Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Nyamuk tergolong sebagai serangga yang cukup tua di alam dan telah melewati proses
evolusi yang panjang. Keberadaan nyamuk di lingkungan menyebabkan gangguan terhadap
manusia, salah satunya adalah segi kesehatan. Nyamuk secara umum dikenal sebagai
vektor beberapa penyakit, beberapa penyakit yang ditularkan oleh nyamuk antara lain
demam berdarah dengue, chikungunya, Japanese encephalitis, malaria dan filariasis.
Penyakit-penyakit tersebut ditularkan oleh jenis/spesies nyamuk yang berbeda atau
mungkin sejenis.

Berbagai upaya penanggulangan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk telah banyak
dilakukan, satu di antaranya adalah dengan meminimalkan kontak antara manusia dengan
vektornya yaitu dengan pemakaian kelambu berinsektisida yang tahan lama. Kelambu
merupakan sebuah tirai tipis, tembus pandang, dengan jaring-jaring yang dapat menahan
berbagai serangga menggigit atau mengganggu orang yang menggunakannya. Jaring-
jaringnya dibuat sedemikian rupa sehingga serangga tak dapat masuk tetapi masih
memungkinkan dilalui udara. Penggunaan kelambu berinsektisida ini merupakan cara yang
efektif untuk pencegahan kontak dengan vektor karena selain sebagai penghalang secara
fisik terhadap nyamuk, aktivitas insektisida yang terkandung di dalamnya dapat membunuh
nyamuk.

Dalam rangka pengendalian dan mengatasi penyakit malaria banyak hal yang sudah
maupun sedang dilakukan baik dalam skala global maupun nasional seperti Gerakan
Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria), Program Kelambunisasi, melepaskan ikan
predator pemakan jentik nyamuk pada tempat-tempat perkembang biakan nyamuk,
penyemprotan dinding rumah, pengobatan secara massal. Salah satu upaya preventif
malaria yang masih dilaksanakan adalah dengan menggunakan kelambu berinsektisida atau
kelambu poles di tempat tidur, seperti yang telah di rekomendasikan oleh WHO sejak
November 2004. Insektisida yang digunakan pada kelambu aman bagimanusia dan telah
digunakan oleh banyak negara.

1
I.2 Rumusan Masalah

Makalah ini berusaha mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan kelambunisasi?


2. Bagaimanakah penggunaan kelambu berinsektisida?
3. Bagaimana efektifitas kelambu dalam pengendalian vektor?
4. Apa manfaat dar penggaan kelambu berinsektisida?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan kelambunisasi.


2. Mengetahui bagaimanapenggunaan kelambu berinsektisida.
3. Mengetahui bagaimana penggunaan kelambu berinsektisida.
4. Apa manfaat dar penggunaan kelambu berinsektisida?

I.4 Metode Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah di atas diperlukan metode penelitian. Makalah ini
disusun dengan mencari data-data dari laporan penelitian (jurnal) yang ada di internet.

I.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah bab satu berisi uraian rancangan
penelitian. Bab dua berisi uraian yang berusaha menjawab rumusan masalah yang telah
tertera. Penutup yang berisi simpulan dan saran, diuraikan di dalam bab tiga.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN

Kelambu merupakan sebuah tirai tipis, tembus pandang, dengan jaring-jaring yang dapat
menahan berbagai serangga menggigit atau mengganggu orang yang menggunakannya. Jaring-
jaringnya dibuat sedemikian rupa sehingga serangga tak dapat masuk tetapi masih
memungkinkan dilalui udara. Kelambu sering disebut juga sebagai bedcanopy. Kelambu
umum digunakan seperti tenda yang menutupi tempat tidur. Agar dapat berfungsi efektif, perlu
dijaga agar tidak terdapat lubang atau celah yang memungkinkan serangga masuk. Kelambu
juga ada yang telah memiliki rangka penopang sendiri atau banyak disebut juga dengan self
propping bedcanopy.

Program kelambunisasi merupakan salah satu dari beberapa program dari Inisiatif Anti
Malaria di Indonesia (IAMI) yang bertujuan sebagai bentuk intervensi preventif yang hendak
melibatkan masyarakat (Priyatmono, 2011). Kelambu memeiliki 2 jenis yaitu kelambu biasa
tanpa insektisida dan kelambu berinsektisida.

1. Kelambu tanpa insektisida

Kelambu tanpa insektisida merupakan kelambu yang tidak dilengkapi dengan


insektisida sehingga fungsi dan kemampuan dari kelambu tersebut hanya sebatas
melindungi manusia dari gigitan nyamuk.

