Anda di halaman 1dari 245

Nomor :

Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


NON MEDIS

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Mancak

Drg Yatni Suprapti Nafisah


NIP. 197409052007012003

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MANCAK
Jl. Raya Mancak – Desa Labuan
MANCAK-KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
Kepala Puskesmas
DAN TERAPI PADA PASIEN Pontang
TUBERCULOSIS
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Tanggal Terbit : 02 Jan 2016 Hj. Sruwi Budiana,
S.SiT, MM.KES
PONTANG Halaman :1/4 NIP.196703101990032009
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien Tuberculosis adalah
suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus Tuberculosis yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita tuberculosis
2. Mencegah komplikasi akibat Tuberculosis
3. Mencegah kematian akibat Tuberculosis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ........................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014
2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012

5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Penyakit menular langsung paru yang disebabkan oleh
langkah
infeksi basil mycobacterium tuberkulosis.
2. Anamnesa
 Batuk berdahak ≥ 2 minggu,
 Adanya kontak dengan penderita TBC aktif
 Berkeringat di malam hari tanpa kegiatan fisik
 Demam meriang lebih dari 1 bulan
 Malaise
 Nyeri dada atau pleuritic chest pain
 Penurunan berat badan
 Batuk darah
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR
DAN TERAPI PADA PASIEN UPTD
PROSEDUR TUBERCULOSIS PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/  Penurunan berat badan
Langkah-
langkah  Batuk darah
 Sesak nafas
3. Pemeriksaan Fisik
Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bisa juga tinggi
sekali), respirasi meningkat, berat badan menurun (BMI
pada umumnya <18,5).
Pada auskultasi terdengar suara napas bronchial/
amforik/ronkhi basah/suara napas melemah di apex paru,
tergantung luas lesi dan kondisi pasien
4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan
Asam/ BTA) kuman dari specimen sputum/ dahak
sewaktu-pagi-sewaktu ( SPS )
 Foto rontgen thorax  RUJUK RS
5. Diagnosis
Standar Diagnosis Pada TB Dewasa
 Semua pasien dengan batuk produktif yang yang
berlangsung selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas
penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.
 Semua pasien (dewasa, dewasa muda, dan anak yang
mampu mengeluarkan dahak) yang diduga menderita TB,
harus diperiksa mikroskopis spesimen sputum/ dahak 3
kali salah satu diantaranya adalah spesimen pagi.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TUBERCULOSIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman :3/4
Prosedur/  Semua pasien dengan gambaran foto toraks tersangka TB,
Langkah -
harus diperiksa mikrobiologi dahak.
langkah
 Diagnosis dapat ditegakkan walaupun apus dahak negatif
berdasarkan kriteria berikut:
- Minimal 3 kali hasil pemeriksaan dahak negatif
(termasuk pemeriksaan sputum pagi hari), sementara
gambaran foto toraks sesuai TB.
- Kurangnya respon terhadap terapi antibiotik spektrum
luas (periksa kultur sputum jika memungkinkan), atau
pasien diduga terinfeksi HIV (evaluasi Diagnosis
tuberkulosis harus dipercepat).  rujuk
6. Penatalaksanaan
Katagori I : 2RHZE/4RH atau RHZE/4R3H3
Katagori II : 2RHZES/1RHZE/5RHE atau
2RHZES/1RHZE/5R3H3E3
Katagori III : 2RHZE/4RH atau 2RHZE/4H3R3
Kategori IV : terapi sampai hasil uji resistensi  rujuk
spesialis paru
Semua obat tersebut dikemas dalam paket FDC (Kombipak
Dewasa dan Anak )
7. Kriteria Rujukan
 TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan
komorbid) seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan
penyakit metabolic seperti DM, TB anak, berat badan <
30 perlu dirujuk ke layanan sekunder .
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TUBERCULOSIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL
No dokumen :
Halaman : 4/4
Prosedur/ Pasien TB yang telah mendapat advis dari layanan
Langkah -
spesialistik dapat melanjutkan pengobatan di fasilitas
langkah
pelayanan primer.
 Suspek TB – MDR harus dirujuk ke layanan sekunder.
 TB ekstra paru ( Efusi pleura, Meningitis TB,
Spondilitis TB)
 TB milier
 Efek samping obat berat
 Pengobatan selesai dengan klinis tetap.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD
Terkait
dan Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Morbili

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
Kepala Puskesmas
DAN TERAPI PADA PASIEN Pontang
MORBILI
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Tanggal Terbit : 02 Jan 2016 Hj. Sruwi Budiana, S.SiT,
MM.KES
PONTANG Halaman :1/4 NIP.196703101990032009
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien Morbili adalah suatu
perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk
mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus Morbili yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita Morbili
2. Mencegah komplikasi akibat Morbili
3. Mencegah kematian akibat Morbili
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No …………..............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
4. Referensi PMK No. 5 tahun 2014

SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten Serang


tahun 2012

5. Prosedur/ 1. Definisi.
Langkah -
Suatu penyakit infeksi virus, yang ditandai dengan gejala
langkah
prodromal berupa demam, batuk, pilek, konjungtivitis,
eksantem patognomonik, diikuti dengan lesi makulopapular
eritem pada hari ketiga hingga hari ketujuh
2. Anamnesis
Gejala prodromal berupa demam, malaise, gejala respirasi atas
(pilek, batuk), dan konjungtivitis. Pada demam hari keempat,
muncul lesi makula dan papula eritem, yang dimulai pada
kepala daerah perbatasan dahi rambut, di belakang telinga,
dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka,
badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR
DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR MORBILI UPTD PUSKESMAS
No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL
No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah -
langkah Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Demam, konjungtivitis, limfadenopati general. koplik spot pada
orofaring sebelum munculnya eksantem.
 Gejala eksantem berupa lesi makula dan papula eritem,
dimulai pada kepala di daerah perbatasan dahi rambut, di
belakang telinga, selanjutnya menyebar secara sentrifugal
dan ke bawah hingga muka, badan, ekstremitas, dan
mencapai kaki pada hari ketiga. Lesi ini perlahan-lahan
menghilang dengan urutan sesuai urutan muncul, dengan
warna sisa coklat kekuningan atau deskuamasi ringan.
Eksantem hilang dalam 4-6 hari
4. Pemeriksaan Penunjang

Biasanya tidak diperlukan

5. Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Terdapat varian untuk morbili

a. Morbili termodifikasi.
b. Morbili atipik.
c. Morbili pada individu dengan gangguan imun.
6. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan
mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.

b. Obat diberikan untuk gejala simptomatis misalnya demam


dengan antipiretik.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR MORBILI UPTD PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman :3/4
Prosedur/ c. Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.
Langkah -
langkah d. Suplementasi vitamin A diberikan pada:

1) Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi


2 dosis
2) Umur 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis
3) Umur di atas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis
4) Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama
sesuai umur, dilanjutkan dosis ketiga sesuai umur yang
diberikan 2-4 minggu kemudian.
7. Kriteria Rujukan

Rujukan ke Rumah Sakit dilakukan pada campak dengan


komplikasi (superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi, croup,
ensefalitis)
6. Diagram -
Alir
7. Ruang Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
Lingkup
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun
2. Dr. H. Selamet
SPO
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
Pemeriksa
Serang
SPO
12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Varicella

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN
Ditetapkan oleh
PEMERIKSAAN DAN TERAPI Kepala Puskesmas
PADA PASIEN Pontang
VARICELLA
UPTD No. Dokumen :
PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG Hj. Sruwi Budiana, S.SiT
SPO
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016 MM.KES
NIP.196703101990032009
Halaman :1/3
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien Varicella adalah suatu
perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk
mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus Varicella yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita Varicella
2. Mencegah komplikasi akibat Varicella
3. Mencegah kematian akibat Varicella
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……….................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012

5. Prosedur/ 1. Definisi.
Langkah -
Infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster yang menyerang
langkah
kulit danmukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan
kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
2. Anamnesis
a. Demam
b. Malaise
c. Nyeri kepala
d. Lesi di kulit
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR VARICELLA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah -
a. Papul eritematosa
langkah
b. Vesikel berupa tetesan embun (tear drops)
c. Gambaran polimorfik khas untuk varisela.
4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan mikroskopis sel Tzanck+
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik.
Diagnosis Banding
a. Variola.
b. Herpes simpleks disseminata.
6. Penatalaksanaan
a. Hindari gesekan kulit
b. Pemberian nutrisi TKTP
c. Istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain.
d. Antihistamin : clorfeniramin maleat 3 x 4 mg dapat
diberikan untuk mengurangi gatal.
e. Pengobatan antivirus oral dengan pemberian Asiklovir:
dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB
(dosis maksimal 800 mg)
f. Penderita sebaiknya dikarantina untuk mencegah
penularan.
g. Bila ada demam : antipiretik sesuai dosis dewasa 3 x 500
mg, anak 10 mg / kg BB.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR VARICELLA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ 7. Kriteria rujukan
Langkah -
a. Terdapat gangguan imunitas
langkah
 Mengalami komplikasi yang berat seperti pneumonia,
ensefalitis, dan hepatitis.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat
Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD
Terkait
dan Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama - Meti Krisnawati
Penyusun SPO
- Dr. H. Selamet
- Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Nomor :
Revisi ke : B
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi pada
Pasien DBD dan DHF

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
DBD DAN DHF
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/5
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien DBD dan DHF adalah
suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus DBD dab DHF yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita DBD dan DHF
2. Mencegah komplikasi akibat DBD dan DHF
3. Mencegah kematian akibat DBD dan DHF
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ………................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012

5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan
langkah
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes
albopictus serta memenuhi criteria WHO untuk DBD.
2. Anamnesis
Keluhan :
Demam Bifasik akut 2 – 7 hari, nyeri kepala, nyeri
retroorbital, mialgia/athralgia, ruam, gusi berdarah, mimisan,
nyeri perut, mual/muntah, hematemesis dan dapat juga
melena.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DBD DAN DHF UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/5
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah - a. Suhu > 37,5 derajat celcius
langkah
b. Ptekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa
d. Rumple Leed (+)
e. Hepatomegali
f. Splenomegali
g. Hematemesis atau melena
4. Penegakan Diagnosa :
Kriteria WHO, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di
bawah ini terpenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari,
biasanya bifasik/pola pelana.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan
berikut:
 Uji bendung positif
 Petekie, ekimosis atau purpura
 Perdarahan mukosa atau perdarahan dari tempat lain
 Hematemesis atau melena
c. Trombositopeni ( Jumlah trombosit < 100.000/ ul )
d. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma
sebagai berikut :
 Peningkatan hematokrit > 20 % dibandingkan
standard sesuai dengan umur dan jenis kelamin
 Penurunan hematokrit > 20 % setelah mendapat
terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit
sebelumnya.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DBD DAN DHF UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman :3/5
Prosedur/  Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, acistes
Langkah - atau hipoproteinemia.
langkah
Klasifikasi :
Derajat DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat berdasarkan
klasifikasi WHO 1997 :
a. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang
tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji
tourniquet/ mudah memar.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan
dibawah kulit atau perdarahan lain.
c. Derajat III : Terdapat kegagalan sirkulasi yaitu nadi
cepat dan lemah atau hipotensi (20 mmHg atau <) disertai
kulit dingin dan lembab, sianosis di sekitar mulut serta
gelisah
d. Derajat IV : Syok berat, tekanan darah dan nadi tidak
terukur.
e. DBD derajat III dan IV digolongkan dalam Dengue Shock
Syndrom ( DSS ).
5. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi : Bed rest, makanan lunak.
b. Farmakologi :
- Simptomatis : Antipiretik
- Cairan intravena RL/Kristaloid 6-7 ml/kg BB/Jam.
 PERBAIKAN ( Ht, Frek nadi, Td membaik, produksi
urine meningkat)  kurangi infus Kristaloid 5 ml/kg
BB/jam, PERBAIKAN : kurangi infus Kristaloid 3
ml/kg BB/ jam, PERBAIKAN : terapi cairan
dihentikan 24 sampai 48 jam.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DBD DAN DHF UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/5
Prosedur/  TIDAK MEMBAIK (Ht, Frek nadi dan Td menurun <
Langkah - 20 mmHg, produksi urine menurun) infus
langkah
Kristaloid 10 ml/kg BB/jam (jika ada perbaikan
kurangi infus 5 ml/kg BB/jam dan ikuti alur
perbaikan) TIDAK MEMBAIK : INFUS Kristaloid
15ml/kg BB/jam  KONDISI MEMBURUK :
terdapat tanda-tanda syok lakukan Tatalaksana
sesuai protokol syok dan perdarahan.
6. Kriteria Rujukan
Dirujuk apabila :
a. Terjadi perdarahan masif ( Hematemesis, Melena )
b. Dengan pemberian cairan Kritaloid sampai 15 ml/kg
BB/jam kondisi tidak membaik
 Terjadi komplikasi yang tidak lajim seperti penurunan
kesadaran, kejang.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
Lingkup
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun
2. Dr. H. Selamet
SPO
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
Pemeriksa
Serang
SPO
12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi pada
Pasien Keracunan Makanan

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
KERACUNAN MAKANAN
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/4
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien keracunan makanan


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus keracunan makanan yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita keracunan makanan
2. Mencegah komplikasi akibat keracunan makanan
3. Mencegah kematian akibat keracunan makanan
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No .......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan
langkah
pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau
air yang terkontaminasi dengan zat patogen dan atau
bahan kimia, misalnya Norovirus, Salmonella, Clostridium
perfringens, Campylobacter, dan Staphylococcus aureus.
2. Anamnesis
Keluhan :
a. Diare akut pada keracunan makanan biasanya
berlangsung kurang dari 2 minggu.
b. Darah atau lendir pada tinja; menunjukkan invasi
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR KERACUNAN MAKANAN UPTD PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ mukosa usus atau kolon.
Langkah -
c. Nyeri perut.
langkah
d. Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya
elektrolit yang mendasari, seperti pada kolera yang
berat.
e. Kembung.
Faktor Risiko
a. Riwayat makan/minum di tempat yang tidak higienis
b. Konsumsi daging /unggas yang kurang matang dapat
dicurigai untuk Salmonella spp, Campylobacter spp,
toksin Shiga E coli, dan Clostridium perfringens.
c. Konsumsi makanan laut mentah dapat dicurigai untuk
Norwalk-like virus,Vibrio spp, atau hepatitis A.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus difokuskan untuk menilai
keparahan dehidrasi.
a. Diare, dehidrasi, dengan tanda–tanda tekanan darah
turun, nadi cepat, mulut kering, penurunan keringat,
dan penurunan output urin.
b. Nyeri tekan perut, bising usus meningkat atau
melemah.
4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan
fisik
5. Penatalaksanaan
a. Tujuan utamanya adalah rehidrasi yang cukup dan
suplemen elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
UPTD
STANDAR KERACUNAN MAKANAN PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman :3/4
Prosedur/ pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau larutan
Langkah -
intravena (misalnya, larutan natrium klorida isotonik,
langkah
larutan Ringer Laktat).
b. Jika gejalanya menetap setelah 3-4 hari, etiologi
spesifik harus ditentukan dengan melakukan kultur
tinja. Untuk itu harus segera dirujuk.
c. Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga
kebersihan diri.
d. Konseling dan Edukasi :Edukasi kepada keluarga
untuk turut menjaga higiene keluarga dan pasien.
6. Kriteria Rujukan
a. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari
ditangani dengan adekuat.
Pasien mengalami perburukan. Dirujuk ke layanan
sekunder dengan spesialis penyakit dalam atau
spesialis anak.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD
Terkait
dan Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO Serang
12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi
Pada Pasien Alergi Makanan

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
ALERGI MAKANAN
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/4 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien alergi makanan


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus alergi makanan yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita alergi makanan
2. Mencegah komplikasi akibat alergi makanan
3. Mencegah kematian akibat alergi makanan
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Alergi makanan adalah suatu respons normal terhadap
langkah
makanan yang dicetuskan oleh suatu reaksi yang spesifik
didalam suatu sistem imun dan diekspresikan dalam
berbagai gejala yang muncul dalam hitungan menit atau
beberapa jam setelah makanan masuk.
2. Anamnesis
a. Pada kulit: eksim, urtikaria.
b. Pada saluran pernapasan : rinitis, asma.
c. Keluhan pada saluran pencernaan : gejala
gastrointestinal non spesifik dan berkisar dari edema,
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ALERGI MAKANAN UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ pruritus bibir, mukosa pipi, mukosa faring, muntah,
Langkah -
kram, distensi, diare.
langkah
d. Sindroma alergi mulut melibatkan mukosa pipi atau
lidah tidak berhubungan dengan gejala
gastrointestinal lainnya.
e. Hipersensitivitas susu sapi pada bayi
Faktor Risiko : terdapat riwayat alergi di keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kulit dan mukosa serta paru.
4. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dan
pemeriksaan fisik
5. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa :
 Antihistamin :
- Chlorotheramin maleat 0,35mg/kg BB/hari
- Cetirizin : > 2 thn : 1 x 2,5mg
>12 thn : 5 – 10mg per hari
- Loratadine :
> 2thn – 12 thn( BB >30kg) : 1 x 10mg
( BB <30kg) : 1 x 5mg
>12 thn :1 x 10mg
- Kortikosteroid :
a. Dexamethasone :
anak : 0,08-0.3 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis
Dewasa : 0,5 – 10mg / hari
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ALERGI MAKANAN UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ b. Prednisone :
Langkah-
anak : 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
langkah
Dewasa : 5 – 60 mg / hari
b. Edukasi :
 Edukasi pasien untuk kepatuhan diet pasien
 Menghindari makanan yang bersifat alergen sengaja
mapun tidak sengaja (perlu konsultasi dengan ahli
gizi)
 Perhatikan label makanan
 Menyusui bayi sampai usia 6 bulan menimbulkan
efek protektif terhadap alergi makanan
6. Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila terjadi reaksi anafilaksi
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Exhanthematous Drug Eruption

