Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN HYPERTENSION HEART

DISEASE (HHD)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekana darah persisten dimana tekan


sistole nya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoele nya diatas 90 mmHg (Soemantri.
2008).

Hipertensi heart disease adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh hipertensi
Hipertensi yang tak terkontrol dalam waktu yang lama menimbulkan hypertrophy
pada ventrikel kiri (LVH) .

Hipertensi heart disease ditegakan bila dideteksi adanya hypertrophy pada


ventrikel kiri sebagai akibat peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah periver
dan ventrikel kiri. Fungsi ventrikel selama hipertensi berhubungan erat dengan
penyebab hypertrophy dan terjadinya arterosklerosis koroner. Yang mempengaruhi
hypertrophy ventrikel kiri adalah lamanya peningkatan diastolic dan adanya factor
genetik.

2. Etiologi

Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan


menjadi 2 golongan besar yaitu :

a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b) Kegemukan atau makan berlebihan.
c). Stress.
d). Merokok.
e). Minum alcohol.
f). Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.


1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.

Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Klasifikasi
Fronlich membagi kelainan jantung akibat hipertensi menjadi empat tingkatan
yaitu;
Tingkat I : Besarnya jantung masih normal, belum terlihat kelainan jantung pada
pemeriksaan EKG maupun radiology.
Tingkat II : Tampak kelainan atrium kiri pada pemeriksaan EKG dan adanya
suara jantung ke-4 (atrial gallop) sebagai tanda adanya hypertrophy ventrikel kiri.
Tingkat III: Tampak adanya hypertrophy ventrikel kiri pada pemeriksaan EKG dan
radiology.
Tingkat IV : Adanya kegagalan jantung kiri

3. Patofisiologi

Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri
yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh
darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi
ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa
faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan
aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin
sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan
erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik).
Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan
yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya,
karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik,
akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik
menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena
meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding
ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang
memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan
penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner, yaitu :
a) Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan.
Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
b) Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara
kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut
dari gambaran hemodinamik ini.

Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,


meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas
mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009)
.
4. Manifestasi Klinik
Pada stadium dini hipertensi, akan tampak tanda-tanda akibat adanya rangsangan
simpatik yang kronik. Jantung berdenyut lebih cepatdan kuat. Terjadi hiper sirkulasi
yang mungkin diakibatkan oleh peningkatan aktifitas dan system neurohumoral
disertai dengan hipervolumia. Pada stadium lanjut, akan timbul mekanisme
kompensasi pada otot jantung berupa hypertrophy ventrikel kiri dan peningkatan
tahanan pembuluh darah perifer. Akan tampak sesaknafas pada pasien oleh karena
adanya gangguan diastolic.
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dan angina adalah gejala yang menyertai
hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipake berkontrasi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabia
jantung tidak mampu lagi anahan peningkatkan beban kerja, maka dapat terjadi gagal
jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifetasi sebagai nokturis
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoremia (peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroks
atau serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai patolisis sementara pada
satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroks, dan
pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia ansidens infark otak mencapai
80%.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pada foto thorak posisi posterioanterior pasien hiperthrophy konsentrik,
besar jantungdalam batas normal. Pembesaran jantung kiri terjadi bila sudah ada
dilatasi ventrikel kiri. Terdapat stenosis aorta pada hipertensi yang kronik dan tanda-
tanda bendungan pembuluh paru pada stadium payah jantung hipertensi.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperlukan adalah pemeriksaan ureum
dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal, dan pemeriksaan elektrolit.
Pada pemeriksaan EKG akan ditemukan tanda-tanda hypertrophy ventrikel kiri.
Pemeriksaan Ekokardiografi dapat mendeteksi hypertrophy ventrikel kiri secara
dini yang mencakup kelainan anatomic dan fungsional jantung. Perubahan yang
dapat dilihat adalah:
a. Tanda-tanda hiper sirkulasi pada stadium dini
b. Hipertrophy yang konsentrik maupun yang eksentrik
c. Dilatasi venterikel yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung, serta
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkat.
d. Tanda-tanda iskemik pada stadium lanjut.

6. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru
timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak,
dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering
ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial.

Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut:


pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak
nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:


gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh
darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma,
sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan
jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah
gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya
hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,
merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan
asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik
untuk kesehatan penderita hipertensi.
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi antara lain :

a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata

7. Penatalaksanaan
1) Perubahan gaya hidup
Implementasi gaya hidup yang mempengaruhi tekanan darah memiliki
pengaruh baik pada pencegahan maupun penatalaksanaan hipertensi. Modifikasi gaya
hidup yang meningkatkan kesehatan direkomendasikan bagi individu dengan
prehipertensi dan sebagai tambahan untuk terapi obat pada individu hipertensif.
Intervensi-intervensi ini harus diarahkan untuk mengatasi risiko penyakit
kardiovaskular secara keseluruhan. Walaupun efek dari intervensi gaya hidup pada
tekanan darah adalah jauh lebih nyata pada individu dengan hipertensi, pada uji
jangka-pendek, penurunan berat badan dan reduksi NaCl diet juga telah terbukti
mencegah perkembangan hipertensi. Pada individu hipertensif, bahkan jika intervensi-
intervensi ini tidak menghasilkan reduksi tekanan darah yang cukup untuk
menghindari terapi obat, namun jumlah pengobatan atau dosis yang diperlukan untuk
kontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang secara efektif
mengurangi tekanan darah adalah penurunan berat badan, reduksi masukan NaCl,
peningkatan masukan kalium, pengurangan konsumsi alkohol, dan pola diet sehat
secara keseluruhan.

Tabel Modifikasi gaya hidup untuk mengatasi hipertensi

Reduksi berat badan Memperoleh dan mempertahankan BMI <25


kg/m2

Reduksi garam < 6 g NaCl/hari

Adaptasi rencana diet jenis-DASH Diet yang kaya buah-buahan, sayur-sayuran,


dan produk susu rendah-lemak dengan
kandungan lemak tersaturasi dan total yang
dikurangi

Pengurangan konsumsi alkohol Bagi mereka yang mengkonsumsi alkohol,


minumlah 2 gelas/hari untuk laki-laki dan 1
gelas/hari untuk wanita

Aktivitas fisik Aktivitas aerobik teratur, seperti jalan cepat


selama 30 menit/hari

2) Penurunan berat badan. Pencegahan dan penatalaksanaan obesitas adalah


penting untuk mengurangi tekanan darah dan menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler.
3) Pengaturan diet.

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan
LVH.

Beberapa diet yang dianjurkan:

a. Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat


menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100
mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b. Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur/
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e. Tidak mengkomsumsi Alkohol.

4) Olahraga teratur

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk


menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma.

Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.

5) Farmakoterapi

Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan


berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi
alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin
receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien
memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang
diinginkan.

B. Konsep Proses Keperawatan.


1. Pengkajian Keperawatan.
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi,perspirasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis,
suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
Gejala: Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun
dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
h. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari aktivitas /kerja takipnea,ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny inafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul


1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya
keluhan nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya perubahan
tingkat kesadaran, perubahan nadi,tensi.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
ditandai dengan dispnoe saat beraktivitas, takipnoe, ortopnea, adanya bunyi
nafas tambahan dan terjadi sianosis
3) Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan
supali darah ke perifer.
4) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard,
perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur ventrikel kiri ditandai
dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan darah, bunyi jantung ekstra (S3,
S4), nyeri dada, nadi perifer tak teraba, ekstremitas dingin.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai dengan
adanya ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi terhadap aktivitas
abnormal, adanya perasaan tidak nyaman saat beraktivitas, dispnoe, adanya
tanda-tanda iskemik yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan EKG.
6) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan pasien
banyak bertanya tentang informasi penyakitnya, tidak tepat dalam menjalani
instruksi/therapy.