2. Kelambu berinsektisida

Kelambu yang ditambahkan insektisida dikembangkan pada tahun 1980 untuk


pencegahan malaria. Kelambu ini ditambahkan insektisida piretroid atau permetrin
yang mampu membunuh dan mengusir nyamuk. Sebuah penelitian yang dilakukan
di Flores Timur menunjukkan bahwa penggunaan kelambu yang ditambahkan
insektisida permetrin 0,20 g/m2 mampu mengurang insiden malaria dan filariasis
selama 5 bulan penggunaan dari 25,70% ke 21,95% untuk malaria dan dari 4,20%
ke 2,44% untuk filariasis.

3
Akan tetapi, insektisida pada kelambu ini biasanya tidak bertahan lama karena akan
hilang setelah enam kali pencucian dan perlu ditambahkan insektisida kembali.
Oleh karena itu, kelambu ini dianggap tidak efektif mengatasi malaria dalam jangka
panjang. Akibatnya, industri kemudian mengembangkan kelambu yang
ditambahkan insektisida yang mampu bertahan lama. Masih menggunakan
insektisida piretroid tetapi diikat dengan bahan kimia tertentu, kelambu ini tahan
dicuci hingga 20 kali sehingga dapat digunakan tiga tahun atau lebih.

Walau memungkinkan dilewati udara, jumlah udara udara yang dapat lewat
kelambu lebih sedikit daripada bila tidak menggunakannya. Akibatnya tidur di
bawah kelambu dapat terasa lebih panas dibanding tanpa kelambu, terutama di
daerah tropis yang tidak dilengkapi AC.

Selain itu kelambu ini juga tidak berbahaya bagi kesehatan manusia karena sebelum
dipakai, sudah diteliti oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan dinyatakan aman
untuk dipakai. Kelambu ini aman meskipun tergigit oleh anak-anak, namun
demikian orang tua harus mengawasi agar hal tersebut tidak terjadi.

Kelambu berinsektisida ada dua jenis. Yang pertama biasa kita sebut ITNs
(Insecticide-Treated Nets) dan yang kedua kita kenal dengan nama LLINs (Long
Lasting Insecticidal Nets).

Yang kita gunakan sekarang adalah LLINs karena “long lasting”. Tahan 3-5 tahun
dan bisa dicuci sampai 20 kali. Sementara yang pertama (ITNs) perlu dicelup ulang
setelah dicuci tiga kali. Jadi LLIN lebih “cost-effective” dibanding ITN. Oleh sebab
itu guna mencapai sasaran Millennium Development Goals (MDGs) 2015, satu dari
tiga intervensi primer yang harus dilakukan adalah “full coverage” LLIN pada
populasi yang berisiko malaria (WHO Global Malaria Program).

 Kelambu celup insektisida atau insecticide treated net (ITN)

Kelambu celup insektisida atau insecticide treated net (ITN) terbukti dapat
menurunkan jumlah nyamuk yang penuh darah di perutnya pada suatu ruangan. Di
Sukabumi Jawa Barat, ITN dapat menurunkan angka kesakitan malaria di Desa Langkap
jaya dari 87 kesakitan per 1.000 penduduk pada tahun 2004 menjadi 13 kesakitan pada

4
tahun 2005. Insektisida yang dipakai mencelup kelambu diIndonesia, termasuk golongan
synthetic pyrethroid, salah satunya adalah permethrin yang mempunyai rumus
molekul C21H20Cl2O3.

 Long Lasting Insecticidal Nets (LLINs).

Menurut WHO dalam Guideline for Laboratory and Field Testing of LLINs
adalah kelambu berinsektisida (kelambu yang sudah dilapisi racun
serangga) buatan pabrik yang diharapkan dapat mempertahankan aktifitas
biologi sampai jumlah minimum dari standar WHO untuk pencucian, dan
periode waktu minimum di bawah kondisi lapangan. Sasaran utama LLINs
adalah ibu dan anak balitanya. Oleh sebab itu kita lihat petugas malaria di
daerah dalam pendistribusian LLINs bekerja sama dengan petugas KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) dan petugas Imunisasi. Tujuan utamanya adalah
supaya tidak ada “missed oportunity” (kesempatan yang hilang) dan
sekaligus bonus bagi ibu yang periksa hamil atau ibu yang membawa
anaknya untuk imunisasi.