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
EXHANTHEMATOUS DRUG Pontang
ERUPTION
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B Hj. Sruwi Budiana,
PONTANG SPO
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016 S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009
Halaman :1/4
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien Exhanthematous
Drug Eruption adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-
langkah yang dibakukan untuk mengenal, memahami,
mendiagnosa, menatalaksana dan memilih kasus
Exhanthematous Drug Eruption yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita Exhanthematous Drug Eruption
2. Mencegah komplikasi akibat Exhanthematous Drug
Eruption
3. Mencegah kematian akibat Exhanthematous Drug
Eruption
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Exanthematous Drug Eruption adalah salah satu bentuk
langkah
reaksi alergi ringan pada kulit yang terjadi akibat
pemberian obat yang sifatnya sistemik.
2. Anamnesis
 Gatal ringan sampai berat
 kemerahan dan bintil pada kulit.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR EXHANTHEMATOUS DRUG
UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR ERUPTION PONTANG
OPERASIONAL No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/  Kelainan muncul 10-14 hari setelah mulai pengobatan.
Langkah -
disebabkan karena penggunaan antibiotik (ampisilin,
langkah
sulfonamid, dan tetrasiklin) atau analgetik-antipiretik
non steroid.
 demam subfebris
 malaise
 nyeri sendi muncul 1-2 minggu setelah mulai
mengkonsumsi obat, jamu, atau bahan-bahan yang
dipakai untuk diagnostik (contoh: bahan kontras
radiologi).
3. Pemeriksaan Fisik
Papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna putih
seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya
terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak keluar
massa yang berwarna putih seperti nasi.
4. Diagnosis
Diagnosis Klinis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
5. Diagnosis Banding : Morbili
6. Penatalaksanaan
 menghentikan obat terduga.
 Farmakoterapi yang diberikan, yaitu:
b. Kortikosteroid sistemik
- dewasa : Prednison tablet 30 mg/hari (3x1) selama
1 minggu
- Anak : 1 -2 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR EXHANTHEMATOUS DRUG
UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR ERUPTION PONTANG
OPERASIONAL No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ c. Antihistamin sistemik :
Langkah -
- Setirizin 2x10 mg/hari selama 7 hari bila
langkah
diperlukan ,atau
- Loratadin 10 mg/hari selama 7 hari bila
diperlukan.
b. Topikal : Bedak salisilat 2%.
7. Konseling dan Edukasi
 Eliminasi obat penyebab erupsi.
 Pasien dan keluarga membuat catatan tentang alergi
obat yang dideritanya.
 Memberitahukan pasien bisa sembuh dengan adanya
hiperpigmentasi pada lokasi lesi.
8. Kriteria rujukan
 Lesi luas di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan
dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma
Steven Johnson.
 Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan
pengobatan standar dan menghindari obat selama 7 hari
 Lesi meluas
6. Diagram Alir -
7. Ruang Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
Lingkup
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD
Terkait
dan Rujukan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR EXHANTHEMATOUS DRUG
UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR ERUPTION PONTANG
OPERASIONAL No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 4/4
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama - Meti Krisnawati
Penyusun SPO
- Dr. H. Selamet
- Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Anemia Defisiensi Besi

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
ANEMIA DEFISIENSI BESI
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/3
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien anemia defisiensi besi
adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus anemia defisiensi besi yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita anemia defisiensi besi
2. Mencegah komplikasi akibat anemia defisiensi besi
3. Mencegah kematian akibat anemia defisiensi besi
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Penurunan kadar Haemoglobin yang menyebabkan
langkah
penurunan kadar oksigen yang didistribusikan ke seluruh
tubuh sehingga menimbulakn berbagai keluhan (syndrom
Anemia)
2. Anamnesis
Lemah, Lesu, Letih, Lelah, Penglihatan berkunang – kunang,
pusing, telinga berdenging dan penurunan Konsentrasi.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR ANEMIA DEFISIENSI BESI UPTD PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ Faktor Resiko
Langkah -
a. Ibu Hamil
langkah
b. Remaja Putri
c. Pemakaian Obat Sefalosforin, Chloramfenicol jangka
panjang
d. Status gizi kurang
e. Faktor ekonomi kurang
f. Infeksi kronis
g. Keganasan
h. Pola makan (Vegetarian)
3. Pemeriksaan Fisik Patognomonis
a. KULIT : Pucat – indikator yang cukup baik, sianotik, atrofi
papil lidah, Allopesia, Koilonikia (kuku sendok at cekung).
b. Kardiovaskuler : Takikardi, bising jantung
c. Respirasi : Frekwensi nafas takipnoe (nafas cepat )
d. Mata : Konjungtiva pucat
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Haemoglobin darah
5. Penegakkan Diagnosis (ASSESMENT)
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan darah dengan
kriteria Hb darah kurang dari kadar Hb Normal
Nilai Rujukan kadar Haemoglobin Normal menurut WHO :
 Laki-laki : > 13 gr/dl
 Perempuan : > 12 gr/dl
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ANEMIA DEFISIENSI BESI UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/  Perempuan hamil : > 11 gr/dl
Langkah-
6. Penatalaksanaan.
langkah
 Anemia dikoreksi peroral 3 – 4 x sehari dengan :
 Sulfas Ferrosus 3 x 1 tab
 Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat :
mual, mumtah, heart burn, konstipasi, diare, BAB
kehitaman
 Jika tidak dapat mentoleransi koreksi peroral atau
kondisi akut maka dilakukan koreksi perenteral
segera
7. Kriteria Rujukan
Anemia berat dengan indikasi tranfusi jika Hb< 6mg%/dl
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD
Terkait
dan Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama - Meti Krisnawati
Penyusun SPO
- Dr. H. Selamet
- Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien dengan Penyakit Cacing Tambang

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
DENGAN PENYAKIT CACING Pontang
TAMBANG
UPTD No. Dokumen :
PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG Hj. Sruwi Budiana,
SPO
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016 S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009
Halaman :1/3
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien dengan penyakit
cacing tambang adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-
langkah yang dibakukan untuk mengenal, memahami,
mendiagnosa, menatalaksana dan memilih kasus penyakit
cacing tambang yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita penyakit cacing tambang
2. Mencegah komplikasi akibat penyakit cacing tambang
3. Mencegah kematian akibat penyakit cacing tambang
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ………...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infestasi
langkah
parasit Necator americanus dan Ancylostoma duodenale.
2. Anamnesa
Pada infestasi ringan cacing tambang umumnya belum
menimbulkan gejala. Namun bila infestasi tersebut sudah
berlanjut sehingga menimbulkan banyak kehilangan darah,
maka akan menimbulkan gejala seperti pucat dan lemas.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR
DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR DENGAN PENYAKIT CACING
UPTD PUSKESMAS
OPERASIONAL TAMBANG PONTANG
No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah -
a. Konjungtiva pucat
langkah
b. Perubahan pada kulit (telapak kaki) bila banyak larva
yang menembus kulit (ground itch).
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopik pada tinja segar ditemukan telur
dan atau larva (jika ada )
5. Penegakkan Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
Klasifikasi :
a. Nekatoriasis
b. Ankilostomiasis
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
1. Pemberian pirantel pamoat selama 3 hari, atau
2. Albendazole 400 mg, dosis tunggal, tidak diberikan
pada wanita hamil.
3. Sulfas Ferrosus 3 x 1 tab
b. Edukasi
Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan
pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, antara
lain:
1. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DENGAN PENYAKIT CACING
UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR TAMBANG PONTANG
OPERASIONAL No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ 2. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
Langkah-
3. Menggunakan alas kaki, terutama saat berkontak
langkah
dengan tanah.
7. Kriteria Rujukan
a. Laboratorium mikroskopis sederhana untuk
pemeriksaan specimen tinja.
b. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah
rutin.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Insomnia

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
INSOMNIA
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/3
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien insomnia adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus insomnia yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita insomnia
2. Mencegah komplikasi akibat insomnia
3. Mencegah kematian akibat insomnia
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Insomnia adalah gejala atau gangguan dalam tidur, dapat
langkah
berupa kesulitan berulang untuk mencapai tidur, atau
mempertahankan tidur yang optimal, atau kualitas tidur
yang buruk.
2. Anamnesa
Keluhan : Sulit tidur, sering terbangun di malam hari,
kualitas tidur yang buruk.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, pasien tampak lelah dan mata
cekung. Bila terdapat gangguan organik, ditemukan
kelainan pada organ.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR INSOMNIA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 4. Penegakkan Diagnosis
Langkah -
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis.
langkah
5. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Untuk obat-obatan, pasien dapat diberikan:
 Diazepam 2 - 5 mg pada malam hari.
Pada orang yang berusia lanjut atau mengalami
gangguan medik umum diberikan dosis minimal
efektif.
b. Edukasi
Pasien diberikan penjelasan tentang faktor-faktor
risiko yang dimilikinya dan pentingnya untuk memulai
pola hidup yang sehat dan mengatasi masalah yang
menyebabkan terjadinya insomnia.
6. Kriteria Rujukan
Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan
perbaikan, atau apabila terjadi perburukan walaupun
belum sampai 2 minggu.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama - Meti Krisnawati
Penyusun SPO
- Dr. H. Selamet
- Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO Serang
12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke :
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Obesitas

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SIT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
OBESITAS
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/4
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien obesitas adalah suatu
perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk
mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus obesitas yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita obesitas
2. Mencegah komplikasi akibat obesitas
3. Mencegah kematian akibat obesitas
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ………................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas
4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014
2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Obesitas merupakan keadaan dimana seseorang memiliki
langkah
kelebihan kandungan lemak (body fat) sehingga orang
tersebut memiliki risiko kesehatan.
2. Anamnesa
Biasanya pasien datang bukan dengan keluhan kelebihan
berat badan namun dengan adanya gejala dari risiko
kesehatan yang timbul.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran Antropometri (BB, TB dan LP)
Indeks Masa Tubuh (IMT/Body mass index/BMI)
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR OBESITAS UPTD PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ menggunakan rumus :
Langkah -
Badan (Kg)/Tinggi Badan kuadrat (m2)
langkah
b. Pengukuran lingkar pinggang (pada pertengahan antara
iga terbawah dengan Krista Illiaka, pengukuran dari
lateral dengan pita tanpa menekan jaringan lunak)
Resiko meningkat bila laki-laki >85cm dan
perempuan > 80cm.
c. Pengukuran tekanan darah : untuk menentukan resiko
dan komplikasi
4. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan risiko dan komplikasi, yaitu
pemeriksaan kadar gula darah, profil lipid, asam urat.
5. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan penunjang.
Risiko ko-morbiditas
IMT
Klasifikasi Lingkar Pinggang
(kg/m2)
Laki-laki < 85cm Laki-laki >85 cm
Perempuan < 80 cm Perempuan >80 cm
Rendah (namun
Underweight < 18,5 risiko untuk masalah Rata-rata
klinis lainnya)
Normal 18,5 – 22,9 Rata-rata Meningkat

Overweight >23,0

BB lebih dengan
23,0-24,9 Meningkat Menengah
risiko

Obese I 25,0 – 29,9 Menengah Parah

Obese II >30 Parah Sangat parah


MELAKUKAN
PEMERIKSAAN DAN TERAPI
STANDAR PADA PASIEN OBESITAS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ 6. Penatalaksanaan
Langkah -
a. Penatalaksanaan ini meliputi perubahan pola makan
langkah
(makan dalam porsi kecil namun sering) dengan
mengurangi konsumsi lemak dan kalori, meningkatkan
latihan fisik.
b. Pengaturan pola makan dimulai dengan mengurangi
asupan kalori sebesar 300-500 kkal/hari dengan
tujuan untuk menurunkan berat badan sebesar ½-1 kg
per minggu.
c. Latihan fisik dimulai secara perlahan dan ditingkatkan
secara bertahap intensitasnya. Pasien dapat memulai
dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu
3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya
selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu.
7. Kriteria Rujukan
a. Konsultasi pada dokter spesialis penyakit dalam bila
pasien merupakan obesitas dengan risiko tinggi dan
risiko absolut.
b. Jika sudah dipercaya melakukan modifikasi gaya
hidup (diet yang telah diperbaiki, aktifitas fisik yang
meningkat dan perubahan perilaku) selama 3 bulan,
dan tidak memberikan respon terhadap penurunan
berat badan.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
MELAKUKAN
PEMERIKSAAN DAN TERAPI
STANDAR PADA PASIEN OBESITAS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Infeksi Saluran Kemih

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
INFEKSI SALURAN KEMIH
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/4 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien infeksi saluran


kemih adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah
yang dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus infeksi saluran kemih
yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita infeksi saluran kemih
2. Mencegah komplikasi akibat infeksi saluran kemih
3. Mencegah kematian akibat infeksi saluran kemih
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Adalah Infeksi yang terjadi pada saluran kemih.
langkah
2. Anamnesa
Demam, susah buang air kecil, nyeri saat diakhir BAK
(disuria terminal), sering BAK (polakisuria), nokturia,
anyang-anyangan, nyeri pinggang dan nyeri suprapubik.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Demam
b. ‘Flank pain’ (Nyeri ketok pinggang belakang/
costovertebral angle)
c. Nyeri tekan suprapubik
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR INFEKSI SALURAN KEMIH UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ 4. Pemeriksaan Penunjang
Langkah -
a. Darah Perifer Lengkap
langkah
b. Urinalisis
b. Ureum dan kreatinin ( jika ada )
c. Kadar gula darah
5. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
6. Penatalaksanaan
a. Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal
normal.
b. Menjaga higienitas genitalia eksterna.
c. Pemberian antibiotik :
 Dewasa : golongan flurokuinolon (levofloxacin)
dengan durasi 7-10hari pada perempuan dan 10-14
hari pada laki-laki.
 Anak – anak :
- Bayi usia 6 minggu – 6 bulan :120 mg, 2 kali
sehari.
- Anak usia 6 bulan – 6 tahun : 240 mg, 2 kali
sehari.
- Anak usia 6 – 12 tahun : 480 mg, 2 kali sehari.
- Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 960 mg, 2 kali
sehari.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR INFEKSI SALURAN KEMIH UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ 7. Konseling dan Edukasi
Langkah -
Pasien dan keluarga diberikan pemahaman tentang
langkah
infeksi saluran kemih dan hal-hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
a. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit
infeksi saluran kemih. Penyebab infeksi saluran
kemih yang paling sering adalah karena masuknya
flora anus ke kandung kemih melalui
perilaku/higiene pribadi yang kurang baik.
b. Pada saat pengobatan infeksi saluran kemih,
diharapkan tidak berhubungan seks.
c. Waspada terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih
bagian atas (nyeri pinggang) dan pentingnya untuk
kontrol kembali.
d. Patuh dalam pengobatan antibiotik yang telah
direncanakan.
e. Menjaga kesehatan pribadi-lingkungan dan higiene
pribadi-lingkungan.
8. KRITERIA RUJUKAN
Jika ditemukan komplikasi
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR INFEKSI SALURAN KEMIH UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

10. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Abortus Komplit

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
ABORTUS KOMPLIT
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/3
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien abortus komplit


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus abortus komplit yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan - Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita abortus komplit
- Mencegah komplikasi akibat abortus komplit
- Mencegah kematian akibat abortus komplit
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No..............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi - PMK No. 5 tahun 2014


- SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum
langkah
uteri pada kehamilan kurang dari 20 mg
2. Anamnesis
Keluhan
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri perut atau kram ringan
c. Mulut rahim sudah tertutup
d. Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
ABORTUS KOMPLIT UPTD
STANDAR
PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah -
a. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi,
langkah
suhu)
b. Penilaian tanda-tanda syok
c. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia
d. Mencari ada tidaknya massa abdomen
e. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer
f. Pemeriksaan ginekologi pada Abortus Komplit ditemukan
• Osteum uteri tertutup
• Perdarahan sedikit
• Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG.
b. Pemeriksaan tes kehamilan (BHCG) : biasanya masih
positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
5. Penegakan Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan penunjang
6. Penatalaksanaan
Abortus komplit Tidak memerlukan pengobatan khusus,
hanya apabila menderita anemia perlu diberikan sulfas
ferosus dan dianjurkan supaya makanannya mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral
7. Kriteria Rujukan : Tidak ada
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR ABORTUS KOMPLIT UPTD PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman : 3/3
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Astigmatism

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
ASTIGMATISM
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/3
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien astigmatism adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus astigmatism yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita astigmatism
2. Mencegah komplikasi akibat astigmatism
3. Mencegah kematian akibat astigmatism
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ………..............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Astigmatisma adalah keadaan di mana sinar sejajar tidak
langkah
dibiaskan secara seimbang pada seluruh meridian.
2. Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur. Pasien
memicingkan mata untuk dapat melihat lebih jelas.
Keluhan disertai hanya dapat membaca dengan jarak lebih
dekat.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Oftalmologis
a. Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6
meter.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ASTIGMATISM UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No
:
dokumen
Halaman : 2/3
Prosedur/ b. Pada mata dipasang bingkai percobaan. Satu mata
Langkah -
ditutup, biasanya mata kiri ditutup terlebih dahulu
langkah
untuk memeriksa mata kanan.
c. Penderita diminta membaca kartu snellen mulai huruf
terbesar (teratas) dan diteruskan pada baris
bawahnya sampai pada huruf terkecil yang masih
dapat dibaca. Lensa positif 0,5D ditambah pada mata
yang diperiksa (teknik fogging).
d. Pasien diminta melihat gambar kipas pada Snellen
chart dan menyebutkan garis yang paling jelas.
e. Pasangkan lensa silinder -0,5D dengan aksis tegak
lurus terhadap garis yang paling jelas.
f. Perlahan-lahan lensa silinder dinaikkan kekuatan
dioptrinya sampai semua garis terlihat sama jelas.
g. Pasien kembali diminta melihat Snellen chart, bila
visus belum 6/6 lensa fogging dicabut.
h. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
4. Penegakkan Diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik oftalmologis.
5. Penatalaksanaan
Konseling dan Edukasi
Memberitahu keluarga bahwa astigmatisma gangguan
penglihatan dapat dikoreksi
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ASTIGMATISM UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ 6. Kriteria Rujukan
Langkah-
Apabila visus tidak dapat mencapai 6/6.
langkah

