Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator

Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa

kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan

nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,

terjatuh, dll di setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu

menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan

masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari

sisi aksesibilitas maupun kualitas. Menurut SDKI tahun 2012 menunjukkan

peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS,

2015).

Program Kesehatan di Indonesia dianjurkan agar ibu hamil melakukan paling

sedikit empat pemeriksaan selama kehamilan, yaitu minimal satu kali pemeriksaan

dalam trimester pertama, satu kali pemeriksaan dalam trimester kedua dan dua kali

pemeriksan dalam trimester ketiga (Depkes RI, 2010). Capaian pelayanan kesehatan

ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan

K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal care pertama

kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah

1
2

kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil

yang telah memperoleh pelayanan antenatal care sesuai dengan standar paling sedikit

4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu

wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses

pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam

memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan (Kemenkes, 2014).

Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2015 telah memenuhi

target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan sebesar 72%. Namun

demikian, terdapat lima provinsi yang belum mencapai target tersebut yaitu Papua,

Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tengah.

Sumardino (2015), yang dilaksanakan pada ibu hamil diwilayah puskesmas

ceper klaten tahun 2015 menunjukkan bahwa ada hubungan promosi kesehatan

terhadap pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah pemberian promosi kesehatan.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan tingkat pengetahuan sebelum diberikan

promosi kesehatan 56%, dan sesudah diberi promosi kesehatan 90% dengan tingkat

pengetahuan tinggi. Bahan peragaan dalam promosi kesehatan dapat berupa poster

tunggal, poster seri, pricat, tranparan, slide, film, brosur, lembar balik, stiker dan

seterusnya. Selain dukungan alat peraga di atas dapat juga dilakukan bentuk

pendekatan seperti bimbingan, penyuluhan, interview ataupun pendidikan kesehatan

pada kelompok besar seperti metode ceramah, seminar, belajar kelompok. Sementara

untuk kelompok kecil dapat dilakukan metode diskusi kelompok, curah pendapat,

role play dan permainan simulasi (Notoatmodjo, 2007).


3

Penelitian Rembang (2015) yang dilakukan pada ibu hamil dipuskesmas pinto

kota kecamatan lembeh menunjukkan bahwa ada pengaruh promosi kesehatan

tentang antenatal care sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan terhadap

peningkatan pengetahuan ibu hamil. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa nilai

pengetahuan sebelum diberikan promosi kesehatan rata-rata berpengetahuan kurang

9,25% dan setelah diberikan promosi kesehatan pengetahuan responden rata-rata

pengetahuan baik 18,96%. Media promosi kesehatan seperti metode ceramah

mempunyai hubungan yang bermakna dalam peningkatan pengetahuan dan sikap

masyarakat. Begitu juga dengan berbagai media promosi lainya memperlihatkan

bahwa penggunaan media leaflet, audiovisual dapat dikombinasikan dengan diskusi

kelompok cukup berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

masyarakat (Sumiati, 2013).

Pemberian pendidikan kesehatan tentang antenatal care pada ibu hamil

merupakan hal yang penting agar dapat mengetahui dan lebih memperhatikan

perilaku dalam melakukan pencegahan terhadap bahaya selama kehamilan demi

kesehatan dan kenyamanan diri. Pemanfaatan pelayanan antenatal care oleh sejumlah

ibu hamil di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.

Hal ini cenderung menyulitkan tenaga kesehatan dalam melakukan pembinaan

pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi

dini terhadap faktor resiko kehamilan yang penting untuk segera ditangani (Depkes

RI, 2010). Pengetahuan mengenai kehamilan dapat diperoleh melalui pendidikan

kesehatan tentang kehamilan seperti perubahan yang berkaitan dengan kehamilan,

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, perawatan diri selama kehamilan
4

serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai, dengan pengetahuan tersebut diharapkan

ibu akan termotivasi kuat untuk menjaga dirinya dan kehamilannya dengan mentaati

nasehat yang diberikan oleh pelaksana pemeriksa kehamilan, sehingga ibu dapat

melewati masa kehamilannya dengan baik dan menghasilkan bayi yang sehat

(Kusmiyati, dkk, 2012).

Masih banyak ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan

kehamilan sehingga menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang

mungkin dialami oleh mereka. Hal ini bisa disebabkan karena rendahnya tingkat

pendidikan, pengetahuan dan kurangnya informasi (Dewi, 2013). Pendidikan dan

pengetahuan masyarakat sangat berperan dalam perilaku kesehatan masyarakat itu

sendiri baik itu diperoleh dari pendidikan formal maupun informal. Penyuluhan atau

penginderaan respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi keteraturan ANC. Jadi perilaku ibu hamil dalam merawat

kehamilannya juga dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap kehamilannya (Dewi,

2013). Dengan manfaat yang besar seharusnya ibu hamil melakukan ANC yang

teratur guna kesehatan ibu dan bayi. Namun kenyataannya tidak demikian, 6

masyarakat Indonesia masih kurang berpartisipasi dalam melakukan kunjungan ANC

(Dewi, 2012).

Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk 12.985.075 jiwa, memiliki

angka kematian ibu (AKI) sebesar 328/100.000 KH, angka ini masih cukup tinggi

bila dibandingkan dengan angka nasional hasil SP 2010 sebesar 259/100.000 KH

(BPS Sumut, 2010). Sedangkan di Kota Padangsidempuan berdasarkan data angka

kematian ibu dan kematian bayi tahun 2012, menunjukkan bahwa angka kematian ibu
5

sebanyak 4 orang dari 4.444 ibu bersalin, jumlah kematian bayi sebanyak 30 dari

4.444 kelahiran, jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak

3.326 dari 4.444 ibu bersalin. Pada tahun 2013, menunjukkan bahwa angka kematian

ibu sebanyak 3 orang dari 4.486 ibu bersalin, jumlah kematian bayi sebanyak 18 bayi

dari 4.486 kelahiran, komplikasi kebidanan 342 orang, jumlah persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 3,629 dari 4.486 ibu bersalin (Dinas

Kesehatan Daerah Kota Padangsidempuan, 2013).

Data laporan Dinas Kesehatan Kota Padang Sidimpuan pada tahun 2016

menunjukkan bahwa Puskesmas Batunadua yang terdiri dari 2 kelurahan dengan

cakupan K1 dan K4 di Kota Padang Sidimpuan dengan cakupan K1 hanya sebesar

73% dan cakupan ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 95%. Sedangkan

cakupan K4 sebesar 64% belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 90%

(Puskesmas Batunadua Kota Padangsidempuan, 2016).

Survey awal peneliti, melakukan wawancara dengan 10 orang ibu hamil di

wilayah kerja puskesmas Batunadua Padangsidimpuan, bahwa pengetahuan dan

kepatuhan ibu hamil tentang antenatal care masih rendah, 7 orang ibu hamil

mengatakan tidak patuh melakukan pemeriksaan karena tidak mengetahui manfaat

dan pelayanan antenatal care. Sedangkan 3 orang ibu hamil patuh melakukan

pemeriksaan karena sudah mengetahui manfaat antenatal care. Selama ini penyuluhan

kesehatan yang dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, oleh petugas

kesehatan yang ada di puskesmas Batunadua Padangsidimpuan. Hal ini dilakuakan

secara bersama-sama dengan program yang lain, namun tingkat perilaku ibu hamil

masih rendah.
6

Berdasarkan uraian diatas penulis memiliki ketertarikan tentang pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap perilaku ibu hamil tentang antenatal care di wilayah

kerja puskesmas Batunadua Padangsidimpuan tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah


Pendidikan kesehatan masyarakat sangat berperan dalam perilaku kesehatan

masyarakat itu sendiri baik itu diperoleh dari pendidikan formal maupun informal.

Perilaku mengenai kehamilan dapat diperoleh melalui pendidikan kesehatan tentang

kehamilan seperti perubahan yang berkaitan dengan kehamilan, pertumbuhan dan

perkembangan janin. Pendidikan kesehatan atau respon ibu hamil tentang

pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturan

antenatal care.
Dengan manfaat yang besar seharusnya ibu hamil melakukan antenatal care

yang teratur guna kesehatan ibu dan bayi. Namun kenyataannya tidak demikian ibu-

ibu hamil yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan antenatal care ke

pelayanan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan tahun

2018. Sehingga perlu diketahui apakah pendidikan kesehatan yang dilakukan

berhubungan dengan tingkat kepatuhan ibu hamil terhadap pemeriksaan antenatal

care diwilayah kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan tahun 2018.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku ibu

hamil tentang antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batunadua

Padangsidimpuan tahun 2018.


7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis pengetahuan ibu hamil sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

tentang antenatal care.


2. Menganalisis pengetahuan ibu hamil sesudah dilakukan pendidikan kesehatan

tentang antenatal care.


3. Menganalisis sikap ibu hamil sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang

antenatal care.
4. Menganalisis sikap ibu hamil sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang

antenatal care.
5. Menganalisis tindakan ibu hamil sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang

antenatal care.
6. Menganalisis tindakan ibu hamil sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang

antenatal care.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan

dengan hubungan antara perilaku ibu hamil tentang antenatal care.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan khususnya konseling

pendidikan kesehatan dan peran dalam pengetahuan antenatal care dengan

persiapan persalinan pada ibu hamil.

3. Bagi Masyarakat
8

Hasil Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan masyarakat khususnya ibu

hamil tentang antenatal care.

