Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Mancak
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Penyakit menular langsung paru yang disebabkan oleh
langkah
infeksi basil mycobacterium tuberkulosis.
2. Anamnesa
Batuk berdahak ≥ 2 minggu,
Adanya kontak dengan penderita TBC aktif
Berkeringat di malam hari tanpa kegiatan fisik
Demam meriang lebih dari 1 bulan
Malaise
Nyeri dada atau pleuritic chest pain
Penurunan berat badan
Batuk darah
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR
DAN TERAPI PADA PASIEN UPTD
PROSEDUR TUBERCULOSIS PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ Penurunan berat badan
Langkah-
langkah Batuk darah
Sesak nafas
3. Pemeriksaan Fisik
Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bisa juga tinggi
sekali), respirasi meningkat, berat badan menurun (BMI
pada umumnya <18,5).
Pada auskultasi terdengar suara napas bronchial/
amforik/ronkhi basah/suara napas melemah di apex paru,
tergantung luas lesi dan kondisi pasien
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan
Asam/ BTA) kuman dari specimen sputum/ dahak
sewaktu-pagi-sewaktu ( SPS )
Foto rontgen thorax RUJUK RS
5. Diagnosis
Standar Diagnosis Pada TB Dewasa
Semua pasien dengan batuk produktif yang yang
berlangsung selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas
penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.
Semua pasien (dewasa, dewasa muda, dan anak yang
mampu mengeluarkan dahak) yang diduga menderita TB,
harus diperiksa mikroskopis spesimen sputum/ dahak 3
kali salah satu diantaranya adalah spesimen pagi.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TUBERCULOSIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman :3/4
Prosedur/ Semua pasien dengan gambaran foto toraks tersangka TB,
Langkah -
harus diperiksa mikrobiologi dahak.
langkah
Diagnosis dapat ditegakkan walaupun apus dahak negatif
berdasarkan kriteria berikut:
- Minimal 3 kali hasil pemeriksaan dahak negatif
(termasuk pemeriksaan sputum pagi hari), sementara
gambaran foto toraks sesuai TB.
- Kurangnya respon terhadap terapi antibiotik spektrum
luas (periksa kultur sputum jika memungkinkan), atau
pasien diduga terinfeksi HIV (evaluasi Diagnosis
tuberkulosis harus dipercepat). rujuk
6. Penatalaksanaan
Katagori I : 2RHZE/4RH atau RHZE/4R3H3
Katagori II : 2RHZES/1RHZE/5RHE atau
2RHZES/1RHZE/5R3H3E3
Katagori III : 2RHZE/4RH atau 2RHZE/4H3R3
Kategori IV : terapi sampai hasil uji resistensi rujuk
spesialis paru
Semua obat tersebut dikemas dalam paket FDC (Kombipak
Dewasa dan Anak )
7. Kriteria Rujukan
TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan
komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan
penyakit metabolic seperti DM, TB anak, berat badan <
30 perlu dirujuk ke layanan sekunder .
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TUBERCULOSIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL
No dokumen :
Halaman : 4/4
Prosedur/ Pasien TB yang telah mendapat advis dari layanan
Langkah -
spesialistik dapat melanjutkan pengobatan di fasilitas
langkah
pelayanan primer.
Suspek TB – MDR harus dirujuk ke layanan sekunder.
TB ekstra paru ( Efusi pleura, Meningitis TB,
Spondilitis TB)
TB milier
Efek samping obat berat
Pengobatan selesai dengan klinis tetap.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD
Terkait
dan Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
5. Prosedur/ 1. Definisi.
Langkah -
Suatu penyakit infeksi virus, yang ditandai dengan gejala
langkah
prodromal berupa demam, batuk, pilek, konjungtivitis,
eksantem patognomonik, diikuti dengan lesi makulopapular
eritem pada hari ketiga hingga hari ketujuh
2. Anamnesis
Gejala prodromal berupa demam, malaise, gejala respirasi atas
(pilek, batuk), dan konjungtivitis. Pada demam hari keempat,
muncul lesi makula dan papula eritem, yang dimulai pada
kepala daerah perbatasan dahi rambut, di belakang telinga,
dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka,
badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR
DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR MORBILI UPTD PUSKESMAS
No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL
No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah -
langkah Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Demam, konjungtivitis, limfadenopati general. koplik spot pada
orofaring sebelum munculnya eksantem.