6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Otitis Eksterna

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
OTITIS EKSTERNA
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/4
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien otitis eksterna adalah
suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus otitis eksterna yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita otitis eksterna
2. Mencegah komplikasi akibat otitis eksterna
3. Mencegah kematian akibat otitis eksterna
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ………...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
adalah radang liang telinga akut maupun kronis
langkah
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.
2. Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga, rasa
gatal yang hebat dan rasa penuh pada liang telinga.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri tekan pada tragus
b. Nyeri tarik daun telinga
c. Kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR OTITIS EKSTERNA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ a. Pada pemeriksaan liang telinga:
Langkah-
1. Pada otitis eksterna sirkumskripta dapat terlihat
langkah
furunkel atau bisul serta liang telinga sempit
2. Pada otitis eksterna difusa liang telinga sempit, kulit
liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya
tidak jelas serta sekret yang sedikit
3. Pada otomikosis dapat terlihat jamur seperti serabut
kapas dengan warna yang bervariasi (putih kekuningan)
4. Pada herpes zoster otikus tampak lesi kulit vesikuler di
sekitar liang telinga.
4. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Klasifikasi Otitis Eksterna:
a. Otitis Eksterna Akut
1. Otitis eksterna sirkumskripta
2. Otitis eksterna difus
b. bInfeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi
bakteri.
c. Otomikosis
d. Herpes Zoster Otikus
5. Penatalaksanaan
a. Farmakologi:
1. Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat
diberikan salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk
salep seperti polymixin B atau basitrasin.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR OTITIS EKSTERNA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ 2. Oral sistemik
Langkah-
Antibiotika sistemik diberikan dengan pertimbangan
langkah
infeksi yang cukup berat.
 Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat
diberikan.
 Pengobatan herpes zoster otikus sesuai dengan
tatalaksana Herpes Zoster.
b. Konseling dan Edukasi
Pasien dan keluarga perlu diberitahu tentang:
a. Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau
lainnya.
b. Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang.
c. Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga
liang telinga agar dalam kondisi kering dan tidak
lembab.
6. Kriteria Rujukan
a. Pada kasus herpes zoster otikus
b. Kasus otitis eksterna nekrotikan
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama - Meti Krisnawati
Penyusun SPO
- Dr. H. Selamet
- Nuni Ari Sri Nurwahyuni
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR OTITIS EKSTERNA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Rhinitis Vasomotor

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
RHINITIS VASOMOTOR
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/3
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien rhinitis vasomotor


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus rhinitis vasomotor yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita rhinitis vasomotor
2. Mencegah komplikasi akibat rhinitis vasomotor
3. Mencegah kematian akibat rhinitis vasomotor
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No.........................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
adalah suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa
langkah
adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan
pajanan obat (kontrasepsi oral, antihipertensi, B-bloker,
aspirin, klorpromazin, dan obat topikal hidung dekongestan
2. Anamnesa
a. keluhan hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan
tergantung posisi tidur pasien. Pada pagi hari saat
bangun tidur, kondisi memburuk karena adanya
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR RHINITIS VASOMOTOR UPTD PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ b. perubahan suhu yang ekstrem, udara yang lembab, dan
Langkah-
karena adanya asap rokok.
langkah
c. Gejala lain rhinitis vasomotor dapat berupa:
 Rinore yang bersifat serous atau mukus, kadang-
kadang jumlahnya agak banyak
 Bersin-bersin lebih jarang dibandingkan rhinitis
alergika.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan rinoskopi anterior :
 Tampak gambaran edema mukosa hidung, konka
berwarna merah gelap atau merah tua tetapi dapat pula
pucat.
 Permukaan konka licin atau tidak rata.
 Pada rongga hidung terlihat adanya sekret mukoid,
biasanya jumlahnya tidak banyak. Akan tetapi pada
golongan rinore tampak sekret serosa yang jumlahnya
sedikit lebih banyak dengan konka licin atau berbenjol-
benjol
4. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik.
5. Penatalaksanaan
a. Menghindari faktor pencetus.
b. Menghindari terlalu lama di tempat yang ber-AC
c. Menghindari minum-minuman dingin
d. Pemberian anti histamin :
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR RHINITIS VASOMOTOR UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ - Chlorotheramin maleat 0,35mg/kg BB/hari
Langkah-
- Cetirizin : > 2thn : 1 x 2,5mg
langkah
>12 thn : 5 – 10mg per hari
- Loratadine : > 2thn – 12 thn (BB >30kg) : 1 x 10mg
(BB <30kg) : 1 x 5mg
>12 thn :1 x 10mg
6. KRITERIA RUJUKAN
Jika diperlukan tindakan operatif
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Herpes Zoster

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
HERPES ZOSTER
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien herpes zoster


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus herpes zoster yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita herpes zoster
2. Mencegah komplikasi akibat herpes zoster
3. Mencegah kematian akibat herpes zoster
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh
langkah
virus varisela-zoster.
2. Anamnesa
Keluhan : nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi
dapat disertai dengan gejala prodromal sistemik berupa
demam, pusing, dan malaise.
Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan yang dalam
waktu singkat menjadi vesikel berkelompok dengan dasar
eritem dan edema
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HERPES ZOSTER UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah -
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak
langkah
unilateral sepanjang distribusi saraf spinal atau
kranial.Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali,
erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya.
4. Penegakkan Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
5. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif dilakukan dengan menghindari gesekan
kulit yang mengakibatkan pecahnya vesikel, pemberian
nutrisi TKTP, dan istirahat dan mencegah kontak
dengan orang lain.
b. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi.
c. Topikal :
- Stadium vesikel : bedak salisil 2%.
- Apabila erosif, diberikan kompres terbuka, apabila
terjadi ulserasi, dapat dipertimbangkan pemberian
salep antibiotik.
d. Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan:
e. Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20
mg/kgBB (dosis maksimal 800 mg).
Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari dan efektif
diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi.
f. Aspirin dihindari oleh karena dapat menyebabkan
Reye’s syndrome.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HERPES ZOSTER UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ 6. Kriteria Rujukan
Langkah-
1. Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi.
langkah
b. Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri
(imunokompromais).
c. Terjadi komplikasi
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Pitiriasis Rosea

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
PITIRIASIS ROSEA
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien pitiriasis rosea


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus pitiriasis rosea yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita pitiriasis rosea
2. Mencegah komplikasi akibat pitiriasis rosea
3. Mencegah kematian akibat pitiriasis rosea
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Penyakit ini belum diketahui sebabnya, dimulai dengan
langkah
sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus
(mother patch), kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih
kecil di badan, lengan dan paha atas, yang tersusun
sesuai dengan lipatan kulit. Penyakit ini biasanya
sembuh dalam waktu 3-8 minggu. Pitiriasis rosea
didapati pada semua umur, terutama antara 15-40
tahun, dengan rasio pria dan wanita sama besar
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR PITIRIASIS ROSEA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 2. Anamnesa
Langkah -
keluar lesi kemerahan yang awalnya satu kemudian
langkah
diikuti dengan lesi yang lebih kecil yang menyerupai
pohon cemara terbalik. Lesi ini kadang-kadang dikeluhkan
terasa gatal ringan
3. Pemeriksaan Fisik
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit
dimulai dengan lesi pertama (herald patch) umumnya di
badan, soliter, berbentuk oval, dan anular.Lesi terdiri atas
eritema dan skuama halus di atasnya. Lamanya beberapa
hari sampai dengan beberapa minggu.,susunannya sejajar
dengan tulang iga, sehingga menyerupai pohon cemara
terbalik. Tempat predileksi yang sering adalah pada
badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas
4. Penegakkan Diagnosis
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
5. Penatalaksanaan
Dengan pengobatan simptomatik, misalnya untuk gatal
diberikan antipruritus seperti bedak asam salisilat 1-2%.
6. KRITERIA RUJUKAN
Bila ada komplikasi.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR PITIRIASIS ROSEA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Vulvitis

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
VULVITIS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien vulvitis adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus vulvitis yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita vulvitis
2. Mencegah komplikasi akibat vulvitis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (organ
langkah
kelamin luar wanita)
2. Anamnesis
Rasa gatal, perih di kemaluan seperti terbakar,
kemerahan serta keluarnya cairan kental dari kemaluan
dan berbau.
3. Pemeriksaan Fisik
Dari inspeksi daerah genital didapati kulit vulva yang
menebal dan kemerahan, dapat ditemukan juga lesi di
sekita vulva. Adanya cairan kental dan berbau yang
keluar dari vagina
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR VULVITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 4. Penegakkan Diagnosis
Langkah -
Diagnosis klinis ditegakkan dengan anamnesis dan
langkah
pemeriksaan fisik.
5. Penatalaksanaan
a. Menghindari penggunaan bahan yang dapat
menimbulkan iritasi di sekitar daerah genital.
b. Menggunakan salep kortison. Jika vulvitis disebabkan
infeksi vagina, dapat dipertimbangkan pemberian
antibiotik sesuai penatalaksanaan vaginitis atau
vulvovaginitis.
6. Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk ke dokter spesialis kulit dan kelamin jika
pemberian salep Kortison tidak memberikan respon
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Tetanus

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
TETANUS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/4 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien tetanus adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus tetanus yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita tetanus
2. Mencegah komplikasi akibat tetanus
3. Mencegah kematian akibat tetanus
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf yang
langkah
disebabkan oleh tetanospasmin.
Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik
persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras.
2. Anamnesa
Keluhan Manifestasi klinis tetanus bervariasi dari
kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang
hebat.
a. Tetanus umum/generalisata
Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable,
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TETANUS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan
Langkah -
perut (opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang
langkah
hebat serta kejang umum yang dapat terjadi dengan
rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan
dengan kesadaran yang tetap baik.
b. Tetanus neonatorumTetanus yang terjadi pada bayi
baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat, Gejala
yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk
menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan
spasme.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Dapat ditemukan: kekakuan otot
setempat, trismus sampai kejang yang hebat.
a. Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus,
kekakuan leher, kekakuan dada dan perut
(opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi
tungkai, kejang umum yang dapat terjadi dengan
rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan
dengan kesadaran yang tetap baik.
b. Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan
spasme dan posisi tubuh klasik: trismus, kekakuan
pada otot punggung menyebabkan opisthotonus yang
berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan
ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan
mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari
mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan
dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari kaki
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TETANUS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ 4. Penegakkan Diagnosis
Langkah-
Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan
langkah
riwayat imunisasi
Tingkat keparahan tetanus: Kriteria Pattel Joag
a. Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas ,disfagia dan
kekakuan otot tulang Belakang
b. Kriteria 2: Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi
maupun derajat keparahan.
c. Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari.
d. Kriteria 4: waktu onset ≤48 jam.
e. Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100ºF ( > 400
C), atau aksila 99ºF ( 37,6 ºC ).
5. Penatalaksanaan
a. Manajemen luka
Pasien tetanus yang diduga menjadi port de entry
masuknya kuman C. tetani harus mendapatkan
perawatan luka.
b. Oksigen
c. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Antikonvulsan :Diazepam 6-8 mg/hari. Dosis maksimal
diazepam 240mg/hari.
e. Anti Tetanus Serum (ATS) dapat digunakan, tetapi
sebelumnya diperlukan skin tes untuk hipersensitif.
Dosis biasa 50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan
50.000 unit dengan infus IV lambat. Jika pembedahan
eksisi luka memungkinkan, sebagian
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TETANUS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
Prosedur/ f. antitoksin dapat disuntikkan di sekitar luka.
Langkah-
Untuk Bayi dan anak : Anti tetanus serum (ATS) 5.000-
langkah
10.000 IU, diberikan intramuskular.
6. Kriteria Rujukan
a. Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan
pertama.
b. Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan.
Tetanus Neonatorum
6. Diagram Alir -
7. Ruang Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
Lingkup
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun
2. Dr. H. Selamet
SPO
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
Pemeriksa
Serang
SPO

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Pioderma

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
PIODERMA
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien pioderma adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus pioderma yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita pioderma
2. Mencegah komplikasi akibat pioderma
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No ……...............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Adalah infeksi kulit (epidermis, dermis dan subkutis)
langkah
yang disebabkan oleh bakteri gram positif dari golongan
Stafilokokus dan Streptokokus
2. Anamnesa
Pasien datang mengeluh adanya koreng atau luka di kulit
a. Awalnya berbentuk seperti bintil kecil yang gatal,
dapat berisi cairan
atau nanah dengan dasar dan pinggiran sekitarnya
kemerahan.
Keluhan ini dapat meluas menjadi bengkak disertai
dengan rasa nyeri.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR PIODERMA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ b. Bintil kemudian pecah dan menjadi keropeng/
Langkah -
koreng yang mengering, keras dan sangat lengket.
langkah
3. Pemeriksaan Fisik
a. Folikulitis
b. Furunkel
c. Furunkulosis
d. Karbunkel
e. Impetigo krustosa
f. Impetigo bulosa
g. Ektima
4. Penegakkan Diagnosis
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan Fisik.
5. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif dengan menjaga hygiene, nutrisi TKTP
dan stamina Tubuh
b. Farmakoterapi dilakukan dengan:
- Topikal
 Kompres terbuka dengan PK 1/5000
 Oksitetrasiklin 3% salep
- Antibiotik
 Penisillin
o Dewasa 4x 250-500mg/hari selama 5-7 hari
o Anak 50mg/kgbb/hari terbagi dalam 4 dosis
selama 5-7 hari
 Amoksilin
o Dewasa 3x250-500mg
o Anak 25mg/kg bb/hari terbagi dalam 3
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR PIODERMA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR PONTANG
OPERASIONAL No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ o dosis selama 5-7 hari
Langkah-
 Ciprofloxacin
langkah
o 2 x 500 mg selama 5-7 hari
o Eritromisin
Dewasa 4x250-500mg/kg bb / hari
Anak 20-50 mg/kg bb// hari terbagi 4 dosis
selam 5 hari
o Insisi jika di perlukan
6. KRITERIA RUJUKAN
Pasien dirujuk apabila terjadi:
a. Komplikasi mulai dari selulitis.
b. Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5-7 hari.
Terdapat penyakit sistemik
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan dan rujukan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO Serang

12. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Typus Abdominalis

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
TYPUS ABDOMINALIS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/6 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien typus abdominalis


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus typus abdominalis yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita typus abdominalis
2. Mencegah komplikasi akibat typus abdominalis
3. Mencegah kematian akibat typus abdominalis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No………..............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi.
Langkah -
Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi
langkah
kuman salmonella typhi atau paratyphi.
2. Anamnesis
a. Demam turun naik terutama sore dan malam hari
(demam intermiten). Keluhan disertai dengan sakit
kepala (pusing pusing) yang sering dirasakan di area
frontal, nyeri otot, pegal-pegal, insomnia, anoreksia dan
mual muntah.
b. Keluhan dapat pula disertai gangguan gastrointestinal
berupa konstipasi dan meteorismus atau diare, nyeri
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TYPUS ABDOMINALIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/6
Prosedur/ abdomen dan BAB berdarah.
Langkah -
c. Pada anak dapat terjadi kejang demam.
langkah
d. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam kontinu)
hingga minggu kedua.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Suhu tinggi.
b. Bau mulut karena demam lama.
c. Bibir kering dan kadang pecah-pecah.
d. Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated tongue),
jarang ditemukan pada anak.
e. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
f. Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
g. Hepatosplenomegali.
h. Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang tidak
diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi).
i. Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut :
 Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa
apatis dengan kesadaran seperti berkabut. Bila klinis
berat, pasien dapat menjadi somnolen dan koma atau
dengan gejala-gejala psikosis (organic brain syndrome).
 Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih
menonjol.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah perifer lengkap
Hitung lekosit total menunjukkan leukopeni (<5000 per
mm3), limfositosis relatif, onositosis, aneosinofilia
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TYPUS ABDOMINALIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/6
Prosedur/ dan trombositopenia ringan. Pada minggu ketiga dan
Langkah -
keempat dapat terjadi penurunan hemaglobin akibat
langkah
perdarahan hebat dalam abdomen.
b. Pemeriksaan serologi Widal
Dengan titer O 1/320 diduga kuat diagnosisnya adalah
demam tifoid. Reaksi widal negatif tidak menyingkirkan
diagnosis tifoid. Demam tifoid dianggap pasti bila
didapatkan kenaikan titer 4 kali lipat pada pemeriksaan
ulang dengan interval 5-7 hari.
5. Penegakan Diagnosis (Assessment)
a. Diagnosis Klinis
Suspek demam tifoid (Suspect case) . Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan
saluran cerna dan tanda gangguan kesadaran. Diagnosis
suspek tifoid hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
b. Demam tifoid klinis (Probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran
laboratorium yang menunjukkan tifoid. dibantu dengan foto
toraks.
6. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
 Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
 Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
 Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
 Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi,
suhu, kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam
medik pasien.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
STANDAR DAN TERAPI PADA PASIEN
PROSEDUR TYPUS ABDOMINALIS UPTD PUSKESMAS
OPERASIONAL No revisi :B PONTANG
No dokumen :
Halaman : 4/6
Prosedur/ b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik)
Langkah -
dan mengurangi keluhan gastrointestinal.
langkah
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik.
Antibiotik dan dosis penggunannya
ANTIBIOTIK DOSIS KETERANGAN
A
Kloramfenikol Anak : 50-100 mg/kg Merupakan obat yang sering
BB/hr selama 7-10 hr digunakan, terkenel dan efektif
Dewasa : 4 x 500 mg untuk tifoid, murah dan dapat
selama 10 hr di berikan per oral/IV serta
sensitivitas tinggi.
Tidak diberikan jika lekosit <
2000/ mm3
Ceftriaxone Anak : 80 mg/kg BB/ hr Cepat menurunkan suhu,
selama 7-10 hr, dosis waktu pemberian pendek, dosis
tunggal tunggal, aman untuk anak-
Dewasa : 2 – 4 gr/ hr anak.
selama 3 – 5 hr Pemberioan PO/IV
Ampicillin & Anak : 50-100 mg/kg Aman untuk ibu hamil.
Amoksisilin BB/hr selama 7-10 hr Sering dikombinasi dengan
Dewasa : 1,5 – 2 gr/ hr Kloramfenikol pada pasien
selama 7-10 hr kritis.
Tidak mahal,
Pemberian PO/IV
Cotrimoxazole Anak : TMP 6-19mg/kg Murah, pemberian oral
( TMP – SMX ) BB/hr atau
SMX 30-50 mg/kg
BB/hr selama 10 hr
Dewasa : 2 x 160-800
selama 7 – 10 hr
Quinolone Ciprofloxacin : 2 x 500 Efektif mencegah relaps dan
mg selama 1 minggu kanker
Ofloxacine : 2 x 200-400 Pemberian oral
mg selama 1 minggu Tidak dianjurkan pada anak-
anak
Cefixime Anak : 1,5 – 2 mg/kg Aman untuk anak, efektif
BB/hr dibagi 2 dosis Pemberian Oral
selama 10 hr
Thiamfenicol Anak : 50 mg/kg BB/hr Dapat dipakai anak dan dewasa
selama 5-7 hari bebas Cukup sensitif pada bebeapa
panas daerah.
Dewasa : 4 x 500 mg/ hr
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TYPUS ABDOMINALIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 5/6
Prosedur/ d. Indikasi demam tifoid dilakukan perawatan di rumah
Langkah-
atau rawat jalan:
langkah
 Pasien dengan gejala klinis yang ringan, tidak ada
tanda-tanda komplikasi serta tidak ada komorbid
yang membahayakan.
 Pasien dengan kesadaran baik dan dapat makan
minum dengan baik.
 Pasien dengan keluarganya cukup mengerti tentang
cara-cara merawat serta cukup paham tentang
petanda bahaya yang akan timbul dari tifoid.
 Rumah tangga pasien memiliki atau dapat
melaksanakan sistem pembuangan ekskreta (feses,
urin, muntahan) yang memenuhi syarat kesehatan
pasien.
8. Kriteria Rujukan
a. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum
tampak perbaikan.
b. Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan.
c. Demam tifoid dengan tanda-tanda komplikasi dan
fasilitas tidak mencukupi
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TYPUS ABDOMINALIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 6/6
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Asma Bronchiale