4. Bagi Penelitian

Hasil Penelitian dapat sebagai data pendukung pada Penelitian berikutnya tentang

hubungan perilaku ibu hamil tentang antenatal care.

5. Bagi Institusi

Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

mengenai pendidikan kesehatan dalam antenatal care.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam

bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan

untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik

individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka sendiri. Pendidikan kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
9

pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan diri tentang pencegahan

stroke pada penderita hipertensi (Notoatmodjo, 2013).

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dalam beberapa metode pendidikan

Individual dan kelompok. Pendidikan kesehatan dalam skala besar dapat dilakukan

dengan metode ceramah. Metode ini cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah (Wahyuna, 2009).

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan

perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan

berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara

kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal – hal yang merugikan

kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan

jika sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku ibu hamil tentang antenatal

care menghasilkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan. Tingkat pengetahuan ibu hamil setelah dilakukan pendidikan

kesehatan semakin meningkat. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan

kesehatan merupakan penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui

teknik praktik belajar atau instruksi secara individu untuk meningkatkan kesadaran

akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi

perilaku sehat.

2.1.2 Manfaat Pendidikan Kesehatan


10

Pendidikan kesehatan memiliki beberapa manfaat dan tujuan antara lain

pertama, tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif

dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yag optimal. Kedua, terbentuknya

perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan konsep

hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan

dan kematian. Ketiga, menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk

mengubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (Ika,

2015).

2.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi,

antara lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan pendidikan

kesehatan, dan tingkat pelayanan pendidikan kesehatan (Dedi, 2012).

1. Sasaran pendidikan kesehatan

Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dibagi

menjadi 3 kelompok yaitu:


a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

2. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung

diberbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya:


a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid,

yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS)


11

b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan

masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus dengan sasaran

pasien dan keluarga pasien


c. Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan.

3. Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan

Dalam dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat

dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel

dan Clark, yaitu:

a. Promosi kesehatan (health promotion)


Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam kebersihan

perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala,

peningkatan gizi, dan kebiasaan hidup sehat.


b. Perlindungan khusus (specific protection)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat. Misalnya tentang pentingnya imunisasi sebagai cara

perlindungan terhadap penyakit, pada anak, maupun orang dewasa.


c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya tingkat

pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakit yang terjadi

dimasyarakat.
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masyarakat sering

didapat tidak mau melanjutkan pengobatannya sampai tuntas atau tidak mau

melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakitnya secara tuntas. Pada tingkat ini
12

kegiatan meliputi perawatan untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi

lebih lanjut, serta fasilitas untuk mengatasi cacat dan mencegah kematian.
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah sembuh dari

suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk memulihkan

kecacatannya itu diperlukan latihan – latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang

baik dan benar sesuai program yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan

kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan.

2.1.4 Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan

Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual,

kelompok, dan massa (public) (Dedi, 2012).

1. Metode pendidikan individual (perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini

digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik

kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan

individual ini disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang

berbeda – beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk

dari pendekatan ini antara lain 1) bimbingan dan penyuluhan (guidance and

counseling), 2) wawancara (interview).

2. Metode pendidikan kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok
13

yang besar metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode

akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu

lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini antara lain ceramah

dan seminar.

b. Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang disebut kelompok kecil.

Metode – metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain diskusi kelompok,

curah pendapat (brain storming), bola salju (snow bolling), kelompok kecil – kecil

(bruzz group), memainkan peran (role play), permainan simulasi (simulation game).

c. Metode pendidikan massa (public)

Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public,

maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Pada umumnya bentuk

pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui

media massa. Contoh metode ini antara lain: ceramah umum (public speaking).

2.2 Perilaku

2.2.1 Defenisi Perilaku

Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti

pengetahuan, persepsi, minat, keinginan, sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku

seseorang sebagian terletak di dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor

8
14

internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal

yaitu faktor lingkungan (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku kesehatan dapat dipahami melalui pengertian dan perilaku terlebih

dahulu. Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan

lingkungannya dengan kata lain. Perilaku yang baru terjadi apabila ada sesuatu

rangsangan tertentu yang akan menghasilkan untuk menimbulkan reaksi berupa

perilaku (Adnani, 2011).

Menurut teori WHO (2008), Faktor-faktor perilaku dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu :

a. Faktor – faktor Internal

Yaitu faktor – faktor yang ada di dalam diri individu itu sendiri, misalnya :

karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, sikap, dan sebagainya)

yang dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan

mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab, pertumbuhan

profesional dan intelektual yang dialami seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang

merasa tidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya, dapat

dikaitkan dengan faktor – faktor yang sifatnya dari luar diri individu.

b. Faktor – faktor Eksternal

Yaitu faktor – faktor yang ada di luar individu yang bersangkutan. Faktor ini

mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur – unsur dan

dorongan/motif untuk berbuat sesuatu, misalnya pengalaman, fasilitas, sumber

informasi, penyuluhan dan pembinaan.


15

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan

totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama antara

berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal. Perilaku dipandang dari segi

biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup

mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,

karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud

dengan perilaku manusia itu sendiri mempunyai bentangan yang sangat luas antara

lain ; berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan sebagainya. Dari uraian

diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

dapat diamati dari pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Menurut pendapat Skinner dalam Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan

respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespons, maka teori ini disebut teori ”S-O-R” atau Stimulus

Organisme Respons.

Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.


16

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat

respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu (Notoadmodjo, 2007) :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulis ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt bahavior)


Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

tangsanagn dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-

tiap orang berbeda. Menurut skinner, faktor-faktor yang membedakan respons

terhadap stimulus yang berbeda disebut dengan determinan perilaku. Determinan

perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang

bersifat bawaan. Misalnya: tingkat kecerdasan, emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya.
17

2. Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering

merupakan faktor yang dominan mewarnai peilaku seseorang.

2.2.2 Domain (Ranah) Perilaku

Menurut pendapat Bloom, perilaku manusia dibagi kedalam 3 domain/ranah,

yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu: pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil pengetahuan dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengamatan terhadapa suatu penderita tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan pengamatan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap penderita melalui Indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,

dan sebagainya).

Pengetahuan adalah pemahaman subjek mengenai objek yang dihadapainya.

Subjek yang dimaksud adalah manusia sebagai kesatuan berbagai macam

kesanggupan yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Objek dalam pengetahuan

adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu (Ashari, 2010)

Menurut Depkes (2006), pengetahuan juga diperoleh melalui kenyataan

(fakta) dengan melihat, mendengar sendiri melaui alat-alat komunikasi seperti surat

kabar, televise, radio, film, dan lain-lain. Hal demikian diterima panca indera dan

diolah otak secara sistematis sehingga akan menghasilkan pengetahuan.


18

Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah

hasil dari proses pendidikan yang didapat oleh seseorang melalui penggunaan panca

indera. Proses transformasi pengetahuan itu sendiri biasa berlangsung misalnya

melaui penyuluhan.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam)

tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang specipik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memehami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebgai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
19

sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebgainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada

suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang tela

ada. (Notoatmodjo. 2006).

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social


20

(Notoatmodjo, 2007). Menurut penelitian sikap merupakan suatu reaksi seseorang

yang masih tertutup dari orang lain terhadap stimulasi atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan kesamaan reaksi terhadap gangguan tertentu yang dalam kesehariannya

merupakan suatu reaksi yangbbersifat emosional terhadap gangguan social.


Menurut Widayatun, (2010) ada 8 fungsi sikap yaitu : sebagai instrumental;

pertahanan diri; penerima objek, ilmu serta memberi arti nilai ekspresif; social

adjustment; eksternalisa,aktifitas adaptif dalam memperoleh informasi, reflek

kehidupan.
Sikap merupakan factor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong

atau menimbulkan perilaku yang tertentu. Walaupun demikian sikap mempunyai segi-

segi perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia itu.
Menurut Gerungan (2008), ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan.


2. Sikap itu dapat berubah-ubah.
3. Sikap itu tidak berdiri sendiri.
4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu.
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Menurut Sobur, Alex (2009) ciri khas dari sikap adalah :

a. Mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda)


b. Mengandung penilaian (suka tidak suka ; setuju tidak setuju)

Tindakan sikap menurut Notoatmodjo (2007) :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan pertayaan apabila ditanya, mengerjakan, menyelesaikan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.


21

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Saiffudin, (2007) sikap terbentuk dari 3 komponen yaitu:

a. Komponen Kognitif (cognitive)

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorrang mengenai apa yang berlaku

bagi objek sikap.

b. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap.

c. Komponen perilaku (behavior/conative)


Dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan

berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan denga objek sikap yang

dihadapinya.

Dalam interaksi social, terjadi hubungan saling menghargai di antara individu

yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbale balik yang turut mempengaruhi

pola perilaku masing-masing individu sebgai anggota masyarakat. Lebih lanjut


22

interaksi social ini meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik

maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya.

Menurut Widayatun, (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu

adalah :

a. Faktor intrinsik, meliputi : kepribadian, intelejensi, bakat, minat,

perasaan, serta kebutuhan dan motivasi seseorang.

b. Faktor ekstrinsik, meliputi : faktor lingkungan, pendidikan,

idiologi, ekonomi, politik dan hankam.

