Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Gaya Hidup Shopaholic dan Teknik Self Management

A. Gaya Hidup Shopaholic


1. Pengertian Gaya Hidup Shopaholic

Gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001) adalah pola hidup
seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan,
minat dan pendapat yang bersangkutan. Shopaholic berasal dari kata shop yang
artinya belanja dan aholic yang artinya suatu ketergantungan yang disadari
maupun tidak. Shopaholic adalah seseorang yang tidak mampu menahan
keinginannya untuk berbelanja dan berbelanja sehingga menghabiskan begitu
banyak waktu dan uang untuk berbelanja meskipun barang-barang yang dibelinya
tidak selalu ia butuhkan (Oxford Expans dalam Rizka, 2007). Mengidentifikasi
gaya hidup shopaholic sebaik-baiknya berdasarkan indikator gaya hidup
shopaholic yang meliputi kehidupan mewah, selalu ingin membeli jika ada
potongan harga, dan memikirkan hal yang dapat memberikan kepuasan dan
kenyamanan sebesar-besarnya.

2. Manfaat Mengurangi Gaya Hidup Shopaholic


Gaya hidup Shopaholic dapat menimbulkan kerugian baik bagi siswa
itu sendiri maupun lingkungannya, lingkungan pendidikan dan keluarga
merupakan tempat peserta didik memiliki banyak waktu dan teman untuk
melakukan interaksi sosial. Gaya hidup shopaholic dapat menghambat
keberlangsungan proses belajar dikarenakan peserta didik akan memiliki fokus
dengan pembahasan mengenai gaya hidup shopaholic dan usaha untuk
memenuhinya sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam bersosial dengan
teman-temannya dan materi yang diberikan oleh guru tidak dipedulikan. Sehingga
bukan semata-mata karena gaya hidup itu mengganggu proses pembelajaran
melainkan dengan memiliki gaya hidup bermasalah (Shopaholic) dapat
menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan teman atau kehidupan
sosialnya, berperilaku seenaknya sendiri bahkan sampai melakukan tindakan
kriminal yaitu mencuri untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
B. Teknik Self Management
1. Tahapan Teknik Self Management

Menurut Watson dan Trap (dalam Corey, G. 1995:432) menjelaskan empat


tahap dari teknik self management sebagai berikut: (1) penyaringan sasaran; (2)
menerjemahkan sasaran menjadi perilaku yang diinginkan; (3) memantau
perkembangan diri; (4) menyelesaikan rencana perubahan.
Tahap pembukaan mulai dengan merinci perubahan apa yang diinginkan.
Pada saat yang sama sasaran harus ditentukan satu perubahan, dan sasaran itu
harus bisa diukur, bisa dijangkau positif dan signifikan pada orang itu. Persyaratan
terakhir ini sangatlah penting, oleh karena kalau orang itu mengembangkan suatu
program mengubah diri-sendiri didasarkan pada sasaran yang ditetapkan oleh
orang lain, maka program itu mungkin gagal mencapai sasaran
Sasaran yang disaring dalam tahap pembukaan diterjemahkan menjadi
perilaku yang diinginkan. Sampe pada efek itu, pertanyaan berikut ini adalah
relevan: perilaku spesifik apa yang ingin saya tingkatkan dan apa yang ingin saya
kurangi? Mata rantai pembuatan apakah yang menghasilkan sasaran itu?.
Langkah pertama yang besar artinya dalam perubahan yang diarahkan
sendiri adalah proses pemantauan sendiri, yang terdiri dari dengan sengaja dan
secara hati-hati menyertai perilakunya. Pemantauan ini mungkin mungkin
membawa ke kesadaran, difokuskan pada perilaku yang bisa diamati dan kongkrit
dan bukan pada peritiwa berlatarbelakang sejarah atau pengalaman dari perasaan.
Setelah klien membuat evaluasi tentang perubahan perilaku yang mereka
inginkan, mereka perlu menyusun program aksi untuk mendatangkan perubahan
yang sesungguhnya. Rencana menolong secara bertahap mengganti perbuatan
yang tidak dikehendaki dengan yang diinginkan atau untuk meningkatkan
perbuatan yang diinginkan. Rencana semacam itu akan menyertai suatu sistem
pengutan diri dan perundingan kontrak kerja
BAB II

