Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah falsafah dan teori keperawatan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
MUH.ALWIE TASDI P.18.011
Namun demikian, yakni bahwa Makalah kami masih jauh dari sempurna. DI sana sini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan , baik dari segi isi, maupun dari segi hubungan antara satu pokok
pembahasan dengan pokok pembahasan lainnya.
Akhirnya, kami memohon taufiq dan hidayah-Nya semoga makalah ini dapat berguna bagi semua
orang. Namun kekurangan pasti ada, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna perbaikan dan
penyempurnaan Makalah kami berikutnya.
Tim Penyusun
Kelompok 5
2. TUJUAN MAKALAH
- Bertujuan untuk menjelaskan konsep Middle Range Theory
- Bertujuan untuk menjelaskan teori yang didalamnya dikembangkan oleh beberapa
tokoh/ahli keperawatan
- Bertujuan memberikan gambaran konsep teori keperawatan dan penerpannya pada asuhan
keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan.
3. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah :
1. Definisi dan ciri ciri Middle range theory
2. Pengelompokan teori
3. Perkembangan middle range theory
4. Tokoh tokoh middle range theory
Dikemukakan oleh sosiolog America Robert Merton dalam “Social Theory and Social Structure
(1957)” untuk menghubungkan pemisah diantara hipotesis-hipotesis terbatas dari study empirisme dan
teori-teori besar yang diciptakan Talcott Parson.
Middle range theory merupakan teori yang lebih konkrit dan sempit dari pada grand theory, dibuat
dalam konsep-konsep dan proporsi yang terbatas, relatif lebih konkrit dan fenomena yang spesifik, lebih
sesuai untuk uji empiris, dapat diterapkan secara langsung dalam praktik (Peterson & Bredow, 2004 dalam
Fawcett, 2005).
Middle range theory dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/gagasan yang saling berhubungan
dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).
Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relative luas
tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu.
Middle range theory memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan
cukup abstrak secara ilmiah. Teori middle range, tingkat ke abstrakannya pada level pertengahan, inklusif,
di organisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variable terbatas dan dapat di uji secara langusng.
1. Middle range descriptive theory, yaitu teori paling dasar dalam middle range of theory. Teori ini
menggambarkan atau mengklasifikasikan sebuah fenomena dan mungkin hanya mencakup satu
konsep teori, contohnya hubungan interpersonal dari teori Peplau tentang hubungan
interpersonal.
2. Middle range explanatory theory (bersifat memberi penjelasan), memiliki kriteria, lingkup, tingkat
abstraksi, dan kestabilan penerimaan secara luas. Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle
range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada
campuran populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Middle range of theory relative
baru dalam ilmu keperawatan teori ini berguna untuk praktik dan penelitian keperawatan. Peran
utama middle range theory adalah mendefinisikan atau menghaluskan substansi ilmu yaitu teori
yang khusus menjelaskan hubungan antara dua atau lebih konsep, teori ini menjelaskan mengapa
dan bagaimana memilih satu konsep yang dihubungkan dengan konsep lainnya, contohnya
Theory Watson tentang Human Caring
3. Middle range predictive theory, teori ini memprediksi ketepatan hubungan antara konsep atau
efek dari satu atau lebih konsep di dalam satu atau lebih konsep lainnya. Tipe ini ditujukan
bagaimana perubahan-perubahan dalam sebuah fenomena yang terjadi. Contohnya teori Orlando
tentang proses keperawatan (Fawcett 2005).
Adapun Tokoh/ para ahli dalam “MIDDLE RANGE THEORY” yang kami akan bahas adalah sebagai
berikut :
1. RAMONA T. MERCER
2. MERLE HELAINE MISHEL
3. PAMEELA G. REED
4. CATHARINE KOLCABA
“ RAMONA T. MERCER ”
Penulis teori keperawatan mid-range yang dikenal sebagai pencapaian peran ibu
Lahir : 4 Oktober 1929
Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 tahap penguasaan peran, yaitu :
1. Antisipatori
Tahapan dimulai selama kehamilan mencakup data social, psikologi, penyesuaian selama hamil,
harapan ibu terhadap peran, belajar untuk berperan, hubungan dengan janin dalam uterus dan
mulai memainkan peran.
2. Formal
Tahap ini dimulai dari kelahiran bayi yang mencakup proses pembelajaran dan pengambilan peran
menjadi ibu. Peran perilaku menjadi petunjuk formal, harapan konseptual yang lain dalam system
social ibu.
3. Informal
Merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan atau cara khusus yang
berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari system social. Wanita membuat peran
barunya dalam keberadaan kehidupannya yang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan ke
depan.
