toddlers stunting in the area of public health center Wonosari II
Gunungkidul were born with low birth weight, maternal age less than 20 years ,
not given exclusive breast feeding and there was a history of infection.
1
A Student of DIII Midwfery Study Program of Jenderal Achmad Yani Health School of
Yogyakarta
2
A Conseling Lecterur of Jenderal Achmad Yani Health School of Yogyakarta
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk urutan ke 17 negara tertinggi diantara 117 negara
didunia yang mempunyai masalah stunting dengan prevalensi 37,2%. Di Asia
Tenggara prevalensi balita stunting di Indonesia sangat tinggi dibandingkan
Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan Singapura
(6%) (Global Nutrition Report, 2014).
Menurut Rosha (2013) Bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) mempunyai
pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat dibandingkan BBLN (Berat Badan
Lahir Normal). Keadaan ini lebih buruk lagi jika bayi BBLR kurang mendapat
asupan energi dan zat gizi, pola asuh yang kurang baik dan sering menderita
penyakit infeksi. Pada akhirnya bayi BBLR cenderung mempunyai status gizi
kurang yaitu stunting. Asupan gizi yang kurang dapat disebabkan ketersediaan
pangan tingkat rumah tangga yang tidak cukup. Ketersediaan pangan ini akan
terpenuhi, jika daya beli masyarakat cukup. Sosial ekonomi masyarakat
merupakan faktor yang turut berperan dalam menentukan daya beli keluarga
(Rahayu dan Khairiyati, 2014).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari
II Kabupaten Gunungkidul
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran umur ibu yang melahirkan balita stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II Kabupaten Gunungkidul
b. Diketahuinya gambaran berat badan lahir balita stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonosari II Kabupaten Gunungkidul.
c. Diketahuinya gambaran pemberian ASI balita stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonosari II Kabupaten Gunungkidul.
d. Diketahuinya gambaran riwayat penyakit infeksi balita stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II Kabupaten Gunungkidul.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
penelitian selanjutnya bagi mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Memberikan informasi kepada mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani
khususnya informasi tentang stunting pada balita yang dapat dijadikan
bahan untuk meningkatkan asuhan dalam memenuhi gizi anak khususnya
pada balita.
b. Tenaga kesehatan Puskesmas Wonosari II
Memberikan informasi untuk menentukan kebijakan sebagai upaya
mencegah kejadian BBLR yang dapat berakibat stunting.
c. Peneliti selanjutnya
Menambah referensi dan pengetahuan untuk peneliti berikutnya dalam
mencapai hasil yang lebih baik.
d. Untuk responden
Memberikan pengetahuan tentang stunting sehingga dapat mencegah
resiko terjadinya stunting.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Gambaran Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonosari II Gunungkidul terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan
judul penelitian ini diantaranya adalah:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
UPT Puskesmas Wonosari II beralamatkan di Jl. Pramuka nomor 24,
Wonosari, Gunungkidul. UPT Puskesmas Wonosari II merupakan salah satu
bagian wilayah kecamatan Wonosari dengan batas wilayah sebelah utara
kecamatan Nglipar, sebelah selatan desa Siraman, sebelah barat kecamatan
Playen, dan sebelah timur kecamatan Karangmojo serat kecamatan Semanu.
Di Puskesmas Wonosari II membawahi 7 desa/kelurahan, 61 dusun
dan dari masing-masing sudah ada puskesmas pembantu bahkan di
desa/kelurahan Gari ada 2 puskesmas pembantu. Dari 7 desa/kelurahan ada 3
desa/kelurahan masuk dalam status desa perkotaan yaitu desa Kepek, desa
Wonosari, dan desa Baleharjo lainnya masuk status pedesaan yaitu desa
Selang, dsa Piyaman, desa Gari, dan desa Karang tengah.