Mengidentifikasi Gaya Hidup Shopaholic

A. Aspek-aspek Gaya Hidup Shopaholic

Aspek-aspek yang ada dalam gaya hidup shopaholic menurut Fitria (2015)
sebagai berikut: (1) kesenangan hidup; (2) penunjang penampilan; (3) pusat perhatian.
Perkembangan zaman menyebabkan pusat perbelanjaan sangat banyak dan
cara berbelanja lebih mudah. Masyarakat perkotaan sering berbelanja hanya untuk
mencari kesenangan karena mereka merasa dengan berbelanja seperti halnya mereka
melakukan liburan. Belanja memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi seseorang.
Banyak dari mereka yang menuturkan bahwa dengan berbelanja dapat menghilangkan
stres dan membuat mereka bahagia sekaligus penunjang penampilan mereka agar
tetap terlihat menarik.
Menunjang penampilan sangat penting pada zaman sekarang karena
perkembangan zaman berbanding lurus dengan dengan model pakaian yang ada
dalam masyarakat. Masyarakat yang hidup diperkotaan sangat memperhatikan
penampilan dikarenakan penampilan merupakan lambang status sosial, sehingga
apapun kondisi yang ada mereka akan tetap berusaha untuk membeli pakaian untuk
menunjang penampilan dan memperlihatkan status sosial mereka.
Dengan mereka membeli barang terbaru dan selalu mengikuti zaman, mereka
akan selalu menjadi pusat perhatian oleh para masyarakat sekitar mereka.
Kebanyakan mereka bangga dan selalu berusaha menjadi pusat perhatian sehingga
mereka akan selalu memliki gaya hidup shopaholic.
B. Identifikasi Gaya Hidup Shopaholic

Dalam memberikan treatment berupa teknik self management, guru bimbingan


dan konseling perlu memahami tingkat gaya hidup shopaholic pada peserta didik.
Tingkat gaya hidup shopaholic pada peserta didik dapat diketahui melalui wawancara
dan pengukuran melalui angket.

1. Wawancara
Wawancara dapat dilakukan terhadap teman dekat dan orang tua peserta
didik. Kerjasama dengan orang tua peserta didik. Kerjasama dengan orang tua
pesrta didik sangat diperlukan karena orang tua adalah salah satu orang terdekat
peserta didik dan salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup shopaholic
pada peserta didik
2. Angket

Angket dapat digunakan untuk mengatahui tingkat gaya hidup shopaholic.


Guru bimbingan dan konseling dapat membuat angket berdasarkan aspek-aspek
gaya hidup shopaholic yang sudah dijelaskan di subbab sebelumnya.

Angket yang digunakan berupa angket skala gaya hidup shopaholic. Skala
gaya hidup shopaholic digunakan untuk mengukur tingkat gaya hidup shopaholic
yang ada pada peserta didik.
BAB III

Tahapan Teknik Self management untuk Menurangi Gaya Hidup Shopaholic

Setelah guru bimbingan dan konseling mengidentifikasi peserta didik yang


memiliki gaya hidup shopaholic tinggi, kemudian guru bimbingan dan konseling
memberikan treatment kepada peserta didik. Treatment yang digunakan adalah teknik self
management. Tahapan teknik self management akan dijelaskan sebagai berikut:

A. Pertemuan I
Pertemuan pertama ini, guru bimbingan dan konseling menjelaskan maksud
dari diadakannya pertemuan ini. Setelah menjelaskan, guru bimbingan dan konseling
menjelaskan kepada peserta didik yang menjadi partisipan tentang treatment yang
digunakan yaitu menggunakan teknik self management. Selanjutnya guru bimbingan
dan konseling menjelaskan tentang teknik self management kepada peserta didik, guru
bimbingan dan konseling langsung menuju tahap pertama pada teknik self
management yaitu penyaringan sasaran.

