KELOMPOK :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 4
2.1 Definisi Teori Pengukuran ............................................................................................................. 4
2.2 Klasifikasi Skala Pengukuran ......................................................................................................... 4
2.2.1 Skala Nominal......................................................................................................................... 5
2.2.2 Skala Ordinal .......................................................................................................................... 5
2.2.3 Skala Interval .......................................................................................................................... 5
2.2.4 Skala Rasio.............................................................................................................................. 6
2.3 Bagaimana skala yang diperbolehkan dalam teori pengukuran ................................................... 7
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian teori pengukuran
- Untuk mengetahui klasifikasi skala pengukuran
- Untuk mengetahui bagaimana skala yang diperbolehkan dalam teori pengukuran
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label
kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut. Konsep Atribut adalah sesuatu
yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau cirri yang dikandung objek
tersebut (Suwardjono, 2010).
Untuk memudahkan kita melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang
akurat dan dapat diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe
pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek yang kita ukur.
Menurut Steven, skala dapat digambarkan secara umum menjadi nominal, ordinal, interval
atau rasio
4
2.2.1 Skala Nominal
Dalam skala nominal, angka hanya digunakan sebagai sebuah label. Contohnya
adalah penomoran pemain sepak bola yang diberikan oleh Stevens. Sebagai alat pengukuran,
banyak teori yang tidak sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan:“Dalam
pengukuran, angka yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan
dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri. Sedangkan dalam skala
nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek.” Skala nominal
hanya merupakan klasifikasi. Torgerson menunjukkan, pengukuran mengacu pada sifat
objek, sedangkan dalam skala nominal angka sering menunjukkan benda itu sendiri, seperti
penomoran atau penamaan pemain dalam tim olahraga.
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala ordinal. Tidak hanya
memberi peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skala yang diketahui
dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan thermometer
celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B, dimana suhu
5
ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka selain kita dapat
mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B
lebih panas 8 derajat daripada ruangan A. Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya
dibuat dengan bebas.
Kelemahan dari skala interval adalah titik nol sewenang-wenang ditetapkan sehingga
angka-angka tidak berarti bagi skala rasio. Sebagai contoh, misalkan kita mengukur tinggi
dari kelompok laki-laki pada skala interval dan menetapkan nomor ke masing-masing sesuai
dengan berat badannya sesuai dengan rata-rata kelompok. Jika A 3cm di atas rata-rata,
kemudian kita memberi dia nomor 3+. Dan jika B 5cm di bawah rata-rata, kita akan memberi
dia nomor -5. Dalam skala ini, kita tidak tahu berapa tinggi A atau B. B mungkin paling
pendek di kelompok.
Contoh skala rasio dalam akuntansi adalah penggunaan dolar untuk mewakili biaya
dan nilai. Jika aset A biayanya $ 10.000 dan asset B biaya $ 20.000, kita dapat menyatakan
bahwa biaya B dua kali lipat A. 0 poin ada, karena tidak adanya 0 menunjukkan biaya atau
nilai, seperti 0 untuk panjang berarti tidak panjang sama sekali.
6
2.3 Bagaimana skala yang diperbolehkan dalam teori pengukuran
Salah satu alasan untuk membahas skala adalah bahwa aplikasi matematika tertentu
diperbolehkan hanya untuk jenis skala yang berbeda. Skala rasio memungkinkan untuk
semua operasi aritmatika dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, aljabar,
geometri analitik, kalkulus, dan metode statistik. Sebuah skala rasio tetap invarian (tetap) atas
seluruh transformasi ketika dikalikan dengan sebuah konstanta. Sebagai contoh misalnya:
X’ = cX
Apabila X dapat menggambarkan semua titik-titik pada skala tertentu, dan setiap titik
dikalikan dengan kontanta c, maka hasil skala X’ juga menjadi skala rasio. Alasannya
adalah karena struktur skalanya adalah invarian kiri.
Hal ini berarti apabila kita mengukur panjang atau luas ruangan yang ternyata hanya
400 yang kemudian didubah menjadi 400 cm menjadi 4 m dengan mengalikan tetapan
1/100, sehingga kita dapat memastikan panjang ruangan tidak berubah, sekalipun angka
yang menjelaskan panjang telah mengalami perubahan. Cara seperti ini sama dengan yang
dilakukan pada bab tujuh terutama yang berkaitan dengan konversi biaya historis, misalnya
$ 100.000 dari semua peralatan berdasarkan skala dolar nominal dan daya beli berdasarkan
skala dollar dengan mengalikan tetapan misalnya 130/100, sehingga menjadi $ 120.000.
Jumlah yang $ 120.000 adalah tetap dianggap masih biaya historis.
Dengan adanya invarian skala dapat memudahkan kita untuk mengetahui kejadian atau
peristiwa dimana teori atau ketentuan yang berlaku pada dasarnya adalah sama, meskipun
skalanya dinyatakan dalam unit-unit yang berbeda, misalnya dengan sentimeter hingga
meter atau dari nominal dollar hingga dollar konstant. Perubahan invarian skala rasio akan
mengalami perubahan keutuhan bentuk keumuman hubungan variabel-variabel yang
sama.