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
ASMA BRONCHIALE
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien asma bronchiale


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus asma bronchiale yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita asma bronchiale
2. Mencegah komplikasi akibat asma bronchiale
3. Mencegah kematian akibat asma bronchiale
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No .....................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi.
Langkah -
Keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
langkah
karena hiperaktivasi terhadap rangsangan tertentu yang
menyebabkan paradangan dan penyempitan.
2. Anamnesis
a. Sesak napas yang episodik.
b. Batuk-batuk berdahak yang sering memburuk pada
malam dan pagi hari menjelang subuh. Batuk biasanya
terjadi kronik.
c. Mengi.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ASMA BRONCHIALE UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ d. Faktor Risiko
Langkah -
Ada riwayat atopi pada penderita atau keluarganya,
langkah
hipersensitif saluran napas, jenis kelamin, ras atau etnik.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sesak nafas disertai suara mengi akibat kesulitan
ekspirasi
b. Sesak hebat ditandai otot-otot bantu pernafasan dan
sianosis
c. Dispnoe di pagi hari dan sepanjang malam, latihan fisik,
cuaca dingin, ISPA, alergen terhadap bulu binatang,
debu.
d. Batuk yang panjang di pagi hari dan malam, batuk bisa
kering atau adanya mukus bening.
e. Pada pemeriksaan auskultasi terdapat wheezing (+)
ekspirasi memanjang.
4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
5. Penatalaksanaan.
Nonfarmakologi :
Hindari / hilangkan faktor pencetus
Farmakologi :
 Saat serangan berikan oksigen 5 lt/m, bronkodilator
reaksi cepat inhalasi (nebulizer Salbutamol 1 ampul
+ Nacl 0,9% 3cc)
 Observasi, klinis membaik  terapi oralTerapi oral :
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ASMA BRONCHIALE UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ 1. Aminopillin
Langkah-
Dewasa : 3x 100 - 300 mg/hari
langkah
Anak : 5 mg/kg BB/hr ( di bagi dalam 3 dosis )
2. Salbutamol
3. ambroxol tab
Bila sering kambuh bisa ditambahkan steroid oral
(prednison/dexametason)
6. Kriteria Rujukan :
 Sering terjadi eksaserbasi
 Pada serangan asma akut, sedang dan berat.
Asma dengan komplikasi
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Dislipidemia

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
DISLIPIDEMIA
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien dislipidemia adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus dislipidemia yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita dislipidemia
2. Mencegah komplikasi akibat dislipidemia
3. Mencegah kematian akibat dislipidemia
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No .....................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang
langkah
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu
atau lebih fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan
fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta
penurunan kolesterol HDL.
2. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya tanpa gejala, biasanya
didapatkan pasien dengan faktor risiko seperti konsumsi
tinggi lemak, merokok, riwayat keluarga dengan
dislipidemia dan DM, kurang beraktivitas fisik, konsumsi
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DILIPIDEMIA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ alkohol, riwayat diabetes sebelumnya.
Langkah -
 Faktor Risiko :
langkah
a. Umur pria = > 45 tahun dan wanita = > 55 tahun.
b. Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini
yaitu ayah usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun.
c. Kebiasaan merokok.
d. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat
obat anti hipertensi).
e. Kolesterol HDL rendah (<40 mg/dl). Jika didapatkan
kolesterol HDL ≥60 mg/dl maka mengurangi satu
faktor risiko dari jumlah total.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan antropometri IMT/Indeks Massa Tubuh) dan
tekanan darah. Cara pengukuran IMT(kg/m2)=
BB(kg)/TB²(m)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar
kolesterol total.
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang.
Klasifikasi berdasarkan NECP (National Cholesterol
Education Program) :
Kolesterol Total
Ideal : < 200 mg/dl
Batas Tinggi : 200 – 239 mg/dl
Tinggi : ≥ 240 mg/dl
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DISLIPIDEMIA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ 6. Penatalaksanaan
Langkah-
a. Non farmakologis yang meliputi
langkah
 modifikasi diet,
 latihan jasmani
 pengelolaan berat badan.
b. Terapi hiperkolesterolemia ;
 statin : Simvastatin 5-40 mg/hari,diberikan malam hari
7. Kriteria Rujukan
Perlu dilakukan rujukan jika terdapat penyakit komorbid
yang harus ditangani oleh spesialis.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Askariasis

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
ASKARIASIS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien astigmatism adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus astigmatism yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita astigmatism
2. Mencegah komplikasi akibat astigmatism
3. Mencegah kematian akibat astigmatism
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No.....................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Askariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
langkah
infestasi parasit Ascaris lumbricoides.
2. Anamnesis
a. Nafsu makan menurun,
b. perut membuncit,
c. lemah,
d. pucat,
e. berat badan menurun,
f. mual,
g. muntah.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ASKARIASIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik :
Langkah -
a. Pemeriksaan tanda vital
langkah
b. Pemeriksaan generalis tubuh: konjungtiva anemis,
terdapat tanda- anda malnutrisi, nyeri abdomen jika
aterjadi obstruksi.
4. Penegakan Diagnosis :
Pada anamnesis dikeluhkan keluar cacing dari
anus/mulut dan pemeriksaan fisik
5. Penatalaksanaan
a. Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan
pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:
 Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun.
 Menutup makanan.
 Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga.
 Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk.
 Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap
bersih dan tidak lembab.
b. Farmakologis
 Pirantel pamoat 10 mg /kg BB, dosis tunggal, atau
 Mebendazol, 500 mg, dosis tunggal, atau
 Albendazol, 400 mg, dosis tunggal. Tidak boleh
diberikan pada ibu hamil.
Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara
massal pada masyarakat. Syarat untuk pengobatan massal
antara lain :
a. Obat mudah diterima dimasyarakat
b. Aturan pemakaian sederhana
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ASKARIASIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ c. Mempunyai efek samping yang minim
Langkah-
d. Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap
langkah
beberapa jenis cacing
e. Harga mudah dijangkau.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Tension Headache

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
TENSION HEADACHE
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien tension headache


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus tension headache yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita tension headache
2. Mencegah komplikasi akibat tension headache
3. Mencegah kematian akibat tension headache
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No .....................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Tension Headache atau Tension Type Headache (TTH) atau
langkah
nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk sakit kepala yang
paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan
jangka waktu dan peningkatan stres.
2. Anamnesis
a. Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher
bagian belakang kemudian menjalar ke kepala bagian
belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan.
b. nyeri ini jugadapat menjalar ke bahu.
c. kepala berat,
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TENSION HEADACHE UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ d. pegal,
Langkah -
e. rasa kencang pada daerah bitemporal dan bioksipital.
langkah
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal,
pemeriksaan neurologis normal.
b. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan
kepala dan leher serta pemeriksaan neurologis yang
meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi, dan
sensoris.
c. Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya
peningkatan tekanan pada bola mata yang bisa
menyebabkan sakit kepala.
4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang normal.
5. Penatalaksanaan
a. Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara
dokter dan pasien merupakan langkah pertama yang
sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Penilaian adanya kecemasan atau depresi harus segera
dilakukan.
b. Penghilang sakit yang sering digunakan adalah:
 Acetaminophen dan NSAID seperti ibuprofen.
6. Kriteria Rujukan
a. Bila nyeri kepala tidak membaik maka dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki
dokter spesialis saraf.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TENSION HEADACHE UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ b. Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri
Langkah-
maka pasien harus dirujuk ke pelayanan sekunder yang
langkah
memiliki dokter spesialis jiwa.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Kasus Benda Asing di Konjungtiva

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA KASUS Kepala Puskesmas
Pontang
BENDA ASING DIKONJUNGTIVA
No. Dokumen :
UPTD No. Revisi :B
PUSKESMAS SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
PONTANG Halaman :1/3
S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien yang kemasukan benda
asing di konjungtiva adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-
langkah yang dibakukan untuk mengenal, memahami,
mendiagnosa, menatalaksana dan memilih kasus benda asing di
konjungtiva yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk melakukan
pemeriksaan dan memberikan terapi pada penderita yang
terkena benda asing di konjungtiva
2. Mencegah komplikasi akibat benda asing di konjungtiva
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No .....................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Benda asing di konjungtiva : benda yang dalam keadaan
langkah
normal tidak dijumpai di konjungtiva. Pada umumnya bersifat
ringan, pada beberapa keadaan dapat berakibat serius
terutama pada benda asing yang bersifat asam atau basa.
2. Anamnesis
a. Keluhan adanya benda yang masuk ke dalam konjungtiva
atau mata nya.
b. Nyeri
c. Mata merah dan berair
d. Sensasi benda asing
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA BENDA
STANDAR ASING DI KONJUNGTIVA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ e. Fotofobia.
Langkah -
3. Pemeriksaan Fisik
langkah
Dalam pemeriksaan oftalmologi:
a. Biasanya visus normal;
b. Ditemukan injeksi konjungtiva tarsal dan/atau bulbi;
c. Pada konjungtiva tarsal superior dan/atau inferior,
dan/atau konjungtiva bulbi ditemukan benda asing.
4. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis:
a. Benda asing/Corpus alienum konjungtivabulbi/tarsal.
b. Penegakan Diagnosis dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda
asing tersebut dari konjungtiva dengan cara :
a. Berikan tetes mata pantokain 2% sebanyak 1-2 tetes
pada mata yang terkena benda asing.
b. Gunakan kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan
benda asing.
b. Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas
atau jarum suntik ukuran 23G.
c. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke
tepi.
d. Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan betadin pada
tempat bekas benda asing.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA BENDA
STANDAR ASING DI KONJUNGTIVA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ e. Kemudian, berikan antibiotik topikal (salep atau tetes
Langkah-
mata) seperti kloramfenikol tetes mata, 1 gtt setiap 2
langkah
jam selama 2 hari.
6. Kriteria Rujukan
Bila terjadi penurunan visus.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, UGD dan Rujukan
Terkait
9. Distribusi UGD dan Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Glaukoma Akut

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
GLAUKOMA AKUT
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien glaukoma akut


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus glaukoma akut yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita glaukoma akut
2. Mencegah komplikasi akibat glaukoma akut
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di
langkah
dunia setelah katarak. Kebutaan karena glaukoma tidak
bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus
glaukoma dapat dikendalikan. Umumnya penderita
glaukoma telah berusia lanjut, terutama bagi yang
memiliki risiko.
2. Anamnesis
a. Keluhan yang bervariasi dan berbeda tergantung jenis
glaukoma.
b. Gejala pada glaukoma kronik (sudut terbuka primer)
adalah kehilangan lapang pandang perifer secara
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR GLAUKOMA AKUT UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ bertahap pada kedua mata.
Langkah -
c. Gejala pada glaukoma akut (sudut tertutup) adalah rasa
langkah
sakit atau nyeri pada mata, mual dan muntah (pada
nyeri mata yang parah), penurunan visus mendadak,
mata merah dan berair.
d. Faktor Risiko :
 Glaukoma akut : bilik mata depan dangkal
 Glaukoma kronik :
- Primer : usia di atas 40 tahun dengan riwayat
keluarga glaukoma.
- Sekunder :
Penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus.
Pemakaian tetes mata steroid secara rutin.
Riwayat trauma pada mata
3. Pemeriksaan Fisik
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh trias
glaukoma, terdiri dari:
a. Peningkatan tekanan intraokular.
b. Perubahan patologis pada diskus optikus.
c. Defek lapang pandang yang khas.
Pemeriksaan Fisik Oftalmologis :
Pada glaukoma akut:
a. Visus menurun.
b. Tekanan Intra Okular meningkat.
c. Konjungtiva bulbi : hiperemia kongesti, kemosis dengan
injeksi silier, injeksi konjungtiva.
d. Edema kornea.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR GLAUKOMA AKUT UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ e. Bilik mata depan dangkal
Langkah-
f. Pupil mid-dilatasi, refleks pupil negatif.
langkah
Pada glaukoma kronik :
a. Biasanya terjadi visus dapat normal.
b. Lapang pandang menyempit dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi
b. Tekanan Intra Okular meningkat (>21 mmHg).
c. Pada funduskopi, C/D rasio meningkat (N=0.3).
4. Penegakan Diagnosis
a. Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik dan oftalmologis.
b. Glaukoma kronik :Penegakan diagnosis dilakukan
berdasarkan tanda dan gejala trias glaukoma.
5. Penatalaksanaan
Rujuk segera ke dokter spesialis mata/pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan dan Rujukan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Rhinitis Alergi

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
RHINITIS ALERGI
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien rhinitis alergi


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus rhinitis alergi yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita astigmatism
2. Mencegah komplikasi rhinitis alergi
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan
langkah
oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya
sudah tersensitisasi oleh alergen yang sama serta
dilepaskan suatu mediator kimia ketika terjadi paparan
ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
2. Anamnesis
a. Ingus encer (rinorea)
b. Bersin
c. Hidung tersumbat
d. Rasa gatal pada hidung (trias alergi).
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR RHINITIS ALERGI UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ e. Bersin merupakan gejala khas, biasanya terjadi
Langkah -
berulang, terutama pada pagi hari. Bersin lebih dari lima
langkah
kali sudah dianggap patologik dan perlu dicurigai
3. Pemeriksaan Fisik
Perhatikan adanya allergic salute, yaitu gerakan pasien
menggosok hidung dengan tangannya karena gatal.
4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik. Rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic
Rhinitis and it’s Impact on Asthma), 2001, rhinitis alergi
dibagi berdasarkan sifat berlangsungnya menjadi:
a. Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu
atau kurang dari 4 minggu.
b. Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu
dan/atau lebih dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis
alergi dibagi menjadi:
a. Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur,
gangguan aktivitas harian, bersantai, berolah raga,
belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
b. Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih
dari gangguan tersebut di atas.
5. Penatalaksanaan
a. Menghindari alergen spesifik
b. Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani telah
diketahui berkhasiat dalam menurunkan gejala alergis
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR RHINITIS ALERGI UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ c. Terapi oral sistemik
Langkah-
 Anti histamin generasi 1 : klorfeniramin, siproheptadin
langkah
 Anti histamin generasi 2: loratadin, cetirizine
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Reaksi Gigitan Serangga