Gejala eksantem berupa lesi makula dan papula eritem,
dimulai pada kepala di daerah perbatasan dahi rambut, di
belakang telinga, selanjutnya menyebar secara sentrifugal
dan ke bawah hingga muka, badan, ekstremitas, dan
mencapai kaki pada hari ketiga. Lesi ini perlahan-lahan
menghilang dengan urutan sesuai urutan muncul, dengan
warna sisa coklat kekuningan atau deskuamasi ringan.
Eksantem hilang dalam 4-6 hari
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Morbili termodifikasi.
b. Morbili atipik.
c. Morbili pada individu dengan gangguan imun.
6. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan
mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
5. Prosedur/ 1. Definisi.
Langkah -
Infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster yang menyerang
langkah
kulit danmukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan
kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
2. Anamnesis
a. Demam
b. Malaise
c. Nyeri kepala
d. Lesi di kulit
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR VARICELLA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah -
a. Papul eritematosa
langkah
b. Vesikel berupa tetesan embun (tear drops)
c. Gambaran polimorfik khas untuk varisela.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis sel Tzanck+
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik.
Diagnosis Banding
a. Variola.
b. Herpes simpleks disseminata.
6. Penatalaksanaan
a. Hindari gesekan kulit
b. Pemberian nutrisi TKTP
c. Istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain.
d. Antihistamin : clorfeniramin maleat 3 x 4 mg dapat
diberikan untuk mengurangi gatal.
e. Pengobatan antivirus oral dengan pemberian Asiklovir:
dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB
(dosis maksimal 800 mg)
f. Penderita sebaiknya dikarantina untuk mencegah
penularan.
g. Bila ada demam : antipiretik sesuai dosis dewasa 3 x 500
mg, anak 10 mg / kg BB.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR VARICELLA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ 7. Kriteria rujukan
Langkah -
a. Terdapat gangguan imunitas
langkah
Mengalami komplikasi yang berat seperti pneumonia,
ensefalitis, dan hepatitis.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat
Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD
Terkait
dan Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama - Meti Krisnawati
Penyusun SPO
- Dr. H. Selamet
- Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Nomor :
Revisi ke : B
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien DBD dan DHF adalah
suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus DBD dab DHF yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita DBD dan DHF
2. Mencegah komplikasi akibat DBD dan DHF
3. Mencegah kematian akibat DBD dan DHF
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ………................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan
langkah
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes
albopictus serta memenuhi criteria WHO untuk DBD.
2. Anamnesis
Keluhan :
Demam Bifasik akut 2 – 7 hari, nyeri kepala, nyeri
retroorbital, mialgia/athralgia, ruam, gusi berdarah, mimisan,
nyeri perut, mual/muntah, hematemesis dan dapat juga
melena.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DBD DAN DHF UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/5
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah - a. Suhu > 37,5 derajat celcius
langkah
b. Ptekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa
d. Rumple Leed (+)
e. Hepatomegali
f. Splenomegali
g. Hematemesis atau melena
4. Penegakan Diagnosa :
Kriteria WHO, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di
bawah ini terpenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari,
biasanya bifasik/pola pelana.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan
berikut:
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis atau purpura
Perdarahan mukosa atau perdarahan dari tempat lain
Hematemesis atau melena
c. Trombositopeni ( Jumlah trombosit < 100.000/ ul )
d. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma
sebagai berikut :
Peningkatan hematokrit > 20 % dibandingkan
standard sesuai dengan umur dan jenis kelamin
Penurunan hematokrit > 20 % setelah mendapat
terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit
sebelumnya.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DBD DAN DHF UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman :3/5
Prosedur/ Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, acistes
Langkah - atau hipoproteinemia.
langkah
Klasifikasi :
Derajat DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat berdasarkan
klasifikasi WHO 1997 :
a. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang
tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji
tourniquet/ mudah memar.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan
dibawah kulit atau perdarahan lain.
c. Derajat III : Terdapat kegagalan sirkulasi yaitu nadi
cepat dan lemah atau hipotensi (20 mmHg atau <) disertai
kulit dingin dan lembab, sianosis di sekitar mulut serta
gelisah
d. Derajat IV : Syok berat, tekanan darah dan nadi tidak
terukur.
e. DBD derajat III dan IV digolongkan dalam Dengue Shock
Syndrom ( DSS ).
5. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi : Bed rest, makanan lunak.
b. Farmakologi :
- Simptomatis : Antipiretik
- Cairan intravena RL/Kristaloid 6-7 ml/kg BB/Jam.
PERBAIKAN ( Ht, Frek nadi, Td membaik, produksi
urine meningkat) kurangi infus Kristaloid 5 ml/kg
BB/jam, PERBAIKAN : kurangi infus Kristaloid 3
ml/kg BB/ jam, PERBAIKAN : terapi cairan
dihentikan 24 sampai 48 jam.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DBD DAN DHF UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/5
Prosedur/ TIDAK MEMBAIK (Ht, Frek nadi dan Td menurun <
Langkah - 20 mmHg, produksi urine menurun) infus
langkah
Kristaloid 10 ml/kg BB/jam (jika ada perbaikan
kurangi infus 5 ml/kg BB/jam dan ikuti alur
perbaikan) TIDAK MEMBAIK : INFUS Kristaloid
15ml/kg BB/jam KONDISI MEMBURUK :
terdapat tanda-tanda syok lakukan Tatalaksana
sesuai protokol syok dan perdarahan.
6. Kriteria Rujukan
Dirujuk apabila :
a. Terjadi perdarahan masif ( Hematemesis, Melena )
b. Dengan pemberian cairan Kritaloid sampai 15 ml/kg
BB/jam kondisi tidak membaik
Terjadi komplikasi yang tidak lajim seperti penurunan
kesadaran, kejang.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
Lingkup
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun
2. Dr. H. Selamet
SPO
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
Pemeriksa
Serang
SPO
12. Rekaman historis perubahan
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien anemia defisiensi besi
adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus anemia defisiensi besi yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita anemia defisiensi besi
2. Mencegah komplikasi akibat anemia defisiensi besi
3. Mencegah kematian akibat anemia defisiensi besi
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke :
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien obesitas adalah suatu
perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk
mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus obesitas yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita obesitas
2. Mencegah komplikasi akibat obesitas
3. Mencegah kematian akibat obesitas
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ………................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014
2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Obesitas merupakan keadaan dimana seseorang memiliki
langkah
kelebihan kandungan lemak (body fat) sehingga orang
tersebut memiliki risiko kesehatan.
2. Anamnesa
Biasanya pasien datang bukan dengan keluhan kelebihan
berat badan namun dengan adanya gejala dari risiko
kesehatan yang timbul.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran Antropometri (BB, TB dan LP)
Indeks Masa Tubuh (IMT/Body mass index/BMI)
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR OBESITAS UPTD PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ menggunakan rumus :
Langkah -
Badan (Kg)/Tinggi Badan kuadrat (m2)
langkah
b. Pengukuran lingkar pinggang (pada pertengahan antara
iga terbawah dengan Krista Illiaka, pengukuran dari
lateral dengan pita tanpa menekan jaringan lunak)
Resiko meningkat bila laki-laki >85cm dan
perempuan > 80cm.
c. Pengukuran tekanan darah : untuk menentukan resiko
dan komplikasi
4. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan risiko dan komplikasi, yaitu
pemeriksaan kadar gula darah, profil lipid, asam urat.
5. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan penunjang.
Risiko ko-morbiditas
IMT
Klasifikasi Lingkar Pinggang
(kg/m2)
Laki-laki < 85cm Laki-laki >85 cm
Perempuan < 80 cm Perempuan >80 cm
Rendah (namun
Underweight < 18,5 risiko untuk masalah Rata-rata
klinis lainnya)
Normal 18,5 – 22,9 Rata-rata Meningkat
Overweight >23,0
BB lebih dengan
23,0-24,9 Meningkat Menengah
risiko
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien otitis eksterna adalah
suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus otitis eksterna yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita otitis eksterna
2. Mencegah komplikasi akibat otitis eksterna
3. Mencegah kematian akibat otitis eksterna
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ………...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien yang kemasukan benda
asing di konjungtiva adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-
langkah yang dibakukan untuk mengenal, memahami,
mendiagnosa, menatalaksana dan memilih kasus benda asing di
konjungtiva yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk melakukan
pemeriksaan dan memberikan terapi pada penderita yang
terkena benda asing di konjungtiva
2. Mencegah komplikasi akibat benda asing di konjungtiva
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No .....................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/7
Prosedur/ keluar dari osteum uteri.
