BAB III
III - 1
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 2
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
1. Purwodadi 1159 1 1 8 0 38 3 0 0 0 0
2. Tutur 329 2 0 1 0 4 0 0 0 0 0
3. Puspo 1072 0 0 9 0 7 2 0 0 0 8
4. Tosari 215 1 1 0 0 0 0 0 0 0 19
5. Lumbang 891 2 0 2 1 19 6 0 0 0 2
6. Pasrepan 369 3 0 6 16 30 30 0 0 0 8
9. Purwosari 5598 4 1 22 1 75 3 0 0 0 79
III - 3
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
22. Grati
3315 7 1 77 1 78 54 0 0 0 225
Sumber data : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan, Profil Kesehatan Tahun 2010
III - 4
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 5
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.2
Data Jamban yang ada di Wilayah Kabupaten Pasuruan Tahun 2010
JAMBAN
1. Purwodadi 0 7477 0 0 0 0 0 0
III - 6
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 7
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.3
Data jamban yang ada di sarana pendidikan, tempat-tempat umum dan rumah di wilayah Kabupaten
Pasuruan :
SARANA PENDIDIKAN TTU RUMAH
SD SMP SMA/SMK
No. Kecamatan YG
YG YG YG YG YG
YG YG YG YG YG YG YG YG YG DIPERI
ADA DIPERIKSA SEHAT ADA SEHAT
ADA DIPERIKSA SEHAT ADA DIPERIKSA SEHAT ADA DIPERIKSA SEHAT KSA
III - 8
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 9
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Data kegiatan Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan pada tahun 2009 tergambarkan
pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4
Kegiatan Promosi Kesehatan Program PHBS Tahun 2009
No Nama Kegiatan Jumlah
1 Penyuluhan Pola Hidup bersih Sehat Rp 10,400,000
2 Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan Rp 50,500,000
3 Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Rp 16,750,000
4 Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Rp 17,725,000
5 Pelaksanaan Kerjasama Bakti Sosial Kesehatan Rp 795,000,000
dan Promosi Kesehatan
6 Sosialisasi Masalah Kesehatan Rp 20,675,000
7 Advokasi Ke Lintas Sektor Terkait Rp 2,100,000
8 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Rp 24,845,000
Masyarakat
9 Pembinaan dan Penilaian Sekolah PHBS Rp 3,350,000
10 Pengembangan Media Promosi Kesehatan Dan Rp 15,700,000
Informasi Sadar Hidup Sehat
Total Rp 957,045,000
Sumber : Dinas Kesehatan tahun 2010
III - 10
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 11
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
A. Mata Air
o Mata Air Umbulan
o Mata Air Gempol/Ringin
o Mata Air Plintahan
o Mata Air Kajar
o Mata Air Alap-Alap
o Mata Air Gubisan
o Mata Air Dawuhan
o Mata Air Kali Biru
o Mata Air Sumber Kambang
III - 12
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 13
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.5
Data Pelanggan PDAM Kabupaten Pasuruan Tahun 2006 :
RUMAH NIAGA NIAGA NIAGA INDUSTRI INDUSTRI HU /
NO CABANG/UNIT PEMERINTAH SOSIAL JUMLAH
TANGGA KECIL SEDANG BESAR KECIL BESAR KU
8 TOSARI - - - - - - - - 0
III - 14
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.6
Jumlah Penduduk Yang Terlayani PDAM Tahun 2006
RUMAH NIAGA NIAGA NIAGA INDUSTRI INDUSTRI HU /
NO CABANG/UNIT PEMERINTAH SOSIAL JUMLAH
TANGGA KECIL SEDANG BESAR KECIL BESAR KU
2 PRIGEN 13074 270 9300 600 100 - 500 500 5200 29544
3 GEMPOL 20202 480 4700 550 - 8000 6000 3700 1000 44632
4 PANDAAN 13062 420 8850 550 300 1500 500 1400 1800 28382
5 PURWOSARI 14760 480 3450 200 - 1000 1000 2050 10600 33540
6 SUKOREJO 5016 210 2750 350 100 3500 1000 300 1800 15026
JUMLAH TOTAL 96738 3660 36000 2950 600 14000 11500 11800 31000 208248
III - 15
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 16
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 17
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 18
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 19
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.8
Jenis dan Spesifikasi Kendaraan Pengangkutan Sampah
di Wilayah KABUPATEN PASURUAN :
Jumlah
Jenis Kapasitas Kondisi
(unit)
Arm roll truck 27 Baik
Container 5 m³ 43 Baik
6 m³ dan 8 m³ 48 19 unit dalam kondisi
rusak, 29 unit dalam
kondisi baik
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010
III - 20
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Sarana Pengolahan
Di TPA Kenep Kecamatan Beji pemisahan sampah dilakukan
secara manual oleh para pemulung yang pada umumnya berasal dari
warga sekitar yang bermukim disekitar wilayah TPA. Sebagian sampah
juga dimanfaatkan sebagai kompos yang dilaksanakan oleh petugas
III - 21
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
TPA dan para ibu-ibu yang berada disekitar lokasi TPA. Adapun
peralatan yang terdapat didalam rumah kompos ini antara lain :
Tabel 3.9
Jenis Peralatan yang ada di Rumah Kompos
Jenis Jumlah Fungsi alat Kondisi
(unit) alat
Memisahkan sampah plastic
Mesin conveyer 1 Baik
dengan sampah orgnanic
Memotong/mencacah sampah
Mesin pencacah 1 daun/sampah organic yang Baik
akan dikompos
Mengangkut sampah yang telah
Gerobak sampah 1 siap dikomposkan dari area Baik
pencacahan kerumah kompos
Mesin pengayak
1 Baik
makanis Memisahkan sampah
Mesin pengayak berdasarkan ukuran partikelnya
4 Baik
konvensional
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010
Terbatasnya lahan yang dipergunakan sebagai area komposting
menjadikan sebagian besar sampah yang masuk ke TPA Kenep ini tetap
masuk ke lahan penimbunan. Sampah yang masuk kelahan
penimbunan akan diratakan dengan menggunakan bulldozer/excavator
yang digunakan secara bergantian (sesuai dengan kebutuhan. Adapun
alat berat yang terdapat di lokasi TPA Kenep antara lain :
Tabel 3.10
Alat berat yang terdapat di TPA Kenep. Beji :
Jumlah Masih beroperasi Status
Jenis Kondisi
(unit) Ya Tidak Kepemilikan
Buldozer 1 √ - Baik Milik BLH
Soft Loader 1 - √ Rusak Milik BLH
Excavator 3 √ - Baik Sewa
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010
Timbulan Sampah
III - 22
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 23
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.12
Jumlah Drainase yang ada dengan panjang saluran drainase :
No. Tahun
Lokasi Uraian
Pelaksanaan
1. 2008 a. Kelurahan Gratitunon, Kec. Grati 436 m'
b. Kelurahan Kalirejo, Kec. Bangil 490 m'
c. Desa Penataan, Kec. Winongan 151 m'
d. Desa Wonorejo, Kec. Wonorejo 85 m'
2. 2009 a. Desa Pasrepan, Kec. Pasrepan 993,18 m'
b. Desa Rejoso Lor, Kec. Rejoso 435,40 m'
c. Desa Wonosari,Kec. Gd.Wetan 586,80 m'
d. Desa Sumberejo, Kec. Winongan 196,52 m'
e. Desa Nguling, Kec. Nguling 386,08 m'
f. . Desa Karangkliwon, Kec. Grati 157 m'
g. Desa Sumberanyar, Kec. Nguling 337 m'
h. Desa Kenep Kec. Beji 374 m'
Sumber : Dinas Cipta Karya
III - 24
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Saat ini pola perubahan kualitas air dan debit air semakin
menurun pada berbagai sumber di wilayah Kabupaten Pasuruan, hal
ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah adanya
kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama kegiatan
industri besar, industri rumah tangga dan kegiatan pertanian serta
sampah yang ada di wilayah Kabupaten Pasuruan sangat berpengaruh
akan terjadi pencemaran air dimana-mana.