Sedangkan menurut Gerugan, (2008). Faktor-faktor yang memegang peranan

dalam pembentukan sikap adalah :

a. Faktor internal

Di dalam pribadi manusia itu yakni, selektifitasnya sendiri, daya pilihnya

sendiri, atau minat latihannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh

yang dating dari luar dirinya itu. Dan faktor-faktor internal itu turut ditentukan pula

oleh motif-motif dan sikap lainnya yang sudah terdapat dalam pribadi orang itu.

b. Faktor eksternal

Antara lain, sifat, isi pandangan baru yang ingin diberikan itu siapa yang

mengemukakannya dan siapa yang menyokong pandangan baru tersebut, dengan cara

bagaimana pandangan itu diterangkan, dan dalam situasi bagaimana sikap baru.

Notoatmodjo 2007, menyatakan bahwa ada sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap

belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan atau perilaku


23

3. Tindakan

Suatu tindakan dimana seseorang melakukan perbuatan nyata serta

melakukan perbuatan yang merugikan ataupun menguntungkan dirinya. Suatu sikap

belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan nyata di perlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan antara lain fasilitas :

1. Persepsi (Perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan tindakan yang diambil adalah praktek tindakan pertama.


2. Respon terpimpin (guided response) adalah dapat melakukan sesuatu

sesuai urutan yang benar dan sesuai sengan contoh adalah merupakan indicator

praktek tingkat dua.


3. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan.
4. Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.3 Kehamilan

Kehamilan adalah periode dimana seorang wanita menyimpan embrio atau

fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu. Dimulai

waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis

untuk wanita hamil ialah gravid. Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya

disebut primigravida (gravida 1) kali dan pada wanita yang belum pernah hamil

disebut gravid 0 (Jahja dalam Janiwarty dan Pieter, 2013).


24

Kategori ibu hamil Menurut Janiwarty dan Pieter (2013), kategori ibu hamil

dibagi menjadi empat kelompok,diantaranya :

1. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Para

adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (Viable).

2. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang viable

untuk pertama kali.

3. Multigravida atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

yang viable (yang dapat hidup) untuk beberapakali.

4. Grande multigravida adalah wanita yang telah hamil lebih dari 5 kali.

2.3.1 Antenatal Care (ANC)

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi

persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan

reproduksi secara wajar (Manuaba, 2012).

Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk

memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal

atau bermasalah. (Rukiah, dkk, 2013).

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau

dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas

mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada

tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2010).


25

2.3.2 Tujuan Kunjungan

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,maternal dan sosial ibu dan

bayi.

3. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati,

2013).

2.3.3 Manfaat ANC

Manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk memperoleh

gambaran dasar mengenai perubahan fisiologik yang terjadi selama kehamilan dan

berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat

diperhitungkan dan dipersiapkan langkah – langkah dalam pertolongan persalinannya

(Manuaba, 2009). Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat bagi ibu dan

janin, antara lain:

1. Bagi Ibu
26

a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengobati

secara dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.

b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam

menghadapi persalinan.

c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat memberikan

ASI.

d. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi (Manuaba, 2014).

2. Bagi Janin

Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi

persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal

kualitas sumberdaya manusia.

2.3.4 Jadwal kunjungan

Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya terlambat

sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaandilakukan setiap 6 minggu sampai

kehamilan. Sesudah itu,pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu. Dan sesudah 36

minggu.

Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan.

1. Satu kali pada trimester pertama

2. Satu kali pada trimester kedua

3. Dua kali pada trimester ketiga (Rukiah, dkk, 2013).

Menurut Depkes RI (2014) setiap ibu hamil paling sedikit mendapatkan empat

kali kunjungan selama periode kehamilan, dengan jadwal :


27

1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (selama usia kehamilan 14

minggu).
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (usia kehamilan 14-28 minggu).
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (usia kehamilan antara 28-36 minggu

dan sesudah usia kehamilan 36 mingu).


Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi yang

sangat penting. Garis-garis besarnya dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Informasi Kunjungan Kehamilan

Kunjungan Waktu Informasi Penting

Trimester Sebelum minggu  Membangun hubungan saling


Pertama Ke-14 percaya antara petugas kesehatan
dengan ibu hamil
 Mendeteksi masalah dan
menanganinya
 Melakukan tindakan pencegahan
seperti tetanus neonaturum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan
praktik tradisional yang merugikan
 Memulai persiapan kelahiran bayi
dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi
 Mendorong perilaku yang sehat
(gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya)
Trimester Sebelum minggu Sama seperti diatas, ditambahkan
Kedua Ke-28 kewaspadaan khusus mengenai
preeklamsia (tanya ibu tentang
gejala-gejala preeklamsia, pantau
tekanan darah, evaluasi edema,
periksa untuk mengetahui
proteinuria)
Trimester Antara minggu Sama seperti di atas, ditambah
Ketiga 28-36 palpasi abdominal untuk mengetahui
28

apakah ada kehamilan ganda


Trimester Sama seperti di atas, ditambah
ketiga deteksi letak bayi yang tidak normal
atau kondisi lain yang memerlukan
kelahiran di rumah sakit

2.3.5 Pelayanan Antenatal Terpadu

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan

berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil serta terpadu dengan program lain

yang memerlukan intervensi selama kehamilannya.

Tujuan ANC terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil

memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga mampu menjalani

kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang

sehat (Anggrita, 2015).

Menurut Lily Yulaikhah (2008) bahwa pemeriksaan yang sering dilakukan

dirumah sakit atau Puskesmas yaitu:

a. Inspeksi

Yaitu memeriksa dengan melihat dan mengingat, dengan cara :


1. Muka : adalah kloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah,

udem, lidah dan gigi.


2. Leher: apakah ada bendungan vena di leher, kelenjar gondok membesar atau

kelenjar limfe membengkak.


3. Dada : bentuk buah dada, pigmentasi putting susu dan gelanggang susu,

keadaan putting susu, kolustrum.


29

4. Perut : Perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan pusat, pigmentasi

linea alba, nampakkah gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae

gravidarum atau bekas luka


5. Vulva : keadaan perineum, varises, tanda Chadwick, kondylomata, fluor.
6. Anggota bawah : adalah varises, edema, luka dan sikatris pada lipatan paha

b. Palpasi

Yaitu pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa propioseptif ujung

jari dan tangan. Yaitu dengan cara :


1. Untuk menentukan besarnya rahim, konsistensinya
2. Bagian-bagian janin, letak, presentasi
3. Gerakan janin

Cara palpasi menurut Leopold (Prawiroharjo & Wiknjosastro, 2005) yaitu:

1. Leopold I

Bertujuan untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui

bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).

Gambar 1. Leopold 1

* Teknik pemeriksaan
30

Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan

untuk meraba fundus. Mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri

Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bundar

dan melenting (seperti mudah digerakkan).

Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak,

kurang bundar, dan kurang melenting. Fundus kosong apabila posisi janin melintang

pada rahim.

Menentukan usia kehamilan:

1. Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis.

2. Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat.

3. Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat.

4. Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.

5. Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat.

6. Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara

prosesus xipoideus dan pusat.

7. Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah prosesus

xipoideus

8. Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara

prosesus xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan

pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).

2. Leopold II
31

Bertujuan untuk menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada

kedua sisi perut ibu.

Gambar 2. Leopold II

*Teknik pemeriksaan

Menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi perut ibu.

raba (palpasi) kedua bagian sisi perut ibu.

Menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada kedua sisi perut

ibu bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan.

Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan

menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.

3. Leopold III

Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang

terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah

menyentuh pintu atas panggul.


32

Gambar 3. Leopold III

*Teknik pemeriksaan

Pemeriksa hanya menggunakan satu tangan. Bagian yang teraba, bisa kepala,

bisa juga bokong (Lihat Leopold I). Cobalah apakah bagian yang teraba itu masih

dapat digerakkan atau tidak. Apabila tidak dapat digoyangkan, maka janin sudah

menyentuh pintu atas panggul.

4. Leopold IV

Bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di

bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin

telah memasuki pintu atas panggul.

Gambar 4. Leopold IV
33

*Teknik pemeriksaan

Pemeriksa menghadap kaki pasien, dengan kedua tangan ditentukan bagian

janin apa (bokongkah atau kepalakah?) yang terletak di bagian bawah perut ibu.

Mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul

Apabila konvergen (jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru sedikit janin

memasuki pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara kedua jari pemeriksa

jauh), janin (kepala janin) telah banyak memasuki pintu atas panggul).

c. Auskultasi

Uliyah dan Hidayat (2008) mengindikasikan bahwa auskultasi dilakukan

menggunakan stetoskop monoaural untuk mendengarkan:

1. Denyut jantung janin


2. Bising tali pusat, bising rahim, bising usus
3. Gerakan dan tendangan janin

2.3.6 Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "14T".

1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari

TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap

minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat

badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu

sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan

berat badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni :
34

Tabel 2.2 Klasifikasi Nilai IMT

Kategori IMT Rekomendasi (kg)


Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 – 20,5

Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap,

bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi baik

dianjurkan menambha berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi

baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan

optimal, yaitu :

a. 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg

b. 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg

c. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Anggrita S, 2015).

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko

terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

2. Ukur Tekanan Darah (T2)

Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung. Pemeriksaan tekanan

darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan

darah yang normal 110/80 - 120/80 mmHg.

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)


35

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan

umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil

anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai

dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang

dicantumkan dalam HPHT.

4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat

dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe

pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat

seiring pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan

volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan

perkembangan janin.

5. Pemberian Imunisasi TT (T5)

Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai

upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus

yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus

toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil

dan bayi yang dikandungnya.

Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :

1. Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan

imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005).

2. TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada

kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000).


36

Jadwal Imunisasi TT :

Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi

tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan) selama

kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu

kemudian)Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu

(Anggrita S, 2015).

Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Lama %
Antigen Interval
perlindungan Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT 5 1 taun setelah TT4 25 tahun/seumur 99
hidup

6. Pemeriksaan Hb (T6)

Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan dengan cara

Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu periksa

lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi

Anemia pada ibu hamil.

7. Pemeriksaan Protein urine (T7)

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil.

Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan
37

riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan protein urin ini untuk

mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia.

8. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8)

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) adalah untuk

mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit menular seksual, antara

lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil

spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan postif, ibu hamil dilakukan

pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan

< 16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan premature, cacat bawaan.

9. Pemeriksaan urine reduksi (T9)

Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti

pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Melitus Gestasioal.

Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa

pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.

10. Perawatan Payudara (T10)

Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali

sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.

11. Senam Hamil ( T11)

Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan

persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan

elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh

relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.

12. Pemberian Obat Malaria (T12)


38

Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada ibu hamil

dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah

yang positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan

muda dapt terjadi abortus, partus prematurus juga anemia.

13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis

yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.

14. Temu wicara / Konseling ( T14 ) (Pantiawati & Suryono, 2010).

2.4 Landasan Teori

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui

proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner ini disebut teori ”S-O-

R” (stimulus-organisme-respons).

TEORI S-O-R

Respons Tertutup
Stimulus Organisme Pengetehuan,
Sikap
Respons Terbuka
Praktik
Tindakan
39

Gambar 2.1. Teori S-O-R

Teori Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010), menjelaskan adanya dua

jenis respons, yaitu :

1. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut elicting stimuli. Karena

menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena

berfungsi untuk memperkuat respons.

Berdasarkan tinjauan pustaka, peneliti merumuskan beberapa landasan teori

yang relevan dengan tujuan penelitian, pengetahuan, sikap, tindakan ibu hamil

tentang antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan.

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang diteliti

adalah perilaku ibu hamil yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan. Untuk

mengetahui ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan maka sebelum

dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan

promosi kesehatan (promosi kesehatan dengan menggunakan leaflet) dilakukan post-

test.

Intervensi
Pendidikan Kesehatan

Pre-test Post-test
Perilaku Ibu Hamil Perilaku Ibu Hamil
Tentang Antenatal Care Tentang Antenatal
Care
40

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pemberian promosi kesehatan

tentang antenatal care akan mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam upaya

melakukan antenatal care. Tiap konsep, masing-masing mempunyai variable-variabel

sebagai indikasi pengukuran masing-masing konsep tersebut. Misalnya untuk

mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan.

2.6 Hipotesis

1. Ada pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil

tentang antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan.

2. Tidak ada pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil

tentang antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan.

3. Ada pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu hamil tentang

antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan.

4. Tidak ada pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu hamil tentang

antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan.

5. Ada pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap tindakan ibu hamil tentang

antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan.

6. Tidak ada pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap tindakan ibu hamil

tentang antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan.


41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)

dengan rancangan pretest-posttest design. Penelitian ini menggunakan perlakuan

pendidikan terhadap perilaku ibu hamil tentang antenatal care. Rancangan penelian

ini dapat digambarkan sebagai berikut:


42

Pretest Perlakuan Postest

O1 X O2

Skema 3.1. Rancangan Pretest-Posttest Design

Keterangan :

O1 = pre-test untuk menilai perilaku sebelum dilakukan perlakuan pendidikan

kesehatan tentang antenatal care.

X = perlakuan (treatment) pendidikan kesehatan tentang antenatal care

O2 = post-test untuk menilai perilaku sebelum dilakukan perlakuan pendidikan

kesehatan tentang antenatal care.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Batunadua

Padangsidimpuan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan Januari 2018 sampai Juni 2018. Tahapan yang

dilaksanakan dimulai dari pengumpulan data sekunder, identifikasi masalah,

penelusuran kepustakaan, penentuan judul, penyusunan proposal, seminar proposal,


43

penelitian, analisis data dan penyusunan hasil Penelitian konsultasi dosen

pembimbing sampai ujian komprehensif.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh subyek penelitian (Arikunto, 2010) atau keseluruhan

dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Aziz, 2007). Populasi

dalam penelitian ini, seluruh ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Batunadua

Padangsidimpuan sebanyak 36 orang ibu hamil.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu

sehingga dapat mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2010). Jumlah sampel yang

digunakan adalah ibu hamil yang ada di wilayah kerja puskesmas Batunadua

Padangsidimpuan sebanyak 36 orang ibu hamil.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu

teknik pengambilan sampel secara keseluruhan dari seluruh populasi yang ada

(Arikunto, 2010). Sampel sebanyak 36 orang ibu hamil. Kriteria inklusi dari sampel

pada penelitian ini sebagai berikut :

a. Semua pasien ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Batunadua.


b. Berumur lebih dari 17 tahun.
c. Bersedia menjadi responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer


44

Data primer dalam penelitian ini adalah diperoleh melalui daftar pertanyaan di

kuesioner yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian kemudian

diberikan kepada responden yaitu ibu hamil yang tinggal di kecamatan Batunadua

Padangsidimpuan kemudian dilakukan wawancara.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pencatatan dan dokumen yang ada pada wilayah

kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan dan Dinas Kesehatan Daerah Kota

Padangsidempuan.

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di Kelurahan Batunadua Jae

Padangsidimpuan berbatasan dengan Kelurahan Batunadua.

1. Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam

mengukur data (Hastono, 2007). Uji ini bertujuan untuk menguji pada tiap item atau

butir pernyataan yang benar-benar mampu mengungkapkan faktor yang akan diukur

atau konsistensi internal tiap item alat ukur dalam mengungkapkan faktor yang akan

diukur. Validitas masing-masing butir pernyataan dapat dilihat pada nilai corrected

item total correlation masing-masing butir pernyataan dengan ketentuan jika nilai r

hitung > r tabel maka dinyatakan valid atau sebaliknya dalam penelitian ini untuk
45

sampel pengujian 30 orang adalah 0,361 pada df = 28 dan α = 5%. Nilai r dapat

dihitung menggunakan rumus r hitung (Riduwan, 2013).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat

dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan

data yang dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan

kenyataan, maka berapa kali diambil tetap akan sama (Riwidikdo, 2009). Untuk

mengetahui reliabilitas dengan cara menggunakan metode Cronbach’s Alpha yaitu

menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Jika nilai Cronbach’s

Alpha menunjukkan lebih besar dari 0,60 maka dapat dikatakan bahwa alat ukur

dalam hal ini kuesioner dinyatakan reliabel, dan jika nilai uji Cronbach Alpha yang

diperoleh < r tabel (0,60) maka dinyatakan tidak reliabel (Hastono, 2007). Nilai r

dapat dihitung dengan rumus : (Riduwan, 2013).

Dimana : r =

r = Nilai reliabilitas

ΣSi = Jumlah varians skor tiap-tiap pernyataan

Si = Varians total

K = Jumlah item

3.6 Prosedur Pelaksanaan Pengumpulan Data


46

Prosedur pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi dua

tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini adalah untuk mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan

mendukung penelitian seperti izin penelitian, koordinasi dengan kepala Desa dan

Kepala Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan. Pengambilan data pada responden

dengan prosedur :

a. Menentukan calon responden dengan mengumpulkan data yang berkaitan dengan

identitas dan data demografi.

b. Memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan, proses dan harapan

dari penelitian ini serta memberi kesempatan bertanya bila ada yang kurang jelas.

Apabila calon responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini maka calon

responden diminta menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Apabila tidak bersedia, maka keputusan responden tetap dihargai dan responden

tetap mendapat perawatan dan pengobatan sesuai standar.

c. Setelah ibu mendapat penjelasan dan setuju menjadi responden, maka ibu yang

menjadi responden dipersilahkan mengisi kuesioner .

d. Agar data yang diberikan oleh responden dapat jujur, maka petugas menjelaskan

dan memberi penekanan agar pengisian kuesioner sesuai dengan apa yang dialami

atau dirasakan oleh responden sampai saat mengisi kuesioner.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan direncanakan bertempat di

wilayahkerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan. Sebelum pelaksanaan kegiatan


47

peneliti sudah berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas puskesmas untuk

mengetahui identitas masyarakat yang akan mengikuti promosi kesehatan tentang

antenatal care. Kemudian peneliti memberitahukan kepada subjek penelitian waktu

dan tempat dilakukannya penelitian.

Adapun langkah yang akan dilakukan adalah


1. Peneliti membuka acara, memperkenalkan diri dan memberitahukan tujuan dan

prosedur dari kegiatan yang dilakukan,


2. Memberikan pre-test untuk melihat pengetahuan dan sikap sebelum diberikan

promosi kesehatan tentang antenatal care kepada dengan menggunakan kuesioner

yang telah dipersiapkan.


3. Peneliti memberi jeda istirahat selama 15 menit kepada ibu hamil untuk

pelaksanaan post-test, untuk melihat pengetahuan, sikap, tindakan sesudah

diberikan promosi kesehatan tentang antenatal care, pelaksanaan pre test dan post

test dilaksanakan secara hari bersamaan,


4. Kemudian peneliti memberikan pendidikan kesehatan tentang antenatal care

dengan leaflet sesuai dengan materi dan dibantu dengan power point.
5. Memberikan pelaksanaan post test untuk melihat pengetahuan, sikap, tindakan ibu

hamil sesudah diberikan promosi kesehatan tentang antenatal care kepada

responden setelah dilakukan promosi kesehatan.