4. Personal atau identitas peran
Yang terjadi adalah internalisasi wanita terhadap perannya. Pengalaman wanita yang dirasakan
harmonis, percaya diri, kemampuan dalam menampilkan perannya dan pencapaian peran ibu.
Tahapan pencapaian ini peran ibu ini berkaitan dan sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan bayi baru lahir respon perkembangan bayi sebagai respon terhadap
perkembangan peran ibu adalah :
b). antisipatori
1). Riwayat kehamilan ibu yang lalu, ibu mengatakan bahwa kehamilannya yang lalu sama
dengan kehamilannya sekrang tidak ada masalah yang berarti. HPHT tanggal 3 februari 2009,
taksiran partus tanggal 21 november 2009. Pemeriksaan kehammilan dilakukan sejak
kehamilan 18 minggu di rumah sakit ibu dan anak, Jakarta. Imunisasi TT dilakukan sebanyak
dua kali di rumah sakit yang sama. Ibu mengatakan tidak ada masalah pada masa kehamilan
hanya klien merasakan pusing yang hebat pada awal kehamilan yang lambat laun berkurang
sampai hilang.
2). Riwayat psikologis selama hamil :ibu mengatakan bahwa kehamilannya ini sangatlah
diharapkan mengingat usia anaknya yang pertama sudah menginjak 7 tahun. Ibu
mengungkapkan bahwa suami dan keluarganya sangat senang dengan kehamilannya. Klien
mengatakan dirinya menjadi percaya diri saat mengetahui hamil lagi karena dirinya merasa
sempurna menjadi wanita.
3). Interaksi selama hamil : ibu mengatakan bahwa suami dan keluarganya sangat
menjaga dan memperhatikan dirinya meskipun kehamilannya ini adalah yang kedua sehingga
ibu merasa kedekatan dirinya dengan keluarga semakin erat. Selama hamil sampai usia
kehamilan 8 bulan, klien masih bekerja sehingga sering bertemu dengan teman-teman
kerjanya yang biasa memberikan pengalaman kehamilan mereka.
4). Harapan selama kehamilan : ibu mengatakan bahwa dirinya ingin kehamilannya tidak
bermasalah, bayinya sehat dan normal tidak mempermasalahkan jenis kelamin bayinya nanti.
5). Peran yang dilakukan ibu selama hamil berhubungan dengan bayinya ibu mengatakan
bahwa selama hamil klien selalu bersikap hati-hati, berusaha mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan senang mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan bayinya nanti.
c). Formal
1. Riwayat kelahiran : ibu mengatakan bahwa anak pertamanya lahir 4 tahun yang lalu
dengan spontan di tempat yang sama. Ibu mengatakan tidak ada masalah pada persalinannya
yang lalu. Bayi lahir sehat dengan BB 3000 gr dan PB 53 cm. riwayat kelahiran saat ini : pada
tanggal 12 desember 2009, pukul 09.00 WIB , ibu mengeluarkan bercak darah pada pakaian
dalamnya. Ibu minta diantar ke RS ibu dan anak. Hasil pemeriksaan dalam pkl. 08.45 WIB,
pembukaan 1 dan pembukaan lengkap terjadi pada pukul 17.50 WIB. Dan bayi lahir pada pkl.
18.30 WIB dengan jenis kelamin laki laki. Nilai APGAR pada menit ke-1 : 7 dan pada menit ke-
d) Informal
1. Orang yang terlibat dalam perawatan bayi : ibu mengatakan bahwa dia akan merawat
bayinya sendiri dibantu oleh suami dan orang tuanya.
2. Peran dalam perawatan bayi : ibu mengatakan akan berusaha menjaga dan merawat
bayinya sebaik-baiknya dan untuk sementara akan berhenti bekerja.
3. Pengalaman dalam perawatan bayi : ibu mengatakan sudah mempunyai cukup
gambaran dalam hal perawatan bayi mengingat ibu sudah memiliki pengalaman dalam
merawat anak pertamanya.
4. Harapan untuk perawatan bayi yang akan dating : ibu mengatakan tidak berencana
untuk memiliki anak lagi tetapi jika memang nanti diberikan kepercayaan untuk memiliki bayi
lagi, ibu mengatakan akan lebih mampu merawat bayinya sejak kehamilan dengan
pengalamannya merawat anak-anaknya terdahlu.
e) Personal
1. Pandangan ibu terhadap perannya : ibu mengatakan dirinya merasa sangat bahagia
dengan dikaruniai bayi perempuan karena anak sebelumnya adalah laki-laki dan
mengatakan akan merawat bayinya dengan baik dan berperan penuh sebagai ibu bagi
anak-anaknya.
2. Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu : ibu mengatakan mendapatkan
pengetahuan dan mendapat contoh peran ibu yang baik dari ibunya yang merawatnya
dengan baik meskipun dengan jumlah anak yang banyak.
3. Percaya diri dalam menjalankan peran : ibu mengungkapkan bahwa dirinya merasa
mampu mejadi ibu, karena dukungan dari suami dan orang tua yang cukup baik.
1. Temperamen bayi : segera setelah lahir bayi menangis kuat, saat bayi diletakkan di perut ibu bayi
tampak berhenti menangis dan tenang. Selanjutnya bayi terlelap.
2. Kemampuan berespon terhadap stimulus : saat diletakkan di atas perut ibu, bayi tampak
merangkak dan mencari puting ibu kemudian menghisap puting. Segera setelah lahir bayi diberi
rangsangan dengan menyentuh telapak tangan bayi dengan tangan perawat bayi langsung
menggenggam.
3. Penampilan umum : Berat badan 3600 gr, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar
dada 32 cm. Denyut jantung bayi 120 x/mnt, frekuensi respirasi 42 x/mnt, Suhu axilla 37,40C.
4. Karakteristik umum :
o) Punggung utuh
p) Anus : lubang anus terbuka, mekonium sudah keluar.
q) Usia kematangan bayi berdasarkan New Ballard’s Score.
Pada awalnya model konseptual Mercer lebih lebih ditujukan pada pengkajian ibu post
partum karena model ini berfokus pada proses pencapaian peran ibu dan bagaimana menjadi
seorang ibu. Namun jika meninjau konsep model yang dikemukakan oleh Mercer ini bayi adalah
bagian yang sangat penting dalam proses pencapaian peran tersebut, dimana interaksi bayi
dengan ibu yang terjalin utuh dan sistematis akan mempererat kasih sayang antara keduanya.
Penerapan konsep model Mercer dalam praktek keperawatan maternitas dikenal sebagai
bonding attachment. Bonding attachment adalah interaksi antara orang tua dengan bayinya yang
dimulai sejak dalam kandungan, dilanjutkan saat proses persalinan serta dipertahankan selama
dan setelah proses post partum. Pengertian bonding sendiri adalah dimulainya interaksi emosi,
fisik dan sensoris antara orang tua dan bayinya segera setelah lahir ditampilkan melalui daya tarik
satu arah oleh orang tua terhadap bayinya. Sedangkan attachment adalah ikatan perasaan kasih
sayang antara orang tua dengan bayinya meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan
emosi, fisik yang kuat berupa hubungan timbal balik yang saling menguntungkan melalui sinyal
antara pemberi asuhan utama dan bayi yang berkembang secara berangsur-angsur. (Matterson,
2001).
Pengkajian terhadap bonding dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap perilaku
orang tua dengan mengenali bayinya, memberi nama dan mengakui adanya bayi sebagai anggota
keluarga. Attachment meliputi pengkajian verbal dan non verbal ibu dan keluarga saat
berinteraksi dengan bayinya, meliputi respon orang tua saat bayi menangis, apakah orang tua
menunda pekerjaan atau kebutuhan dan berjalan mendekat, menerima tanggung jawab
mengasuh bayinya dan melaksanakan perawatan pada bayi, merubah panggilan orang tua dengan
panggilan yang diharapkan anak. (Mercer, 1995). Perilaku orang tua yang menunjukkan adanya
bonding attachment adalah adanya sentuhan fisik dengan menyusui, sentuhan kulit, adanya
kontak mata saat menyusui dan saat bayi terbangun, berbicara serta memeriksa tubuh bayi. Peran
ayah yang aktif dalam proses persalinan maupun merawat bayi akan menunjukkan keterikatan
yang lebih kuat dari pada ayah yang tidak terlibat dalam proses persalinan dan perawatan bayi
(Reeder, 1997). Hal-hal tersebut sejalan dengan bagaimana Mercer menggambarkan bagaimana
pencapaian peran menjadi ibu.
Mercer menegaskan pada teorinya bahwa proses pencapaian peran ibu yang dilalui dengan
empat fase akan selalu berhubungan dengan respon bayi. Pada fase anticipatory yang dimulai
sejak kehamilan, bayi juga dilibatkan untuk berinteraksi, lalu fase kedua yang dimulai saat
kelahiran bayi yang juga memerlukan peran perawat dalam melakukan pengkajian fisik secara
umum, model Mercer ini juga mendukung dengan pengkajian yang lebih difokuskan pada
psikososial. Pada fase ketiga informal, peran ibu dalam proses interaksi dengan bayinya
menjadikan ibu lebih matang di dalam menjalankan perannya. Fase keempat personal, ibu telah
menginternalisasi perannya sehingga ibu mulai merasa percaya diri,merasa mampu dalam
menjalankan tugasnya.
Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu
yang meliputi : temperamen, kemampuan memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum,
A. Uncertainty, ketidakmampuan untuk menentukan maksud dari penyakit yang terjadi ketika
pengambian keputusan tidak dapat memberikan nilai pasti untuk benda atau peristiwa, atau
tidak dapat memprediksi hasil secara akurat.
B. Cognitive schema (kongnitifskema) adalah penafsiran seseorang secara subjektif dari penyakit,
pengobatan dan perawatan di rumah.
C. Stimuli frame (bingkai rangsangan) adalah bentuk, komposisi dan struktur dari rangsangan
yang mereka persepsikan kemudian disusun dalam skemakognitif.
Mishel memiliki gelar master dalam keperawatan jiwa dan PhD dalam psikologi sosial. Dia dikenal
karena penelitiannya tentang keraguan dan manajemen dalam penyakit kronis dan mengancam jiwa. Dia
memiliki keahlian dalam respon psikososial untuk pasienkanker dan penyakit kronis serta intervensi untuk
mengelola keraguan. Dia juga mengembangkan instrumen yang digunakan di seluruh dunia
tentang keraguan terhadap penyakit yaitu Uncertainty in Illness Scale—Community Form(MUIS-C).
Teori ini menjelaskan bahwa keraguan dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk
beradaptasi pada suatu penyakit. Keraguan dalam hal ini diartikan sebagai “ketidakmampuan pasien
untuk menentukan makna kejadian suatu penyakit dan kemungkinan memprediksi secara akurat akibat
yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut”.
Konsep keraguan terhadap penyakit yang berlaku untuk penyakit akut dan kronis telah dijelaskan
dalam literatur sebagai stressor kognitif, rasa kehilangan kontrol, dan persepsi keraguan bahwa terjadi
perubahan keadaan dari waktu ke waktu. Keraguan terhadap penyakit berhubungan dengan penyesuaian
yang buruk, dan sering perlu dinilai sebagai ancaman yang memiliki efek merusak. Dalam populasi sakit,
keraguan terhadap penyakit terkait dengan kepekaan yang meningkat terhadap nyeri dan toleransi yang
menurun terhadap rangsangan nyeri. Keraguan terhadap penyakit juga terkait dengan koping maladaptif,
distress psikologis yang lebih tinggi, dan penurunan kualitas hidup. Literatur mengenai keraguan terhadap
penyakit dalam kaitannya dengan nyeri agak terbatas tetapi jelas menunjukkan potensi dampak negatif
terhadap persepsi dan penyesuaian terhadap nyeri.
b. Pendidikan
Pendalaman teori digunakan oleh mahasiswa pascasarjana sebagai kerangka
teoritis untuk tesis dan disertai mereka, sebagai topik dari konsep analisis, dan untuk kritik
teori keperawatan kisaran menengah. Mishel menggunakan teori sebagai contoh
bagaimana teori memandu pengembangan intervensi keperawatan dalam program
tingkat doktoralnya. Mishel sering diundang sebagai tamu di sekolah untuk seminar
keperawatan dan symposium nasional dan internasional, menyajikan kedua temuan
empirisnya dan proses pengembangan teori untuk pendengar tiap fakultas dan siswa.
c. Penelitian
Seperti yang dijelaskan diatas, pengetahuan yang besar digenerasi oleh penelitian
mengundang Uncertainly in illness theory and scales (ketidaktentuan dalam teori
penyakit dan skala). Dengan rekannya di Universitas Arizona, Mishel menguji dan
mengkonfirmasi komponen utama pada model teoritik, didominasi dalam sampel
pada wanita dengan kanker. Sekarang programnya pada penelitian meliputi
pengujian psychoeducational intervensi keperawatan berasal dari model teoritik
dalam sampel pada orang dewasa dengan kanker payudara dan prostat. Skala dan
teori digunakan oleh peneliti perawat maupun oleh ilmuan dari disiplin lainnya
untuk menggambarkan dan menjelaskan respon psikologi pada pengalaman
meskipun banyak peneliti telah menggunakan salah satu jenis skala yang
diperoleh dari teori, banyak penelitian yang tidak menggunakan ketidaktentuan
dalam kerangka penyakit untuk memadu penelitian mereka.
“ PAMELA G. REED “
Pamela G.Reed (2003) yang teorinya merupakan sintesa dari tiga sumber, yaitu :
1. Bahwa perkembangan manusia sebagai proses sepanjang hayat dalam mencapai kedewasaan
didalamnya proses menua dan proses menjelang ajal.
