DISEASE (HHD)
Hipertensi heart disease adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh hipertensi
Hipertensi yang tak terkontrol dalam waktu yang lama menimbulkan hypertrophy
pada ventrikel kiri (LVH) .
2. Etiologi
Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Klasifikasi
Fronlich membagi kelainan jantung akibat hipertensi menjadi empat tingkatan
yaitu;
Tingkat I : Besarnya jantung masih normal, belum terlihat kelainan jantung pada
pemeriksaan EKG maupun radiology.
Tingkat II : Tampak kelainan atrium kiri pada pemeriksaan EKG dan adanya
suara jantung ke-4 (atrial gallop) sebagai tanda adanya hypertrophy ventrikel kiri.
Tingkat III: Tampak adanya hypertrophy ventrikel kiri pada pemeriksaan EKG dan
radiology.
Tingkat IV : Adanya kegagalan jantung kiri
3. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri
yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh
darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi
ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa
faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan
aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin
sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan
erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik).
Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan
yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya,
karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik,
akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik
menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena
meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding
ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang
memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan
penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner, yaitu :
a) Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan.
Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
b) Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara
kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut
dari gambaran hemodinamik ini.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pada foto thorak posisi posterioanterior pasien hiperthrophy konsentrik,
besar jantungdalam batas normal. Pembesaran jantung kiri terjadi bila sudah ada
dilatasi ventrikel kiri. Terdapat stenosis aorta pada hipertensi yang kronik dan tanda-
tanda bendungan pembuluh paru pada stadium payah jantung hipertensi.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperlukan adalah pemeriksaan ureum
dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal, dan pemeriksaan elektrolit.
Pada pemeriksaan EKG akan ditemukan tanda-tanda hypertrophy ventrikel kiri.
Pemeriksaan Ekokardiografi dapat mendeteksi hypertrophy ventrikel kiri secara
dini yang mencakup kelainan anatomic dan fungsional jantung. Perubahan yang
dapat dilihat adalah:
a. Tanda-tanda hiper sirkulasi pada stadium dini
b. Hipertrophy yang konsentrik maupun yang eksentrik
c. Dilatasi venterikel yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung, serta
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkat.
d. Tanda-tanda iskemik pada stadium lanjut.
6. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru
timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak,
dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering
ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial.
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata
7. Penatalaksanaan
1) Perubahan gaya hidup
Implementasi gaya hidup yang mempengaruhi tekanan darah memiliki
pengaruh baik pada pencegahan maupun penatalaksanaan hipertensi. Modifikasi gaya
hidup yang meningkatkan kesehatan direkomendasikan bagi individu dengan
prehipertensi dan sebagai tambahan untuk terapi obat pada individu hipertensif.
Intervensi-intervensi ini harus diarahkan untuk mengatasi risiko penyakit
kardiovaskular secara keseluruhan. Walaupun efek dari intervensi gaya hidup pada
tekanan darah adalah jauh lebih nyata pada individu dengan hipertensi, pada uji
jangka-pendek, penurunan berat badan dan reduksi NaCl diet juga telah terbukti
mencegah perkembangan hipertensi. Pada individu hipertensif, bahkan jika intervensi-
intervensi ini tidak menghasilkan reduksi tekanan darah yang cukup untuk
menghindari terapi obat, namun jumlah pengobatan atau dosis yang diperlukan untuk
kontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang secara efektif
mengurangi tekanan darah adalah penurunan berat badan, reduksi masukan NaCl,
peningkatan masukan kalium, pengurangan konsumsi alkohol, dan pola diet sehat
secara keseluruhan.
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan
LVH.
4) Olahraga teratur
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
5) Farmakoterapi
3. Rencana Keperawatan
TUJUAN DAN
NO NO.DX INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Dx1 Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan tirah 1. Meminimalkan
Nyeri akut perawatan diharapkan baring pada fase akut stimulasi dan
berhubungan pasien mampu melaporkan 2. Lakukan tindakan meningkatkan relaksasi.
dengan adanya pengurangan rasa distraksi dan relaksasi, 2. Tindakan yang
iskemik nyeri/nyeri terkontrol, ciptakan lingkungan yang menurunkan tekanan
jaringan, pasien mampu tenang vascular dan memblok
ditandai mengungkapkan metode 3. Minimalkan aktivitas respon simpatis efektif
dengan adanya pengurangan nyeri, pasien vasokonstriksi yang dapat mengurangi rasa sakit
keluhan nyeri mengikuti theraphy meningkatkan nyeri dan komplikasinya.
pada dada, farmakologi yang diberikan seperti batuk panjang, 3. Aktivitas
wajah untuk mengurangi nyeri. membungkuk dll. vasokonstriksi akan
meringis, 4. Kolaborasi pemberian meningkatkan tekanan
gelisah sampai analgesic vascular jantung.
adanya 4. Untuk menurunkan/
perubahan mengontrol nyeri dengan
tingkat mengontrol rangsangan
kesadaran, system saraf simpatis.
perubahan
nadi, tensi.
2 Dx2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, 1. Frekuensi nafas
Kerusakan perawatan diharapkan kedalaman pernafasan dan biasanya meningkat,
pertukaran gas pasien menunjukan ekspansi dada. dispnea dan terjadi
berhubungan ventilasi yang adekuat/ 2. Tinggikan posisi kepala peningkatan kerja nafas.
dengan tidak oksigenasi dengan GDA dan Bantu dalam Ekspansi dada yang
kuatnya mengubah posisi. terbatas menandakan
ventilasi, 3. Bantu adanya nyeri dada
ditandai pasien mengatasi 2. posisi kepala lebih
dengan dispnea ketakutan dalam bernafas tinggi memungkinkan
saat 4. Kolaborasi pemberian espansi paru dan
beraktifitas, oksigen tambahan memudahkan pernafasan.
takipnea, Pengubahan posisi
ortopnea, meningkatkan pengisian
adanya bunyi segmen paru yang
nafas berbeda sehingga
tambahan, memperbaiki difusi gas.
adanya 3. Perasaan takut
sianosis. bernafas meningkatkan
terjadinya hipoksemia
4. Memaksimalkan
bernafas dan menurunkan
kerja nafas.
3 Dx3 Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi perubahan 1. Perfusi serebral
Resiko tinggi perawatan diharapkan mental continue seperti langsung berkaitan
perubahan perfusi jaringan adekuat cemas, bingung, letargi, dengan curah jantung
perfusi seperti akral hangat, nadi pingsan 2. Latihan aktif /pasif
jaringan perifer kuat, tanda vital 2. Dorong latihan menurunkan statis vena,
berhubungan normal, orientasi pasien aktif/pasif meningkatkan aliran
dengan bagus, rasanyeri berkurang. 3. Pantau pernafasan balik vena, menurunkan
penurunan 4. kaji fungsi resiko tromboflebitis.
suplai darah ke gastrointestinal dan 3. Pompa jantung yang
perifer. perkemihan gagal dapat mencetuskan
5. Kolaborasi pemeriksaan distress pernafasan.
lab BUN, Creatinin, Dispnea yang terjadi tiba-
elektrolit, GDA tiba menunjukan adanya
tromboemboli paru.
4. Untuk mengetahui
dampak negative pada
perfusi dan fungsi organ
tersebut.
5. Digunakan sebagai
indicator perfusi/fungsi
organ