Isi materi pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah

adalah:

1. Pengertian pendidikan kesehatan


2. Pengertian antenatal care
3. Tujuan pemeriksaan antenatal care
4. Jadwal pemeriksaan kehamilan

Isi materi pendidikan kesehatan pemeriksaan antenatal care adalah ;

Ibu Hamil
48

Pretest
Perilaku ibu hamil
(pengetahuan, sikap, tindakan)

Pendidikan Kesehatan

Postest
Perilaku ibu hamil
(pengetahuan, sikap, tindakan)

Skema 3.2. Alur Penelitian

3.7 Variabel dan Definisi Operasional

3.7.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan sedangkan

variabel dependen adalah pengetahuan, sikap dan tindakan.

3.7.2 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel (Setiadi, 2007). Defenisi

operasional ini dibuat untuk memberikan pemahaman yang sama tentang pengertian

variabel yang diukur dan untuk menentukan metodologi yang digunakan dalam

menganalisa data.

Tabel 3.1Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


49

Operasional Ukur

1 Pendidikan Penyampaian materi 20 menit - -


Kesehatan pendidikan penyuluhan
kesehatan terhadap ANC,
perilaku ibu hamil Sosialisasi,
tentang antenala ibu-ibu
care dengan metode membaca
ceramah selama 30 leaflet
menit

2 Pengetahuan Segala hal yang Kuesioner Rasio Baik ≥7


ibu hamil diketahui oleh 1-10 soal
tentang responden tentang Tidak baik
antenatal care kehamilan dan cara <7
mencegah terjadinya
bahaya kehamilan

3 Sikap ibu Suatu kesiapan ibu Kuesioner Ordinal Baik ≥7


hamil tentang hamil untuk 1-10 soal
antenatal care bertindak kunjungan Tidak baik
antenatal care <7

4 Tindakan ibu Suatu Kuesioner Ordinal Baik ≥7


hamil tentang kecenderungan ibu 1-10 soal
antenatal care hamil untuk Tidak baik
bertindak (praktik) <7
dalam kunjungan
antenatal care

3.8 Metode Pengukuran Data

Aspek pengukuran dari penelitian ini di dasarkan pada jawaban responden

terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner yang disesuaikan dengan skor.

a. Pengetahuan
Variabel pengetahuan responden diukur dengan metode pemberian nilai

terhadap pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dengan menggunakan pilihat


50

berganda (a, b, c) yang berjumlah 1-10, jika responden menjawab benar diberi nilai 1,

jika responden menjawab salah diberi nilai 0. Nilai tertinggi dari 10 pertanyaan

tersebut adalah 10. Tingkat pengetahuan ibu tentang antenatal care dikategorikan

sebagai berikut:

1. Baik, jika nilai ≥ 7 (≥70%)

2. Tidak Baik, jika nilai < 7 (<70%)

b. Sikap
Variabel sikap diukur berdasarkan skala ordinal dari 10 pernyataan, yang

terdiri dari pernyataan negatif dan pernyataan positif, jika responden menjawab

pernyataan positif maka masing-masing menjawab alternatif jawaban setuju (1), tidak

setuju (0),
1. Baik, jika nilai ≥ 7 (≥70%)
2. Tidak Baik, jika nilai < 7 (<70%)
c. Tindakan
Variabel tindakan diukur berdasarkan skala ordinal dari 10 pernyataan, yang

terdiri dari pernyataan negatif dan pernyataan positif, jika responden menjawab

pernyataan positif maka masing-masing menjawab alternatif jawaban dilakukan (1),

tidak dilakukan (0),


1. Baik, jika nilai ≥ 7 (≥70%)
2. Tidak Baik, jika nilai < 7 (<70%)

3.9 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau

kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode dan skorsing pada tiap jawaban untuk memudahkan

proses entri data.


51

3. Entri, data setelah proses coding dilakukan pemasukan data ke komputer.

4. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap

data yang sudah masuk.

3.10 Analisis Data

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu melakukan analisis pada setiap variabel hasil

penelitian dengan tujuan untuk mengetahui distribusi pada setiap variabel penelitian.

Selanjutnya frekuensi tiap kelas diubah dalam bentuk persentase (%). Hal ini

dilakukan apabila kita ingin mengetahui presentase masing- masing kelas. Analisis ini

digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari variabel dependen

dan variabel independen (Sutanto, 2010).

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan pengetahuan, sikap,

tindakan antara pendidikan kesehatan tentang natenatal care. Hubungan variabel

bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji wilcoxon. Uji Wilcoxon

signed Rank test yaitu uji yang digunakan untuk mengukur 2 sampel bebas apabila

skala data ordinal, interval atau rasio tetapi tidak berdistribusi normal.

Uji Wilcoxon signed Rank test dengan nilai alpha 0,05. Jika (p <0,05) maka

H0 ditolak berarti Ha diterima (ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku

ibu hamil tentang antenatal care). Sebaliknya jika (p>0,05) maka H0 diterima dan Ha
52

ditolak (tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku ibu hamil tentang

antenatal care).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Geografi dan Demografi

4.1.1 Data Geografi

Puskesmas Batunadua merupakan satu dari lima belas Puskesmas yang ada di

wilayah kerja Kota Padangsidimpuan, yang mempunyai angka 15 desa sebagai

wilayah kerjanya. Secara geografis, Kota Padangsidimpuan secara keseluruhan di

kelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan yang dulunya merupakan Kabupaten

induknya. Kota Padangsidimpuan merupakan persimpangan jalur darat untuk menuju

Kota Medan, Sibolga dan Padang dijalur lintas barat sumatera.

Luas wilayah kerjanya 38,74 Km2 dengan perbatasan :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan Desa Pargarutan

4.1.2 Data Demografi


53

Menurut data demografi setiap tahun jumlah penduduk Kecamatan

Padangsidimpuan Batunadua semakin bertambah. Pada tahun 2017 jumlah penduduk

desa/kelurahan di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua adalah 22.604 jiwa

dengan jumlah laki-laki 11.369 jiwa dan jumlah perempuan 11.235 jiwa. Mayoritas

penduduknya bersuku Batak, Mandailing, dan agama yang dianut mayoritas

beragama Islam dan sebagian lagi beragama Kristen, Katolik dan Budha.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap perilaku ibu hamil tentang antenatal care di wilayah kerja Puskesmas

Batunadua Padangsidimpuan Tahun 2018 terhadap 36 responden.

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi nama, umur, pendidikan

terakhir, pekerjaan, jumlah anak ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua

Padangsidimpuan Tahun 2018.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Umur di


Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan Tahun 2018

Umur n %
<20 tahun 8 22,2
20-35 tahun 21 58,4
>35 tahun 7 19,4
Total 36 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dari 36 responden, dapat diketahui umur <20

tahun sebanyak 8 orang (22,2%), umur 20-35 tahun sebanyak 21 orang (58,4%) dan

umur >35 tahun sebanyak 7 orang (19,4%).


54

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Pendidikan


Terakhir di Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan Tahun 2018
Pendidikan Terakhir n %
SD 3 8,3
SMP 10 27,8
SMA 15 41,7
Perguruan Tinggi 8 22,2
Total 36 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dari 36 responden dapat diketahui pendidikan

terakhir sebagai SD sebanyak 3 orang (8,3%), SMP sebanyak 10 orang (27,8%), SMA

sebanyak 15 orang (41,7%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 8 orang (22,2%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Pekerjaan di


Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan Tahun 2018
Pekerjaan n %
IRT 11 30,6
PNS 3 8,3
Petani 5 13,9
Wiraswasta 17 47,2
Total 36 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dari 36 responden dapat diketahui pekerjaan

sebagai IRT sebanyak 11 orang (30,6%), PNS sebanyak 3 orang (8,3%), Petani

sebanyak 5 orang (13,9%) dan Wiraswasta sebanyak 17 orang (47,2%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Jumlah Anak di


Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan Tahun 2018
Jumlah Anak n %
1 orang 15 41,7
2 orang 16 44,4
≥3orang 5 13,9
Total 36 100
55

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dari 36 responden dapat diketahui jumlah anak

responden 1 orang sebanyak 15 orang (41,7%), jumlah anak 2 orang sebanyak 16

orang (44,4%) dan jumlah anak ≥3 orang sebanyak 5 orang (13,9%).

4.3 Analisa Univariat

4.3.1 Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan


Kesehatan Tentang Antenatal Care

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum
Diberikan Pendidikan Kesehatan Dan Sesudah Diberikan Pedidikan
Kesehatan Tentang Antenatal Care di Puskesmas Batunadua
Padangsidimpuan Tahun 2018

Pre Test Post Test


No. Pengetahuan
n % n %
1. Baik 8 22,2 29 80,6
2. Tidak Baik 28 77,8 7 19,4
Total 36 100 36 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang antenatal care mayoritas

berpengetahuan tidak baik sebanyak 28 orang (77,8%) dan minoritas berpengetahuan

baik sebanyak 8 orang (22,2%). Kategori pengetahuan ibu hamil sesudah diberikan

pendidikan kesehatan tentang antenatal care mayoritas berpengetahuan baik sebanyak

29 orang (80,6%) dan minoritas berpengetahuan tidak baik sebanyak 7 orang

(19,4%).