2. Dari grand theory Martha rogers tentang unitary human being, dengan teori yang diadopsi
yaitu teori tentang perkembangan life span (masa kehidupan). Dimana teori ini menjelaskan
bahwa manusia dalam hidupnya akan mengalami proses perkembangan yang tidak dapat
diprediksi namun tetap memiliki pola tujuan, ia juga mengidentifikasi bahwa akan selalu
terjadi ketidakseimbangan hubungan antara manusia dan lingkungan yang merupakan
kebutuhan dalam menjalankan proses perkembangan hidup.
3. Berdasarkan pengalaman klinik dan riset yang mengindikasikan secara klinik dilaporkan
bahwa depresi pada lansia lebih sedikit disebabkan karena penurunan sumber
pengembangan dan perasaan sejahtera akibat penurunan kemampuan fisik dan kognitif dari
pada kelompok kesehatan lansia. Dari hasil riset menggambarkan tentang fenomena
keperawatan berhubungan dengan tindakan keperawatan yang direncanakan dan juga
berorientasi pada pencapaian tujuan/hasil yang berfokus pada klien.
C. KONSEP UTAMA
2). Well-being
3). Vulnerability
Didefinisikan sebagai kesadaran akan kematian yang timbul seiring dengan usia dan fase
kehidupan atau selama kejadian sakit dan krisis kehidupan (Reed, 2003). Vulnerability merupakan
kesadaran seseorang akan adanya kematian, konsep vulnerable meningkatkan kesadaran akan
situasi mendekati kematian termasuk didalamnya adalah krisis kehidupan seperti
disabilitas/ketidakmampuan/cacat, penyakit kronik dan terminal, kelahiran dan pengasuhan
orang tua. Konsep tambahan dalam teori ini adalah factor factor moderating-mediating dan poin
poin intervensi.
a. Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber sumber yang berasal
dari dalam diri seseorang terhadap transendensi diri.
b. Tindakan yang berfokus pada beberapa factor personal dan kontekstual yang
mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerable; hubungan antar
transendensi diri dan keadaan baik/sehat.
Skema Penjabaran Teori Pamela G. Reed Ke Dalam Metaparadigma (Alligood, Martha R 2006)
Model teori self transcendence theory (Tomey 2006) mengusulkan tiga macam
hubungan :
1. Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self transcendence.
2. Self transcendence berhubungan secara positif dengan kesejahteraan (well-being).
3. Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan
antara vulnerability dan self transcendence dan antara self transcendence dan well-
being.
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa ada tiga konsep utama dari teori self
transcendence yaitu vulnerabel, transendens diri, dan kesejahteraan.
Terdapat 3 dalil yang berkembang menggunakan tiga konsep dasar tersebu, antara lain :
1. Pertama, self transcendence merupakan kehebatan seseorang saat menghadapi akhir dari
kehidupan dibanding ia tidak mengalaminya. Isu dari akhir kehidupan diinterpretasikan secara
luas, dimana timbul dengan adanya kejadian dalam kehidupan, kondisi sakit, penuaan dan
pengalaman-pengalaman lain yang meningkatkan kesadaran akan kematian.
2. Dalil yang kedua yaitu batasan-batasan konseptual yang dihubungkan dengan kesejahteraan
(well-being). Batasan-batasan konseptual dan fluktuasi yang mempengaruhi secara positif
atau negatif kesejahteraan/well being sepanjang masa kehidupan. Misalnya, peningkatan
penampilan dan perilaku self transcendencediharapkan berkaitan secara positif dengan
kesehatan mental sebagai indicator kesejateraan/well-being pada seseorang yang sedang
menghadapi isu akhir dari kehidupan. Contoh khusus tentang pengaruh negatif yaitu
inabilitas/ketidakmampuan untuk mencapai atau menerima orang lain (berteman) yang akan
mengarah pada depresi sebagai indicator kesehatan mental.
3. Dalil yang ketiga adalah proses person dengan lingkungan. Faktor personal dan lingkungan
berfungsi sebagai korelasi, moderator, atau mediator yang menghubungkan
antara vulnerable, transendensi diri dan keadaan sejahtera (well being).
F. APLIKASI KASUS
1. Gambaran kasus
Ny. K, usia 60 tahun memiliki 3 orang anak yang saat ini sudah berusia di atas 30 tahun.
Suami Ny. K, baru saja meninggal 7 bulan yang lalu karena menderita penyakit kronis.