Tahap pembukaan mulai dengan merinci perubahan apa yang diinginkan. Pada
saat yang sama sasaran harus ditentukan satu perubahan, dan sasaran itu harus bisa
diukur, bisa dijangkau positif dan signifikan pada orang itu. Persyaratan terakhir ini
sangatlah penting, oleh karena kalau orang itu mengembangkan suatu program
mengubah diri-sendiri didasarkan pada sasaran yang ditetapkan oleh orang lain, maka
program itu mungkin gagal mencapai sasaran

B. Pertemuan II

Menerjemahkan sasaran menjadi perilaku yang diinginkan, sasaran yang


disaring dalam tahap pembukaan diterjemahkan menjadi perilaku yang diinginkan.
Sampe pada efek itu, pertanyaan berikut ini adalah relevan: “perilaku spesifik apa
yang ingin saya tingkatkan dan apa yang ingin saya kurangi? Mata rantai pembuatan
apakah yang menghasilkan sasaran itu?”

C. Pertemuan III

Memantau perkembangan diri, Langkah pertama yang besar artinya dalam


perubahan yang diarahkan sendiri adalah proses pemantauan sendiri, yang terdiri dari
dengan sengaja dan secara hati-hati menyertai perilakunya (Kanfer & Gaelick, 1986).
Pemantauan ini mungkin mungkin membawa ke kesadaran, difokuskan pada perilaku
yang bisa diamati dan kongkrit dan bukan pada peritiwa berlatarbelakang sejarah atau
pengalaman dari perasaan.

D. Pertemuan IV

Menyelesaikan rencana perubahan, Tahap ini dimulai dengan perbandingan


antara informasi yang didapat dari pemntauan sendiri dan standar seseorang akan
perilaku spesifik. Setelah klien membuat evaluasi tentang perubahan perilaku yang
mereka inginkan, mereka perlu menyusun program aksi untuk mendatangkan
perubahan yang sesungguhnya. Rencana menolong secara bertahap mengganti
perbuatan yang tidak dikehendaki dengan yang diinginkan atau untuk meningkatkan
perbuatan yang diinginkan. Rencana semacam itu akan menyertai suatu sistem
pengutan diri dan perundingan kontrak kerja.
BAB IV

Pelaksanaan Teknik Self Management Untuk Mengurangi Gaya Hidup Shopaholic

A. Pertemuan I
1. Tujuan : Agar peserta didik mampu menetapkan sasaran apa yang menjadi
tujuannya.
2. Indikator : a. Peserta didik mampu menyusun sasaran yang efektif untuk
mengurangi gaya hidup shopaholic
b. Peserta didik mampu menyusun sasaran sesuai dengan
kemampuan diri
B. Pertemuan II
1. Tujuan : Agar peserta didik mampu menerjemahkan perilaku nyata dari
sasaran yang sudah ditetapkan diawal.
2. Indikator : a. Peserta didik mampu menetapkan perilaku yang tepat untuk
mencapai tujuannya.
b. Peserta didik mampu menerjemahkan sasaran menjadi perilaku
yang sesuai dengan dirinya agar tujuan dapat tercapai.
C. Pertemuan III
1. Tujuan : Agar dalam kenyataan dalam prosesnya tetap sejalan dengan apa
yang kita rencanakan diawal.
2. Indikator : a. Peserta didik mampu memantau apakah dirinya sesuai prosedur
dalam proses mencapai tujuannya
b. peserta didik mampu melaksanakan rencana tindakan sesuai apa
yang telah direncanakan.
D. Pertemuan IV
1. Tujuan : Agar peserta didik dapat mendapatkan perubahan yang
sesungguhnya.
2. Indikator : a. Peserta didik dapat mengganti perbuatan yang tidak dikehendaki
dengan yang diinginkan.
b. Peserta didik dapat meningkatkan perbuatan yang diinginkan

Anda mungkin juga menyukai