Langkah -
4. Pemeriksaan Penunjang
langkah
a. Tes kehamilan menunjukkan HCG (+)
b. Pemeriksaan darah : Pemeriksaan Hb pada TM 1 dan TM
3 batas normal ( >11 gr %) dan pemeriksaan Golongan
darah.
c. Pemeriksaan Urine : Protein urin pada Trimester 1 dan
Trimester 3.
d. Lakukan screening HIV pada kontak pertama
(Puskesmas yang memiliki sarana VCT)
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik/obstetrik, dan pemeriksaan penunjang.
Kehamilan normal apabila memenuhi kriteria dibawah ini:
a. Keadaan umum baik
b. Tekanan darah < 140/90 mmHg
c. Pertambahan berat badan sesuai minimal 8 kg selama
kehamilan (1 kg perbulan) atau sesuai Indeks Masa
Tubuh (IMT) ibu
d. Edema hanya pada ekstremitas
e. BJJ =120-160 x/menit
f. Gerakan janin dapat dirasakan setelah usia 18 - 20
minggu hingga melahirkan
g. Ukuran uterus sesuai umur kehamilan
h. Pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas
normal
i. Tidak ada riwayat kelainan obstetrik.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 5/7
Prosedur/ 6. Penatalaksanaan
Langkah -
a. Petugas kesehatan harus menghargai latar belakang
langkah
budaya, kebiasaan dan kepercayaan yang berbeda .
b. Memberikan zat besi dan asam folat (besi 60 mg/hari
dan folat 250 mikogram 1-2 x/hari), bila Hb < 7,0 gr/dl
dosis ditingkatkan menjadi dua kali.
c. Memberikan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) sesuai
dengan hasil screening
d. Memberikan konseling :
Persiapan persalinan (P4K)
Pentingnya peran suami dan keluarga selama
kehamilan dan persalinan.
Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif,
dan inisiasi menyusu dini (IMD).
Perlunya menghentikan kebiasaan yang beresiko bagi
kesehatan, seperti merokok dan minum alkohol.
Program KB pascasalin.
Peningkatan konsumsi makanan menu seimbang
serta minum cukup.
Aktifitas fisik tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
Keluarga diajak untuk mendukung ibu hamil secara
psikologis maupun finansial, bila memungkinkan
siapkan suami siaga
Siapkan keluarga untuk dapat menentukan kemana
ibu hamil harus memeriksakan diri jika ada tanda -
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 6/7
Prosedur/ tanda bahaya, tulis dalam buku KIA alamat rujukan
Langkah -
bila diperlukan.
langkah
Ajarkan ibu menghitung gerakan janin dalam 12 jam,
misalnya dengan menggunakan karet gelang 10 buah
pada pagi hari pukul 08.00 yang dilepaskan satu per
satu saat ada gerakan janin. Bila pada pukul 20.00,
karet gelang habis, maka gerakan janin baik.
7. Kriteria Rujukan
a. Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 1
bila ditemukan keadaan di bawah ini:
hyperemesis stadium 2
perdarahan per vaginam atau spotting
trauma
b. Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 2
bila ditemukan keadaan di bawah ini:
Gejala yang tidak diharapkan
Perdarahan pervaginam atau spotting
Hb selalu berada di bawah 7 gr/dl
Gejala Pre-eklampsia, hipertensi, proteinuria
Diduga adanya fetal growth retardation (gangguan
pertumbuhan janin)
Ibu tidak merasakan gerakan bayi
c. Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 3
bila ditemukan keadaan di bawah ini:
Sama dengan keadaan tanda bahaya semester 2
ditambah
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 7/7
Prosedur/ Tekanan darah di atas 130 mmHg
Langkah-
langkah Diduga kembar atau lebih
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat Maternal & Neonatal, Unit Rawat Jalan
dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD
Terkait
Maternal & Neonatal dan Rujukan
9. Distribusi UGD Maternal & Neonatal, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien otitis media akut
adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus otitis media akut yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita otitis media akut
2. Mencegah komplikasi akibat otitis media akut
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/6
Prosedur/ - Rasa nyeri kepala
Langkah -
- badan lesu
langkah
- nafsu makan berkurang.