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
REAKSI GIGITAN SERANGGA
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/4 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien reaksi gigitan


serangga adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah
yang dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus reaksi gigitan serangga
yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita reaksi gigitan serangga
2. Mencegah komplikasi akibat reaksi gigitan serangga
3. Mencegah kematian akibat reaksi gigitan serangga
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No.......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi
langkah
hipersensitivitas atau alergi pada kulit akibat gigitan
(bukan terhadap sengatan/stings), dan kontak dengan
serangga. Gigitan hewan serangga, misalnya oleh nyamuk,
lalat, bugs, dan kutu, yang dapat menimbulkan reaksi
peradangan yang bersifat lokal sampai sistemik.
2. Anamnesis
a. Gatal
b. Nyeri, kemerahan, nyeri tekan, hangat atau bengkak
pada daerah tubuh yang digigit, umumnya tidak
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR REAKSI GIGITAN SERANGGA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ c. tertutup pakaian
Langkah -
d. Kebanyakan penderita datang sesaat setelah merasa
langkah
digigit serangga, atau dengan delayed reaction, misalnya
10-14 hari setelah gigitan berlangsung.
e. Kadang-kadang timbul reaksi sistemik gatal seluruh
tubuh, urtikaria, sesak napas dan sakit kepala
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis :
a. Urtika dan papul timbul secara simultan di tempat
gigitan, dikelilingi zona eritematosa.
b. Di bagian tengah tampak titik (punktum) bekas
tusukan/gigitan, kadang hemoragik, atau menjadi
krusta kehitaman.
c. Bekas garukan karena gatal.
Dapat timbul gejala sistemik seperti :
a. Takipneu
b. Stridor
b. Wheezing
c. Bronkospasme
d. Hiperaktif peristaltik
e. Dapat disertai tanda-tanda hipotensi orthostatic
4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Klasifikasi berdasarkan waktu terjadinya :
a. Reaksi tipe cepat.
Terjadi segera hingga 20 menit setelah gigitan, bertahan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR REAKSI GIGITAN SERANGGA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ sampai 1-3 jam.
Langkah-
b. Reaksi tipe lambat.
langkah
 Pada anak terjadi > 20 menit sampai beberapa jam
setelah gigitan serangga.
 Pada orang dewasa dapat muncul 3-5 hari setelah
gigitan.
c. Reaksi tidak biasa.
Sangat segera, mirip anafilaktik.
Klasifikasi berdasarkan bentuk klinis :
a. Urtikaria iregular.
b. Urtikaria papular.
c. Papulo-vesikular, misalnya pada prurigo.
d. Punctum (titik gigitan), misalnya pada pedikulosis kapitis
atau phtirus pubis.
5. Penatalaksanaan
a. Reaksi peradangan lokal dapat dikurangi dengan
sesegera mungkin mencuci daerah gigitan dengan air
dan sabun, serta kompres es.
b. Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena
dapat terjadi obstruksi saluran napas. Bila ada obstruksi
saluran napas berikan ephinefrin sub kutan.
Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid Prednison
60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10
mg/hari.
Dalam kondisi stabil, terapi yang dapat diberikan yaitu:
a. Antihistamin sistemik golongan sedatif
Chlorpheniramine Maleat 3x4 mg selama 7 hari atau
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR REAKSI GIGITAN SERANGGA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
Prosedur/ b. Loratadine 1x10 mg per hari selama 7 hari.
Langkah-
c. Topikal: Kortikosteroid topikal potensi sedang-kuat: krim
langkah
betametasone valerat 0.5% diberikan selama 2 kali
sehari selama 7 hari.
6. Kriteria rujukan
Jika kondisi memburuk, yaitu dengan makin bertambahnya
patch eritema, timbul bula, atau disertai gejala sistemik
atau komplikasi
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD dan
Terkait
Rujukan
9. Distribusi UGD, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Kehamilan Normal

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
KEHAMILAN NORMAL
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/7 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien kehamilan normal


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus kehamilan normal yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita kehamilan normal
2. Mencegah komplikasi akibat kehamilan normal
3. Mencegah kematian akibat kehamilan normal
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No………............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahir. Lama
langkah
kehamilan normal 40 minggu dihitung dari hari pertama
haid terahir (HPHT), tanpa disertai penyulit / kelainan.
2. Anamnesis
a. Tidak haid / Amenorhoe
b. Mual dan muntah pada pagi hari
c. Pengerasan dan pembesaran mammae
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tanda tanda vital ibu (tekanan darah,
nadi, suhu, frekuensi nafas) dalam batas normal
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/7
Prosedur/ b. Tinggi badan > 145 cm, berat badan sesuai dengan
Langkah -
proporsi TB dan kenaikan BB selama hamil > 11kg
langkah
c. Lingkar lengan atas (LLA) normal > 23,5 cm
d. Pemeriksaan Fisik dilakukan dari ujung rambut sampai
ujung kaki ( Head To Toe ) :
 Muka : tidak edema atau pucat, mata dan
konjungtiva tidak pucat, mulut dan gigi bersih, tidak
ada karies dan pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.
 Pemeriksaan payudara : puting susu menonjol dan
areola menjadi lebih menghitam.
 Pemeriksaan dada : tidak ada benjolan, bunyi jantung
dan paru normal
 Pemeriksaan ekstremitas : tidak ada edema dan
varises
Pemeriksaan obstetrik :
a. Abdomen :
 Observasi adanya bekas operasi.
 Mengukur tinggi fundus uteri.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/7
Prosedur/ Tabel 46. Tinggi fundus sesuai usia kehamilan
Langkah -
Usia gestasi Tinggi fundus uteri
langkah
Dengan palpasi Dengan cm
12 minggu Teraba di atas simfisis -
pubis
16 minggu Diantara simfisis pubis -
dan umbilikus
20 minggu Setinggi umbilikus ( 20 ± 2 ) cm

22-27 minggu - (Minggu gestasi


± 2 ) cm
28 minggu Antara umbilikus dan ( 28 ± 2) cm
processus Xipoideus
29-35 minggu - (Minggu gestasi
± 2 ) cm
36 minggu Pada processus Xipoideus ( 36 ± 2 ) cm

 Melakukan palpasi dengan manuever Leopold I-IV.


 Mendengarkan bunyi jantung janin (120-160
x/menit).
b. Vulva/vagina
 Tidak ada varises, kondilomata, edema, haemorhoid
atau abnormalitas lainnya.
 Pemeriksaan vaginal toucher : tidak ada tanda-tanda
tumor dan tidak nyeri.
 Pemeriksaan inspekulo untuk memeriksa
serviks,tidak ada tanda-tanda infeksi atau cairan

MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/7
Prosedur/ keluar dari osteum uteri.
Langkah -
4. Pemeriksaan Penunjang
langkah
a. Tes kehamilan menunjukkan HCG (+)
b. Pemeriksaan darah : Pemeriksaan Hb pada TM 1 dan TM
3 batas normal ( >11 gr %) dan pemeriksaan Golongan
darah.
c. Pemeriksaan Urine : Protein urin pada Trimester 1 dan
Trimester 3.
d. Lakukan screening HIV pada kontak pertama
(Puskesmas yang memiliki sarana VCT)
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik/obstetrik, dan pemeriksaan penunjang.
Kehamilan normal apabila memenuhi kriteria dibawah ini:
a. Keadaan umum baik
b. Tekanan darah < 140/90 mmHg
c. Pertambahan berat badan sesuai minimal 8 kg selama
kehamilan (1 kg perbulan) atau sesuai Indeks Masa
Tubuh (IMT) ibu
d. Edema hanya pada ekstremitas
e. BJJ =120-160 x/menit
f. Gerakan janin dapat dirasakan setelah usia 18 - 20
minggu hingga melahirkan
g. Ukuran uterus sesuai umur kehamilan
h. Pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas
normal
i. Tidak ada riwayat kelainan obstetrik.

MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 5/7
Prosedur/ 6. Penatalaksanaan
Langkah -
a. Petugas kesehatan harus menghargai latar belakang
langkah
budaya, kebiasaan dan kepercayaan yang berbeda .
b. Memberikan zat besi dan asam folat (besi 60 mg/hari
dan folat 250 mikogram 1-2 x/hari), bila Hb < 7,0 gr/dl
dosis ditingkatkan menjadi dua kali.
c. Memberikan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) sesuai
dengan hasil screening
d. Memberikan konseling :
 Persiapan persalinan (P4K)
 Pentingnya peran suami dan keluarga selama
kehamilan dan persalinan.
 Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
 Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif,
dan inisiasi menyusu dini (IMD).
 Perlunya menghentikan kebiasaan yang beresiko bagi
kesehatan, seperti merokok dan minum alkohol.
 Program KB pascasalin.
 Peningkatan konsumsi makanan menu seimbang
serta minum cukup.
 Aktifitas fisik tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
 Keluarga diajak untuk mendukung ibu hamil secara
psikologis maupun finansial, bila memungkinkan
siapkan suami siaga
 Siapkan keluarga untuk dapat menentukan kemana
ibu hamil harus memeriksakan diri jika ada tanda -

MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 6/7
Prosedur/ tanda bahaya, tulis dalam buku KIA alamat rujukan
Langkah -
bila diperlukan.
langkah
 Ajarkan ibu menghitung gerakan janin dalam 12 jam,
misalnya dengan menggunakan karet gelang 10 buah
pada pagi hari pukul 08.00 yang dilepaskan satu per
satu saat ada gerakan janin. Bila pada pukul 20.00,
karet gelang habis, maka gerakan janin baik.
7. Kriteria Rujukan
a. Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 1
bila ditemukan keadaan di bawah ini:
 hyperemesis stadium 2
 perdarahan per vaginam atau spotting
 trauma
b. Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 2
bila ditemukan keadaan di bawah ini:
 Gejala yang tidak diharapkan
 Perdarahan pervaginam atau spotting
 Hb selalu berada di bawah 7 gr/dl
 Gejala Pre-eklampsia, hipertensi, proteinuria
 Diduga adanya fetal growth retardation (gangguan
pertumbuhan janin)
 Ibu tidak merasakan gerakan bayi
c. Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 3
bila ditemukan keadaan di bawah ini:
 Sama dengan keadaan tanda bahaya semester 2
ditambah

MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR KEHAMILAN NORMAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 7/7
Prosedur/  Tekanan darah di atas 130 mmHg
Langkah-
langkah  Diduga kembar atau lebih

6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat Maternal & Neonatal, Unit Rawat Jalan
dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD
Terkait
Maternal & Neonatal dan Rujukan
9. Distribusi UGD Maternal & Neonatal, Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Napkin Eczema (Dermatitis Popok)

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
NAPKIN ECZEMA Pontang
(DERMATITIS POPOK)
UPTD PUSKESMAS No. Dokumen :
PONTANG No. Revisi :B Hj. Sruwi Budiana,
SPO
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016 S.SiT, MM.KES
NIP.196703101990032009
Halaman :1/3
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien napkin eczema
(dermatitis popok) adalah suatu perangkat instruksi/
langkah-langkah yang dibakukan untuk mengenal,
memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan memilih kasus
napkin eczema (dermatitis popok) yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita napkin eczema (dermatitis popok)
2. Mencegah komplikasi akibat napkin eczema (dermatitis
popok)
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Napkin eczema atau sering disebut juga dengan dermatitis
langkah
popok/ diaper rash adalah dermatitis di daerah genito-
krural sesuai dengan tempat kontak popok.
2. Anamnesa
a. Gatal
b. bercak merah berbatas tegas,
c. mengikuti bentuk popok yang berkontak
d. kadang-kadang membasah
e. membentuk luka.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR NAPKIN ECZEMA
UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR (DERMATITIS POPOK) PONTANG
OPERASIONAL No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 3. Hasil Pemeriksaan Fisik
Langkah -
a. Makula eritematosa berbatas agak tegas (bentuk
langkah
mengikuti bentuk popok yang berkontak).
b. Papul.
c. Vesikel.
d. Erosi.
e. Ekskoriasi.
f. Infiltran dan ulkus bila parah.
g. Plak eritematosa (merah cerah), membasah, kadang
pustul, lesi satelit (bila terinfeksi jamur).
4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik.
6. Penatalaksanaan
a. Untuk mengurangi gejala dan mencegah bertambah
beratnya lesi, perlu dilakukan hal berikut :
 Ganti popok bayi lebih sering, gunakan pelembab
sebelum memakaikan popok bayi.
 Dianjurkan pemakaian popok sekali pakai
b. Prinsip pemberian farmakoterapi yaitu untuk menekan
inflamasi dan mengatasi infeksi kandida. Bila ringan :
krim/ salep kortikosteroid potensi lemah (salep
hidrokortison 1-2.5%) dipakai 2 kali sehari selama 3-7
hari.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR NAPKIN ECZEMA
UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR (DERMATITIS POPOK) PONTANG
OPERASIONAL No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 3/3
7. KRITERIA RUJUKAN
Bila keluhan tidak membaik setelah pengobatan standar
selama 2 minggu.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan dan Rujukan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Pitiriasis Versikolor/Tinea Versikolor

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
PITIRIASIS VERSIKOLOR/ Pontang
TINEA VERSIKOLOR
UPTD PUSKESMAS
PONTANG No. Dokumen :
No. Revisi :B Hj. Sruwi Budiana,
SPO S.SiT, MM.KES
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016 NIP.196703101990032009
Halaman :1/3
1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien pitiriasis
versikolor/tinea versikolor adalah suatu perangkat instruksi/
langkah-langkah yang dibakukan untuk mengenal,
memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan memilih kasus
pitiriasis versikolor/tinea versikolor yang memerlukan
rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita pitiriasis versikolor/tinea versikolor
2. Mencegah komplikasi akibat pitiriasis versikolor/tinea
versikolor
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Tinea versikolor adalah penyakit infeksi pada superfisial
langkah
kulit dan berlangsung kronis yang disebabkan oleh jamur
Malassezia furfur.
2. Anamnesa
a. tampak bercak putih pada kulitnya.
b. gatal ringan muncul terutama saat berkeringat, namun
sebagian besar pasien asimptomatik.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR PITIRIASIS VERSIKOLOR/
UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR TINEA VERSIKOLOR PONTANG
OPERASIONAL No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ 3. Pemeriksaan Fisik
Langkah -
a. Lesi berupa makula hipopigmentasi atau berwarna-
langkah
warni,
b. berskuama halus,
c. berbentuk bulat atau tidak beraturan dengan
d. batas tegas atau tidak tegas.
e. Skuama biasanya tipis seperti sisik
f. kadangkala hanya dapat tampak dengan menggores
kulit (finger nail sign).
g. Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki,
ketiak, lipat paha, muka dan kepala. Penyakit ini
terutama ditemukan pada daerah yang tertutup pakaian
dan bersifat lembab.
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
6. Penatalaksanaan
a. Pasien disarankan untuk tidak menggunakan pakaian
yang lembab dan tidak berbagi penggunaan barang
pribadi dengan orang lain.
b. Pengobatan terhadap keluhannya dengan:
 Pengobatan topikal
- Sarankan memakai Suspensi selenium sulfida
1,8%, dalam bentuk shampo yang digunakan 2-3
kali seminggu. Obat ini digosokkan pada lesi dan
didiamkan 15-30 menit sebelum mandi.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR PITIRIASIS VERSIKOLOR/
UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR TINEA VERSIKOLOR PONTANG
OPERASIONAL No revisi :B
No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ - Derivat azol topikal, antara lain mikonazol atau
Langkah-
ketokonazol
langkah
 Pengobatan sistemik diberikan apabila penyakit ini
terdapat pada daerah yang luas atau jika penggunaan
obat topikal tidak berhasil. Obat tersebut, yaitu:
- Ketokonazol per oral dengan dosis 1 x 200 mg
sehari selama 10 hari, atau
7. Kriteria Rujukan
Sebagian besar kasus tidak memerlukan rujukan.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Vaginitis

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
VAGINITIS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien vaginitis adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus vaginitis yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita vaginitis
2. Mencegah komplikasi akibat vaginitis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No………............
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang ditandai
langkah
dengan adanya pruritus, keputihan, dispareunia, dan
disuria.
2. Anamnesa
a. Bau
b. Gatal (pruritus)
c. Keputihan
d. Dispareunia
e. Disuria
3. Pemeriksaan Fisik
Dapat ditemukan adanya :
a. iritasi
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR VAGINITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ b. eritema
Langkah -
c. edema pada vulva dan vagina
langkah
d. Mungkin serviks juga dapat tampak eritematous
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
6. Penatalaksanaan
a. Menjaga kebersihan diri terutama daerah vagina
b. Hindari pemakaian handuk secara bersamaan
c. Hindari pemakaian sabun untuk membersihkan daerah
vagina yang dapat menggeser jumlah flora normal dan
dapat merubah kondisi pH daerah kewanitaan tersebut.
d. Jaga berat badan ideal
e. Farmakologis:
 Tatalaksana Vaginosis Bakterialis
- Metronidazol 500 mg peroral 2 x sehari selama 7
hari
- Nystatin 10000 IU pervagina 1 x sehari selama 5
hari
 Tatalaksana Vaginosis trikomonas
- Metronidazol 2 g peroral (dosis tunggal)
- Pasangan seks pasien sebaiknya juga diobati
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR VAGINITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ 7. Kriteria Rujukan
Langkah-
-
langkah

6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Hipermetropia

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
HIPERMETROPIA
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien hipermetropia


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus hipermetropia yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita hipermetropia
2. Mencegah komplikasi akibat hipermetropia
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan
langkah
pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup
kuat dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
retina.
2. Anamnesis
1. melihat dekat dan jauh kabur.
b. Gejala penglihatan dekat, kabur lebih awal, terutama
bila lelah dan penerangan kurang.
c. Sakit kepala terutama daerah frontal , pada
penggunaan mata yang lama dan membaca dekat.
d. Penglihatan tidak enak bila melihat pada jarak yang
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPERMETROPIA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ e. tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada jangka
Langkah -
waktu yang lama.
langkah
f. Mata sensitif terhadap sinar.
g. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan
pseudomiopia.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan refraksi subjektif
 Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak
6 meter.
 Pada mata dipasang bingkai percobaan. Satu mata
ditutup, biasanya mata kiri ditutup
 Penderita disuruh membaca kartu snellen mulai huruf
terbesar (teratas) dan diteruskan pada baris bawahnya
sampai pada huruf terkecil yang masih dapat dibaca.
Lensa positif terkecil ditambah pada mata yang
diperiksadan bila tampak lebih jelas oleh penderita
lensa positif tersebut ditambah kekuatannya
perlahan–lahan dan disuruh membaca huruf-huruf
pada baris yang lebih bawah. Ditambah kekuatan
lensa sampai terbaca huruf-huruf pada baris 6/6.
Ditambah lensa positif +0.25 lagi dan ditanyakan
apakah masih dapat melihat huruf-huruf di atas.
b. Mata yang lain diperiksa dengan cara yang sama.
c. Penilaian: bila dengan S +2.00 tajam penglihatan 6/6,
kemudian dengan S +2.25 tajam penglihatan 6/6 sedang
dengan S +2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada
keadaan ini derajat hipermetropia yang diperiksa S
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPERMETROPIA UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ d. +2.25 dan kacamata dengan ukuran ini diberikan pada
Langkah-
penderita.
langkah
e. Pada pasien dengan daya akomodasi yang masih sangat
kuat atau pada anak-anak, sebaiknya pemeriksaan
dilakukan dengan pemberian siklopegik atau
melumpuhkan otot akomodasi.
4. Penegakan Diagnosis
Dengan anamnesis dan pemeriksaan refraksi subjektif.
5. Penatalaksanaan
a. Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang
menghasilkan tajam penglihatan terbaik.
b. Konseling dan Edukasi
c. Memberitahu keluarga jika penyakit ini harus dikoreksi
dengan bantuan kaca mata.
6. Kriteria Rujukan
Jika timbul komplikasi.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang
12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Otitis Media Akut