4.3.2 Sikap Ibu Hamil Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Tentang Antenatal Care
56

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Ibu Hamil Sebelum
Diberikan Pendidikan Kesehatan Dan Sesudah Diberikan Pedidikan
Kesehatan Tentang Antenatal Care di Puskesmas Batunadua
Padangsidimpuan Tahun 2018

Pre Test Post Test


No. Sikap
n % N %
1. Baik 13 36,1 30 83,3
2. Tidak Baik 23 63,9 6 16,7
Total 36 100 36 100
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa sikap ibu hamil sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tentang antenatal care mayoritas bersikap tidak baik

sebanyak 23 orang (63,9%) dan minoritas bersikap baik sebanyak 13 orang (36,1%).

Kategori sikap ibu hamil sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang antenatal

care mayoritas bersikap baik sebanyak 30 orang (83,3%) dan minoritas bersikap tidak

baik sebanyak 6 orang (16,7%).

4.3.3 Tindakan Ibu Hamil Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan


Kesehatan Tentang Antenatal Care

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Ibu Hamil Sebelum
Diberikan Pendidikan Kesehatan Dan Sesudah Diberikan Pedidikan
Kesehatan Tentang Antenatal Care di Puskesmas Batunadua
Padangsidimpuan Tahun 2018

Pre Test Post Test


No. Tindakan
n % n %
1. Baik 10 27,8 28 77,8
2. Tidak Baik 26 72,2 8 22,2
Total 36 100 36 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa tindakan ibu hamil

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang antenatal care mayoritas bertindak

tidak baik sebanyak 26 orang (72,2%) dan minoritas bertindak baik sebanyak 10
57

orang (27,8%). Kategori tindakan ibu hamil sesudah diberikan pendidikan kesehatan

tentang antenatal care mayoritas bertindak baik sebanyak 28 orang (77,8%) dan

minoritas bertindak tidak baik sebanyak 8 orang (22,2%).

4.4 Analisa Bivariat

4.4.1 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu Hamil Tentang


Antenatal Care

Tabel 4.8 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Sebelum dan Sesudah Terhadap


Perilaku Ibu Hamil Tentang Antenatal Care di Wilayah Kerja
Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan Tahun 2018

Pendidikan Kesehatan
Variabel Mean Std. Deviasi p*
Sebelum 1.78 0.422
Pengetahuan 0.000
Sesudah 1.19 0.401
Sebelum 1.64 0.487
Sikap 0.000
Sesudah 1.17 0.378
Sebelum 1.72 0.454
Tindakan 0.001
Sesudah 1.22 0.422

*Uji Wilcoxon

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil pengetahuan ibu hamil sebelum

diberikan perlakuan rata-rata 1.78 dan sesudah diberikan perlakuan 1.19, dengan

nilai probabilitas (p) 0,000 < 0.05, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti

dapat dikatakan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan responden pada

waktu sebelum menerima pendidikan kesehatan dengan pengetahuan responden

setelah menerima pendidikan kesehatan tentang antenatal care.


58

Selanjutnya hasil sikap ibu hamil sebelum diperoleh rata-rata 1.64 dan

sesudah perlakuan 1.17, dengan nilai probabilitas (p) 0,000 < 0.05, sehingga H0

ditolak dan Ha diterima yang berarti dapat dikatakan ada perbedaan yang signifikan

antara sikap responden pada waktu sebelum menerima pendidikan kesehatan dengan

sikap responden setelah menerima pendidikan kesehatan tentang antenatal care.

Selanjutnya hasil tindakan ibu hamil sebelum diperoleh rata-rata 1.72 dan

sesudah perlakuan 1.22, dengan nilai probabilitas (p) 0,001 < 0.05, sehingga H0

ditolak dan Ha diterima yang berarti dapat dikatakan ada perbedaan yang signifikan

antara tindakan responden pada waktu sebelum menerima pendidikan kesehatan

dengan tindakan responden setelah menerima pendidikan kesehatan.


59

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Dari hasil yang diperoleh bahwa responden mayoritas umur 20-35 tahun

sebanyak 21 orang (58,4%) dan minoritas umur >35 tahun sebanyak 7 orang (19,4%).

Menurut Mathiue & Zajac, (1990) menyatakan bahwa, karakteristik personal

(individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku

bangsa, dan kepribadian. Robbins (2006) menyatakan bahwa, Faktor-faktor yang

mudah didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar dari

informasi yang tersedia dalam berkas personalia seorang pegawai mengemukakan

karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya

tanggungan dan masa kerja dalam organisasi

Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Anastasia (2014),

hubungan karakteristik ibu hamil dengan perilaku kunjunjungan anc (antenatal care).

dari hasil penelitian yang dilakukan di UPTD Puskesmas Gajahan Surakarta terhadap

45 responden didapatkan hasil yang usia mayoritas 20-30 tahun sebanyak 30

responden (66.7%). Minoritas usia ≥ 30 tahun sebanyak 15 responden (33.3%).


60

5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir

Dari hasil yang diperoleh bahwa responden berdasarkan pendidikan terakhir

mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 15 orang (41,7%) dan minoritas

berpendidikan SD sebanyak 3 orang (8,3%).

Menurut KI Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup

tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu: menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan

sebagai anggota masyarakatdapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya.

Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Prima (2014),

analisa karakteristik ibu hamil dengan kunjungan ANC Di Kecamatan Besitang

Kabupaten Langkat Tahun 2014. Terhadap 60 responden didapatkan hasil yang

Pendidikan Terakhir mayoritas Tamat SMA sebanyak 32 responden (53.0%).

5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Dari hasil yang diperoleh bahwa responden berdasarkan pekerjaan Ibu

mayoritas bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 17 orang (47,2%) dan minoritas

bekerja sebagai PNS sebanyak 3 orang (8,3%).

Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan

atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing

dan suatu cara seseorang yang tujuannya untuk mencari uang terutama dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan dapat diklasifikasikan yaitu bekerja (buruh,


61

tani, swasta, dan PNS) dan tidak bekerja (ibu rumah tangga dan pengangguran)

(Notoatmodjo, 2010). Pekerjaan ibu yang dimaksudkan adalah apabila ibu beraktifitas

ke luar rumah maupun di dalam rumah kecuali pekerjaan rutin rumah tangga. Ibu

yang bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk memeriksakan kehamilannya dan

lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Sedangkan ibu yang tidak bekerja,

akan memiliki banyak waktu untuk memeriksakan kehamilan (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya (2013),

Hubungan Antara Karakteristik (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan Dan

Sikap) Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan Dengan Kunjungan Ke-4 (K4)

Antenatal Care (Studi Kasus Di Puskesmas Sawahan Surabaya). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 72 responden didapatkan hasil pekerjaan sebagai

wiraswasta sebanyak 33 responden (45.8%), PNS sebanyak 18 responden (25.0%).

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Dari hasil yang diperoleh bahwa responden berdasarkan jumlah anak

mayoritas memiliki jumlah anak 2 sebanyak 16 orang (44,4%) dan minoritas

memiliki jumlah anak ≥3 sebanyak 5 orang (13,9%).

Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Prima (2014),

Analisa Karakteristik ibu Hamil dengan Kunjungan ANC Di Kecamatan Besitang

Kabupaten Langkat Tahun 2014. Dari 46 responden didapatkan hasil yang Jumlah

anak mayoritas 2 orang sebanyak 21 responden (45.6%).

5.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil


Tentang ANC
62

Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa dari 36 responden menunjukkan

responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang antenatal care mayoritas

berpengetahuan tidak baik sebanyak 28 orang (77,8%) dan minoritas berpengetahuan

baik sebanyak 8 orang (22,2%). Kategori sesudah diberikan pendidikan kesehatan

tentang antenatal care mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 29 orang (80,6%) dan

minoritas berpengetahuan tidak baik sebanyak 7 orang (19,4%). Pengetahuan

sebelum diberikan perlakuan rata-rata 1.78 dan sesudah diberikan perlakuan 1.19.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon diperoleh

p=0.000 (p < 0,05) artinya bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di Puskesmas Batunadua

Padangsidimpuan Tahun 2018.

Pengaruh pendidikan kesehatan tentang antenatal care terhadap pengetahuan

ibu hamil dalam penelitian yang dilakukan menghasilkan perbedaan yang signifikan

antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Pengetahuan responden

setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang antenatal care semakin meningkat.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan kesehatan merupakan

penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar

atau instruksi secara individu untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan

sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat.

Pengetahuan merupakan pengertian dan pemahaman responden mengenai

antenatal care terhadap pengetahuan ibu hamil. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan

mengenai defenisi,tujuan kunjungan, jadwal kunjungan, pelayanan antenatal, standar

pelayanan antenatal. Adanya pengetahuan yang bertambah akan menjadikan


63

seseorang bersikap lebih hati-hati dalam mensikapi kesehatan serta akan berusaha

mencegahnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang

telah mengikuti penyuluhan kesehatan akan lebih baik pengetahuannya dari pada

responden yang tidak mendapat penyuluhan kesehatan (Petri, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Yuliana (2015)

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku ibu hamil tentang pemeriksaan

kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Tinoor di dapatkan p= 0,001 (α <0,05)

adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang antenatal care.

Hasil penelitian diatas mendukung peneliti yang di lakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan, bahwa ibu hamil yang diberikan pendidikan

dan pedoman dalam perawatan diri selama kehamilan akan meningkatkan pola

hidupnya sekaligus mengingatkan bahwa pendidikan kesehatan akan lebih efektif bila

petugas kesehatan mengenal tingkat pengetahuan, sikap kebiasaan sehari – hari

responden tersebut.

