Anda di halaman 1dari 3

Aniaya Hakim, Hak Advokat

Sebagai Penasihat Hukum Dapat


Dicabut
Hak tersebut dapat dicabut sebagai bagian dari sanksi pidana dalam putusan hakim.
Norman Edwin Elnizar
Dua majelis hakim yang diduga terkena pukulan menggunakan ikat pinggan seorang advokat. Foto: Istimew
KUH Pidana memperbolehkan majelis hakim menjatuhkan hukuman tambahan
terhadap seorang terdakwa berprofesi advokat berupa pencabutan hak sebagai
penasehat hukum. Pasal 35 KUHP menguraikan jenis-jenis hak yang dapat
dicabut hakim dari seorang terdakwa. Jika terdakwanya seorang advokat,
menurut Pasal 35 KUHP, majelis hakim dapat mencabut ‘hak menjadi penasehat
hukum atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak menjadi wali, wali
pengawas, pengampu atau pengampu pengawas, atas orang yang bukan anak
sendiri’.

Guru Besar Hukum Pidana Universitas Indonesia, Topo Santoso, mengamini


ketentuan itu. Menurut dia, salah satu yang dapat dicabut hakim dalam putusan
adalah hak terdakwa untuk menjadi penasehat hukum. “Dalam konteks kejadian
baru-baru ini, kalau nanti diproses pidana, menurut saya layak dipertimbangkan,”
katanya saat dihubungi hukumonline, Jumat (19/7).

Ia menjelaskan sanksi berupa pencabutan hak tertentu itu harus berkaitan


dengan tindak pidana macam apa yang dilakukan. Topo menilai bahwa aksi
kekerasan kepada hakim di tengah persidangan sangat menodai martabat
peradilan di mata masyarakat. “Bagaimana bisa orang melakukan penganiayaan
pada hakim sebagai simbol pelaksana keadilan dalam persidangan yang sedang
berlangsung? Contempt of court,” ujarnya.

Meskipun begitu, Topo tidak setuju jika pencabutan hak tersebut bersifat
permanen atau berlaku selamanya. Pencabutan hak sebagai penasihat hukum
harus terbatas dalam masa waktu tertentu. “KUHP memang tidak mengatur
limitasinya, tetapi menurut saya tidak bisa juga mencabut untuk seumur hidup,”
Topo menambahkan.

(Baca juga: Soal Pemukulan Hakim, Sekjen IKAHI: Itu Pelecehan pada
Peradilan!)

Ia merujuk kasus contempt of court di masa lalu yang menjatuhkan sanksi


pencabutan hak sebagai penasihat hukum hanya untuk beberapa tahun saja.
“Tindakannya memang sangat tercela, perlu sanksi berat termasuk pencabutan
hak sebagai penasihat hukum, tapi ada waktunya,” katanya.

Selain ketentuan pasal 35 KUHP yang dijelaskan Topo, ada ketentuan lain yang
berkaitan. Berdasarkan pasal 10 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, ada
beberapa alasan untuk mencabut hak menjalankan profesi advokat. Pertama,
permohonan sendiri. Kedua, dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap untuk tindak pidana yang diancam dengan hukuman empat tahun
atau lebih. Ketiga, berdasarkan keputusan Organisasi Advokat.

Tuntut Proses Pidana


Seorang advokat melakukan penyerangan terhadap majelis hakim saat
persidangan masih berlangsung, di PN Jakarta Pusat. Aksi kekerasan itu
membuat banyak pihak geram. Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) menuntut agar
Desrizal, advokat dimaksud, diproses hukum dan diadili. Polisi sudah
menetapkan Desrizal sebagai tersangka, dan menggunakan Pasal
212 junctoPasal 351 KUHP.

IKAHI mengeluarkan sejumlah pernyaan. Pertama, menyesalkan terjadinya


perbuatan tercela di tengah jalannya persidangan. Seperti diberitakan, seorang
advokat bernama Desrizal melakukan pemukulan dengan ikat pinggang kepada
hakim Sunarso yang sedang memimpin jalannya persidangan di PN Jakarta
Pusat, Kamis (18/7) kemarin.