III - 25
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Limbah Farmasi
Contoh : Limbah Bekas Obat-obatan Farmasi
Jenis Limbah Medis Cair meliputi :
Limbah Cair Infeksius
Limbah Cair yang dihasilkan dari semua kegiatan di Rumah Sakit
khususnya yang dihasilkan dari Ruang Tindakan dan perawatan,
dan Ruang Cucian.
Limbah Cair yang mengandung bahan Kimia dan Sitotoksis
Limbah cair dari kegiatan Farmasi, Sisa desinfektan dan
Laboratorium
Tabel 3.... :
Timbulan Sampah Medis dari Puskesmas Dalam Wilayah
Kabupaten Pasuruan
III - 26
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 27
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
a. Limbah Benda Tajam. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat
yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang
dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik,
perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radio aktif
III - 28
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 29
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 30
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3....
Penanganan Limbah Medis di Kabupaten Pasuruan
III - 31
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 32
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.2.6 Permasalahan
III - 33
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 34
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.....
Wilayah/ lokasi yang sampahnya terangkut oleh kendaraan Pengangkut Sampah
di Kabupaten Pasuruan
INDUSTRI HOTEL/RUMAH KAWASAN INSTANSI / SEKOLAH PASAR/KAWASAN
PERUMAHAN/KELURAHAN PERDAGANGAN
1. PT. PQ Silica Indonesia 1. Hotel Surya 1. Perum Keboncandi Permai 1. POLRES Pasuruan 1. Plaza Untung
Suropati
Lokasi : Kawasan Pier Lokasi : Tretes-Prigen Lokasi : Keboncandi Gondang Lokasi : Jl. Dr. Soetomo
Rembang Wetan No. 1 Bangil Lokasi : Bangil
2. PT. Meiji Indonesia 2. Hotel Tretes Raya 2. Perum Gondang Legi 2. Rumah Tahanan 2. Plaza Barat
Lokasi : Jl Mojoparon No. 1 Lokasi : Tretes-Prigen Lokasi : Beji Lokasi : Bangil Lokasi : Bangil
Bangil
3. PT. Sorini Towa Berlian Corp 3. RM. Kartika Sari 3. Perum Gempol Citra Asri 3. Rumah Sakit Umum 3. Pasar Ds.
Lokasi : Dsn Cangkring Malang Lokasi : Gempol Lokasi : Gempol Lokasi : Jl. Raya Raci Kejapanan
Beji Bangil Lokasi : Gempol
4. PT. Indofood Cbp Sukses 4. RM. Gempol Asri 4. Perum Asabri 4. RS. Islam Masyitoh 4. Pasar Buah
Makmur Lokasi : Gempol Lokasi : Pandaan Lokasi : Jl. Ahmad Yani Dekopin
Lokasi : Dsn. Cangkring - Bangil Lokasi : Pandaan
Malang Beji
5. PT. Cargill Indonesia 5. RM. Cianjur 5. Desa Duren Sewu 5. Pondok Pesantren YAPI
Lokasi : Dsn. Cangkring Lokasi : Pandaan Lokasi : Pandaan Lokasi : Bangil
Malang Beji
6. PT. Indofood Cbp Sukses 6. Kelurahan Pogar 6. Pondk Pesantren Al
Makmur Lokasi : Bangil Yasini
Lokasi : Jl. Raya Ngerong Lokasi : Wonorejo
Gempol
III - 35
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 36
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 37
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
2) TPS Umum
Kecamatan Bangil
a. TPS Glanggang
c. TPS Kalirejo
Kecamatan Beji
III - 38
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Kecamatan Pandaan
a. TPS Sukorejo
Kecamatan Gempol
a. TPS Ngerong
e. TPS Wonoayu
Kecamatan Prigen
Kecamatan Purwosari
III - 39
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Kecamatan Sukorejo
b. TPS Suwayuwo
III - 40
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 41
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 42
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 43
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
DRAINASE LINGKUNGAN
DIBANGUN OLEH
CIPTA MASYARAKAT /
KECAMATAN BAPEMAS BINA MARGA PENGAIRAN
KARYA SPAL
m³ m³ m³ m³ m³
PURWODADI - 3421 - - -
TUTUR - - - - -
PUSPO - - - - -
TOSARI - - - - -
LUMBANG - - 4.806 4.806 6480
PASREPAN 493 4911 - - -
KEJAYAN - - - - 2045
WONOREJO 85 - 1.196 1196 12254
PURWOSARI - - - - 13836
PRIGEN - - 340 - 13385
SUKOREJO - - - - 231
PANDAAN - - - - -
GEMPOL - 671 133 133 13715
BEJI 374 - - - 5716
BANGIL 532 - 144 - 6735
REMBANG - - 587 587 -
KRATON - 160 - - 5136
POHJENTREK - - - - 4238
GONDSNG WETAN 801 - - - 4609
REJOSO 576 - 3.914 3974 11402
WINONGAN 643 765 1.649 1649 12254
GRATI 776 - - - 10842
LEKOK - - - - -
NGULING 723 2639 3512 3842
Sumber data : Dinas Pengairan Kab. Pasuruan
III - 44
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.4.6 Permasalahan
III - 45
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 46
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 47
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
pengikisan tebing dan dasar saluran. Apabila tebing dan saluran dasar
masih dipertahankan berupa tanah, dimensi saluran tidak dapat
dipertahankan sesuai perencanaan.
3.5.5 Permasalahan
III - 48
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang
dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian baik pada
masyarakat maupun keluarga artinya masyarakat mampu berperilaku
mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan.
III - 49
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 50
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 51
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
pada RSUD Dr Moh Saleh. Dalam pengelolaan aspek sanitasi, RSUD berperan dalam
penanganan limbah medis Rumah Sakit.
Bagian Humas dan Protokol pada Sekretariat Daerah
Peranan lembaga ini dalam pengembangan sanitasi Kota terkait dengan sosialisasi
program –program pembangunan daerah. Bagian Humas dan Protokol selalu menjajagi
kerjasama dengan pihak lain dalam mensosialisasi program-programnya (bahkan terbuka
untuk bekerjasama dengan pihak swasta) diantaranya juga kamapanye berbagai isu
sanitasi. Media yang digunakan untuk sosialisasi antara lain radio, media cetak, penerbitan
spanduk dan banner.