Menurut hasil penelitian pendidikan kesehatan dapat dilakukan dalam

beberapa metode pendidikan individual dan kelompok. Pendidikan kesehatan dalam

skala besar dapat dilakukan dengan metode ceramah (menggunakan leaflet). Metode

ini cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Dalam penelitian

ini metode yang digunakan metode ceramah dan leaflet karena peneliti menilai bahwa

metode ini paling cocok digunakan dalam melaksanakan pendidikan kesehatan di

Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan.


64

5.6 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap Ibu Hamil Tentang


ANC

Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa dari 36 responden menunjukkan

responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang antenatal care mayoritas

bersikap tidak baik sebanyak 23 orang (63,9%) dan minoritas bersikap baik sebanyak

13 orang (36,1%). Kategori sikap ibu hamil sesudah diberikan pendidikan kesehatan

tentang antenatal care mayoritas bersikap baik sebanyak 30 orang (83,3%) dan

minoritas bersikap tidak baik sebanyak 6 orang (16,7%). Sikap sebelum diberikan

perlakuan rata-rata 1.19 dan sesudah perlakuan 1.17.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon diperoleh

p=0.000 (p < 0,05) artinya bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap

ibu hamil tentang antenatal care di Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan Tahun

2018.

Pengaruh pendidikan kesehatan tentang antenatal care terhadap sikap ibu

hamil dalam penelitian yang dilakukan menghasilkan perbedaan yang signifikan

antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Sikap responden setelah

dilakukan pendidikan kesehatan tentang antenatal care semakin meningkat. Menurut

Notoadmodjo (2010) menyebutkan bahwa sikap adalah respons tertutup seseorang

terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,

dan sebagainya). Bila dikaitkan dengan kategori pengetahuan responden, menurut

Notoatmodjo (2008) yang menyatakan bahwa dalam penentuan sikap yang utuh,
65

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Pengetahuan yang baik akan membuat responden bersikap baik pula.

Secara umum adalah suatu pikiran, kecenderungan dan perasaan seseorang

untuk mengenal aspek-aspek tertentu pada lingkungan yang seringnya bersifat

permanen karena sulit diubah. Komponen yang dimaksud adalah pengetahuan yang

selama ini diperoleh semasa hidup, dimana sangat mempengaruhi perilaku saat

bertindak. Pengertian lainnya menyebutkan bahwa sikap merupakan kecondongan

evaluatif seseorang terhadap suatu subjek maupun objek. Sikap yang dimiliki setiap

individu memberikan warna tersendiri untuk seseorang bertingkah laku. Untuk

membahas lebih dalam mengenai sikap (Walgito, 2001).

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Yuliana (2015)

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku ibu hamil tentang pemeriksaan

kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Tinoor di dapatkan p= 0,000 (α <0,05)

adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap tentang antenatal care.

Menurut Ajzen (1988) yang dikutip dari Azwar (2005), sikap terbentuk dari

adanya informasi secara formal maupun informal yang diperoleh setiap individu.

Berarti sikap sejalan dengan pengetahuan, yaitu jika seseorang berpengetahuan baik

maka sikap juga akan baik.

Hasil penelitian diatas mendukung peneliti yang di lakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan. Faktor yang mempengharui sikap positif

terhadap responden adalah karena adanya keyakinan ibu hamil tentang antenatal atau

pemeriksaan kehamilannya. Dimana sikap yang mendukung atau positif terhadap

antenatal care dapat menjadi faktor yang menyebabkan ibu hamil melakukan
66

pemeriksaan kehamilannya dan dapat berbentuk dari adanya keyakinan ibu hamil

tentang pentingnya antenatal careatau pemeriksaan kehamilan bagi ibu dan bayinya

dan salah satunya adalah adanya dukungan keluarga khususnya suami atau anggota

keluarga lainnya dimana dengan adanya dukungan keluarga maka akan mendorong

kemauan dan kemampuan yang ditujukan terutama para ibu agar membawa dirinya

ke petugas kesehatan untuk antenatal care.

5.7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Ibu Hamil Tentang


ANC

Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa dari 36 responden menunjukkan

responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang antenatal care mayoritas

bertindak tidak baik sebanyak 26 orang (72,2%) dan minoritas bertindak baik

sebanyak 10 orang (27,8%). Kategori tindakan ibu hamil sesudah diberikan

pendidikan kesehatan tentang antenatal care mayoritas bertindak baik sebanyak 28

orang (77,8%) dan minoritas bertindak tidak baik sebanyak 8 orang (22,2%).

Tindakan sebelum diberikan perlakuan rata-rata 1.72 dan sesudah perlakuan 1.22.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon diperoleh

p=0.001 (p < 0,05) artinya bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

tindakan ibu hamil tentang antenatal care di Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan

Tahun 2018.

Pengaruh pendidikan kesehatan tentang antenatal care terhadap tindakan ibu

hamil dalam penelitian yang dilakukan menghasilkan perbedaan yang signifikan

antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo

(2003), tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan
67

(overt behavior). Tindakan itu merupakan suatu aksi atau reaksi dari individu

terhadap rangsangan dalam bentuk nyata. Biasanya tindakan ini akan bertahan lama

apabila didasari oleh pengetahuan dan sikap yang baik dari responden.

Menurut Notoatmodjo (2008), secara logis sikap akan ditunjukkan dalam

bentuk tindakan namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan mempunyai

hubungan yang sistematis. Tindakan adalah aturan yang dilakukan, yang melakukan/

mengadakan aturan-aturan untuk mengatasi sesuatu perbuatan. Perilaku yang berupa

tindakan adalah respon nyata seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh

persepsi individu. Tindakan ini dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dengan

lingkungan khususnya menyangkut pengetahuan dan sikapnya terhadap suatu objek.

Tindakan merupakan tahap akhir dari perilaku, sehingga tindakan yang baik atau

kurang yang dilakukan oleh responden adalah pengaruh dari tingkat pengetahuan dan

sikap responden (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Yuliana (2015)

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku ibu hamil tentang pemeriksaan

kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Tinoor di dapatkan p= 0,002 (α <0,05)

adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan tentang antenatal care.

Hasil penelitian diatas mendukung peneliti yang di lakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan. Faktor yang mempengharui tindakan ibu

hamil mau melakukan pemeriksaan kehamilan atau kunjungan karena adanya sikap

yang baik atau positif terhadap antenatal care sehingga responden mau membawa
68

dirinya untuk pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan. Faktor lain yang

mempengharui tindakan ibu adalah pekerjaan ibu dimana ibu yang tidak memiliki

pekerjan tetap menunjukkan kondisi yang positif dimana sebagian besar ibu

seharusnya bisa rutin pergi ke posyandu atau puskesmas untuk pemeriksaan

kehamilan karena tidak terkait dengan pekerjaan.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan, untuk terwujudnya

suatu sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi

yang memungkinkan. Secara logis tindakan akan mencerminkan dalam bentuk sikap,

namun tidak dapat dikatakan bahwa tindakan dan sikap memiliki hubungan yang

sistematis.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
69

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil tentang

antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua Kota Padangsidimpuan

terdapat hasil yang signifikan.

2. Pengaruh pendidikan terhadap sikap ibu hamil tentang antenatal care di Wilayah

Kerja Puskesmas Batunadua Kota Padangsidimpuan terdapat hasil yang

signifikan.

3. Pengaruh pendidikan terhadap tindakan ibu hamil tentang antenatal care di

Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua Kota Padangsidimpuan terdapat hasil yang

signifikan.

6.2 Saran

1. Bagi Ilmu Hamil


Diharapkan kepada ibu untuk meningkatkan wawasan dan mencari informasi

tentang Antenatal Care (ANC) agar memeriksakan kehamilan untuk mengetahui

kondisi kehamilannya terutama janin yang dikandungnya.

2. Bagi Puskesmas
Diharapkan lebih memperhatikan ibu-ibu hamil terutama di daerah terpencil

dimana tingkat kematian ibu dan bayi masih tinggi.