3. Rencana Keperawatan

TUJUAN DAN
NO NO.DX INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Dx1 Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan tirah 1. Meminimalkan
Nyeri akut perawatan diharapkan baring pada fase akut stimulasi dan
berhubungan pasien mampu melaporkan 2. Lakukan tindakan meningkatkan relaksasi.
dengan adanya pengurangan rasa distraksi dan relaksasi, 2. Tindakan yang
iskemik nyeri/nyeri terkontrol, ciptakan lingkungan yang menurunkan tekanan
jaringan, pasien mampu tenang vascular dan memblok
ditandai mengungkapkan metode 3. Minimalkan aktivitas respon simpatis efektif
dengan adanya pengurangan nyeri, pasien vasokonstriksi yang dapat mengurangi rasa sakit
keluhan nyeri mengikuti theraphy meningkatkan nyeri dan komplikasinya.
pada dada, farmakologi yang diberikan seperti batuk panjang, 3. Aktivitas
wajah untuk mengurangi nyeri. membungkuk dll. vasokonstriksi akan
meringis, 4. Kolaborasi pemberian meningkatkan tekanan
gelisah sampai analgesic vascular jantung.
adanya 4. Untuk menurunkan/
perubahan mengontrol nyeri dengan
tingkat mengontrol rangsangan
kesadaran, system saraf simpatis.
perubahan
nadi, tensi.
2 Dx2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, 1. Frekuensi nafas
Kerusakan perawatan diharapkan kedalaman pernafasan dan biasanya meningkat,
pertukaran gas pasien menunjukan ekspansi dada. dispnea dan terjadi
berhubungan ventilasi yang adekuat/ 2. Tinggikan posisi kepala peningkatan kerja nafas.
dengan tidak oksigenasi dengan GDA dan Bantu dalam Ekspansi dada yang
kuatnya mengubah posisi. terbatas menandakan
ventilasi, 3. Bantu adanya nyeri dada
ditandai pasien mengatasi 2. posisi kepala lebih
dengan dispnea ketakutan dalam bernafas tinggi memungkinkan
saat 4. Kolaborasi pemberian espansi paru dan
beraktifitas, oksigen tambahan memudahkan pernafasan.
takipnea, Pengubahan posisi
ortopnea, meningkatkan pengisian
adanya bunyi segmen paru yang
nafas berbeda sehingga
tambahan, memperbaiki difusi gas.
adanya 3. Perasaan takut
sianosis. bernafas meningkatkan
terjadinya hipoksemia
4. Memaksimalkan
bernafas dan menurunkan
kerja nafas.
3 Dx3 Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi perubahan 1. Perfusi serebral
Resiko tinggi perawatan diharapkan mental continue seperti langsung berkaitan
perubahan perfusi jaringan adekuat cemas, bingung, letargi, dengan curah jantung
perfusi seperti akral hangat, nadi pingsan 2. Latihan aktif /pasif
jaringan perifer kuat, tanda vital 2. Dorong latihan menurunkan statis vena,
berhubungan normal, orientasi pasien aktif/pasif meningkatkan aliran
dengan bagus, rasanyeri berkurang. 3. Pantau pernafasan balik vena, menurunkan
penurunan 4. kaji fungsi resiko tromboflebitis.
suplai darah ke gastrointestinal dan 3. Pompa jantung yang
perifer. perkemihan gagal dapat mencetuskan
5. Kolaborasi pemeriksaan distress pernafasan.
lab BUN, Creatinin, Dispnea yang terjadi tiba-
elektrolit, GDA tiba menunjukan adanya
tromboemboli paru.
4. Untuk mengetahui
dampak negative pada
perfusi dan fungsi organ
tersebut.
5. Digunakan sebagai
indicator perfusi/fungsi
organ