Hal-hal lain terkait aspek kelembagaan :
Peranan SKPD lain dalam pengelolaan sanitasi terbagi menjadi anggota kelompok kerja
bidang perencanaan dalam organizing commite yaitu untuk Bagian Hukum Sekretariat
Daerah (berperan dalam legalitas produk perencanaan sanitasi); Bidang Industri Dinas
Koperasi, Energi, Mineral, Industri dan Perdagangan (berperan dalam perencanaan
pengelolaan limbah yang terkait dengan industri) serta anggota kelompok kerja bidang
Sosialisasi dan Monitoring – Evaluasi yaitu untuk Dinas Pendidikan (berperan dalam
sosialisasi sadar sanitasi sejak usia dini melalui media sekolah-sekolah adiwiyata); Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dan Kantor Pemberdayaan
Masyarakat (berperan dalam sosialisasi dan monev promosi sanitasi dasar masyarakat).
Berdasarkan data RPJMD Kota Probolinggo, diketahui bahwa terdapat penjabaran misi
dan kebijakan pembangunan daerah yang mengarah pada adanya dukungan yang cukup tinggi
dari Pemerintah kota Probolinggo terhadap pembangunan sanitasi kota. Ini terkait dengan tujuan
untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya daerah secara lestari dan berwawasan
lingkungan secara berkelanjutan dengan dukungan peran serta aktif masyarakat serta tujuan
untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kota, khususnya meningkatkan kualitas dan
kuantitas penyediaan air bersih. Selain itu, terdapat pula program-program pembangunan daerah
yang secara langsung merujuk pada pengembangan sanitasi perkotaan, antara lain : Program
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Program Pengembangan Lingkungan
Sehat, Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan, Program Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Persampahan, Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup, Program Peningkatan Pengendalian Polusi, Program Lingkungan Sehat Perumahan,
III - 52
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 53
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Sumber-sumber keuangan daerah Kota Probolinggo terdiri dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), dana perimbangan dan pendapatan lain-lain yang sah. Struktur keuangan daerah Kota
Probolinggo dalam 5 tahun terakhir masih didominasi oleh Dana Perimbangan dari Pemerintah
berupa Dana Alokasi Umum (DAU). Dari aspek pendapatan dan pengeluaran, struktur anggaran
Kota Probolinggo dalam 5 tahun terakhir sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.
Secara keseluruhan, total pendapatan Kota Probolinggo dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir terus mengalami peningkatan. Sedangkan nilai belanja Probolinggo dalam 5 tahun juga
terus mengalami peningkatan. Sumber pendapatan terbesar Kota Probolinggo berasal dari dana
perimbangan yang memberikan kontribusi 81,43% dari total pendapatan daerah. Sedangkan nilai
belanja terbesar Kota Probolinggo adalah belanja langsung dengan proporsi 72,18% dari total
belanja daerah.
Sesuai dengan yang telah dijabarkan pada pokok bahasan sebelumnya, bahwa SKPD
yang memiliki anggaran pembangunan sanitasi atau yang berasosiasi dengan kegiatan terkait
sanitasi dan memiliki program kegiatan yang mengelola sector sampah, air limbah, drainase
adalah Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan
III - 54
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
RSUD Dr Moh Saleh. Pendanaan sanitasi ini dihitung berdasarkan besaran belanja langsung
sanitasi, dimana angka belanja langsung ini berkaitan dan digunakan untuk melaksanakan
pelayanan public atas pengoperasian, pemeliharaan, pembinaan dan investasi sub sector yang
bersangkutan.
III - 55
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
KOTA LOKSUMAWE
3.7.1. Kesehatan Lingkungan
Tabel 3.1
Penderita Penyakit Berhubungan Dengan Lingkungan
Menurut Kecamatan Tahun 2009-2010
Tahun
NO KECAMATAN 2009 2010 (s/d April)
Kasus DBD ISPA Diare Kasus DBD ISPA Diare
1 Banda Sakti 287 12632 3492 74 17 1256
2 Muara Satu 51 666 432 14 4 296
3 Muara Dua 125 9529 2033 50 2 443
4 Blang Mangat 8 7534 1693 6 9 343
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
Tabel 3.2
Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan
Kota Lhokseumawe Tahun 2006
III - 56
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
2 Muara dua 629 577 1206 - - 16 8.4 599 23.9 14 18.2 - - 9 4.2 559 19.3 9 10.5
3 Mon Geudong 346 476 822 6 18.8 53 27.9 250 10 37 48.1 6 22.2 64 30 358 12.4 48 55.8
4 Blang Mangat 492 573 1065 25 78.1 47 24.7 397 15.8 23 29.9 18 66.7 48 22.5 484 16.7 23 26.7
5 Blang Cut 344 353 697 - - 9 4.7 335 13.4 - - - - 16 7.5 337 11.7 - -
Jumlah 2807 3218 6025 32 100 190 100 2508 100 77 100.1 27 100 213 100 2892 100 86 100
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
Tabel 3.3
Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan
Kota Lhokseumawe Tahun 2007
Balita Yang di Ukur Jumlah Anak Menurut Status Gizi
NO Puskesmas Laki-laki Perempuan
L P Total
Buruk % Kurang % Baik % Lebih % Buruk % Kurang % Baik % Lebih %
1 Banda Sakti 2267 1981 4185 5 0.22 322 14.2 1860 82.05 77 3.4 5 0.25 248 12.52 1584 79.96 84 4.24
2 Muara dua 2369 2409 4778 1 0.04 89 3.76 2190 92.4 89 3.7 4 0.1 97 4 2223 92.2 85 3.5
3 Mon Geudong 771 694 1465 2 0.2 130 16.8 531 68.8 108 14 7 1 131 18.8 461 66.4 95 13.6
4 Blang Mangat 645 623 1268 3 0.4 70 10.8 553 85.7 19 2.9 4 0.6 68 10.9 518 83.1 33 5.2
Jumlah 6432 6086 12455 11 0.1 620 54.56 5505 85.5 293 4.5 20 0.3 566 9.3 5143 84.5 297 4.8
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
Tabel 3.4
Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan
Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Tabel 3.5
Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan
III - 57
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.6
Rekapitulasi Pendataan Rumah Sehat,
Pekarangan Sehat dan Kadang Ternak
Di Wilayah Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Kondisi Perumahan
Jumlah
No Puskesmas Rumah Pekarangan Rumah Kandang Ternak
Rumah
Sehat Tidak Sehat Sehat Tidak Sehat TP TTP
1 Muara Dua 17,299 11,715 5,613 8,605 8,825 3,134 4,590
2 Banda Sakti 8,506 5,918 2,588 4,378 2,472 940 413
3 Mon Geudong 5,613 1,013 799 596 226 74 3
4 Blang Mangat 3,339 1,822 1,067 1,841 998 1,623 857
5 Blang Cut 1,362 1,346 175 1,188 204 978 263
Total 36,119 21,814 10,242 16,608 12,725 6,749 6,126
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Ket: TP : Terpisah Dengan Rumah
TTP : Tidak Terpisah Dengan Rumah
III - 58
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
78.8% telah terpisah dari rumah dan sisanya sebanyak 263 kandang atau 34.6%
kandang ternak tidak terpisah dari rumah.