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
OTITIS MEDIA AKUT
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/4 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien otitis media akut
adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus otitis media akut yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita otitis media akut
2. Mencegah komplikasi akibat otitis media akut
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau
langkah
seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam waktu
kurang dari 3 minggu.
2. Anamnesis
Keluhan bergantung pada stadium OMA yang terjadi.
a. Pada anak :
 keluhan utama rasa nyeri di dalam telinga
 demam serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya
 gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur
 bila demam tinggi sering diikuti diare, kejang-kejang
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR OTITIS MEDIA AKUT UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/  Pada stadium supurasi pasien tampak sangat sakit,
Langkah -
dan demam, serta rasa nyeri di telinga bertambah
langkah
hebat.
 Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret
mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak
tertidur tenang.
b. Pada anak yang lebih besar atau dewasa :
 selain rasa nyeri terdapat gangguan pendengaran dan
rasa penuh dalam telinga.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Demam
b. Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran
timpani:
 Pada stadium oklusi tuba Eustachius terdapat
gambaran retraksi membran timpani, warna
membran timpani suram dengan reflex cahaya tidak
terlihat.
 Pada stadium hiperemis membran timpani tampak
hiperemis serta edema.
 Pada stadium supurasi membran timpani menonjol
ke arah luar (bulging) berwarna kekuningan.
 Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar.
 Pada stadium resolusi bila membran timpani tetap
utuh, maka perlahan-lahan akan normal
kembali.Bila telah terjadi perforasi, maka secret
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR OTITIS MEDIA AKUT UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/  akan berkurang dan mengering.
Langkah-
c. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak
langkah
yang lebih besar dapat ditemukan tuli konduktif
4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
5. Penatalaksanaan
a. Asupan gizi yang baik
b. Pemberian farmakoterapi :
 Topikal
- Pada stadium perforasi
 obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
 Oral sistemik
- antihistamin bila ada tanda-tanda alergi.
- Antipiretik seperti paracetamol sesuai dosis anak.
- Antibiotik yang diberikan pada stadium oklusi dan
hiperemis
 Penisilin atau eritromisin, selama 10-14 hari:
 Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25
mg/KgBB 4 x sehari atau
 Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10
mg/KgBB 3 x sehari atau
 Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10
mg/KgBB 4 x sehari
6. Konseling dan Edukasi
a. Pengobatan harus adekuat agar membran timpani dapat
kembali normal.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR OTITIS MEDIA AKUT UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
Prosedur/ b. Memberitahu keluarga untuk mencegah infeksi saluran
Langkah-
napas atas (ISPA) pada bayi dan anak-anak, menangani
langkah
ISPA denganpengobatan adekuat.
c. pemberian ASI minimal enam bulan sampai dengan 2
tahun.
d. Menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok
dan lain-lain.
7. Kriteria Rujukan
a. Jika indikasi miringotomi.
b. Bila membran tymphani tidak menutup kembali setelah
3 bulan.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Tonsilitis
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG

MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh


DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
TONSILITIS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/6 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien tonsilitis adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus tonsilitis yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita tonsilitis
2. Mencegah komplikasi akibat tonsillitis
3. Mencegah kematian akibat tonsillitis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
langkah
merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
2. Anamnesis
a. sakit menelan
b. Gejala lainnya tergantung penyebab tonsilitis.
 Penderita tonsilitis akut
- Rasa kering di tenggorokan, kemudian berubah
menjadi rasa nyeri di tenggorokan dan nyeri saat
menelan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai
referred pain ke sendi-sendi dan telinga.
- demam sangat tinggi

MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/6
Prosedur/ - Rasa nyeri kepala
Langkah -
- badan lesu
langkah
- nafsu makan berkurang.
- Suara pasien terdengar seperti orang yang
mulutnya penuh terisi makanan panas.
- Mulut berbau dan ludah menumpuk dalam kavum
oris akibat nyeri telan yang hebat.
- Tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang
disertai rasa nyeri tenggorokan.
 Tonsilitis kronik
- ditenggorokan terasa ada penghalang/ mengganjal
- tenggorokan terasa kering
- pernafasan berbau (halitosis).
- Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis
ulseromembranosa)
- demam tinggi (39˚C)
- nyeri di mulut, gigi dan kepala
- sakit tenggorokan
- badan lemah
- gusi mudah berdarah
- hipersalivasi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tonsilitis akut:
 tonsil yang udem , hiperemis dan terdapat detritus
yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk
folikel, lakuna, atau pseudomembran.
 bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu,

MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/6
Prosedur/  membentuk alur alur maka akan terjadi tonsilitis
Langkah-
lakunaris.
langkah
 Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior
udem dan hiperemis.
 Kelenjar submandibula membesar dan nyeri tekan.
b. Tonsilitis kronik
 tampak tonsil membesar dengan permukaan yang
tidak rata, kriptus melebar, dan kriptus berisi
detritus.
 kripta yang melebar
 pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil
yang mengalami perlengketan.
 Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya, minimal ada
kripta yang melebar dan pembesaran kelenjar limfe
submandibular.
c. Tonsilitis difteri
 ditemukan tonsil membengkak ditutupi bercak putih
kotor yang makin meluas dan membentuk
pseudomembran yang melekat erat , bila diangkat
mudah berdarah.
4. Pemeriksaan Penunjang :
a. Darah lengkap (bila diperlukan)
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik
6. Penatalaksanaan
a. Istirahat cukup

MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/6
Prosedur/ b. Makan makanan lunak dan menghindari makan
Langkah-
makanan yang mengiritasi
langkah
c. Menjaga kebersihan mulut
d. Pemberian obat oral sistemik :
 Tonsilitis akibat bakteri ( penyebabnya streptococcus
group A) diberikan antibiotik :
- Amoksisilin 50 mg/ kgBB dosis dibagi 3 kali/ hari
selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg
selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari.
- kortikosteroid : deksametason 3x 0,5 mg pada
dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi 3 kali selama 3 hari.
- ada Angina Plaut Vincent (Stomatitis
ulseromembranosa) diberikan antibiotik spektrum
luas selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C
serta vitamin B kompleks.
e. Konseling dan Edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk:
 Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko
kekambuhan cukup tinggi.
 Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makan bergizi dan olahraga teratur.
 Berhenti merokok.
 Selalu menjaga kebersihan mulut.
 Mencuci tangan secara teratur.
 Menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi.

MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 5/6
Prosedur/ f. Makan makanan lunak dan menghindari makan
Langkah-
makanan yang mengiritasi
langkah
g. Menjaga kebersihan mulut
h. Pemberian obat oral sistemik :
 Tonsilitis akibat bakteri ( penyebabnya streptococcus
group A) diberikan antibiotik :
- Amoksisilin 50 mg/ kgBB dosis dibagi 3 kali/ hari
selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg
selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari.
- kortikosteroid : deksametason 3x 0,5 mg pada
dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi 3 kali selama 3 hari.
- ada Angina Plaut Vincent (Stomatitis
ulseromembranosa) diberikan antibiotik spektrum
luas selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C
serta vitamin B kompleks.
i. Konseling dan Edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk:
 Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko
kekambuhan cukup tinggi.
 Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makan bergizi dan olahraga teratur.
 Berhenti merokok.
 Selalu menjaga kebersihan mulut.
 Mencuci tangan secara teratur.
 Menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi.

MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR TONSILITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 6/6
Prosedur/ 7. Kriteria Rujukan
Langkah-
Segera rujuk jika terjadi:
langkah
a. Komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler,
septikemia, meningitis, glomerulonephritis, demam
rematik akut.
b. Adanya indikasi tonsilektomi.
c. Pasien dengan tonsilitis difteri.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Epistaksis

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
EPISTAKSIS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien epistaksis adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus epistaksis yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita epistaksis
2. Mencegah komplikasi akibat epistaksis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari
langkah
lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring.
2. Anamnesis
a. keluar darah dari hidung / riwayat keluar darah dari
hidung.
b. tanyakan banyaknya perdarahan, frekuensi, lamanya
perdarahan.
c. Riwayat trauma terperinci.
d. Riwayat pengobatan (misal : aspirin)
e. Riwayat penyakit sistemik ( riwayat alergi pada hidung,
hipertensi, penyakit gangguan pembekuan darah,
riwayat perdarahan sebelumnya, dan riwayat gangguan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR EPISTAKSIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ perdarahan dalam keluarga).
Langkah -
3. Pemeriksaan Fisik
langkah
Pengukuran tekanan darah
4. Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan : - Darah lengkap
5. Diagnosis Klinis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
6. Penatalaksanaan
 menghentikan perdarahan ,mencegah komplikasi ,dan
mencegah berulangnya epistaksis
a. Perbaiki keadaan umum penderita
b. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan,
perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk
dengan kepala ditegakkan,cuping hidung ditekan ke
arah septum selama 3-5 menit (metode Trotter). Bila
perdarahan berhenti, dengan alat pengisap (suction)
bersihkan semua kotoran dalam hidung baik cairan,
sekret maupun darah yang sudah membeku. Bila
perdarahan tidak berhenti, kapas dimasukkan ke
dalam hidung yang dibasahi dengan 2 cc larutan
pantokain 2% atau 2 cc larutan lidokain 2% yang
ditetesi 0,2 cc larutan adrenalin 1/1000. Sesudah 10
sampai 15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan
dan dilakukan evaluasi.
7. Konseling dan Edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk :
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR EPISTAKSIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ a. Mengidentifikasi penyebab epistaksis
Langkah-
b. Mengontrol tekanan darah pada penderita dengan
langkah
hipertensi.
c. Menghindari membuang lendir melalui hidung terlalu
keras.
d. Menghindari memasukkan benda keras ke dalam
hidung
b. Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat
meningkatkan perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen
8. Kriteria Rujukan
a. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di
rongga hidung atau nasofaring.
b. Epistaksis yang terus berulang.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Herpes Simpleks

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
HERPES SIMPLEKS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien herpes simpleks


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus herpes simpleks yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita herpes simpleks
2. Mencegah komplikasi akibat herpes simpleks
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Defnisi
Langkah -
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
langkah
tipe I atau tipe II, yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa
pada daerah mukokutan.
2. Anamnesis
a. Infeksi primer HSV-1 biasanya terjadi pada anak dan
subklinis pada 90% kasus, biasanya ditemukan
perioral. Pada 10% sisanya, dapat terjadi
gingivostomatitis akut.
b. Infeksi primer HSV-2 terjadi setelah kontak seksual
pada remaja dan dewasa, menyebabkan vulvovaginitis
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HERPES SIMPLEKS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/ c. akut dan atau peradangan pada kulit batang penis.
Langkah -
Infeksi primer biasanya disertai dengan gejala sistemik
langkah
 demam
 malaise
 mialgia
 nyeri kepala
 adenopati regional. Infeksi HSV-2 dapat juga
mengenai bibir.
d. Infeksi rekuren biasanya gatal atau sensasi terbakar
setempat pada lokasi yang sama dengan lokasi
sebelumnya. Prodromal ini terjadi mulai dari 24 jam
sebelum timbulnya erupsi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Papul eritema munculnya vesikel berkelompok dengan
dasar eritem. Vesikel ini menjadi keruh, pecah,
membasah, dan berkrusta. Kadang-kadang timbul
erosi/ulkus.
b. Tempat predileksi adalah di daerah pinggang ke atas
terutama daerah mulut dan hidung untuk HSV-1, daerah
pinggang kebawah terutama daerah genital untuk HSV-2.
c. Untuk infeksi sekunder, lesi dapat timbul pada tempat
yang sama dengan lokasi sebelumnya.
4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HERPES SIMPLEKS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
Prosedur/ 5. Penatalaksanaan
Langkah-
a. Terapi diberikan dengan antiviral, antara lain:
langkah
Asiklovir, dosis 5 x 200 mg/hari
b. Pada herpes genitalis: edukasi tentang pentingnya
abstinensia Pasien harus tidak melakukan hubungan
seksual ketika masih ada lesi atau ada gejala prodromal.
c. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin
dihindari oleh karena dapat menyebabkan Reye’s
syndrome.
6. Konseling dan Edukasi
Edukasi untuk herpes genitalis ditujukan terutama
terhadap pasien dan pasangannya, yaitu:
 Informasi perjalanan alami penyakit ini,menimbulkan
rekurensi.
 Tidak melakukan hubungan seksual ketika masih ada
lesi atau gejala prodromal.
 Pasien sebaiknya memberi informasi kepada
pasangannya bahwa ia memiliki infeksi HSV.
 Transmisi seksual dapat terjadi pada masa
asimtomatik.
 Kondom yang menutupi daerah yang terinfeksi, dapat
menurunkan risiko transmisi dan sebaiknya digunakan
dengan konsisten.
7. Kriteria Rujukan
Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi.
 Terjadi pada pasien bayi dan geriatrik
(imunokompromais).
 Terjadi komplikasi.
Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan
multifarmaka.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Dermatitis Seroboik

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
DERMATITIS SEROBOIK
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/4 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien dermatitis seroboik


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus dermatitis seroboik yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita dermatitis seroboik
2. Mencegah komplikasi dermatitis seroboik
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Dermatitis Seboroik yang digunakan untuk segolongan
langkah
kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi
(predileksi di tempat-tempat kelenjar sebum).
2. Anamnesis
a. Munculnya bercak merah dan kulit kasar
b. Kelainan awal hanya berupa ketombe ringan pada kulit
kepala sampai keluhan lanjut berupa keropeng yang
berbau tidak sedap dan terasa gatal.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Papul sampai plak eritema.
b. Skuama berminyak agak kekuningan.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DERMATITIS SEROBOIK UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ c. Berbatas tidak tegas
Langkah -
d. Bentuk klinis lain
langkah
Lesi berat: seluruh kepala tertutup oleh krusta, kotor,
dan berbau (cradle cap).
4. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
5. Penatalaksanaan
a. Pasien diminta untuk memperhatikan faktor predisposisi
terjadinya keluhan, misalnya stres emosional dan
kurang tidur. Diet disarankan untuk mengkonsumsi
makanan rendah lemak.
b. Farmakoterapi dilakukan dengan:
 Topikal
- Bayi:
 Pada lesi di kulit kepala bayi diberikan asam
salisilat 3% dalam minyak kelapa atau
kompres minyak kelapa hangat 1x/hari selama
beberapa hari.
 Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau
lotion selama beberapa hari.
 Selama pengobatan, rambut tetap dicuci.
- Dewasa :
 Pada lesi di kulit kepala, diberikan shampo
selenium sulfida 1.8 (Selsun-R) atau
ketokonazol 2% shampo, zink pirition (shampo
anti ketombe)
 Pada kasus dengan manifestasi dengan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DERMATITIS SEROBOIK UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/  inflamasi yang lebih berat diberikan
Langkah-
kortikosteroid kuat (betametason valerat krim
langkah
0.1%).
 Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu
dipertimbangkan pemberian krim ketokonazol
2% topikal.
 Oral sistemik
Loratadine
- Dewasa :1x10 mg/ hari selama maksimal 2minggu.
- 2 tahun – 12 tahun dengan BB > 30 kg : 1x10mg,
BB < 30 kg : 1x5 mg
6. Konseling dan Edukasi
a. menjaga kebersihan bayi dan rajin merawat kulit kepala
bayi.
b. Memberitahukan kelainan ini muncul pada bulan-bulan
pertama kehidupan dan membaik seiring dengan
pertambahan usia.
b. Memberitahukan penyakit ini sukar disembuhkan tetapi
dapat terkontrol dengan mengontrol emosi dan
psikisnya.
7. Kriteria rujukan
Apabila tidak ada perbaikan.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DERMATITIS SEROBOIK UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Enitis

