Gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001) adalah pola hidup
seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan,
minat dan pendapat yang bersangkutan. Shopaholic berasal dari kata shop yang
artinya belanja dan aholic yang artinya suatu ketergantungan yang disadari
maupun tidak. Shopaholic adalah seseorang yang tidak mampu menahan
keinginannya untuk berbelanja dan berbelanja sehingga menghabiskan begitu
banyak waktu dan uang untuk berbelanja meskipun barang-barang yang dibelinya
tidak selalu ia butuhkan (Oxford Expans dalam Rizka, 2007). Mengidentifikasi
gaya hidup shopaholic sebaik-baiknya berdasarkan indikator gaya hidup
shopaholic yang meliputi kehidupan mewah, selalu ingin membeli jika ada
potongan harga, dan memikirkan hal yang dapat memberikan kepuasan dan
kenyamanan sebesar-besarnya.
Aspek-aspek yang ada dalam gaya hidup shopaholic menurut Fitria (2015)
sebagai berikut: (1) kesenangan hidup; (2) penunjang penampilan; (3) pusat perhatian.
Perkembangan zaman menyebabkan pusat perbelanjaan sangat banyak dan
cara berbelanja lebih mudah. Masyarakat perkotaan sering berbelanja hanya untuk
mencari kesenangan karena mereka merasa dengan berbelanja seperti halnya mereka
melakukan liburan. Belanja memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi seseorang.
Banyak dari mereka yang menuturkan bahwa dengan berbelanja dapat menghilangkan
stres dan membuat mereka bahagia sekaligus penunjang penampilan mereka agar
tetap terlihat menarik.
Menunjang penampilan sangat penting pada zaman sekarang karena
perkembangan zaman berbanding lurus dengan dengan model pakaian yang ada
dalam masyarakat. Masyarakat yang hidup diperkotaan sangat memperhatikan
penampilan dikarenakan penampilan merupakan lambang status sosial, sehingga
apapun kondisi yang ada mereka akan tetap berusaha untuk membeli pakaian untuk
menunjang penampilan dan memperlihatkan status sosial mereka.
Dengan mereka membeli barang terbaru dan selalu mengikuti zaman, mereka
akan selalu menjadi pusat perhatian oleh para masyarakat sekitar mereka.
Kebanyakan mereka bangga dan selalu berusaha menjadi pusat perhatian sehingga
mereka akan selalu memliki gaya hidup shopaholic.
B. Identifikasi Gaya Hidup Shopaholic
1. Wawancara
Wawancara dapat dilakukan terhadap teman dekat dan orang tua peserta
didik. Kerjasama dengan orang tua peserta didik. Kerjasama dengan orang tua
pesrta didik sangat diperlukan karena orang tua adalah salah satu orang terdekat
peserta didik dan salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup shopaholic
pada peserta didik
2. Angket
Angket yang digunakan berupa angket skala gaya hidup shopaholic. Skala
gaya hidup shopaholic digunakan untuk mengukur tingkat gaya hidup shopaholic
yang ada pada peserta didik.
BAB III
A. Pertemuan I
Pertemuan pertama ini, guru bimbingan dan konseling menjelaskan maksud
dari diadakannya pertemuan ini. Setelah menjelaskan, guru bimbingan dan konseling
menjelaskan kepada peserta didik yang menjadi partisipan tentang treatment yang
digunakan yaitu menggunakan teknik self management. Selanjutnya guru bimbingan
dan konseling menjelaskan tentang teknik self management kepada peserta didik, guru
bimbingan dan konseling langsung menuju tahap pertama pada teknik self
management yaitu penyaringan sasaran.
Tahap pembukaan mulai dengan merinci perubahan apa yang diinginkan. Pada
saat yang sama sasaran harus ditentukan satu perubahan, dan sasaran itu harus bisa
diukur, bisa dijangkau positif dan signifikan pada orang itu. Persyaratan terakhir ini
sangatlah penting, oleh karena kalau orang itu mengembangkan suatu program
mengubah diri-sendiri didasarkan pada sasaran yang ditetapkan oleh orang lain, maka
program itu mungkin gagal mencapai sasaran
B. Pertemuan II
C. Pertemuan III
D. Pertemuan IV
A. Pertemuan I
1. Tujuan : Agar peserta didik mampu menetapkan sasaran apa yang menjadi
tujuannya.
2. Indikator : a. Peserta didik mampu menyusun sasaran yang efektif untuk
mengurangi gaya hidup shopaholic
b. Peserta didik mampu menyusun sasaran sesuai dengan
kemampuan diri
B. Pertemuan II
1. Tujuan : Agar peserta didik mampu menerjemahkan perilaku nyata dari
sasaran yang sudah ditetapkan diawal.
2. Indikator : a. Peserta didik mampu menetapkan perilaku yang tepat untuk
mencapai tujuannya.
b. Peserta didik mampu menerjemahkan sasaran menjadi perilaku
yang sesuai dengan dirinya agar tujuan dapat tercapai.
C. Pertemuan III
1. Tujuan : Agar dalam kenyataan dalam prosesnya tetap sejalan dengan apa
yang kita rencanakan diawal.
2. Indikator : a. Peserta didik mampu memantau apakah dirinya sesuai prosedur
dalam proses mencapai tujuannya
b. peserta didik mampu melaksanakan rencana tindakan sesuai apa
yang telah direncanakan.
D. Pertemuan IV
1. Tujuan : Agar peserta didik dapat mendapatkan perubahan yang
sesungguhnya.
2. Indikator : a. Peserta didik dapat mengganti perbuatan yang tidak dikehendaki
dengan yang diinginkan.
b. Peserta didik dapat meningkatkan perbuatan yang diinginkan