Tabel 3.7
Rekapitulasi Pendataan Jamban
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Jenis Jamban
Jumlah
No Puskesmas Leher Angsa Plengsengan Cemplung
Rumah
MS TMS MS TMS MS TMS
1 Muara Dua 17,299 13,809 156 2,195 585
2 Banda Sakti 8,506 6,182 700 135
3 Mon Geudong 5,613 861 858 684 1,084
4 Blang Mangat 3,339 1,380 754 29 695 27
5 Blang Cut 1,362 938 189 9 12 133
Total 36,119 23,170 2,657 38 - 3,586 1,964
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Ket MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Penggunaan jamban juga merupakan salah satu indikator penting untuk melihat
bagaimana kesehatan dan pola hidup masyarakat. Survei kesehatan lingkungan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa ada tiga jenis jamban yang
umumnya digunakan oleh masyarakat Kota Lhokseumawe. Pada kategori leher angsa,
sebanyak 23.170 atau 89,71 % rumah telah menggunakan jamban leher angsa yang
memenuhi syarat. Selebihnya ada 2.657 atau 10,29% rumah menggunakan leher angsa
yang tidak memenuhi syarat. Jamban metode plengsengan menurut survei kesehatan
lingkungan, semuanya berada pada kategori memenuhi syarat. Rumah yang
menggunakan model jamban cemplung, menurut survei kesehatan lingkungan sebanyak
3.586 atau 64,61% berada dalam kategori memenuhi syarat. Sedangkan sebanyak 1.964
rumah atau 35,39 % berada dalam kondisi tidak memenuhi syarat.
Tabel 3.8
Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat
Kota Lhokseumawe tahun 2009
Rumah Tangga
No Kecamatan Puskesmas
Jumlah Dipantau Ber PHBS %
1 Muara Dua PKM Muara Dua 210 66 31,4
2 Muara Satu PKM Muara Satu 210 93 44,3
3 Blang Mangat PKM Blang Mangat 210 73 34,8
4 PKM Blang Cut 210 8 3,8
5 Banda Sakti PKM Banda Sakti 210 36 17,1
6 PKM Mon Geudong
Sumber : Dinas Kesehatan Tahun 2010
III - 59
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Survei rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat tahun 2009 di Kota
Lhokseumawe dilakukan berbasis puskesmas. Setiap puskesmas mengambil sampel
sebanyak 210 rumah. Dari hasil survei dapat diketahui bahwa rumah yang berperilaku
hidup sehat di setiap puskesmas di bawah 50 %. Bahkan di wilayah puskesmas Blang
Cut rumah berPHBS hanya 3,8% saja. Secara berturut-turut hasil survei dari yang
terendah adalah puskesmas Banda Sakti sebesar 17,1%, Puskesmas Muara Dua 31,4%,
Puskesmas Blang Mangat 34,8% dan Puskesmas Muara Satu 44,3 %.
Permasalahan air bersih di Kota Lhokseumawe dapat kita lihat dari bagaimana
pola masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya. Masyarakat menggunakan
berbagai macam cara dalam memenuhi kebutuhan airnya. Dari data profil kesehatan
lingkungan terlihat bahwa sebanyak 25.039 atau 82,91 % rumah menggunakan sumur
gali (pada kategori memenuhi syarat). Sedangkan ada juga rumah yang menggunakan
sumur gali yang tidak memenuhi syarat sebanyak 5.162 atau 17,09% rumah. Metode
lain yang digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya adalah
dengan mengandalkan sumur pompa. Masyarakat yang menggunakan sumur jenis
sebanyak 264 rumah atau 98,51% yang berada dalam kondisi memenuhi syarat. Namun
ada juga masyarakat yang menggunakan sumur ini pada kategori tidak memenuhi syarat
sebanyak 1,49% atau 4 rumah. Sumber air bersih lainnya yang digunakan oleh
masyarakat adalah PAH (penampungan air hujan). Menurut hasil survei, wilayah yang
banyak menggunakan fasilitas ini adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Muara
Dua dengan jumlah rumah adalah 532 rumah dengan kondisi memenuhi syarat.
Tabel 3.9
Hasil Rekapitulasi Pendataan Sumber Air Bersih (SAB)
Di Wilayah Kerja Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008
III - 60
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Sumber air bersih lainnya yang umumnya digunakan oleh masyarakat Kota
Lhokseumawe adalah PDAM. Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah pelanggan
PDAM. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah pelanggan 50 pelanggan. Pada
tahun 2010 jumlah pelanggan menjadi 6.892 pelanggan dari tahun sebelumnya. Artinya
ada peningkatan sebanyak 143 pelanggan.
Tabel 3.10
Jumlah Pelanggan Berdasarkan Golongan PDAM
di Kota Lhokseumawe
T ahun
No G olong an
2008 2009 2010
1 Rumah tangga 5,858 5,934 6,042
2 Niaga & Industri 717 692 727
3 Instansi Pemerintah 78 76 76
4 Khusus - - -
5 Sosial Khusus 35 37 37
6 Sosial Umum 11 10 10
6,699 6,749 6,892
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010
Bila kita bandingkan antara jumlah penduduk di Kota Lhokseumawe dan jumlah
penduduk yang dapat mengakses air bersih pada PDAM, maka dapat kita lihat
bagaimana tingkat pelayanan PDAM. Pada tahun 2008 masyarakat yang terlayani air
bersih dari PDAM hanya 25,32% saja. Pada tahun 2009 persentase jumlah penduduk
III - 61
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
yang menikmati air bersih hanya meningkat 0,11% saja. Jumlah peningkatan persentase
yang sangat kecil tentunya. Pada tahun 2010 tingkat masyarakat yang terlayani air
PDAM pun sangat kecil. Tahun 2010 total pelanggan hanya 6.892. Artinya hanya
mencakup 25,59% saja. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, maka hanya terjadi
peningkatan hanya sebesar 0,16% saja.
Tabel 3.11
Tingkat Pelayanan PDAM di Kota Lhokseumawe
III - 62
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Setiap hari manusia menghasilkan air limbah rumah tangga (domestic waste
water). Air limbah tersebut ada yang berasal dari kakus disebut black water. Ada pula
yang berasal dari kamar mandi, tempat mencuci pakaian, tempat mencuci piring dan
peralatan dapur yang disebut juga grey water.
Secara umum ada dua tipe sistem pengolahan air limbah. Pertama, sistem
pembuangan setempat (On Site Sanitattion). Pada setiap pembuangan setempat ini, air
limbah dialirkan ke tempat pembuangan atau pengolahan yang terletak di sekitar
pekarangan rumah atau bangunan. Istilah lain dari sistem setempat ini disebut juga
sebagai sistem individual. Adapun jenis sarana yang termasuk tipe ini, misalnya cubluk,
septic tank, dan lain-lain.