7
Tanpa invarian, mustahil dapat diketahui bahwa X dua kali panjangnya dari Y apabila
diukur dalam sentimeter, padahal ukuran yang sebenarnya tiga kali lebih paanjang apabila
diukur dalam ukuran meter. Dalam akuntansi, skala untuk biaya sekarang adalah varian dari
biaya historis, sebab sifat-sifatnya yang diukur berbeda. Apabila mesin A diukur atau dinilai
berdasarkan historis, maka akan menjadi $ 110.000. Uji pengukuran dan dollar digunakan
pada kedua kasus meski skalanya berbeda dikarenakan varian. Dengan melakukan
perubahan dari skala dollar nominal menjadi daya beli skala dollar untuk sifat yang sama
(biaya historis atau biaya sekarang) dengan sendirinya akan mengabaikan invarian yang
terstruktur.
Dengan menerapkan skala interval, maka tidak semua operasi ilmu hitung dapat
dilakukan. Selain pengurangan dapat dilakukan dikaitkan dengan adanya bilangan-bilangan
tertentu pada skala dan interval. Karena itu, perkalian dan pembagian tidak dapat dilakukan
apabila mengacu pada bilangan-bilangan tertentu, kecuali hanya pada interval. Penyebabnya
adalah karena kondisi invarian tersebut. Skala interval juga merupakan invarian pada saat
transformasi linear terbentuk.
X’ = cX + b
Dengan adanya perubahan skala interval, maka sangat penting untuk mengukur atau
mengetahui sifat-sifat khusus dan skala interval lainnya untuk mengukur sifat-sifat yang
sama sebagaimana yang dilakukan dengan mengalikan setiap titik skala pertama X dengan
konstanta c namun dengan menambahkannya pada konstanta b. Cara seperti ini dilakukan
pada b karena terdapat titik nol absolut pada skala interval. Misalnya perubahan dari
temperatur Celsius ke temperatur Fahrenheit, kita dapat mengalikan setiap derajat, misalnya
9/5 kemudian baru menambahkan 32, untuk 9/5 dapat juga digunakan karena utilitas skala
selsius 100 derajat dianggap bertentangan dengan 1u0 derajat untuk Fahrenheit dan 32
dapat ditambahkan karena adanya titik beku untuk skala berikutnya.
Kondisi invarian dapat juga menunjukkan bahwa kita dapat mengalikan dan
membaginya apabila ada keterkaitan dengan interval, meski operasi-operasi ilmu hitung
seperti ini tidak dapat digunakan untuk bilangan-bilangan tertentu pada skala. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh berikut:
X’ = x + 10
8
Kondisi invarian menunjukkan bahwa kita dapat mengalikan dan membaginya
apabila ada kaitannya dengan interval. Meski operasi ilmu hitung seperti ini tidak dapat
digunakan untuk bilangan-bilangan tertentu pada skala. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
berikut:
X’ = Y + 10
Misalkan objek pada point 3 dan 6 ada pada skala X, maka akan dapat berubah
menjadi skala X’, sehingga kita dapat memperoleh bilangan 13 dan 16. Meski demikian rasio
13 dan 16 tidak sama dengan rasio 3 dan 6 karena adanya penambahan konstant. Adanya
pengalian dan pembagian (misalnya, rasio) adalah karena tidak dapat dilakukan pada
bilangan-bilangan tertentu. Karena itu, apabila Robyn memperoleh 90 poin pada hasil ujian
akuntansinya dan Maria memperoleh 45 point, namun kita tidak dapat menyimpulkan bahwa
Robyn mengetahui point-point tersebut adalah dua kali lebih banyak dari point atau yang
dilakukan Maria terutama yang ada kaitannya dengan materi ujian. Hal ini disebabkan tidak
adanya titik nol natural pada ujian terutama untuk yang tidak ada kaitannya dengan “tanpa
pengetahuan”. Sekalipun siswa memperoleh “0” pada ujian, namun tidak berarti kita tidak
dapat menyimpulkan bahwa siswa yang bersangkutan tidak mempunyai wawasan atau
pengetahuan sama sekali tentang permasalahan yang sesungguhnya. Mengacu pada contoh
tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Robyn telah lulus ujian, sebaliknya Maria tidak
lulus dalam ujian, meski demikian kita tidak dapat melakukan campur tangan secara
komparatif banyaknya pengetahuan dikaitan dengan nilai yang dilakukan. Seperti halnya
apabila varian kuantitas misalnya $ 5000 lebih disukai, ketimbang dengan varian bulanan
terdahulu yang $ 10.000 yang lebih disukai. Selain itu, kita juga tidak dapat menyimpulkan
bahwa penggunaan material dalam bulan ini hanya ½ sama efisiennya pada bulan-bulan
terdahulu.
9
Daftar Pustaka
Godfrey, J. (2010). Accounting Theory. Australia: John Wiley & Sons Australia, Ltd.
10