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
ENITIS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/4 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien enitis adalah suatu
perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk
mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana dan
memilih kasus enitis yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita enitis
2. Mencegah komplikasi akibat enitis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi.
Langkah -
Peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah
langkah
bening.disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme
seperti bakteri, virus, protozoa, ritchetsia atau jamur.
Penyebarannya melalui kulit, telinga, hidung, atau mata.
Bakteri Streptococcus, Staphillococcus dan tuberculosis
adalah penyebab paling umum dari limfadhenitis.
2. Anamnesis
a. Pembengkakan kelenjar getah bening
b. Demam
c. Kehilangan nafsu makan
d. Keringat berlebihan
e. Nadi cepat
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ENITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ f. Kelemahan
Langkah -
g. Nyeri tenggorok dan batuk ( ISPA)
langkah
h. Nyeri sendi ( penyakit kolagen atau penyakit serum)
3. Pemeriksaan fisik
a. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) leher bagian
posterior terdapat pada infeksi rubela dan
mononukleosis. Pembesaran KGB oleh infeksi virus
umumnya bilateral( dua sisi –kiri/kanan) dengan
ukuran normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha bila
diameter > 1,5 cm( abnormal).
b. Nyeri tekan ( disebabkan infeksi bakteri).
c. Kemerahan dan hangat pada perabaan ( mengarah
kepada infeksi bakteri ).
d. Fluktuasi( menandakan abses )
e. Bila disebabkan keganasan(Tidak ditemukan tanda-
tanda peradangan, keras,tidak dapat digerakkan dari
jaringan sekitarnya).
f. Padainfeksi mikobakterium pembesaran kelenjar
(berjalan mingguan/bulanan,walaupun mendadak KGB
menjadi fluktustif dan dapat pecah.
g. Tenggorokkan merah,bercak putih pada tonsil,bintik
merah pada langit langit ( infeksi oleh bakteri
streptokokus).
h. Adanya selaput pada dinding tenggorok,tonsil, langit-
langit yang sulit di lepas,berdarah,bull neck ( infeksi
oleh bakteri difteri)
i. Faringitis, ruam dan pembesaran limfa (infeksi Epstein
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ENITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ j. Barr Virus)
Langkah-
k. Adanya radang selaput mata dan bercak koplik (
langkah
mengarah ke campak )
l. Adanya bintik bintik perdarahan ( bintik merah yang
tidak hilang dengan penekanan),pucat,memar yang tidak
jelas penyebabnya, disertai pembesaran limpa
m. Mengarah pada leukemia.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan skrining TB bila ada kecurigaan TBC : BTA
sputum (SPS) , LED, mantoux test.
5. Penegakan Diagnosis
Limfadenititis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
6. Penatalaksanaan
a. Pencegahan dengan menjaga kesehatan dan kebersihan
badan .
b. Untuk mengurangi rasa sakit, kelenjar getah bening yang
terkena dikompres hangat dan diberi analgetik bila
perlu.
c. Tata laksana pembesaran KGB leher didasarkan kepada
penyebabnya.
 Penyebab oleh virus dapat sembuh sendiri dan tidak
membutuhkan pengobatan apa pun selain dari
observasi.
 Pengobatan pada infeksi KGB berikan antibiotik oral:
erythromycin 15 mg/kg (sampai 500 mg) 3x sehari.
 Bila penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR ENITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
Prosedur/ maka diberikan (OAT).
Langkah-
7. Konseling dan Edukasi
langkah
Keluarga turut menjaga kesehatan dan kebersihan sehingga
mencegah terjadinya berbagai infeksi dan penularan serta
turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam
pengobatan.
8. Kriteria rujukan
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dirujuk
untuk mencari penyebabnya.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan dan rujukan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Disentri Basier

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
DISENTRI BASIER
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/4 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien disentri basier


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus disentri basier yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita disentri basier
2. Mencegah komplikasi disentri basier
3. Mencegah kematian akibat disentri basier
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan
langkah
seringkali menyebabkan kematian dibandingkan dengan
tipe diare akut yang lain.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri disentri basiler
yang disebabkan oleh shigellosis dan amoeba (disentri
amoeba).
2. Anamnesis
a. Keluhan Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang
air besar encer secara terus menerus bercampur lendir
dan darah
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DISENTRI BASIER UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ b. Muntah-muntah
Langkah -
c. Sakit kepala yang berat.
langkah
3. Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Febris.
b. Nyeri perut pada penekanan di bagian sebelah kiri.
c. Terdapat tanda-tanda dehidrasi.
d. Tenesmus.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman
penyebab( jika bisa dilakukan)
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis Klinis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
6. Komplikasi
a. Haemolytic uremic syndrome (HUS).
b. Hiponatremia berat.
c. Hipoglikemia berat.
d. Susunan saraf pusat sampai terjadi ensefalopati.
e. Komplikasi intestinal : toksik megakolon, prolaps rektal,
peritonitis dan perforasi .
f. Bisul dan hemoroid.
7. Penatalaksanaan
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
b. Tirah baring
c. Dehidrasi ringan sampai sedang dikoreksi dengan
cairan rehidrasi oral
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DISENTRI BASIER UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ d. Bila rehidrasi oral tidak mencukupi diberikan cairan
Langkah-
melalui infus
langkah
e. Diet makanan lunak sampai frekuensi BAB kurang dari
5x/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa .
f. Farmakologis:
 Untuk disentri basiler : dosis tunggal fluorokuinolon
seperti siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 3 hari
atau sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian
siprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap
anak-anak dan wanita hamil.
 Untuk disentri amuba : metronidazole 500mg 3x
sehari selama 3-5 hari .
g. Konseling dan Edukasi
Penularan disentri amuba dan basiler dapat dicegah
dengan lingkungan dan diri yang bersih seperti
membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang
tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
Keluarga ikut berperan dalam menjaga kebersihan
lingkungan dan diri yang bersih dan menjaga diet
makanan pasien dengan pemberian makanan lunak.
8. Kriteria Rujukan
Pasien dengan kasus berat
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR DISENTRI BASIER UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Hipertensi Esensial

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
HIPERTENSI ESENSIAL
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/5 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien hipertensi esensial


adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk mengenal, memahami, mendiagnosa,
menatalaksana dan memilih kasus hipertensi esensial yang
memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita hipertensi esensial
2. Mencegah komplikasi akibat hipertensi esensial
3. Mencegah kematian akibat hipertensi esensial
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan
langkah
darah sistolik lebih dari ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥
90 mmHg.
2. Anamnesis
Keluhan
a. sakit/nyeri kepala
b. gelisah
c. jantung berdebar-debar
d. Pusing
e. leher kaku
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPERTENSI ESENSIAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/5
Prosedur/ f. penglihatan kabur
Langkah -
g. rasa sakit di dada
langkah
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat
b. Tekanan darah meningkat (sesuai kriteria JNC VII)
c. Nadi tidak normal.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. tes gula darah
b. tes kolesterol (profil lipid)
c. EKG
5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Tabel 23. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National
Committee VII (JNC VII)
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 1 2 0 mmHg < 80 mm Hg
Pre-Hipertensi 1 2 0 - 139 80-89 mmHg
mmHg
Hipertensi stage -1 1 4 0 - 159 80-99 mmHg
mmHg
Hipertensi stage -2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

6. Penatalaksanaan
A. Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan
perubahan gaya hidup.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPERTENSI ESENSIAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/5
Prosedur/ Tabel 24. Modifikasi gaya hidup
Langkah -
Rerata
langkah Modifikasi Rekomendasi penurunan
TDS
Penurunan Jaga berat badan ideal (BMI: 5 – 20 mmHg/
berat badan 18,5 - 24,9 kg/m2) 10 kg
Dietary Diet kaya buah, sayuran, 8 – 14 mmHg
Approaches produk rendah lemak
to Stop dengan jumlah lemak total
Hypertensio dan lemak jenuh yang
n (DASH) rendah
Pembatasan Kurangi hingga <100 mmol 2 – 8 mmHg
intake per hari (2.0 g natrium atau
natrium 6 5 g natrium klorida atau 1
sendok teh garam perhari)
Aktivitas Aktivitas fisik aerobik yang 4 – 9 mmHg
fisik aerobic teratur (mis: jalan cepat) 30
menit sehari, hampir setiap
hari dalam seminggu
Pembatasan Laki-laki: dibatasi hingga < 2
konsumsi 2 kali per hari.
alcohol Wanita dan orang yang lebih
kurus: Dibatasi hingga <1
kali per hari

B. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan


jangka panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2
minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil
pengobatan.
Hipertensi tanpa compelling indication
a. Hipertensi stage-1 :
 furosemid 2x20-80 mg/hari), atau pemberian
penghambat ACE (captopril 2x25-100 mg/hari .
 Penghambat Kalsium : amlodipin 1x2,5-10 mg/hari
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPERTENSI ESENSIAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/5
Prosedur/ atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari atau
Langkah -
kombinasi.
langkah
b. Hipertensi stage-2.
Kombinasi 2 obat biasanya diuretik dengan ACEi, BB,
atau CCB
C. Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama
2 minggu, diberikan kombinasi 2 obat (golongan
diuretik, dan penghambat ACE atau penghambat
kalsium).
D. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya
kontraindikasi antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat
hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum
2 kali sehari.
Hipertensi compelling indication
Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi
dosis atau ditambahkan obat lain sampai target tekanan
darah tercapai (kondisi untuk merujuk ke Spesialis).
7. Kriteria rujukan
a. Hipertensi dengan komplikasi.
b. Resistensi hipertensi.
c. Krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan urgensi).
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPERTENSI ESENSIAL UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 5/5
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Rujukan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, UGD dan Rujukan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan, UGD dan Rujukan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Hipoglikemi

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
HIPOGLIKEMI
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/5 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien hipoglikemi adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus hipoglikemi yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita hipoglikemi
2. Mencegah komplikasi akibat hipoglikemi
3. Mencegah kematian akibat hipoglikemi
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah
langkah
<60 mg/dL, atau dengan gejala klinis dan kadar glukosa
darah <80 mg/dL.
2. Anamnesis
Tanda dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi :
a. rasa gemetar
b. perasaan lapar
c. pusing
d. keringat dingin
e. jantung berdebar
f. gelisah
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPOGLIKEMI UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/5
Prosedur/ g. penurunan kesadaran bahkan sampai koma dengan
Langkah -
atau tanpa kejang
langkah
Pada pasien atau keluarga perlu ditanyakan
a. riwayat penggunan preparat insulin atau obat
hipoglemik oral
b. dosis terakhir
c. waktu pemakaian terakhir
d. perubahan dosis
e. waktu makan terakhir
f. jumlah asupan makanan
g. aktivitas fisik yang dilakukan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pucat
b. Keringat dingin
c. Tekanan darah menurun
d. Frekuensi denyut jantung meningkat
e. Penurunan kesadaran
f. Defisit neurologik fokal (refleks patologis positif pada
satu sisi tubuh) sesaat
4. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Glukosa darah.
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan
hasil pemeriksaan kadar gula darah, riwayat kesehatan
penderita, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium sederhana.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPOGLIKEMI UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/5
Prosedur/ Penatalaksanaan
Langkah-
a. Stadium permulaan (sadar):
langkah
 Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan)
sirop/permen atau gula murni(bukan pemanis
pengganti gula atau gula diet/ gula diabetes) dan
makanan yang mengandung karbohidrat.
 Hentikan obat hipoglikemik sementara. Pantau glukosa
darah sewaktu tiap 1-2 jam.
 Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL (bila sebelumnya
tidak sadar).
 Cari penyebab hipoglikemia dengan anamnesis baik
auto maupun allo anamnesis.
b. Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan
curiga hipoglikemia):
 Berikan larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50
mL) bolus intra vena.
 Berikan cairan dekstrosa 10 % per infuse ,6 jam
perkolf.
 Periksa GD sewaktu (GDs), kalau memungkinkan
dengan glucometer :
- Bila GDs < 50 mg /dL bolus dekstrosa 40% 50 ml
IV.
- Bila GDs < 100 mg /dL bolus dekstrosa 40 % 25
mL IV.
 Periksa GDS setiap satu jam setelah pemberian
dekstrosa 40%
- Bila GDs < 50 mg/dL bolus dekstrosa 40 % 50 mL
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPOGLIKEMI UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/5
Prosedur/ - IV.
Langkah-
- Bila GDs <100 mg/dL bolus dekstrosa 40 % 25 mL
langkah
IV.
- Bila GDs 100 – 200 mg /dL tanpa bolus dekstrosa
40 %.
- Bila GDs > 200 mg/dL pertimbangan menurunkan
kecepatan drip dekstrosa 10 %.
- Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 berturut–turut,
pemantauan GDs setiap 2 jam, dengan protokol
sesuai diatas, bila GDs >200 mg/dL –
pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrosa 5
% atau NaCI 0,9
- Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-
turut, pemantauan GDs setiap 4 jam, dengan
protokol sesuai diatas. Bila GDs > 200 mg/dL –
pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrosa 5
% atau NaCI 0.9 %.
7. Konseling dan Edukasi
Untuk pasien yang sering mengalami hipoglikemia terutama
penderita diabetes , dianjurkan selalu membawa tablet
glukosa.
8. Kriteria Rujukan
Pasien hipoglikemia dengan penurunan kesadaran .
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Rujukan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, UGD dan Rujukan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan, UGD dan Rujukan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPOGLIKEMI UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 5/5
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Mastitis

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
MASTITIS
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/3 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien mastitis adalah


suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan
untuk mengenal, memahami, mendiagnosa, menatalaksana
dan memilih kasus mastitis yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita mastitis
2. Mencegah komplikasi akibat mastitis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Mastitis adalah peradangan pada payudara
langkah
2. Anamnesis
a. Nyeri di daerah payudara
b. Demam disertai menggigil
c. Mialgia
3. Pemeriksaan Fisik
a. tanda vital : nadi dan suhu meningkat
b. Pemeriksaan payudara:
 payudara membengkak
 lebih teraba hangat
 kemerahan dengan batas tegas
 adanya rasa nyeri
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR MASTITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/3
Prosedur/  unilateral
Langkah -
langkah  dapat ditemukan luka pada payudara
4. Penegakan Diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
5. Penatalaksanaan
a. Kompres hangat dan kompres dingin
b. massase pada punggung
c. Bila terjadi abses : dilakukan insisi dan dilanjutkan
drainase.
d. Farmakoterapi:
 Obat penghilang rasa sakit
 Obat anti inflamasi
 Obat antibiotik
- Amoxicilin: 875 mg, 2x sehari atau
- Ciprofloxacin: 500 mg, 2x sehari atau
- Clindamicin: 300 mg, 4x sehari atau
- Trimethoprim/sulfamethoxazole: 160 mg/800 mg,
2x sehari.
e. Konseling dan Edukasi
 pemberian laktasi dengan baik dan benar,
mengosongkan payudara, pemompaan payudara.
 Menjaga kebersihan payudara dan puting susu ibu.
 Menjaga kebersihan mulut dan hidung bayi .
6. Komplikasi
a. abses mamae
b. Sepsis
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR MASTITIS UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/3
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Rawat Jalan
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan
Terkait
9. Distribusi Unit Rawat Jalan
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
Nomor :
Revisi ke : B
Berlaku tgl : 02 Januari 2016

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Melakukan Pemeriksaan dan Terapi Pada
Pasien Hiperemesis Gravidarum

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Pontang

Hj. Sruwi Budiana, S.SiT. MM.KES


NIP. 19670310 199003 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DTP PONTANG
Jl. Ciptayasa No. 17 Tlp. (0254) 281081
PONTANG – KABUPATEN SERANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN Ditetapkan oleh
DAN TERAPI PADA PASIEN Kepala Puskesmas
Pontang
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No. Dokumen :
UPTD PUSKESMAS No. Revisi :B
PONTANG SPO Hj. Sruwi Budiana,
Tanggal Terbit : 02 Jan 2016
S.SiT, MM.KES
Halaman :1/4 NIP.196703101990032009

1. Pengertian SPO Pemeriksaan dan Terapi pada pasien hiperemesis


gravidarum adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-
langkah yang dibakukan untuk mengenal, memahami,
mendiagnosa, menatalaksana dan memilih kasus hiperemesis
gravidarum yang memerlukan rujukan.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi pada
penderita hiperemesis gravidarum
2. Mencegah komplikasi akibat hiperemesis gravidarum
3. Menyebabkan kematian akibat hiperemesis gravidarum
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas DTP Pontang No......................
tentang Pemeriksaan dan Terapi di Puskesmas

4. Referensi 1. PMK No. 5 tahun 2014


2. SPO Pemeriksaan dan Terapi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2012
5. Prosedur/ 1. Definisi
Langkah -
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang berlebihan
langkah
terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20
minggu.
2. Anamnesis
a. Mual dan muntah hebat
b. Amenore
c. Nafsu makan turun
d. Berat badan turun
e. Nyeri epigastrium
f. Lemas
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPEREMESIS GRAVIDARUM UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 2/4
Prosedur/ g. Haus yang hebat
Langkah -
h. Gangguan kesadaran ( stadium lanjut)
langkah
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital: nadi meningkat 100x/mnt, subfebris,
tekanan darah menurun dan gangguan kesadaran
(stadium lanjut)
b. Tanda-tanda dehidrasi : mata cekung, bibir kering, turgor
berkurang.
c. Pemeriksaan generalis: kulit pucat, sianosis, berat badan
turun > 5% dari berat badan sebelum hamil
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a. Darah : HB dan HT yang meningkat
b. Urin : warna pekat, berat jenis meningkat, ketonuria,
dan proteinuria
c. pemeriksaan HCG
5. Penegakkan diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Klasifikasi hiperemesis gravidarum secara klinis dibagi
menjadi 3 tingkatan, antara lain :
a. Tingkat 1
 Muntah yang terus menerus
 timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman
 berat badan menurun
 nyeri epigastrium
 Nadi meningkat sampai 100 x/mnt dan tekanan darah
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPEREMESIS GRAVIDARUM UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 3/4
Prosedur/ sistolik menurun.
Langkah-
 Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang,
langkah
dan urin sedikit tetapi masih normal.
b. Tingkat 2
 Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat.
 Subfebris, nadi > 100-140 x/mnt, tekanan darah
sistolik menurun
 Apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus
 Aseton, bilirubin dalam urin
c. Tingkat 3
 Mulai terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma)
muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus gangguan jantung
bilirubin dan proteinuria dalam urin.
6. Penatalaksanaan
a. Memenuhi nutrisi ibu
b. Makan porsi kecil tetapi lebih sering
c. Menghindari makanan yang berminyak dan berbau
lemak.
d. Istirahat cukup
e. Defekasi yang teratur
b. Farmakologis:
 H2 Blocker ( ranitidine) per oral/IV
 Piridoksin 10 mg per oral tiap 8 jam.
 Anti emetik IV
 Berikan cairan intravena
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
DAN TERAPI PADA PASIEN
STANDAR HIPEREMESIS GRAVIDARUM UPTD PUSKESMAS
PROSEDUR No revisi :B PONTANG
OPERASIONAL No dokumen :
Halaman : 4/4
Prosedur/ Berikan suplemen multivitamin (B kompleks) IV
Langkah-
Konseling dan Edukasi
langkah
Menjelaskan mual muntah merupakan gejala fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah usia
kehamilan 4 bulan.
7. Kriteria Rujukan:
Pasien dirujuk jika tidak ada perbaikan setelah penanganan
awal.
6. Diagram Alir -
7. Ruang Lingkup Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap
8. Dokumen Register dan Status pasien Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat,
Terkait
dan Unit Rawat Inap
9. Distribusi Unit Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat, dan Unit Rawat Inap
10. Nama 1. Meti Krisnawati
Penyusun SPO
2. Dr. H. Selamet
3. Nuni Ari Sri Nurwahyuni
11. Unit Pemeriksa Seksi Yankesdas Bidang BUK Dinas Kesehatan Kabupaten
SPO
Serang