(Baca juga: Peradilan Contempt of Court Dinilai tak Cocok Diterapkan di


Indonesia)

Kedua, IKAHI yakin bahwa advokat tersebut telah melakukan tindak pidana dan
pelanggaran etika profesi. Secara tegas mereka menuntut advokat yang menjadi
pelaku diproses secara pidana dan secara etik organisasi advokat.

Ketiga, aksi kekerasan ini dianggap sebagai contempt of court. IKAHI merasa
telah terjadi pelecehan yang merendahkan martabat badan peradilan. IKAHI
mantap bahwa perbuatan tercela advokat itu juga serangan terhadap lembaga
peradilan.

Keempat, IKAHI menyatakan komitmen untuk mengawal proses hukum terhadap


advokat pelaku kekerasan. “Apapun yang melatarbelakangi, penyerangan oleh
pengacara tersebut adalah contempt of court, melecehkan dan merendahkan
martabat/marwah badan peradilan,” IKAHI menuliskan dalam surat pernyataan
sikapnya.
Mahkamah Agung juga telah mengeluarkan pernyataan sikap atas kejadian ini
melalui Kepala Biro Hukum dan Humas, Abdullah. Mereka menyampaikan
pendapat yang sama. “Perbuatan yang dilakukan tidak saja bertentangan
dengan kode etiknya (sebagai advokat), tetapi sudah masuk ranah pidana,” ujar
Abdullah.

Mahkamah Agung mengingatkan semua pihak dalam peradilan harus bersikap


hormat pada persidangan. Masing-masing juga terikat kode etik yang harus
dipatuhi. Jika tidak puas dengan putusan hakim, ada prosedur upaya hukum
yang telah diatur.

Mahkamah Agung berpendapat bahwa hakim Sunarso diserang saat


menjalankan jabatannya. “Dalam rekaman (CCTV) terlihat jelas persiapan pelaku
sampai perbuatan tersebut dilakukan saat hakim membacakan putusan,” kata
Abdullah.

Berdasarkan salinan surat laporan polisi 1283/K/VII/2019/RESTRO JAKPUS


pukul 19.30 kemarin, hakim Sunarso yang menjadi korban pemukulan telah
melaporkan penganiayaan terhadap dirinya. Tercantum dalam surat laporan
bahwa pelaku bernama Desrizal dengan waktu kejadian pukul 15.30 kemarin di
Ruang Sidang R.Subekti II lantai 3 Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
PERATURAN TERKAIT
Disclaimer Comment
Seluruh judul dan isi tanggapan adalah tanggung jawab masing-masing penulis
tanggapan. Redaksi hukumonline berhak untuk menayangkan atau tidak
menayangkan tanggapan dengan mempertimbangkan kepatutan serta norma-norma
yang berlaku.

ARTIKEL POPULER
 Perlu Ada Insentif untuk Membudayakan Pro Bono Advokat
 Pemda Diingatkan Segera Terapkan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
 Evaluasi Pengambilan Kebijakan di Sektor Ekstraktif, IMI Singgung Diskresi Presiden
 Tak Simpan DHE di Dalam Negeri Kena Denda, Ini Kata Apindo
 Pakar Hukum Jelaskan Soal 4 Ukuran Amnesti, Baiq Nuril Punya Peluang
 Dari Soal Bisakah Pembeli Tas 'KW' Dipenjara Sampai Narapidana Gunakan Handphone di Lapas
 3 Alasan Para Filsuf Hukum Minta Amnesti untuk Baiq Nuril
 Baiq Nuril Berikan Surat Permohonan Amnesti ke Moeldoko
 Pidato Visi Jokowi Dinilai Abaikan Pentingnya Hukum dan HAM
 Yuk Pahami Doktrin Business Judgment Rule dalam Aktivitas Bisnis Perusahaan

Anda mungkin juga menyukai