III - 63
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.12
Hasil Rekapitulasi Pendataan Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Di Wilayah Kerja Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Dari tabel di atas diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas Blang Mangat
mempunyai persentase terbesar SPAL yang memenuhi syarat. Sedangkan wilayah
Puskesmas Mon Geundong memiliki persentase terbesar tingkat SPAL yang tidak
memenuhi syarat.
1. Sampah Permukiman. Sampah ini berasal dari rumah tangga. Sampah ini berasal
dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain.
2. Sampah Pasar. Sampah ini berasal dari kegiatan pasar, yang kebanyakan merupakan
sisa sayur-mayur dan buah-buahan.
3. Sampah Hotel dan Penginapan. Sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau
penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan.
sampah dapur dan lain-lain.
4. Sampah Rumah Sakit. Sampah yang berasal dari aktivitas rumah sakit baik
termasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang
dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3.
III - 64
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
5. Sampah Jalan. Sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan
maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani oleh penyapu
jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan.
6. Sampah Perbengkelan. Sampah ini berasal dari kegiatan usaha perbengkelan yang
berada di Kota Lhokseumawe. Sampah ini dapat berupa limbah cair seperti oli dan
juga limbah padat seperti berbagai macam sisa onderdil kendaraan.
8. Sampah Sarana Pendidikan. Jenis sampah dari sarana pendidikan terdiri dari
berbagai macam jenis sampah antara lain plastik, organik, kertas dan lain-lain.
b. Sarana Pengolahan
Tabel 3.13
Perkiraan Timbulan Sampah Per Kecamatan
III - 65
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.14
Perkiraan Total Timbulan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Tabel 3.15
Perkiraan Total Timbulan Sampah Spesifik
III - 66
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.16
Perkiraan Timbulan Sampah Di Kota Lhokseumawe
Tahun
No Kecamatan
2007 2012 2017 2022 2027
1 Blang Mangat 45,030 46,744 48,524 50,371 52,288
2 Banda Sakti 178,378 185,168 192,217 199,534 207,130
3 Muara Dua 91,126 94,595 98,196 101,934 105,814
4 Muara Satu 81,028 84,113 87,315 90,638 94,089
TOTAL 395,562 410,620 426,252 442,477 459,321
Jumlah Sampah Non Domestik 98,891 102,655 106,563 110,619 114,830
Jumlah Total (l/hari) 494,453 513,275 532,814 553,096 574,151
Jumlah Total (m3/hari) 494 513 533 553 574
Sumber : RPIJM PU/CK Kota Lhokseumawe 2008
III - 67
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3)
sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik
dengan kode limbah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa
limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis,
produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk
farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari proses insinerasi.
e. Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit
f. PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan Beracun (B3)
Tabel 3.17
Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan Dalam Wilayah
Kota Lhokseumawe Tahun 2009
SARANA KESEHATAN YANG TERSEDIA
RSU RS NON POSKES GUDANG
NO KECAMATAN KLINIK
DAERAH / PEMERIN PKM PUSTU DES/POLI FARMASI
KESEHATAN
RS TNI TAH NDES
1 BANDA SAKTI 1 5 2 2 9 3
2 MUARA DUA 0 1 0 1 4 7 1
3 MUARA SATU 0 1 1 1 2 7
4 BLANG MANGAT 1 0 1 2 7 12
TOTAL 2 7 4 6 22 29 1
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
III - 68
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.18
Timbulan Sampah Medis dari Puskesmas
Dalam Wilayah Kota Lhokseumawe Tahun 2009
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
III - 69
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.8.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Penanganan Limbah Cair
III - 70
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
3.8.6. Permasalahan
3. Masih ada pandangan dari masyarakat yang beranggapan bahwa pengelolaan limbah
ini tidak begitu mendesak atau tidak menjadi perhatian bagi masyarakat. Masyarakat
masih menggunakan cara yang tidak sehat yaitu dengan memanfaatkan badan sungai
atau saluran drainase untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana pengelolaan
limbah cair ini.
4. Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan juga
ketersediaan lahan yang tidak begitu luas bagi penyediaan SPAL, tentunya sistem
SPAL berskala rumah tangga lebih sulit diterapkan karena keterbatasan lahan yang
dimiliki. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian kita semuanya.
5. Unit pengolahan tinja yang dimiliki Pemerintah Kota Lhokseumawe sudah penuh
dan bahkan dua bak penampungnya sudah rusak sehingga tidak dapat difungsikan
lagi. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh kepada pengelolaan limbah cair.
III - 71
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 72
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
individual yang dilakukan dengan sistem pelayanan door to door (dengan truk kecil
dikumpulkan ke depo atau langsung diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir) dan
sistem pelayanan door to door (dengan gerobak dan dikumpulkan di depo atau
Tempat Pembuangan Sementara yang akan disediakan pada setiap pusat BWK).
Cara lain dengan sistem individual adalah dengan cara mengumpulkan sekaligus
memusnahkan sampah tersebut sendiri. Sistem pengumpulan komunal adalah
dimana masyarakat mengantarkan sampah ke tempat yang telah ditentukan.
3. Pengangkutan Sampah. Pengangkutan dilakukan dengan dump truk, arm rool truk
dan mobil patrol dari Tempat Pembuangan Sementara ke Tempat Pembuangan
Akhir.
4. Tempat Pembuangan Akhir. Tempat pembuangan akhir berlokasi di Gampong
(desa) Alue Lim dengan sistem open dumping, lokasi ini dianggap cukup
representative karena jauh dari permukiman penduduk dan arealnya cukup luas.
(Sumber : RPIJM PU/CK Kota Lhokseumawe 2008)
Sarana dan prasarana persampahan menjadi faktor penting dalam pengelolaan
sampah di Kota Lhokseumawe. Tabel berikut ini dapat menggambarkan bagaimana
ketersediaan sarana dan prasarana persampahan.
Tabel 3. 19
Sarana dan prasarana sampah di Kota Lhokseumawe
No Kecamatan Sarana dan Prasarana Vol / Unit
Jumlah TPS/Drum 2,250
Jumlah TPS/Bak 29
Jumlah TPS/Gerobak Sampah 8
1 Banda Sakti
Jumlah TPS/Container 13
Mobil Kijang Pick Up 5
Truck 8
Jumlah TPS/Drum 950
Jumlah TPS/Bak 11
2 Muara Satu Jumlah TPS/Gerobak Sampah 2
Jumlah TPS/Container 1
Truck 3
Jumlah TPS/Drum 250
Jumlah TPS/Bak 5
3 Muara Dua Jumlah TPS/Gerobak Sampah 2
Jumlah TPS/Container 1
Truck 3
Jumlah TPS/Drum 250
Jumlah TPS/Bak 4
4 Blang Mangat Jumlah TPS/Gerobak Sampah 2
Jumlah TPS/Container 1
Truck 3
Sumber : BLHK Kota Lhokseumawe, 2010
III - 73
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3. 20
Sarana Lainnya Dalam Persampahan
3.9.6. Permasalahan
1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang. Hal ini jelas
terlihat dari tingkat pencemaran saluran drainase yang dipenuhi oleh sampah.