12. Rekaman historis perubahan

Tgl. Mulai
No Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan
RENCANA STRATEGI

(RENSTRA)

UPTD PUSKESMAS MANCAK

TAHUN 2011-2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Puskesmas Mancak Kabupaten Serang ini adalah
dokumen kerja UPTD untuk masa kerja lima tahun mendatang. Dokumen ini menjadi penting karena
dalam masa lima tahun tersebut, UPTD berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya
sesuai dengan dokumen perencanaan ini. Selain itu urgensi penyusunan Renstra UPTD ini adalah :
1. Menjadi acuan penyusunan Renja UPTD
2. Dasar penilaian kinerja Kepala UPTD
Renstra UPTD dapat juga dijadikan sebagai bahan evaluasi yang penting agar pembangunan dapat
berjalan secara lebih sistematis, komprehensif dan tetap fokus pada pemecahan masalah-masalah
mendasar yang dihadapi Puskesmas Mancak khususnya di bidang kesehatan.
Dokumen Renstra ini bersifat jangka pendek dan menengah namun tetap diletakkan pada jangkauan
jangka panjang, dan mengacu kepada visi misi dan arah kebijakan pembangunan bidang kesehatan
Puskesmas Mancak untuk lima tahun mendatang.
Usaha mewujudkan visi, misi dan arah kebijakan yang tertuang dalam dokumen renstra ini perlu
didukung dengan strategi umum, yang kemudian diterjemahkan ke dalam program-program
pembangunan kemudian diuraikan kedalam kegiatan-kegiatan yang mendukung masing-masing
program tersebut.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud penyusunan Renstra UPTD ini adalah tersedianya dan tersusunnya dokumen
perencanaan kesehatan yang strategik dan komprehensif yang menjamin adanya konsistensi
perumusan kondisi atau masalah daerah, perencanaan arah kebijaksaan, pembuatan strategi hingga
pemilihan program strategis yang sesuai dengan kebutuhan daerah di bidang kesehatan.
Dengan demikian ini dapat dijadikan acuan dan pegangan Puskesmas Mancak dan
jaringannya dalam penyusunan program/kegiatan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
C. Landasan Hukum
Pelaksanaan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
menghendaki arah dan tujuan kebijakan pembangunan diselenggarakan berdasarkan demokrasi
dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta
kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.
Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan
tanggap terhadap perubahan. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan
berdasarkan atas Asas Umum Penyelenggaraan Negara.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk :
1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan.
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar
waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah.
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan.
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah sebagai penyelenggara
pemerintahan memegang peranan penting dalam melaksanakan pembangunan bagi kepentingan
rakyatnya. Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang mampu menjalankan fungsi dan
tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan asas-asas
penyelenggaraan negara.
Landasan hukum yang diberikan adalah UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, sehingga pemerintah daerah
memiliki pedoman dalam menjalankan tugas-tugasnya dan terhindar dari praktek-praktek korupsi,
kolusi dan nepotisme yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat.
Aspek-aspek pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi kedudukan, pembagian
wilayah, kewenangan pemerintahan, bentuk dan susunan pemerintahan, pembiayaan dan kerjasama
antar daerah. Landasan hukum lainnya adalah Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Renstra merupakan dokumen perencanaan taktis-strategis yang menjabarkan potret
permasalahan pembangunan untuk memecahkan permasalahan daerah secara terencana dan
bertahap melalui sumber pembiayaan APBD setempat, dengan mengutamakan kewenangan yang
wajib disusun sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah. Penjelasan ini berdasarkan PP No. 108
Tahun 2000. Status Hukum Renstra sesuai Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 pasal 4 (3).
Ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda).
Renstra memiliki sejumlah indikator sebagai berikut :
1. Analisis tentang situasi, yang meliputi antara lain analisis potensi konflik horisontal, gangguan
kamtibmas serta dinamika dan friksi sosial politik yang berkembang ditengah-tengah masyarakat.
2. PRB dan proyeksi pertumbuhan ekonomi, baik sektor-sektor ekonomi primer yang membutuhkan
kebijakan yang kondusif bagi pertumbuhannya maupun sektor-sektor ekonomi kerakyatan yang
menumbuhkan intervensi kebijakan berupa pelaksanaan program dan kegiatan yang memihak pada
masyarakat kurang mampu.
3. Indeks Regional, seperti misalnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tingkat
pengangguran, angka kemiskinan, angka putus sekolah, gejala kerusakan ekosistem, lingkungan
hidup dan tata ruang.
4. Kebijakan daerah jangka menengah, sebagaimana dijabarkan di dalam RPJMD.
Rencana Strategis (Renstra) berfungsi sebagai perencanaan taktis strategis, yang disusun
sesuai dengan kebutuhan daerah dengan mengacu pada RPJMD serta indikator sebagaimana
disebutkan diatas.
Arah kebijakan penyelenggaraan daerah dituangkan dalam Renstra yang ditetapkan oleh
Kepala Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam lima tahunan.
Selanjutnya, Renstra dirinci dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan ditetapkan
oleh Kepala Daerah bersama DPRD setiap tahun.
D. Hubungan Renstra UPTD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Dokumen Renstra UPTD bersifat partisipatif yang penyusunannya melibatkan stakeholders :


wakil rakyat, masyarakat, pemerintahan kota, pengusaha, LSM dan lain-lain. Metode partisipatif
dinilai efektif dalam menjamin komitmen pemerintah daerah terhadap kesepakatan program dan
kegiatan pembangunan daerah. Partisipasi stakeholders dalam penyusunan dokumen Renstra UPTD
dilakukan hingga saat menjabarkannya ke dalam RPJMD dan RAPBD. Dengan demikian, setiap
program dan kegiatan yang akan diselenggarakan dalam setiap tahun anggaran harus sesuai dengan
visi, misi dan arah kebijakan yang termasuk di dalam Renstra lima tahunan.
Dokumen Renstra juga dipakai untuk memperkuat landasan penentuan program dan
kegiatan tahunan daerah secara strategis dan berkelanjutan.
Rencana Strategis UPTD dapat dikategorikan sebagai dokumen manajerial wilayah yang bersifat
komprehensif karena mampu memberikan program-program strategis sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bidang dalam lingkup SKPD.
Keberhasilan usaha pemerintah daerah untuk mempertemukan antara keinginan masyarakat
dengan fakta kondisi daerah diukur melalui indikator perencanaan strategis dari program dan
kegiatan yang tercantum di dalam Renstra yang dievaluasi melalui evaluasi kinerja Kepala daerah
sesuai dengan PP No. 108 tahun 2000, dengan memperhatikan indikator evaluasi kinerja yang
disosialisasikan secara nasional melalui modul pelatihan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP). LAKIP merupakan penjelasan dari Inpres No. 7 tahun 1999 tentang AKIP.
Dalam mendukung usaha ini, indikator perlu disepakati bersama antara pemerintahan. Hal ini menjadi
penting karena indikator pengukuran kinerja akan digunakan oleh DPRD untuk mengukur kinerja
tahunan Bupati di akhir masa jabatannya.
Adapun prinsip-prinsip dalam pembuatan perencanaan strategik yang juga digunakan sebagai dasar
penyusunan Renstrada adalah sebagai berikut :
1. Proaktif, bukan reaktif
Dengan adanya perubahan dalam lingkungan yang semakin kompleks, maka perlu melakukan
perencanaan atas perubahan tersebut secara proaktif dan bukan reaktif.
2. Berorientasi output, bukan input
Untuk mencapai keberhasilan dalam pengelolaan, maka perencanaan strategik diperlukan agar dapat
menuntun diagnosa organisasi kepada pencapaian hasil yang diinginkan secara obyektif.
3. Visioner
Perencanaan strategik yang dibuat harus berorientasi pada masa depan, sehingga memungkinkan
organisasi untuk memberikan komitmen pada aktivitas dan kegiatan di masa mendatang.
4. Adaptif dan akomodatif
Perencanaan strategik yang dibuat harus mampu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan
yang muncul, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
E. Sistematika Penyusunan Renstra

Dokumen Renstra SKPD tahun 2014 - 2019 Puskesmas Mancak ini disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Landasan Hukum
D. Hubungan Renstra SKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
E. Sistematika Penyusunan
BAB II TUGAS DAN FUNGSI PUSKESMAS
A. Struktur Organisasi
B. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan
C. Tugas dan Fungsi
D. Peran dan Fungsi UPTD Puskesmas
BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
A. Kondisi Umum Daerah Masa Kini
B. Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Misi
B. Tujuan
BAB II
TUGAS DAN FUNGSI PUSKESMAS
A. Struktur Organisasi

Struktur organisasi UPT Puskesmas di Kabupaten SERANG terdiri dari :


1. Kepala UPT
2. Kepala Subbag TU UPT
3. Kelompok Fungsional
(Selengkapnya terdapat pada lampiran)
B. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan
1 Kepala UPTD Puskesmas : drg Yatni Suprapti Nafisah
2 Kepala Tata Usaha dan Kesling : Uud Sudrajat
3 Bendahara BPJS : Miati Amkeb
4 Bendahara Operasional : Uud Sudrajat
5 Bendahara BOK : Sri Sugiarti AmKeb
6 Penanggung Jawab Loket : Yuyu Yuhaeni
7 Penanggung Jawab Pengobatan dan Pelayanan : dr.Frankie Sudiono

8 Bidan Koordinator : Miati AmKeb


9 Penanggung Jawab Gudang Obat : Akhmad Khaerul Firdaus
10 Penanggung Jawab Apotek : Meilina
11 Penanggung Jawab Laboratorium : Ratna Sari Agustin Amkeb
12 Penanggung Jawab Persalinan : Miati Amkeb
13 Penanggung Jawab UGD : Tatang Suhendi
14 Penanggung Jawab Puskel : Tatang Suhendi
15 Pengelola Kesehatan Haji : Ojah F
16 Pengelola Penyakit Jiwa dan Penyakit khusus : Ratna Sari Agustin
17 Pengelola Kesehatan Usila : Ojah F
18 Pengelola Program TB Paru : Ratna Sari Agustin Amkeb
19 Pengelola Program DBD, Malaria dan Filariasis : Marlina Sst
20 Pengelola Program Imunisasi : Sri Sugiarti Amkeb
21 Pengelola Program Kusta : Tatang Suhendi
22 Pengelola Satgas Bencana : Frankie Sudiono dr
: Tatang Suhendi
23 Pengelola Surveilans : Ojah F
24 Pengelola ISPA dan Diare : Yohanah Amkeb
25 Pengelola Program Promosi Kesehatan : Yohanah AmKeb
26 Pengelola Program UKS : Sri Widyoningsih
27 Pengelola Program Kesling : Uud Sudrajat

28 Pengelola Gizi Masyarakat : Marlina AmKeb


29 Pengelola Program kesehatan Ibu : Esah Nuraesah Skm
30 Pengelola Program kesehatan Anak : Esah Nuraesah Skm
31 Pengelola Program KB : Esah Nuraesah SKM
32 Pelaporan SP2TP : Yuyu Yuhaeni
33 Penanggung Jawab Pustu Waringin : Ade Nur Amkeb
: Maryani
34 Driver : Lili
35 Petugas Kebersihan : Fajar
: Nanang

C. Tugas dan Fungsi


Dalam menjalankan fungsinya Tugas pokok yang harus dijalankan Puskesmas sebagai ujung
tombak pembangunan kesehatan adalah menjalankan program pokok:
1. Promosi Kesehatan
2. Upaya Penyehatan Lingkungan
3. Upaya Perbaikan Gizi
4. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
5. Keluarga Berencana
6. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
7. Pengobatan
D. Peran dan Fungsi UPT Puskesmas Mancak
Puskesmas (Health Centre) adalah suatu kesatuan organisasi fungsionil yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja
tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggung jawab yang sangat besar dalam memelihara kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Puskesmas memiliki 3 fungsi pokok, yakni:
1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas berada di
tengah-tengah masyarakat yang dengan cepat dapat mengetahui keberhasilan dan kendala yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan dan menentukan target kegiatan yang sesuai kondisi
daerah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam meningkatkan kemampuan untuk hidup
sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya. Maksudnya adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada semua orang tanpa
memandang golongan, suku, jenis kelamin, baik sejak dalam kandungan hingga tutup usia.

Terdapat beberapa Program Pokok Puskesmas yaitu :


1) KIA
2) KB
3) Usaha Kesehatan Gizi
4) Kesehatan Lingkungan
5) Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
6) Pengobatan termasuk penanganan darurat karena kecelakaan
7) Penyuluhan kesehatan masyarakat
8) Kesehatan sekolah
9) Kesehatan olah raga
10) Perawatan Kesehatan
11) Masyarakat
12) Kesehatan kerja
13) Kesehatan Gigi dan Mulut
14) Kesehatan jiwa
15) Kesehatan mata
16) Laboratorium sederhana
17) Pencatatan dan pelaporan
18) Pembinaan pengobatan tradisional
19) Kesehatan remaja
20) Dana sehat
Adapun Satuan Penunjang Puskesmas, yaitu :
1) Puskesmas Pembantu
yaitu Unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu kegiatan-
kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung lingkup wilayah yang lebih kecil
2) Puskesmas Keliling
Yaitu Unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan
kesehatan, peralatan komunikasiserta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.dengan funsi
dan tugas yaitu Memberi pelayanan kesehatan daerah terpencil , Melakukan penyelidikan KLB,
transpor rujukan pasien, penyuluhan kesehatan dengan audiovisual.
3) Bidan desa
Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan seorang bidan yang bertempat
tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab kepada kepala puskesmas.Wilayah kerjanyadengan
jumlah penduduk 3.000 orang. Adapun Tugas utama bidan desa yaitu :
a) Membina PSM
b) Memberikan pelayanan
c) Menerima rujukan dari masyarakat
Adapun Tujuan Puskesmas khususnya tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2015.
Adapun Tugas Puskesmas yaitu puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD)
kesehatan kabupaten / kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan berkesinambungan,
yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat
(public goods). Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat
sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan
secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha
kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun
terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya
kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan
puskesmas.
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dibangunlah Puskesmas Mancak yang beralamat di Jalan
raya Mancak , Mancak dengan nomor kode Puskesmas yaitu P3604190201.
BAB III
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

A. Kondisi Umum Daerah Masa Kini


1. Kondisi Geografis
Puskesmas Mancak merupakan salah satu dari 31(tiga Puluh Satu) Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten Serang yang terletak di Kecamatan Mancak.
Berdasarkan geografis wilayah kerja Puskesmas Mancak meliputi batas-batas wilayah
sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Waringin Kurung
 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Gunungsari
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Anyer
 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Citangkil Cilegon
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas Mancak membawahi/melayani 14 desa
dan sebagai wilayah tanggung jawabnya. Desa-desa tersebut antara lain :
1. Desa Labuan
2. Desa Angsana
3. Desa Mancak
4. Desa Sangiang
5. Desa Pasirwaru
6. Desa Ciwarna
7. Desa Cikedung
8. Desa Balekencana
9. Desa Sigedong
10. Desa Talaga
11. Desa Waringin
12. Desa Batu kuda
13. Desa Winong
14. Desa Balekambang
2. Kependudukan
Jumlah penduduk yang tersebar di 14 desa dalam wilayah kerja Puskesmas Mancak
sebanyak 46.500 jiwa.

3. Sosial Ekonomi
Penduduk yang mendiami sebagian besar wilayah Puskesmas Mancak
mayoritas menggantungkan hidupnya dengan mencari nafkah sebagai petani dan nelayan. Mata
pencaharian lain yang dilakoni adalah sebagai pedagang, buruh bangunan, biro jasa, dan lain-lain.

B. Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan

Diharapkan sampai 2019 seluruh masyarakat Polewali Mandar telah memiliki kartu BPJS dan
telah terdaftar pada Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Visi dan Misi


Adapun visi dan misi UPTD Puskesmas Mancak, yaitu :
Visi :
Tercapainya Kecamatan Sehat menuju Kabupaten Sehat 2013

Misi :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan


2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauanpelayanan kesehatan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya

B. Tujuan dan Strategi Kebijakan


Di era reformasi Paradigma Sehat adalah paradigma pembangunan di bidang kesehatan
yang dalam upaya mewujudkannya dibutuhkan kajian yang seksama. Indonesia Sehat 2015 adalah
Visi Pembangunan Nasional di bidang kesehatan yang ingin dicapai dengan dukungan berbagai
peraturan dan perundang-undangan. Visi tersebut telah dituangkan dalam berbagai jenis kegiatan
yang dilaksanakan mulai dari tingkat nasional sampai pada tingkat Puskesmas sebagai ujung tombak
pelaksanaan kegiatan / program di bidang kesehatan.
Pembangunan yang diselenggarakan di Puskesmas adalah untuk mendukung terwujudnya
visi pembangunan nasional dan tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya
masyarakat sehat yang ditandai dengan lingkungan dan perilaku sehat serta dapat menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
Puskesmas Pekkabata sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan di
Kabupaten Polewali Mandar, menggunakan beberapa indikator dalam mengukur keberhasilan
pembangunan di wilayah kerjanya. Indikator keberhasilan program yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas,
morbiditas dan status gizi.
2. Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup,
akses dan mutu pelayanan kesehatan.
3. Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan,
sumbar daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.
PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PEKKABATA

Visi :
Tercapainya Kecamatan Sehat menuju Kabupaten Sehat 2013

Misi :

5. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan


6. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
7. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauanpelayanan kesehatan
8. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya
HASIL EVALUASI

VISITASI SIO

UPTD PUSKESMAS MANCAK

TAHUN TAHUN 2016


MAKLUMAT PELAYANAN
SOP SETIAP RUANGAN
RENSTRA

RENJA

Anda mungkin juga menyukai