Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENYELENGGARAAN
DAN PENERAPAN DOKTER
PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN (DPJP) DI RUMAH
SAKIT NAHDLATUL ULAMA’
JOMBANG
1. Pengertian Umum
a. Pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan untuk menyelamatkan /
menyembuhkan pasien dari penyakitnya dengan menekan berbagai risiko klinis
maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses tersebut.
b. Keselamatan pasien merupakan faktor yang sangat penting dan menjadi prioritas
utama. Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang aman, efektif dan efisien
diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dari para personel rumah
sakit, sesuai dengan wewenang dan kompetensinya. Kerjasama tim dan
komunikasi yang baik merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan.
4. Landasan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004, tentang Praktik
Kedokteran.
b. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Undang – Undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesahatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah
Sakit.
5. Pengertian :
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
adalah dokter yang bertanggung jawab atas pengelolaan asuhan medis seorang
pasien.
b. DPJP Utama adalah :
1) Dokter koordinator pada kasus perawatan bersama antar berbagai disiplin
ilmu terhadap seorang pasien.
2) Dokter yang menangani penyakit yang dinilai terberat dan mengancam
nyawa serta pengelolaan paling kompleks.
3) Pada kondisi tertentu setelah ada kesepakatan bersama antar DPJP dan
atau atas keinginan pasien, DPJP utama dapat dipegang oleh dokter yang
pertama kali memeriksa / menerima atau DPJP lain yang diminta pasien.
4) Pada kasus sulit atau kasus luar biasa, DPJP utama dapat ditentukan oleh
Direktur Rumah Sakit / Ketua Komite Medik setelah melalui Rapat
Komite Medik.
c. DPJP tambahan
adalah dokter konsultan yang ikut merawat pasien pada kasus perawatan
bersama setelah dikonsulkan oleh DPJP sebelumnya. DPJP tambahan ditulis
langsung sesuai bidang yang didalaminya, misalnya DPJP Bedah Plastik, DPJP
Urology, DPJP Bedah Saraf, DPJP THT, DPJP Gastroenterology IPD, DPJP
Endokrinology IPD, DPJP Tumbuh Kembang anak, dll.
6. Tugas DPJP
a. Mengelola asuhan medis seorang pasien sesuai dengan standar pelayanan medis
yang meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan pemberian terapi, tindak lanjut / follow up (evaluasi asuhan medis)
sampai rehabilitasi.
b. Melakukan konsultasi dengan disiplin terkait lain untuk meminta pendapat atau
perawatan bersama.
c. Membuat rencana pelayanan dalam berkas rekam medis yang memuat segala
aspek asuhan medis yang akan dilakukan termasuk pemeriksaan konsultasi,
rehabilitasi pasien dan sebagainya.
d. Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan keluarga tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kejadian
yang tidak diharapkan.
e. Memberikan pendidikan / edukasi kepada pasien tentang kewajibannya terhadap
rumah sakit dan bila diperlukan dibantu oleh staf dokter/perawat/staf
administrasi.
f. Pemberian pendidikan / edukasi harus dicatat dalam rekam medis, bahwa DPJP
telah memberikan penjelasan.
g. DPJP harus memberikan penjelasan mengenai kewajiban pasien, yaitu:
1) Pasien dan keluarganya wajib memberi informasi yang jelas, benar, dan
jujur tentang penyakit dan kondisi lain.
2) Pasien dan keluarganya wajib mengetahui kewajiban dan tanggung
jawabnya.
3) Pasien dan keluarganya wajib mengajukan pertanyaan untuk hal-hal yang
tidak dimengerti.
4) Pasien dan keluarganya wajib memahami dan menerima konsekuensi
pelayanan.
5) Pasien dan keluarganya wajib mengikuti instruksi dan menghormati
peraturan rumah sakit.
6) Pasien dan keluarganya wajib memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasa.
7) Pasien dan keluarganya wajib memenuhi kewajiban finansial yang
disepakati.
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
2. Penentuan DPJP.
Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit baik dari
UGD maupun Poliklinik dengan mempergunakan cap stempel pada halaman tersendiri
dalam catatan medis, yaitu:
a. Cap Stempel ”DPJP” bila pasien hanya dirawat oleh seorang dokter (terlampir).
b. Cap Stempel ”RAWAT BERSAMA” bila sejak awal sudah diketahui bahwa
pasien dirawat bersama oleh beberapa dokter (terlampir).
7. DPJP di HCU.
Bila pasien dirawat di ICU maka harus ditentukan DPJP ICU pasien tersebut sesuai
dengan jadwal konsulen ICU yang berlaku saat itu, atau ditunjuk seorang konsulen ICU
lain atas permintaan penderita / keluarga maupun berdasarkan rapat Komite Medik
pada kasus tertentu. DPJP ICU berwenang memberikan berbagai tindakan medis yang
diperlukan dan selalu berkoordinasi dengan DPJP pasien atau DPJP utama pasien pada
kasus Rawat Bersama.
8. Wewenang Residen / peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS).
Seorang Peserta Pendidikan Dokter Spesialis / Residen yang ditunjuk dapat
melaksanakan kewenangan melakukan tindakan medis tertentu atas nama Konsulen
DPJP yang bersangkutan atau sepengetahuan / izin Konsulen tersebut melalui jalur
pelaporan yang berlaku di masing-masing SMF / Sub SMF.
Buku Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan penjelasan tentang
tata cara penentuan dan pelaksanaan DPJP dalam mengelola asuhan medis pasien,
melakukan konsultasi dengan disiplin terkait, membuat rencana pelayanan dalam berkas
rekam medis, memberi pendidikan / edukasi kepada pasien serta memberi penjelasan
tentang hak dan kewajiban pasien selama dalam perawatan di rumah sakit.
Masukan saran dalam upaya penyempurnaan buku pedoman ini sangat diharapkan
demi tercapainya tugas pokok dan kwalitas pelayanan sesuai standar perkembangan ilmu
kedokteran dan teknologi, serta keselamatan pasien di setiap lini pelayanan di Rumah
Sakit.
Demikian Buku Pedoman ini disusun untuk dijadikan pedoman dan disosialisasikan
agar tercapai kesamaan pengertian, keseragaman dalam pelaksanaan pencatatan dan
pelaporan serta pengawasan dan pengendalian DPJP.