Pernikahan mereka telah berusia 40 tahun pada saat suaminya meninggal. Dua orang
anaknya bertempat tinggal sangat jauh dari rumah Ny. K, Sedangkan seorang anak
perempuan bersama dengan suaminya dan dua orang anak, yang satu masih usia pra
sekolah dan yang satunya lagi SMP, tinggal tidak jauh dari rumah Ny. K. Selama suaminya
sakit, Ny. K sendiri yang merawatnya. Ia menghabiskan banyak waktu dan mengalami
kelelahan dalam merawat suaminya, namun setelah suaminya meninggal dia merasa sangat
kesepian karena ditinggal seorang diri di rumahnya. Selain itu, dia juga kehilangan selera
makan sehingga tidak memiliki kekuatan untuk beraktivitas di luar rumah dan berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya serta berinteraksi dengan anak dan keluarganya.
2. Analisis kasus
Berdasarkan kasus di atas, hasil analisa mennunjukkan bahwa ada beberapa masalah
yang sedang dihadapi oleh Ny. K yaitu :
Teori Pamela G. Reed menitikberatkan pada konsep self-transcendence yang terdiri dari konsep
utama yaitu vulnerable, transendensi diri, sejahtera/sehat, moderating-mediating factors, dan inti
intervensi. Dalam kasus tersebut, beradasarkan teori self-transcendence maka yang perlu dilakukan oleh
perawat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh Ny. K adalah menerapkan konsep-
konsep utama dari Pamela, yaitu :
1. Teori self-transendensi
Salah satu mid-range theory adalah teori self-transendence yang dikembangkan oleh Pamela
G. Reed. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa teori self-transcendence
menjadi bagian dari mid-range theory, yaitu :
Claritiy and consistency menjadi deskripsi kunci dari refleksi teori (chin & Kramer, 2004).
Klarifikasi digunakan untuk mendefinisikan konsep yang sudah ada. Salah satu contoh konsep
teori yang diadopsi oleh Pamela adalah teori rangers tentang human beings
2). Simplicity
Simplicity atau kesederhanaan digunakan oleh Pamela untuk memiliki jumlah minimal
dalam konsep dan keterkaitan antar variable. Kesederhanaan ini dapat lihat variable self-
transcendence, vulnerabilty, dan well-being. Secara keseluruhan konsep utama adalah hubungan
yang dihasilkan oleh konsep yang minimal, bermakna dan komprehensif.
3). Generality
Generality atau keumuman dijelaskan sebagai teori yang dapat diterapkan pada semua
tahap perkembangan. Konsep utama Pamela dapat diterapkan pada kelahiran, pengasuhan, penyakit
kronis, dan yang mengalami penyakit terminal.
Empirical precesion adalah ketelitian yang dimiliki seseorang berdasar pada pengalaman
yang dimiliki. Ketelitian ini digunakan untuk melihat, mengobservasi kejadian tertentu yang berkaitan
dengan proses keperawatan. Teori yang dikembangankan Pamela masih sedikit abstrak, tetapi sudah
mngidentifikasi dari konsep yang sudah digunakan pada teori sebelumnya. Derivable consequences self-
1. Kekuatan
i. Baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait dengan masalah
psikososial.
ii. Factor spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah klien.
2. Kelemahan
CATHARINE KOLCABA ’
Pendidikan : Diploma keperawatan dari Luke’s Hospital School of Nursing tahun 1965. Lulus dari
RN pertama MSN kelas di France Payne Bolton Sekolah Keperawatan, Case Western Reserve University
pada tahun 1987. Meraih PhD dalam keperawatan dan menerima sertifikat otoritas spesialis perawatan
kilinis pada tahun 1997. Khusus dalam gerontology, akhir hidup dan perawatan jangka panjang intervensi,
studi comfort, pengembangan instrument, teori keperawatan dan keperawatan penelitian.
B. SUMBER TEORI
Kolcaba mulai membuat bagan teorinya dengan melakukan analisa konsep dari berbagai disiplin
ilmu, yaitu keperawatan, medis, psikologi, psikiarti, ergomik dan Bahasa inggris. Dalam berbagai
artikelnya, kolcaba memaparkan tentang teori kenyamanan dengan menelusuri catatan sejarah
penggunaan kenyamanan dalam keperawatan.
Sebagai contoh, Kolcaba menggunakan teori Nightingale (1859) yaitu menekan 3Tidak akan
pernah melihat apa yang diobservasi dan untuk apa. Bukan untuk menabrak bermacam-macam informasi
atau fakta yang tidak benar, tetapi untuk kepentingan menyelamatkan hidup dan meningkatkan
kesehatan dan kenyamanan (Tomey dan Alligood, 2006: 727). Dari tahun1900 sampai 1929, kenyamanan
telah menjadi tujuan utama dari keperawatan dan kedokteran, sebab dengan kenyamanan kesembuhan
dapat diperoleh.