III - 74
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
2. Sarana dan prasarana sampah belum mampu menjawab kebutuhan akan pelayanan
persampahan yang baik. Lokasi TPA misalnya, bila masih menggunakan model
pengelolaan sampah hanya dengan menggunakan metode open damping saja, maka
dalam waktu yang tidak begitu lama, pemerintah harus mencari lokasi baru atau
melakukan perluasan lokasi TPA. Artinya life time penggoperasian TPA tidak
begitu lama.
Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual
kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut. Kelompok masyarakat
yang berhubungan dengan kegiatan persampahan umumnya
III - 75
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Dinas yang terkait dengan pengelolaan drainase adalah Dinas Pekerjaan Umum
dan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan.
Sarana drainase yang ada di Kota Lhokseumawe lebih banyak mengikuti pola
dan drainase jalan, khususnya di kawasan pusat kota. Kontruksi saluran dibuat
III - 76
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
dari pasangan bata dan beton, sedangkan dibagian pinggiran lebih banyak dalam
bentuk saluran tanah.
Menurut survey yang pernah dilakukan, terdapat sekitar 106 km saluran drainase
di Kota Lhokseumawe, 37,2 km diantaranya adalah saluran primer dan
sekunder, 69,1 km berupa saluran tersier, sebagian besar saluran sudah
berdinding pasangan/beton dengan variasi kondisi. Sebagian besar saluran
primer merupakan saluran buatan, karena tidak ada sungai yang mengalir di
Kota Lhokseumawe.
Kondisi drainase saat ini, masih menggunakan sistem gravitasi dan pompa,
dimana pada kondisi pasang, kelebihan air hujan dibuang dengan menggunakan
pompa. Terdapat 3 sistem pompa masing-masing ada di 3 stasiun pompa (Tando
1, Tando 2 dan Tando 3). Tetapi mulai tahun 2011 sistem pompa akan
ditiadakan dengan telah dibangunnya reservoir seluas 60 Ha yang akan mampu
menampung banjir akibat hujan.
Secara keseluruhan dapat kita katakan bahwa masyarakat kurang peduli terhadap
pengelolaan drainase lingkungan. Perilaku masyarakat yang dapat kita amati di
wilayah Kota Lhokseumawe adalah masyarakat masih menggunakan drainase
sebagai saluran pembuangan sampah. Akibatnya selalu terjadi penyumbatan
saluran drainase lingkungan. Kecenderungan yang lainnya adalah sering kali
badan drainase digunakan sebagai tempat usaha masyarakat.
3.10.6. Permasalahan
Permasalahan yang sering dihadapi adalah terjadinya genangan pada saat musim
hujan. Data banjir dan genangan di Kota Lhokseumawe dapat disajikan dalam
tabel berikut ini :
III - 77
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3. 21
Lokasi Genangan di Kota Lhokseumawe
Besaran Genangan
Frekuensi
No Lokasi Genangan Luas Tinggi Lama Kejadian
(ha) (cm) (jam)
Gampong Kota
1 23 50 3 Setiap Hujan
Lhokseumawe
Gampong Keude Aceh dan
2 20 50 3 Setiap Hujan
Simpang Empat
3 Gampong Lancang Garam 40 50 5 Setiap Hujan
Gampong Teumpok Teungoh
4 61 50 3 Setiap Hujan
dan Ujung Blang
Gampong Kampung Jawa
5 26 50 5 Setiap Hujan
dan Hagu Selatan
6 Gampong Hagu Teungoh 33 50 12 Setiap Hujan
Banjir Kiriman &
7 Gampong Asan Kareung 25 50 48
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
8 Gampong Mane Kareung 19 50 48
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
9 Gampong Rayeuk Kareung 21 80 48
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
10 Gampong Blang Punteut 28 100 60
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
11 Gampong Mns.Punteut 16 50 48
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
12 Gampong Kd.Punteut 7 50 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
13 Gampong Baloy 17 50 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
14 Gampong Blang Teu 15 50 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
15 Gampong Tunong 9 50 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
16 Gampong Ujung Pacu 5 60 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
17 Gampong Cot Trieng 40 50 48
Saat Pasang
III - 78
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Gambar 3.1
Peta Jaringan Drainase Kota Lhokseumawe
III - 79
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Dari data yang tersedia, dapat kita ketahui bahwa pelayanan air bersih dari
PDAM di Kota Lhokseumawe hanya mencakup 25% saja dari total penduduk Kota
Lhokseumawe. Artinya ada 75% masyarakat lainnya yang belum terjangkau pelayanan
PDAM. Tingkat pelayanan yang tentunya cukup rendah. Pemerintah tentunya harus
melakukan terobosan yang inovatif untuk terpenuhinya kebutuhan air bersih
masyarakat.
Cakupan pelayanan PDAM di kota Lhokseumawe dapat kita lihat dari tabel
berikut ini :
Tabel 3.22
Tingkat Pelayanan PDAM Kota Lhokseumawe
III - 80
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Pipa transmisi yang digunakan oleh PDAM ada dua jenis, yaitu jenis PVC dan
ACP. Secara umum pipa yang paling banyak adalah pipa PVC dengan berbagai macam
ukuran (diameter). Untuk jenis pipa ini penggunaannya dalam sistem jaringan air bersih
bahkan telah mencapai 53.480 meter. Sedangkan pipa ACP penggunaannya hanya
sepanjang 2.000 meter dan pipa ini telah terpasang sejak tahun 90-an.
Tabel 3.23
Pipa Transmisi Air Baku PDAM
3.11.5. Permasalahan
Permasalahan umum yang dihadapi oleh instansi penyedia air adalah tingkat
kehilangan air. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor misalnya kebocoran jaringan
pipa. Hal ini didukung juga dengan adanya berbagai macam pekerjaan pembangunan
yang dampaknya secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan kerusakan
jaringan pipa PDAM, seperti pembangunan jalan dua jalur dan penggalian berbagai
macam kabel bawah tanah. Faktor lainnya yang terjadi adalah kesalahan pembacaan
meter air dan terjadinya pencurian air.
III - 81
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.24-
Tingkat Kehilangan Air PDAM
Tahun
No Unit Pelayanan
2006 2007 2008 2009 2010
1 Cabang Lhokseumawe 43,6 46,5 45 42,3 42,3
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010
III - 82
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.25
Identifikasi Permasalahan Teknik
N Indikator Indikasi
Indikasi Akar Masalah Action Plan
o Teknik Permasalahan
1 Sumber air baku Kualitas air baku Kondisi turbiditi air baku rata-rata Diperlukan bangunan
dari WTP tidak baik berkisar 700 NTU, dan pada saat prasedimentasi untuk
Krueng Pase musim hujan bisa mencapai 3.000 menurunkan turbiditi
NTU atau lebih air baku
Produksi air Kemampuan pengolahan instalasi
tidak optimal dari desain maksimal turbiditi 500
NTU
Tingginya turbiditi air baku
mengakibatkan produksi terganggu
dan tidak optimal sehingga
pendistribusian air ke pelanggan
terganggu
2 Suplai/ Belum Kondisi pipa jaringan yang Diperlukan
pendistribusian meratanya terpasang rata-rata berumur diatas pemasangan pipa
air tekanan air 10 tahun baru dengan ukuran
yang sesuai
Diameter pipa terpasang tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan saat
ini
Masyarakat tidak Tidak tersedianya jaringan pipa Diperlukan
dapat menikmati distribusi primer, sekunder dan pemasangan jaringan
layanan air retikulasi perpipaan untuk
bersih dari wilayah tersebut
PDAM
3 Masih minimnya Biaya produksi Biaya produksi air lebih besar dari Perlu dilakukan
tingkat air lebih besar biaya penjualan air review tarif penjualan
pelayanan dari biaya air minimal full cost
kepada penjualan air recovery
pelanggan
III - 83
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis. Limbah klinis berasal dari pelayanan
medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang
dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian.
Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan
dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio
aktif dan limbah plastik
i. Limbah Benda Tajam. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki
sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan
gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radio aktif
j. Limbah Infeksius. Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien
yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan
ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah
mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang
terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan,
limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ).
k. Limbah Jaringan Tubuh. Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ,
anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan
dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan
hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.
III - 84
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
n. Limbah Kimia. Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan
medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga
meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
o. Limbah Radio Aktif. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan
radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal
limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan
bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.
p. Limbah Plastik. Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik,
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable
yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
f. Penampungan. Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak
mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan
tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan
perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong
yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang
biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik
untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk
limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”.
III - 85
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.26
Penanganan Limbah Medis di Kota Lhokseumawe
Pada tahun 2009 jumlah sekolah yang ada di Kota Lhokseumawe terdapat 43
sekolah untuk pendidikan pra sekolah (TK), Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta
III - 86
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
sebanyak 58 sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) baik negeri ataupun swasta
sebanyak 33 sekolah dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 25 sekolah (negeri
dan swasta). Dari hasil survei diketahui bahwa :
a. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di Kota Lhokseumawe sudah ada toilet
guru dan murid.
b. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di empat kecamatan di Kota
Lhokseumawe belum terpisah antara toilet guru (laki-laki dan perempuan) dan
murid (laki-laki dan perempuan).
c. Ratio jumlah toilet tidak berimbang dengan jumlah murid yang ada di sekolah
tersebut.
d. Sumber air tersedia cukup baik yang bersumber dari PDAM dan sebagian besar
menggunakan sumur gali. Sedangkan untuk SMPN 6 Lhokseumawe di Batuphat
Timur air tawar diperoleh dengan membeli per jerigen.
g. Umumnya sekolah telah memiliki anggaran untuk pengadaan air bersih, sanitasi dan
higiene namun dirasakan masih adanya kekurangan.
h. Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah belum ada upaya untuk diadakannya
pemilahan dan pengolahan lanjutan dari sampah.
i. Air limbah/kotor dari toilet di buang ke dalam septic tank dan air dari kamar mandi
dibuang ke saluran drainase.
k. Khusus untuk sanitasi di Dayah atau Pesantran, secara umum dari 34 Dayah yang
ada di wilayah Kota Lhokseumawe, kondisi sanitasinya masih sangat buruk. Dan ini
butuh perhatian dari kita semua.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh
untuk menghasilkan kemandirian baik pada masyarakat maupun keluarga artinya
III - 87
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.27
Kegiatan Promosi Kesehatan Program PHBS Tahun 2009
Total Rp 957,045,000
Sumber : Dinas Kesehatan tahun 2010
III - 88
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
III - 89
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
TABEL III . 28
RINGKASAN TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN KOTA LHOKSEUMAWE
PERIODE 2006 - 2010
1 PENDAPATAN 266,798,051,623 305,363,895,225 19.6 358,124,093,624 365,364,600,791 6.0 396,412,389,700 387,364,219,427 (2.2) 424,283,141,107 378,805,125,027 (99.9) 373,000,227,409 256,051,232
A Pendapatan Asli Daerah 15,542,692,042 19,012,089,077 6.2 20,355,898,777 21,093,748,566 5.8 25,404,571,421 20,604,686,381 5.3 25,658,318,385 14,212,385,947 3.8 26,080,980,000 256,051,232
a. Hasil Pajak Daerah 10,784,360,626 11,645,356,057 61.3 13,319,663,371 14,149,458,908 67.1 14,878,245,940 13,173,347,226 63.9 14,040,643,385 12,079,457,655 85.0 14,215,130,000 111,048,482
b. Hasil Retribusi Daerah 761,725,000 1,072,203,965 5.6 1,596,872,590 1,405,616,365 6.7 2,228,996,050 2,178,729,500 10.6 2,489,675,000 2,132,928,292 15.0 3,783,350,000 145,002,750
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan - - 386,024,410 267,154,063 1.3 2,240,000,000 373,496,344 1.8 2,540,000,000 - 0.0 2,540,000,000 -
d. Bagi Laba Usaha Daerah 50,000,000 118,870,548 0.6 - - - - - 0.0 0.0 -
f. Lain-lain PAD yang sah 3,946,606,416 6,175,658,507 32.5 5,053,338,406 5,271,519,230 25.0 6,057,329,431 4,879,113,311 23.7 6,588,000,000 0.0 5,542,500,000
B Dana Perimbangan 248,506,359,581 282,441,088,655 92.5 337,768,194,847 344,270,852,225 94.2 348,205,492,687 345,046,417,664 89.1 381,898,298,138 350,114,528,634 92.4 332,076,427,754 -
a. Dana Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak 51,397,515,045 65,421,758,597 23.2 84,016,198,873 92,364,728,893 26.8 83,687,065,687 80,527,990,664 23.3 99,077,112,138 67,293,342,634 19.2 58,884,567,754
b. Dana Alokasi Umum 168,470,000,000 168,470,000,000 59.6 211,310,000,000 211,310,000,000 61.4 233,315,427,000 233,315,427,000 67.6 248,522,186,000 248,522,186,000 71.0 253,964,760,000
c. Dana Alokasi Khusus 18,890,000,000 18,890,000,000 6.7 25,703,000,000 24,414,700,000 7.1 31,203,000,000 31,203,000,000 9.0 34,299,000,000 34,299,000,000 9.8 19,227,100,000
d. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Prov. 9,748,844,536 29,659,330,058 10.5 16,738,995,974 16,181,423,332 4.7 -
C Lain-lain Pendapatan Yang Sah 2,749,000,000 3,910,717,493 1.3 - - 22,802,325,592 21,713,115,382 5.6 16,726,524,584 14,478,210,446 3.8 14,842,819,655
III - 90
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Dari tabel diatas terlihat bahwa trend nominal pendapatan Kota Lhokseumawe
mengalami kenaikan selama 3 tahun terakhir yaitu selama tahun 2006 sampai dengan
2009, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan yang drastis dibandingkan dengan
tahun 2009, hal ini terjadi disebabkan berkurangnya Dana Perimbangan dari pusat.