- Suara pasien terdengar seperti orang yang
mulutnya penuh terisi makanan panas.
- Mulut berbau dan ludah menumpuk dalam kavum
oris akibat nyeri telan yang hebat.
- Tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang
disertai rasa nyeri tenggorokan.
Tonsilitis kronik
- ditenggorokan terasa ada penghalang/ mengganjal
- tenggorokan terasa kering
- pernafasan berbau (halitosis).
- Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis
ulseromembranosa)
- demam tinggi (39˚C)
- nyeri di mulut, gigi dan kepala
- sakit tenggorokan
- badan lemah
- gusi mudah berdarah
- hipersalivasi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tonsilitis akut:
tonsil yang udem , hiperemis dan terdapat detritus
yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk
folikel, lakuna, atau pseudomembran.
bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu,
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/6
Prosedur/ membentuk alur alur maka akan terjadi tonsilitis
Langkah-
lakunaris.
langkah
Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior
udem dan hiperemis.
Kelenjar submandibula membesar dan nyeri tekan.
b. Tonsilitis kronik
tampak tonsil membesar dengan permukaan yang
tidak rata, kriptus melebar, dan kriptus berisi
detritus.
kripta yang melebar
pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil
yang mengalami perlengketan.
Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya, minimal ada
kripta yang melebar dan pembesaran kelenjar limfe
submandibular.
c. Tonsilitis difteri
ditemukan tonsil membengkak ditutupi bercak putih
kotor yang makin meluas dan membentuk
pseudomembran yang melekat erat , bila diangkat
mudah berdarah.
4. Pemeriksaan Penunjang :
a. Darah lengkap (bila diperlukan)
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik
6. Penatalaksanaan
a. Istirahat cukup
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/6
Prosedur/ b. Makan makanan lunak dan menghindari makan
Langkah-
makanan yang mengiritasi
langkah
c. Menjaga kebersihan mulut
d. Pemberian obat oral sistemik :
Tonsilitis akibat bakteri ( penyebabnya streptococcus
group A) diberikan antibiotik :
- Amoksisilin 50 mg/ kgBB dosis dibagi 3 kali/ hari
selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg
selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari.
- kortikosteroid : deksametason 3x 0,5 mg pada
dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi 3 kali selama 3 hari.
- ada Angina Plaut Vincent (Stomatitis
ulseromembranosa) diberikan antibiotik spektrum
luas selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C
serta vitamin B kompleks.
e. Konseling dan Edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk:
Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko
kekambuhan cukup tinggi.
Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makan bergizi dan olahraga teratur.
Berhenti merokok.
Selalu menjaga kebersihan mulut.
Mencuci tangan secara teratur.
Menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 5/6
Prosedur/ f. Makan makanan lunak dan menghindari makan
Langkah-
makanan yang mengiritasi
langkah
g. Menjaga kebersihan mulut
h. Pemberian obat oral sistemik :
Tonsilitis akibat bakteri ( penyebabnya streptococcus
group A) diberikan antibiotik :
- Amoksisilin 50 mg/ kgBB dosis dibagi 3 kali/ hari
selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg
selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari.
- kortikosteroid : deksametason 3x 0,5 mg pada
dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi 3 kali selama 3 hari.
- ada Angina Plaut Vincent (Stomatitis
ulseromembranosa) diberikan antibiotik spektrum
luas selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C
serta vitamin B kompleks.
i. Konseling dan Edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk:
Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko
kekambuhan cukup tinggi.
Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makan bergizi dan olahraga teratur.
Berhenti merokok.
Selalu menjaga kebersihan mulut.
Mencuci tangan secara teratur.
Menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 6/6
Prosedur/ 7. Kriteria Rujukan
Langkah-
Segera rujuk jika terjadi:
langkah
a. Komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler,
septikemia, meningitis, glomerulonephritis, demam
rematik akut.
b. Adanya indikasi tonsilektomi.
c. Pasien dengan tonsilitis difteri.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien enitis adalah suatu
perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk
mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus enitis yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita enitis
2. Mencegah komplikasi akibat enitis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
6. Penatalaksanaan
A. Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan
perubahan gaya hidup.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPERTENSI ESENSIAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/5
Prosedur/ Tabel 24. Modifikasi gaya hidup
Langkah -
Rerata
langkah Modifikasi Rekomendasi penurunan
TDS
Penurunan Jaga berat badan ideal (BMI: 5 – 20 mmHg/
berat badan 18,5 - 24,9 kg/m2) 10 kg
Dietary Diet kaya buah, sayuran, 8 – 14 mmHg
Approaches produk rendah lemak
to Stop dengan jumlah lemak total
Hypertensio dan lemak jenuh yang
n (DASH) rendah
Pembatasan Kurangi hingga <100 mmol 2 – 8 mmHg
intake per hari (2.0 g natrium atau
natrium 6 5 g natrium klorida atau 1
sendok teh garam perhari)
Aktivitas Aktivitas fisik aerobik yang 4 – 9 mmHg
fisik aerobic teratur (mis: jalan cepat) 30
menit sehari, hampir setiap
hari dalam seminggu
Pembatasan Laki-laki: dibatasi hingga < 2
konsumsi 2 kali per hari.
alcohol Wanita dan orang yang lebih
kurus: Dibatasi hingga <1
kali per hari
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang
Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
RENCANA STRATEGI
(RENSTRA)
TAHUN 2011-2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Puskesmas Mancak Kabupaten Serang ini adalah
dokumen kerja UPTD untuk masa kerja lima tahun mendatang. Dokumen ini menjadi penting karena
dalam masa lima tahun tersebut, UPTD berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya
sesuai dengan dokumen perencanaan ini. Selain itu urgensi penyusunan Renstra UPTD ini adalah :
1. Menjadi acuan penyusunan Renja UPTD
2. Dasar penilaian kinerja Kepala UPTD
Renstra UPTD dapat juga dijadikan sebagai bahan evaluasi yang penting agar pembangunan dapat
berjalan secara lebih sistematis, komprehensif dan tetap fokus pada pemecahan masalah-masalah
mendasar yang dihadapi Puskesmas Mancak khususnya di bidang kesehatan.
Dokumen Renstra ini bersifat jangka pendek dan menengah namun tetap diletakkan pada jangkauan
jangka panjang, dan mengacu kepada visi misi dan arah kebijakan pembangunan bidang kesehatan
Puskesmas Mancak untuk lima tahun mendatang.
Usaha mewujudkan visi, misi dan arah kebijakan yang tertuang dalam dokumen renstra ini perlu
didukung dengan strategi umum, yang kemudian diterjemahkan ke dalam program-program
pembangunan kemudian diuraikan kedalam kegiatan-kegiatan yang mendukung masing-masing
program tersebut.
Dokumen Renstra SKPD tahun 2014 - 2019 Puskesmas Mancak ini disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Landasan Hukum
D. Hubungan Renstra SKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
E. Sistematika Penyusunan
BAB II TUGAS DAN FUNGSI PUSKESMAS
A. Struktur Organisasi
B. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan
C. Tugas dan Fungsi
D. Peran dan Fungsi UPTD Puskesmas
BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
A. Kondisi Umum Daerah Masa Kini
B. Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Misi
B. Tujuan
BAB II
TUGAS DAN FUNGSI PUSKESMAS
A. Struktur Organisasi
3. Sosial Ekonomi
Penduduk yang mendiami sebagian besar wilayah Puskesmas Mancak
mayoritas menggantungkan hidupnya dengan mencari nafkah sebagai petani dan nelayan. Mata
pencaharian lain yang dilakoni adalah sebagai pedagang, buruh bangunan, biro jasa, dan lain-lain.
Diharapkan sampai 2019 seluruh masyarakat Polewali Mandar telah memiliki kartu BPJS dan
telah terdaftar pada Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Misi :
Visi :
Tercapainya Kecamatan Sehat menuju Kabupaten Sehat 2013
Misi :
VISITASI SIO
RENJA