Pada bagian awal abad ke 20, kenyamanan adalah tujuan utama keperawatan dan kedokteran.
Comfort adalah pertimbangan pertama perawat. Perawat “baik” adalah berusaha membuat pasien
nyaman. Pada awal 1900-an, buku teks menekankan peran pemberi pelayanan kesehatan dalam
menjamin kenyamanan emosional dan fisik dalam menyesuaikan lingkungan pasien. Sebagai contoh, pada
tahun 1926, Hammer menganjurkan bahwa asuhan keperawatan peduli dengan menyediakan suasana
nyaman.
Pada tahun 1980-an penyelidikan kenyamanan modern dimulai. Kegiatan Comfort diamati, arti
dari kenyamanan diekplorasi. Kenyamanan itu dikonseptualisasikan sebagai multidimensional
(emosional,fisik, dan spiritual). Kolcaba mulai mengembangkan teori kenyamanan ketika dia masih
seorang mahasiswa pascaserjana di Case Western Reserve di Clevelnd, Ohio. Dia saat ini professor
keperawatan di university of Akron di Ohio.
Dasar teori Kolcaba adalah struktur taksonomi atau grid. Ketiga jenis kenyamanan itu adalah tipe
bantuan, kemudahan, dan transedensi. Keempat konteks adalah fisik, psiko-spiritual, soisal budaya dan
lingkungan. Kolcaba tidak percaya bahwa focus pada kenyamanan adalah unik untuk keperawatan dan
dia percaya bahwa teorinya dapat interdisipliner.
Empat konteks kenyamanan adalah (Kolcaba, 2003 dalam Tomey dan Alligood, 2006: 728 ;
Kolcaba 1991 dalam Peterson dan Bredow, 2004: 258) :
Kolcaba (2001) dalam Tommey dan Alligood (2006: 729) menjelaskan tentang konsep
metaparadigma sebagai berikut :
1. Keperawatan
Keperawatan adalah pengkajian yang sengaja dilakukan untuk pemenuhan
kenyamanan, merancang pengukuran kenyamanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dan mengkaji ulang tingkat kenyamanan pasien setelah implementasi serta
membandingkannya dengan target sebelumnya. Pengkajian awal dan pengkajian ulang
dapat bersifat subjektif atau intuitif/ kedua-duanya. Pengkajian dapat dicapai melalui
administrasi analog visual atau daftar pertanyaan atau kedua-duanya.
Menurut kolcaba dalam Tomey dan Alligood (2006: 735), untuk memberikan
kenyamanan pasien setidaknya memerlukan tiga jenis intervensi kenyamanan, yaitu :
a. Teknik mengukur kenyamanan (technical comfort measures) adalah intervensi yang
didesain untuk mempertahankan homeostasis dan manajemen nyeri, seperti monitor
tanda-tanda vital dan hasil kimia darah-darah. Termasuk juga dalam pemberian obat
anti nyeri. Pengukuran atau memulihkan fungsi fisik dan kenyamanan dan mencegah
terjadinya komplikasi.
b. Pembinaan (coaching) termasuk intervensi yang didesain untuk membebaskan rasa
nyeri dan menyediakan penentraman hati dan informasi, membangkitkan harapan,
E. BENTUK LOGIS
a. Induction
Induksi terjadi setelah proses generalisasi dari pengamatan terhadap objek yang spesifik
(Bishop & Hardin, 2006). Ketika perawat mendalami tentang praktek keperawatan dan
keperawatan sebagai disiplin, perawat menjadi familiar dengan konsep implisit atau eksplisit,
term, proporsi, dan asumsi yang mendukung praktik keperawatan. Pada akhir 1980, kolcaba
menjabat sebagai kepala unit Alzheimer. Pada saatitu beliau menemukan istilah yang
digunakan untuk mendeksripsikan praktek pada perawatan demensia seperti : lingkungan
yang mendukung ketidakmampuan yang berlebih (excessd sability) dan fungsi optimal. Ketika
beliau mencoba menggambarkan hubungan antara ketiga istilah tersebut beliau menyadari
bahwa ketiganya tidak dapat menggambarkan praktik secara menyeluruh. Menurut beliau,
Adapun skema dibawah ini merupakan kerangka kerja Kolcaba (1994) yang
dikembangkan dari teori Murray, seorang ahli psikologis. Murray menjelaskan bahwa
stimulus situation akan mempengaruhi perkembangan manusia. Stimulus situation akan
mempengaruhi alpha press yang terdiri dari kekuatan penghambat, kekuatan fasilitasi,
kekuatan interaksi ; dimana ketiga kekuatan tersebut akan membentuk persepsi manusia
terhadap kesehatan. Alpha press juga mempengaruhi beta press yang akhirnya juga
membentuk persepsi manusia tentang esehatan (line 1, 2, dan 3). Kolcaba menambahkan line
4 dalam kerangka teori Murray antara lain : kekuatan penghambat membutuhkan perawatan
kesehatan, kekuatan fasilitasi adalah intervensi keperawatan, kekuatan intervensi merupakan
variabel-variabel yang mempengaruhi intervensi keperawatan.