4 Dx4 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi dan 1. Biasanya terjadi


Penurunan perawatan diharapkan irama jantung takikardi sebagai
cura jantung pasien menunjukan tanda 2. Catat bunyi jantung kompensasi penurunan
berhubungan vital dalam batas yang 3. Kaji kulit terhadap kontraktilitas ventrikel.
dengan dapat diterima, bebas dari pucat dan sianosis 2. Irama gallop umum
perubahan gejala gagal jantung, 4. Kaji perubahan pada dihasilkan dari ventrikel
kontraktilitas sensori seperti letargi, yang distensi
miokard, bingung, cemas, depresi. 3. Pucat menunjukan
perubahan 5. Berikan istirahat penurunan perfusi akibat
irama dan dengan lingkungan yang penurunan curah jantung
frekuensi tenang, Bantu pasien 4. Untuk mengetahui
jantung, menghindari stress adekuatnya perfusi
perubahan 6. Kolaborasi pemberian serebral terhadap
struktur oksigen dengan penurunan curah jantung.
ventrikel kiri kanul/masker sesuai 5. stress menghasilkan
ditandai indikasi. vaso konstriksi yang
dengan 7. Kolaborasi pemberian meningkatkan tekanan
takikardi, vasodilator darah dan meningkatkan
disritmia, frekuensi kerja jantung
perubahan 6.Untuk meningkatkan
tekanan darah, kesediaan oksigen untuk
bunyi jantung kebutuhan miokard dan
ekstra (S3, S4), jaringan serta melawan
nyeri dada, efek hipoksia.
nadi perifer tak 7. vasodilator digunakan
teraba, untuk meningkatkan
ekstremitas curah jantung
dingin.
5 Dx5 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji respon pasien 1. Dengan mengetahui
Intoleransi perawatan diharapkan terhadap aktivitas, parameter tersebut, akan
aktifitas pasien mampu perhatikan adanya membantu mengkaji
berhubungan berpartisipasi dalam perubahan tanda vital, respon fisiologis terhadap
dengan aktivitas yang diinginkan, dipsnoe, nyeri dada, stress aktivitas dan bila
kelemahan melaporkan peningkatan kelelahan yang muncul berarti terjadi
umum ditandai toleransi terhadap aktivitas berlebihan. kelebihan tingkat
dengan yang dapat diukur. 2. Intruksikan pasien aktivitas
ungkapan tentang cara penghematan 2. Tehnik menghemat
verbal tentang energi dan lakukan energi mengurangi
kelemahan, aktivitas secara perlahan. penggunaan energi dan
respon tensi 3. Dorong pasien untuk membantu keseimbangan
terhadap melakukan aktivitas antara suplai dan
aktifitas secara bertahap jika dapat kebutuhan oksigen.
abnormal, ditolerir, beri bantuan 3. Aktivitas bertahap
adanya sesuai dengan kebutuhan. mencegah peningkatan
perasaan tidak kerja jantung secara tiba-
nyaman saat tiba, memberibantuan
beraktifitas, sesuai kebutuhan akan
adanya mendorong
dispnea, memandirikan pasien
adanya tanda- dalam beraktivitas.
tanda iskemik
yang bisa
dilihat dari
hasil EKG.
6 Dx6 Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan tentang fungsi 1. Pengetahuan tentang
Kurang perawatan diharapkan jantung normal dan proses penyakit
pengetahuan pengetahuan pasien tentang kelainan yang dialami danharapan dapat
tentang penyakitnya bertambah, oleh pasien memudahkan ketaatan
penyakit dan Melaksanakan therapiuntuk 2. Kuatkan rasional pada program
pengobatan menurunkan episode pengobatan pengibatan.
berhubungan berulang dan mencegah 3. Diskusikan tentang 2. Pemahaman program,
dengan kurang komplikasi,melakukan obat, tujuan dan efek obat dan pembatasan
informasi, perubahan pola perilaku samping, berikan instruksi dapat meningkatkan
tidak mengenal yang perlu. secara verbal maupun kerjasama untuk
sumber tertulis. mengontrol gejala.
informasi, 4. Jelaskan dan diskusikan 3. Pemahaman kebutuhan
ditandai peran pasien dalam terapiutik dan pentingnya
dengan klien mengontrol factor resiko pelaporan efek samping
banyak bertaya dan factor pemberat. dapat mencegah
tentang 5. Berikan kesempatan terjadinya komplikasi
penyakitnya, pasien untuk menanyakan, obat.
tidak tepat mendiskusikan masalah 4. Menambahkan
dalam dan membuat perubahan pengetahuan dan
menjalani i pola hidup yang perlu. memungkinkan pasien
struksi/teraphy. untuk membuat
keputusan berdasarkan
informasi sehubungan
dengan control kondisi
dan mencegah berulang/
komplikasi.
5. Kondisi kronis sering
melemahkan kemampuan
koping dan kapasitas
dukungan pasien dan
orang terdekat.
Daftar Pustaka

Suzanne C. Smeltzer. Brenda. E. bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal


Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.
Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian
keperawatan. Jakarta : EGC.
Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC, Jakarta.
http://askepterkini.blogspot.co.id/2014/05/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan_9355.htmldiakses pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 19.22

Anda mungkin juga menyukai