Segala upaya harus dilakukan supaya bisa “full coverage”. Pada prinsipnya
kita harus memanfaatkan peluang dalam pendistribusian LLINs. Cakupan
menyeluruh berarti perlindungan juga menyeluruh. Tidak ada lagi
kesempatan bagi nyamuk anopheles untuk menyatroni masyarakat. Mereka
akan mati dan punah pelan-pelan.

Ditinjau dari sisi manusianya, maka dengan LLINs orang sehat akan
terlindung dari gigitan nyamuk Anopheles, sehingga risiko tertular menjadi
minimal. Demikian pula orang sakit (malaria) yang tidur dengan kelambu,
ia tidak akan membantu nyamuk dalam penyebaran penyakit malaria. Satu
dari rantai penularan telah putus. Tidak ada manusia kemasukan parasit
malaria dan tidak ada orang menjadi bank parasit untuk didistribusikan oleh
nyamuk ke manusia yang lainnya.

5
Ditinjau dari sisi nyamuknya, ada tiga hal yang dilakukan oleh LLINs:

1. LLINs membunuh nyamuk dewasa yang masuk rumah. Angka


kematiannya (nyamuk) tinggi. Makin banyak nyamuk mati maka risiko
manusia digigit nyamuk juga akan turun.
2. Bila nyamuk tidak langsung mati di tempat pada saat itu, maka parasit
malaria butuh waktu untuk berkembang dalam tubuh nyamuk sebelum
sampai di kelenjar ludah nyamuk sebagai sporozoit yang siap
diterjunkan ke darah manusia. Bisa sampai 8 hari. Kalau nyamuk mati
sebelum waktunya, maka parasit Malaria (Plasmodium) tidak sempat
berkembang. Putus siklus hidupnya, turun populasinya. Hal ini juga
akan mengurangi populasi nyamuk yang membawa parasit. Manusia
mungkin digigit nyamuk, tetapi nyamuknya steril (tidak membawa
plasmodium).
3. Bila nyamuk sempat bertelur, karena tidak mendapat nutrisi dari darah
manusia, maka pematangan telurnya tidak berlangsung (nyamuk
Anopheles menggigit manusia karena butuh darah manusia
guna perkembangan telur-telurnya). Tidak ada Anopheles baru yang
menetas. Siklus hidup nyamuk pun putus.

Bisa dibayangkan hebatnya dual effect dari LLINs: memutuskan siklus


hidup nyamuk sekaligus plasmodium. Kalau bisa dilaksanakan secara “full
coverage” dan “sustain” maka “rantai penularan” pun akan putus dan diikuti
menurunnya dengan cepat Insidens Malaria.

JENIS INSEKTISIDA YANG DIGUNAKAN


 Permethrin
Mulai dipasarkan pada tahun 1997, merupakan racun kontak yang mempengaruhi sistem pencernaan,
efektif terhadap hemiptera, diptera dan coleoptera. Penelitian di thailand membuktikan bahwa itn yang
dicelup permethrin efektif selama 6 bulan terhadap nyamuk anopheles spp. Yang menurun mulai bulan
ke tujuh setelah mengalami pencucian pertama. Ini dikarenakan partikel permethrin mudah mengurai
karena pengaruh suhu, kelembaban sertapencucian; karena itu untuk mempertahankan efektivitasnya,
maka itn perlu dilakukanpen celupan ulang setiap 6 bulan atau setelah pencucian.

6
II.2 PENGGUNAAN KELAMBU
Penggunaan kedua jenis kelambu ini pada dasarnya adalah sama namun ada perbedaan
pada penggunaan insektisida. Pada alat/bahan tentunya harus adanya kelambu. Kelambu
biasanya digunakan untuk melindungi dari gigitan nyamuk di waktu tidur. Pada kelambu
berinsektisida dilengkapi dengan insektisida dan jenis insektisida yang biasanya digunakan
insektisida jenis permethrin. Sebelum mencelup kelambu tersebut, masing-masing insektisida dicampur
bahan perekat dengan perbandingan 20% insektisida dan 80% bahan perekat. Bahan perekat yang digunakan
adalah campuran 86% acrylic yang berfungsi merekatkan insektisida pada serat benangkain kelambu agar
tahan terhadap pengaruh pencucian dan 14% arthathrin yang berfungsi melarutkan sebagian partikel acrylic
sehingga partikel insektisida bisa kontak dengan nyamuk. Kelambu masing-masing dicelup dengan insektisida
permethrin dengan konsentrasi 0,5 gram insektisida per m2. Kemudian keringkan dan siap digunakan.