TABEL 3 . 29
TOTAL BELANJA KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2006 s/d 2010
2006 2007 2008 2009 2010
No URAIAN
Rp. ( %) Rp. ( %) Rp. ( %) Rp. ( %) Rp. ( %)
BELANJA TIDAK
1 122,070,296,112 36.02 199,756,568,214 42.94 232,725,158,060 49.05 258,277,127,702 55.02 246,362,829,231 65.86
LANGSUNG
a. Belanja Pegawai 68,013,130,276 20.07 144,866,627,069 31.14 169,811,379,560 35.79 188,944,872,702 40.25 196,615,658,831 52.56
b. Belanja Bunga - - - - - - - - -
c. Belanja Subsidi - - - - - - - - -
d. Belanja Hibah 8,671,433,000 2.56 - - 9,431,631,500 1.99 24,369,600,000 5.19 16,743,720,400 4.48
e. Belanja Bantuan Sosial 27,552,277,800 8.13 46,439,941,145 9.98 45,236,947,000 9.53 43,962,655,000 9.37 26,445,850,000 7.07
f. Belanja Bagi Hasil kepada
Prov/Kab./Desa 7,260,444,536 2.14 - - - - - - - -
g. Belanja Bantuan Keuangan 8,573,010,500 2.53 6,950,000,000 1.49 7,245,200,000 1.53 - - 6,057,600,000 1.62
h. Belanja Tidak Terduga 2,000,000,000 0.59 1,500,000,000 0.32 1,000,000,000 0.21 1,000,000,000 0.21 500,000,000 0.13
2 BELANJA LANGSUNG 216,783,050,511 63.98 265,391,451,791 57.06 241,710,006,270 50.95 211,143,060,731 44.98 127,734,445,442 34.14
a. Belanja Pegawai 59,918,067,771 17.68 46,764,026,366 10.05 44,072,193,931 9.29 40,007,661,845 8.52 31,603,068,085 8.45
b. Barang dan Jasa 75,743,982,659 22.35 70,196,989,424 15.09 82,078,369,079 17.30 88,805,913,583 18.92 54,706,720,343 14.62
c. Belanja Modal 81,121,000,081 23.94 148,430,436,001 31.91 115,559,443,260 24.36 82,329,485,303 17.54 41,424,657,014 11.07
III - 91
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total belanja Kota Lhokseumawe dari
tahun 2006 sampai dengan 2010 sangat berfluktuasi. Pada tahun 2006 total belanja
daerah sebesar Rp.338.853.346.623,- dengan pengalokasian untuk belanja tidak
langsung sebesar Rp.122.070.296.112,- atau 36,02% dan untuk belanja langsung
sebesar Rp.216.783.050.511,- atau sebesar 63,98%. Pada tahun 2007 total belanja Kota
Lhokseumawe sebesar Rp.465.148.020.005,- dengan pengalokasian untuk belanja tidak
langsung 42,94% atau sebesar Rp.199.756.568.214,- dan untuk belanja langsung
sebesar Rp.265.391.451.791,- atau 57,06%. Kondisi dua tahun tersebut (2006 dan 2007)
menunjukkan bahwa persentase pengalokasian total belanja lebih didominasi
pengalokasiannya untuk belanja langsung.
Pada tahun 2008 total belanja Kota Lhokseumawe yang mencapai jumlah
sebesar Rp.474.435.164.330,- dan merupakan total belanja tertinggi selama lima tahun
terakhir, pengalokasian untuk belanja tidak langsung dan belanja langsung hampir
mendekati angka keseimbangan. Jumlah belanja tidak langsung pada tahun tersebut
sebesar Rp.232.725.158.060,- atau 49,05% dan jumlah belanja langsung sebesar
Rp.241.710.006.270,- atau 50,95%.
Pada tahun 2010 total belanja Kota Lhokseumawe turun sebesar Rp.95.322.913.760,-
dari tahun 2009. Total belanja belanja pada tahun ini sebesar Rp.374.097.274.673 dan
pengalokasiannya sangat didominasi oleh belanja tidak langsung yaitu 65,86% atau
sebesar Rp.246.362.829.231,- sedangkan belanja langsung hanya sebesar
Rp.127.734.445.442,- atau 34,14%.
III - 92
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
dengan masalah sanitasi adalah Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Badan
Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Dari tiga dinas terkait tersebut kemudian dilakukan
penelusuran terhadap program dan kegiatan apa saja yang berkaitan dengan sanitasi.
Data mengenai berbagai program dan kegiatan SKPD yang berkaitan dengan
sanitasi tergambarkan dalam tabel berikut ini:
III - 93
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.30
Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2007
III - 94
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.31
Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2008
NO SKPD PROGRAM DAN KEGIATAN DANA
III - 95
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.32
Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2009
NO SKPD PROGRAM DAN KEGIATAN DANA
III - 96
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.33
Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2010
NO SKPD PROGRAM DAN KEGIATAN DANA
1 DINAS KESEHATAN Program : PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT
Kegiatan : 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat 9,000,000
Program : PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Kegiatan : 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk 112,820,000
III - 97
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.34
Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
di Kota Lhokseumawe
III - 98
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.35
Kontribusi Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan
Terhadap Keseluruhan Retribusi di Kota Lhokseumawe
Realisasi Total
Realisasi Retribusi
Tahun Retribusi Kota Persentase
Persampahan
Lhokseumawe
2006 43,000,000 1,283,297,960 3.35
2007 43,236,000 1,405,616,865 3.08
2008 105,622,000 2,178,729,500 4.85
2009 134,630,000 2,132,928,292 6.31
2010 12,720,000 145,002,750 8.77
Sumber : Realisasi DPKAD 2006 s/d 2010 (data diolah)
Dari pemasukan retribusi ini terhadap total penerimaan retribusi setiap tahunnya
di Pemerintah Kota Lhokseumawe, jelas terlihat bahwa memberikan kontribusi yang
cukup berarti pemasukan Pendapatan Asli Daerah. Pada tahun 2006 retribusi ini
memberikan kontribusi sebesar 3.35% dari total jumlah retribusi sejumlha Rp
1.283.297.960,-. Namun pada tahun 2007 terjadi penurunan kontribusi terjadi total
retribusi menjadi 3.08 %. Pada tahun 2008 dan 2009 kecenderungan yang terjadi adalah
terjadinya peningkatan kontribusi Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan
terhadap total Retribusi Kota Lhokseumawe. Tahun 2008 kontribusi yang diberikan
adalah 4.85% dan tahun 2009 terjadi peningkatan kontribusi yang mencapau angka
6.31% dari total retribusi yang mencapai angka Rp 2.132.928.292,-. Tentunya dengan
data tersebut dapat kita pahami adalah bahwa Retribusi Pelayanan Persampahan /
Kebersihan dapat dikembangkan atau digali lebih mendalam guna menunjang
pencapaian PAD yang lebih baik. Masih banyak potensi yang dapat menjadi sumber
pemasukan kas daerah, apabila pihak-pihak terkait mampu melakukan analisa lebih
III - 99
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan
Tabel 3.36
Besaran Pendanaan Sanitasi di Kota Lhokseumawe
III - 100