Pelayanan di UPT Puskesmas Wonosari I meliputi poli pemeriksaan
umum, poli gigi, poli KIA, gizi, apotek, laboratorium dan ruang diklat. Untuk
program gizi sendiri di Puskesmas Wonosari II terdapat pendataan tentang
makanan pendamping ASI (MP-ASI), vitamin A, Pemantauan Status Gizi
(PSG), Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan lain sebagainya. Program
yang diberikan dari puskesmas untuk pemeriksaan tumbang adalah pengukuran
tinggi badan, berat badan, SDIDTK dan pemeriksaan gigi yang dilakukan
minimal 2x dalam 1 tahun. Untuk balita stunting sendiri pemantauan rutin
dilakukan di posyandu oleh kader kemudian dilaporkan pada bidan puskesmas
sehingga puskesmas melakukan pencatatan dari balita stunting sehingga
ditindak lanjuti dengan memberikan nutrisi tambahan.
2. Gambaran Kejadian stunting
B. Pembahasan
1. Umur ibu saat melahirkan balita stunting
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kejadian balita stunting
sebagian besar terdapat pada ibu yang melahirkan umur < 20 tahun. Penelitian
ini sejalan dengan teori Wiknjosastro (2007) Ibu-ibu yang terlalu muda
seringkali secara emosional dan fisik belum matang. Secara emosional ibu
dengan umur dibawah 20 tahun masil labil sehingga jika mereka mempunyai
anak kemudian anak rewel mereka masih bingung dan panik dalam
menghadapinya karena pengetahuan mereka yang minim untuk mengurus
anak. Pengetahuan yang minim yang dimiliki oleh ibu ibu muda biasanya
berpengaruh pada perilaku mereka sehingga mereka dalam mengasuh anak pun
tidak optimal terutama pemberian ASI, nutrisi, kebersihan diri serta kualitas
dan kuantitas asupan gizi pada makanan anak. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk mendukung asupan gizi yang baik perlu ditunjang oleh kemampuan ibu
dalam memberikan pengasuhan yang baik. Dalam memberi makanan yang
tidak sehat, memberi makan tidak bergizi akan menurunkan status gisi dari
balita. Untuk keadaan fisik sendiri kehamilan dibawah umur 20 tahun
merupakan kehamilan berisiko tinggi karena sistem reproduksi belum optimal,
peredaran darah menuju serviks dan juga menuju uterus masih belum sempurna
sehingga hal ini dapat mengganggu proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin.
Sehingga bayi dalam kandungan tidak tercukupi nutrisi dan hal tersebut dapat
menyebabkan janin kurang gizi atau saat dilahirkan berat badan lahirnya
kurang 2500 gram (BBLR) (Cuningham, 2013).
Usia ibu saat melahirkan merupakan salah satu faktor risiko kematian
perinatal, dalam kurun waktu reproduksi sehat diketahui bahwa aman untuk
kehamilan dan persalinan 21-35 tahun. Wanita pada umur ini telah memiliki
kematangan reproduksi, emosional maupun aspek sosial. Akan tetapi jika
umur sudah matang namun dari pendidikan dan pekerjaan tidak mendukung
maka sama saja akan berpengaruh ke perilaku. Perilaku dalam memberikan
asuhan kepada anaknya terutama nutrisi anak. Sehingga jika nutrisi anak tidak
tercukupi sesuai dengan pertumbuhannya maka akan berakibat gagal tumbuh
(Depkes RI, 2009).
Dari hasil crosstabulation dapat dilhat bahwa umur ibu yang remaja
dapat melahirkan bayi yang BBLR, tidak diberikan ASI ekslusif dan bayi
cenderung memiliki riwayat infeksi. Bayi yang BBLR dengan asuhan ibu yang
terlalu muda dan pengetahuan yang minim akan pola asuh yang baik dapat
menyebabkan bayi tersebut tidak diberikan asi ekslusif sehingga berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kekebalan tubuh bayi pun tidak
didapat dari ASI sehingga lebih mudah terserang penyakit infeksi.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan hanya sebatas mengetahui umur ibu saat
melahirkan, BBL (Berat Badan Lahir), pemberian ASI dan riwayat infeksi tidak
sampai diteliti dari genetik, pola makan, ola asuh pemberian makan, nutrisi saat
prakonsepsi, saat kehamilan, saat laktasi, dan makanan tambahan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan diatas maka kesimpulan yang
dapat diambil adalah :
1. Sebagian besar balita yang mengalami stunting dilahirkan dengan BBLR
sebanyak 30 responden (55.6%).