Cara pemakaian :
• ambilkan kelambu tersebut
• Pasanglah kelambu di atas tempat tidur dengan cara mengikatkan ke empat ujungnya pada
dinding atau tiang tempat tidur.
• Bagian bawah kelambu harus dimasukkan ke bawah tikar atau kasur agar tertutup rapat.
• Sebelum tidur, periksalah apakah kelambu sudah terpasang dengan benar dan tidak ada
yang sobek agar nyamuk tidak dapat masuk.
II.3 EFEKTIFITAS KELAMBU DALAM PENGENDALIAN VEKTOR
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bina Ikawati, Bambang Yunianto, Rr
Anggun Paramita D, menyimpulkan bahwa efektifitas kelambu dalam pengendalian
vektor meliputi :

 Kepadatan nyamuk menggigit di dalam rumah dan istirahat di dinding setelah


perlakuan kelambu menurun dibandingkan sebelumnya. Namun, kepadatan
menggigit di luar rumah dan istirahat di kandang meningkat setelah pemakaian
kelambu berinsektisida.
 Pemakaian kelambu di lokasi penelitian juga menurunkan parousitas (48,7 %
menjadi 37,7 %).
 Pengetahuan dan Sikap penduduk tentang malaria pada daerah perlakuan lebih
baik dari daerah kontrol. Praktek penduduk tentang malaria pada daerah
perlakuan sama dengan pada daerah kontrol, yaitu masuk kategori baik.

7
 Terdapat keluhan masyarakat saat awal menggunakan kelambu yaitu bau,
pusing, sumpeg, ampeg, pengap, sumuk (gerah) dan bau pada awalawal
pemakaian. Namun secara umum kelambu masih dapat diterima oleh
masyarakat.

II.4 MANFAAT
Memakai kelambu berinsektisida adalah melindungi masyarakat, terutama bayi,
anak balita dan ibu hamil yang sangat rentan terhadap penyakit akibat dari gigitan
nyamuk penular. Apabila masyarakat memakai kelambu berinsektisida dengan baik
dan benar diwaktu tidur, akan terhindar dari penyakit malaria dan penyakit-penyakit
lain yang ditularkan oleh nyamuk seperti penyakit kaki gajah (Filariasis), demam
berdarah dan lainlainnya.

8
BAB III
KESIMPULAN
Kelambu merupakan sebuah tirai tipis, tembus pandang, dengan jaring-jaring
yang dapat menahan berbagai serangga menggigit atau mengganggu orang yang
menggunakannya.
Kelambu berinsektisida ada dua jenis. Yang pertama biasa kita sebut ITNs
(Insecticide-Treated Nets) dan yang kedua kita kenal dengan nama LLINs (Long
Lasting Insecticidal Nets).
Memakai kelambu berinsektisida adalah melindungi masyarakat, terutama bayi,
anak balita dan ibu hamil yang sangat rentan terhadap penyakit akibat dari gigitan
nyamuk penular.

9
DAFTAR PUSTAKA
 Bina I., Bambang Y., dkk. EFEKTIFITAS PEMAKAIAN KELAMBU
BERINSEKTISIDA DI DESA ENDEMIS MALARIA DI KABUPATEN
WONOSOBO
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb/article/view/1722/3224
 Eka Nugraheni D., 2014.PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS HASIL LUARAN PERSALINAN PADA IBU
HAMIL DI DAERAH ENDEMIS MALARIA VIVAX Suatu Studi Eksploratif di kota
Bengkulu http://akkes.saptabakti.ac.id/ver3/index.php/jurnal/57-penggunaan-
kelambu-berinsektisida-untuk-meningkatkan-kualitas-hasil-luaran-persalinan-pada-
ibu-hamil-di-daerah-endemis-malaria-vivax-suatu-studi-eksploratif-di-kota-bengkulu
 Yusuf R., 2012. GAMBARAN CAKUPAN PROGRAM KELAMBUNISASI
DALAM MENCEGAH KEJADIAN MALARIA DI DESA TUNGGULO
KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2012
http://ejurnal.fikk.ung.ac.id/index.php/PHJ/article/download/123/51
 Scribd. Kelambu insektisida https://www.scribd.com/doc/64227841/Kelambu-
Insektisida
 Wikipedia indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelambu

10

Anda mungkin juga menyukai