3. Bagi Dinas Kesehatan
Peningkatan keterampilan petugas kesehatan dengan pelatihan tenaga kesehatan

sehingga satu Puskesmas tidak hanya satu orang saja yang mewakili untuk

pelatihan, harapannya bisa mencakup lebih banyak tenaga kesehatan yang di


70

Puskesmas mengingat pentingnya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan

kepada ibu-ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2008. “Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan” ed, 2, Jakarta :
Salemba Medika.
Amiruddin. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care. Medan :
Jurnal Antenatal Care : 2005
Anastasia, 2014, Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Perilaku Kunjungan
ANC (Antenatal Care). Jurnal Kebidanan.
Astuti, Puji Hutari. 2012. “ Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan)”.
Yogyakarta : Rohima Press.
Anggrita S, dkk, 2015, Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan, In Media : Bogor
71

Arikunto, S, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta :


Jakarta
Aziz, 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Tekni Analisa Data, Salemba Medika :
Jakarta
Prasetyawati, E.A, 2012, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium
Development Goals (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika
Dewi, N.S 2012. Biologi Reproduksi. Pustaka Rihana : Yogyakarta.
Departemenen Kesehatan RI. 2001. Modul Dasar Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2007, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2010, Program Kesehatan Di Indonesia, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. 2013, Profil dan Laporan Tahunan, Tahun
2013.
Imbalo, S.P.2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar-dasar Pengertian dan
Penerapan. Jakarta : EGC.
Kapti, R.E. 2010. Efektifitas Audiovisual Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan
Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Tatalaksana Balita
dengan Diare Di Dua Rumah Sakit Kota Malang Depok : Universitas
Indonesia. Tesis
Kemenkes, 2014. Rencana Strategi Kementrian Kesehatan. Jakarta
Kusmiyati. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Fitrimaya : Yogyakarta.
Kumboyono. (2011). Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media
Cetak dengan Media Audio Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien
Tuberkulosis. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan.
Laporan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Jakarta.
Manuaba, 2012, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Arcan : Jakarta.
Mardiana, 2011, Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Video dan Leaflet Melakukan
ANC Pada Trimester III Pada Ibu HAmil. Tesis.
Mita, 2015, Analisa Perubahan Perilaku (Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan) Ibu
dalam melakukan ANC dengan metode ceramah Di Desa Mardinding Tahun
2015. Jurnal Kebidanan Vol.3 Tahun 2016.
72

Mitra, 2011, Analisa Pengaruh Media Video dengan Metode Ceramah pada ibu
hamil trimester I terhadap pemeriksaan ibu hamil. Skripsi.
Mubarok, 2007. Prihatin Tingginya Angka Kematian Ibu Hamil, Pemkot Kediri
Gelas Senam Ham II Massal Libatkan 1.128 Ibu Hamil.
http:/www.kotakediri.co.id. Diakses tanggal 27 April 2008.
Notoadmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Rineka Cipta : Jakarta.
Notoadmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta.
Notoadmodjo S, 2010. Promosi Kesehatan Ilmu dan seni, Rineka Cipta : Jakarta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Harapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Ridwan, A. 2007. Studi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal terhadap Kelainan
Kesehatan pada Ibu Hamil. http:/ridwanamiruddin.wordpress.com/2007.
Diakses tanggal 8 April 2008.
Rembang, 2015. Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Antenatal Care Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Fiatu Kota Kecamatan
Lembah Utara Kota Bitung Tahun 2015, Skripsi, Poltekes Kemenkes Manado.
Rukiah. 2013, Asuhan Kebidanan Kehamilan, CU. Tunas Info Media : Jakarta.
Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Ed 3. Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.
Saifuddin, Abdul. B. 2009 “ Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal” Ed. 1, Cet. 5. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiriharjo.
Sarwono, Y. E, 2011, Analisis Permintaan Masyarakat Akan Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) di Kota Semarang, Skripsi, Universita Diponegoro
Semarang.
Soekidjo, N. 2002. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Suhasimi, A. 2002. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sumardono, 2011. Promosi Kesehatan Dengan Buku KIA Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Ibu Hamil dan Antenatal Care Di Puskesmas Ceper Klaten
Tahun 2011. Skripsi, Poltekes Surakarta.
Sumiati. 2013. Metode Pemelajaran. Bumi Rancakek Kencana : Bandung.
Trianto, 2011. Mendesain Model Pembeljaran Inovatif- Progesif. Kencana : Jakarta.
73

Wijaya, 2013. Hubungan Antara Karakteristik Umur, Pendidikan, Pekerjaan,


Pengetahuan dan Sikap) ibu Hamil Dengan Pemeriksaan Kehamilan Dengan
Kunjungan ke-4 (K4) Antenatal Care ( Studi Kasus Di Puskesmas Sawahan
Surabaya). Tesis kesehatan Masyarakat.

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang terhormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Raida Eliza Siregar

Nim : 16.15.070
74

Tingkat : II Program Studi Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat Institusi


Kesehatan

DELI HUSADA Deli Tua

Alamat : Jl. Danau singkarak No34 Padangsidimpuan Selatan

Dalam kesempatan ini, saya memohon kepada ibu untuk menjadi responden
mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu hamil
Tentang Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua
Padangsidimpuan Tahun 2018”.

Penelitian ini ditujukan untuk tesis program studi magister ilmu kesehatan
masyarakat dan juga untuk memberikan masukan bagi seluruh masyarakat dalam
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu hamil Tentang Antenatal Care
di Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua Padangsidimpuan Tahun 2018.

Saya memohon kepada ibu selaku responden untuk menjawab pertanyaan


sesuai dengan kenyataan sebenarnya demi keberhasilan penelitian inidalam lembar
kuesioner, jawaban anda akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan
untuk kepentingan penelitian ini.

Atas perhatian dan kerjasamanya saya mengucapkan terimakasih.

Deli Tua, 2018

Responden Peneliti

( ) (Raida Eliza Siregar)

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU IBU


HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BATUNADUA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2018

A. IDENTITAS RESPONDEN
75

Nama : …………………….
Umur : …………………….
Pendidikan terakhir : …………………….
Pekerjaan : …………………….
Jumlah anak : …………………….

DAFTAR KUESIONER
1. Pengetahuan
Berilah tanda silang pada jawaban yang ibu anggap paling benar:

1. Menurut ibu apakah yang dimaksud dengan Antenatal Care ?


a. Pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, nifas, pemberian ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi
b. Kunjungan ibu hamil ke bidan dan dokter
c. Pemeriksaan ibu hamil baik fisik maupun mental

2. Menurut ibu ada berapa kali sebaiknya ibu periksa kehamilan ?


a. 1 kali masa kehamilan 3 bulan pertama (Triwulan I)
b. 2 kali masa kehamilan 3 bulan kedua (Triwulan II)
c. 4 kali selama masa kehamilan

3. Manfaat ibu hamil periksa kehamilan ke pelayanan kesehatan adalah


a. Agar ibu hamil selalu sehat, agar bayi yang dilahirkan sehat, untuk mengatasi
keluhan-keluhan selama hamil
b. Agar ibu hamil senang
c. Agar ibu merasa nyeri

4. Dari mana ibu mendengar antenatal care ?


a. Penyuluhan tenaga kesehatan
b. Televise
c. Radio

5. Dimanakah yang baik tempat pemeriksaan antenatal care


a. Dirumah sendiri
b. Rumah sakit/klinik bidan
c. Puskesmas

6. Siapakah sebaiknya yang melakukan antenatal care


a. Tenaga kesehatan
b. Dukun beranak
c. Setiap orang
76

7. Salah satu tujuan antenatal care adalah…


a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin
b. Mempersiapkan ibu dalam kelahiran nanti
c. Meningkatkan kesehatan fisik ibu

8. Kapankah dimulainya pemeriksaan kehamilan…


a. Usia kehamilan 1-12 minggu
b. Sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan
c. Bila ada keluhan atau masalah

9. Yang bukan termasuk Standar 14 T dalam pelayanan Antenatal care adalah ?


a. Pertolongan persalinan
b. Pemberian tablet FE
c. Timbang berat badan dan tinggi badan

10. Mengapa mengukur tekanan darah harus dilakukan dalam standar 14 T pada
pelayanan antenatal care ?
a. Mendeteksi kelainan jantung pada bayi
b. Melindungi janin dari tetatus neonaturum
c. Tekanan tinggi pada kehamilan merupakan resiko pada ibu hamil
77

2. Sikap
Berilah tanda ( ) pada jawaban yang paling tepat

No PERNYATAAN Setuju Tidak


Setuju

1 Pemeriksaan kehamilan dilakukan pada trimester kedua

2 Selama masa kehamilan ibu harus melakukan pemeriksaan


kehamilan sampai 4 kali

3 Yang dapat membuat kehamilan menjadi sehat melakukan


pemeriksaan kepada dukun (paraji)

4 Sebaiknya bila terjadi keluhan pada kehamilan dan


persalinan harus konsultasi pada petugas kesehatan

5 Periksa kehamilan jika ada keluhan atau masalah

6 Kunjungan ibu hamil dilakukan guna untuk memantau


kemajuan kehamilan dan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin

7 Ibu hamil harus minum tablet Fe sejak awal kehamilan

8 Ibu hamil sebaiknya mulai berolahraga ringan atau jalan-


jalan pada usia kehamilan 4 bulan

9 Semua proses pemeriksaan kehamilan sampai dengan ibu


melahirkan dilakukan oleh dukun (paraji)

10 Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan oleh tenaga


kerja kesehatan (dokter, bidan, perawat)

3. Tindakan
78

Berilah tanda ( ) pada jawaban yang paling tepat

No PERNYATAAN Ya Tidak
1 Apakah ibu hamil sudah melakukan kunjungan antenatal
ke petugas kesehatan ?
2 Apakah ibu tetap melakukan kunjungan kehamilan
meskipun sibuk ?
3 Apakah ibu rutin memeriksakan kehamilan?

4 Apakah ibu sudah melakukan pemeriksaan kehamilan yang


ke 3?

5 Apakah ibu berencana melakukan pemeriksaan kehamilan


minimal 4 kali?

6 Apakah ibu memeriksakan kehamilan ke petugas


kesehatan/pelayanan kesehatan?

7 Apakah suami ibu berperan serta selama ibu melakukan


pemeriksaan kehamilan?

8 Ketika terjadi masalah selama proses kehamilan, apakah


ibu segera memeriksakannya ke dokter/ bidan/ puskesmas
atau pelayanan kesehatan lainnya?

9 Apakah keluarga dan suami selalu mengingatkan ibu untuk


rutin memeriksakan kehamilan?

10 Apakah ibu pernah menghadiri acara penyuluhan di


posyandu/ puskesmas di tempat tinggal ibu tentang
kesehatan kehamilan?

Anda mungkin juga menyukai