2. Sebagian besar ibu dari balita yang mengalami stunting dengan ibu berumur
<20 tahun sebanyak 29 responden (53,7%).
3. Sebagian besar balita yang mengalami stunting dalam pemberian ASI tidak
ekslusif sebanyak 41 responden (75,9%)
4. Sebagian besar balita yang mengalami stunting mempunyai riwayat penyakit
infeksi sebanyak 45 responden (83,3%)
B. Saran
Anggraini, Dwi .Y dan Sutomo, Budi. (2010), Menu Sehat Alami untuk Batita dan
Balita, Demedia, Jakarta.
Depkes RI. (2013), Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Meilyasari, F dan Isnawati, I. (2014), Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia
12 bulan Di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal,
Journal Of Nutrition College, 3(2), 16-25.
Nadiyah, Briawan, D dan Martianto, D. (2014), Faktor Risiko Stunting pada Anak
Usia 0-23 bulan Di Provinsi Bali, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur,
Jurnal Gizi dan Pangan, 9(2), 125-132.
Nasution D, Nurdiati DS, dan Huriyati E. (2014), Berat Badan Lahir rendah
(BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan, Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 1(01), 31-37.
Proverawati, Atikah dan Asfuah. (2009), Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Nuha
Medika,Yogyakarta.
Rahmad AH, Ampera M dan Hadi A, (2010), Kajian stunting pada anak balita
ditinjau dari pemberian Asi ekslusif, MP-ASI, status imunisasi dan
karakteristik keluarga di Kota Banda Aceh, Jurnal Kesehatan Masyarakat,
8(2), 14-21.
Rosha, B., C., Putri, D., S., K danPutri, I., Y., S. (2013), Determinan Status Gizi
Pendek Anak Balita dengan Riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di
Indonesia, Jurnal Ekologi Kesehatan, 12(3), 195-205.
Septiari, Bety Bea. (2012), Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Ortu, Nuha
Medika, Yogyakarta.
Suiraoka, P., Kusumajaya, A., A., N., dan Larasati, N. (2011), Perbedaan
Konsumsi Energi, Protein, Vitamin A, dan Frekuensi Sakit karena Infeksi
pada Anak Balita Status Gizi Pendek (Stunted) dan Normal Di Wilayah
Kerja Puskesmas Karangasem I, Jurnal Ilmu Gizi, 2(1), 74-82.
UNICEF Indonesia. (2012), Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak. https: //www.
unicef. org/indonesia/id/A6_-_B_Ringkasan_Kajian_Gizi.
pdfDiaksesOktober 2013.
WHO (World Health Organization). (2012), WHA Global Nutrition Targets 2025:
StuntingPolicyhttp://www.who.int/nutrition/topics/globaltargets_stunting_po
licybrief.pdf
Yudianti dan Saeni R.H. (2010), Pola Asuh dengan Kejadian Stunting Pada Balita
Di Kabupaten Polewali Mandar, Jurnal Kesehatan Manarang, 2(1), 21-25.
.
Lampiran 4
IdentitasBalita
Nama :
Tanggal Lahir :
Berat Lahir :
Tinggi Badan :
Berat Badan :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan mengisi centang (√) di kotak “YA” atau
“TIDAK”
No Pertanyaan YA TIDAK
1. Apakah anak pernah mengalami diare (BAB cair lebih dari
3x dalam sehari?
2. Apakah anak pernah terserang penyakit malaria (menggigil,
demam, mual-muntah)?
3, Apakah anak pernah terserang penyakit infeksi saluran
nafas (batuk, pilek, demam,selama 1-2 minggu)?
4. Apakah anak di berikan ASI Ekslusif ? (sampai dengan usia
6 bulan)
5. Apakah anak ibu diberikan Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) usia lebih dari 6 bulan?
Gunungkidul,…………
(NamaTerang)