Conceptual Framework For Comfort Theory, Kolcaba (2001) dalam Tomey dan Alligood (2006)
Skema diatas menjelaskan kerangka kerja dari teori kolcaba yang digunakan dalam penelitian. Dalam
kerangka kerjanya tersebut kocaba menguraikan tentang teori keperawatan sebagai berikut :
F. APLIKASI KASUS
Santi 13 tahun dengan fraktur femur sinistra dirawat di PICU. Perawat menggunakan
taksonomi structure sebagai panduan dalam pengkajian kondisi ketidaknyamanan mentalnya. Santi
tidak merasa nyeri karena terkontrol oleh analgesic pump (PCA), bagaimanapun dia diprediksi akan
mengalami nyeri karena pembedahan sehingga membutuhkan kenyamanan ini. Nyeri juga sering
diperarah karena adanya kecemasan tentang pembedahan yang akan dilakukan. Dan bertanya
kepada perawat “apakah kakiku akan sembuh?”
Environmental Supporting
Socialcultural
1. KEKUATAN
Kelebihan teori ini kenyamanan yang dikembangkan dalam artikel oleh Kolcaba mudah
dimengerti dan dipahami, selain itu teori ini kembali kepada keperawatan dasar dan
misi/tujuan keperawatan tradisional yaitu kenyamanan.
2. KELEMAHAN
Kekurangan teori Kolcaba melibatkan semua aspek (holisitk) yang meliputi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan social kultural. Namun untuk menilai semua aspek tersebut
dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang tampil dalam hal melakukan
asuhan keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi) yang di
dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat.
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range teori adalah suatu
pengembangan teori pada tingkat yang lebih , Midle Range Theory diorganisasi dalam lingkup
terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle-Range memiliki
hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik
menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik.
Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau dapat pula
bersumber dari hasil penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat dari pernyataan beberapa ahli.
Mungkin ada hubungan yang eksplisit antara beberapa grand teori dan middle range teori. Sebagai
contoh, (middle range teori) Reed (1991) transendensi-diri dan (1988) teori Barrett kekuasaan secara
langsung terkait dengan Ilmu Rogers dari Kesatuan Manusia. Dalam hal ini,asumsi-asumsi filosofis
yang mendasari middle range teori dapat berada pada tingkat paradigma, bukan dari Grand Teori.
Namun demikian, hubungan ini penting untuk menetapkan validitas sebagai teori.
Middle range teori adalah bagian dari struktur disiplin ilmu keperawatan.Teori ini menjelaskan
fenomena spesifik yang terkait dengan praktek keperawatan. Kajian analisis teori transendensi-diri
menjelaskan bagaimana penuaan atau mendorong kerentanan manusia melampaui batas-batas
untuk diri intrapribadi fokus pada makna kehidupan, interpersonal pada koneksi dengan orang lain
dan lingkungan, temporal untuk mengintegrasikan masa lalu, sekarang, dan masa depan, dan
transpersonally untuk terhubung dengan dimensi di luar fisik realitas. Transendensi-diri ini terkait
dengan kesejahteraan atau penyembuhan, salah satu dari diidentifi kasi fokus dari disiplin
keperawatan. Teori ini telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk memandu praktik
keperawatan. Dengan ekspansi Middle Range Teori memperkaya disiplin ilmu keperawatan.
Dari beberapa ciri yang dimiliki Middle Range Teori ada beberapa aspek yang menjadi catatan
penting yaitu posisi Middle Range Teori berada pada lingkaran tengah, semi konsep semi praktis.
Dapat dilakukan ditarik keatas mendekati tatanan konsep dapat pula ditarik kebawah lebih
mendekati praktik klinik, tergantungan penggunaan konsep-konsep dan aplikasinya.
Kolcaba K., & Steiner, R. (2000). Empirical evidence for the nature of holistic comfort. Journal of holistic
nursing, 18(1), 46-62
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: A holistic vision for health care, New York: Springer
Kolcaba. 1997. Comfort Theory and Practice. www.thecomfortline.com. Diunduh tanggal 13 Januari
2019, jam 10.15
McKenna, Hugh.1997. Nursing Theories and Models. New York: Routledge.
Tomey and Alligood. Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier. 2006.