Anda di halaman 1dari 100

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

BAB III

PROFIL SANITASI KABUPATEN PASURUAN

3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Pemerintah daerah semakin realistis menghadapi problem


sanitasi yang buruk. Kebijakan perbaikan sanitasi mengarah pada
penyelesaian akar persoalan sanitasi. Yakni, menuju pada usaha-
usaha perubahan perilaku sanitasi buruk masyarakat. Kebijakan
daerah di Jawa Timur, terutama kabupaten, fokus pada upaya-upaya
peningkatan permintaan sanitasi sehat. Hingga 2009, seluruh
kabupaten telah menjalankan kegiatan dan kebijakan guna
meningkatkan kesadaran serta kebutuhan masyarakat akan sanitasi
sehat. Meski substansinya sama, setiap daerah memiliki keunikan
tersendiri dalam menjalankan upaya tersebut.
3.1.1. Kesehatan Lingkungan

Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya


kesadaran individu dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS). Untuk mencapai tujuan tersebut, dijabarkan dalam
sasaran untuk meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat dengan indicator rumah tangga sehat, institusi
kesehatan yang berperilaku sehat, institusi pendidikan yang sehat,
tempat kerja yang sehat, tempat-tempat umum yang sehat, posyandu
purnama dan mandiri serta meningkatkan kemandirian masyarakat
sebagai peserta jaminan pemeliharaan masyarakat.

III - 1
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Kondisi kesehatan lingkungan KABUPATEN PASURUAN dapat


dilihat dari beberapa data berkaitan dengan kesehatan lingkungan
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Banyaknya Penderita Penyakit Tertentu Menurut Kecamatan dan
Jenis Penyakit di KABUPATEN PASURUAN Tahun 2010

III - 2
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

No. KECAMATAN PRAMBUSIA


DIARE KECACINGAN FILARIASIS DHF MALARIA TB PARU KUSTA KULIT PES ISPA
(PATEK)

1. Purwodadi 1159 1 1 8 0 38 3 0 0 0 0

2. Tutur 329 2 0 1 0 4 0 0 0 0 0

3. Puspo 1072 0 0 9 0 7 2 0 0 0 8

4. Tosari 215 1 1 0 0 0 0 0 0 0 19

5. Lumbang 891 2 0 2 1 19 6 0 0 0 2

6. Pasrepan 369 3 0 6 16 30 30 0 0 0 8

7. Kejayan 2879 0 0 35 0 81 24 0 0 0 142

8. Wonorejo 1611 0 0 16 60 8 8 0 0 0 162

9. Purwosari 5598 4 1 22 1 75 3 0 0 0 79

10. Prigen 1958 1 0 33 0 39 6 0 0 0 0

11. Sukorejo 1110 0 0 49 0 68 3 0 0 0 58

12. Pandaan 6040 0 0 53 0 86 2 0 0 0 25

13. Gempol 3242 0 2 23 0 128 14 0 0 0 44

14. Beji 1658 0 0 22 0 54 10 0 0 0 186

III - 3
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

15. Bangil 3226 6 68 0 100 7 0 0 0 0 137

16. Rembang 2451 0 0 8 69 19 0 0 0 0 36

17. Kraton 3991 20 1 17 0 81 23 0 0 0 333

18. Pohjentrek 989 0 0 12 0 17 1 0 0 0 67

19. Gondangwetan 877 3 0 31 0 68 11 0 0 0 0

20. Rejoso 852 1 0 39 0 37 14 0 0 0 0

21. Winongan 937 1 01 16 2 74 45 0 0 0 5

22. Grati
3315 7 1 77 1 78 54 0 0 0 225

23. Lekok 533 0 1 17 0 84 30 0 0 0 10

24. Nguling 672 0 0 9 0 38 56 0 0 0 64

Sumber data : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan, Profil Kesehatan Tahun 2010

III - 4
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.1.2 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat

Kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan pada


umumnya masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan melalui
berbagai upaya program yang sesuai. Kesehatan masyarakat terkait
erat dengan kondisi kesehatan lingkungan serta perilaku sehat dari
penghuni di dalam lingkungan tersebut. Kondisi lingkungan ini terkait
dengan lingkungan hunian yang sebagian wilayah adalah lokasi yang
rawan banjir/genangan dan terbatasnya jangkauan pelayanan fasilitas
kesehatan.
Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya
kesadaran individu dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan dalam
sasaran meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat, institusi kesehatan
yang berperilaku sehat , institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja
yang sehat, tempat-tempat umum yang sehat, posyandu purnama dan
mandiri serta meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai peserta
jaminan pemeliharaan kesehatan.
Berdasarkan data hasil Pelaksanaan Survei Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di Kabupaten
Pasuruan, kemudian dianalisis dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :

III - 5
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.2
Data Jamban yang ada di Wilayah Kabupaten Pasuruan Tahun 2010
JAMBAN

No. KECAMATAN JAMBAN PRIBADI JAMBAN UMUM

CEMPLUNG L.ANGSA L.A + LAIN-LAIN CEMPLUNG L.ANGSA L.A + LAIN-LAIN

1. Purwodadi 0 7477 0 0 0 0 0 0

2. Tutur 2169 2474 1468 0 0 0 166 0

3. Puspo 1755 0 375 0 0 0 0 0

4. Tosari 149 0 1495 0 0 0 0 0

5. Lumbang 3706 1097 0 0 0 22 0 0

6. Pasrepan 1675 1505 0 0 26 23 0 0

7. Kejayan 974 887 1661 0 0 0 0 0

8. Wonorejo 2553 3714 107 0 0 0 0 0

9. Purwosari 1230 0 8953 0 0 0 0 0

10. Prigen 1667 5822 6322 0 0 0 0 31

11. Sukorejo 63 84 14873 0 0 0 0 0

12. Pandaan 0 0 8247 0 0 0 0 0

13. Gempol 285 98 13187 0 0 0 0 0

III - 6
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

14. Beji 29 1472 8626 0 0 0 0 0

15. Bangil 793 2789 6876 0 0 0 16 0

16. Rembang 3281 4 0 0 0 0 0 0

17. Kraton 115 100 3338 0 0 0 30 0

18. Pohjentrek 0 0 2651 0 0 0 0 0

19. Gondangwetan 0 476 2651 12 0 2 0 0

20. Rejoso 221 498 1250 0 0 0 11 0

21. Winongan 0 0 1756 0 0 0 0 0

22. Grati 3211 2757 4482 59 0 6 4 0

23. Lekok 1609 1340 1720 0 0 1 9 0

24. Nguling 520 3180 11 0 0 10 10 0

Sumber : Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Tahun 2010

III - 7
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.3
Data jamban yang ada di sarana pendidikan, tempat-tempat umum dan rumah di wilayah Kabupaten
Pasuruan :
SARANA PENDIDIKAN TTU RUMAH

SD SMP SMA/SMK
No. Kecamatan YG
YG YG YG YG YG
YG YG YG YG YG YG YG YG YG DIPERI
ADA DIPERIKSA SEHAT ADA SEHAT
ADA DIPERIKSA SEHAT ADA DIPERIKSA SEHAT ADA DIPERIKSA SEHAT KSA

1. Purwodadi 40 40 40 8 6 6 3 2 2 25 13 13 17209 5530 5170

2. Tutur 31 31 31 7 7 5 3 3 1 18 15 13 13587 4513 2404

3. Puspo 19 2 2 2 1 1 1 1 1 5 4 3 6876 341 193

4. Tosari 16 16 16 3 3 3 1 1 1 3 29 28 3874 1300 1245

5. Lumbang 27 0 0 3 0 0 0 0 0 7 0 0 9938 727 270

6. Pasrepan 3 3 3 0 0 0 0 0 0 54 28 22 12605 672 482

7. Kejayan 37 14 8 1 0 0 0 0 0 27 17 12 14341 1773 1021

8. Wonorejo 25 25 25 2 2 2 4 1 0 31 20 17 15203 5712 3830

9. Purwosari 38 38 38 5 5 5 6 6 5 44 32 32 18613 5564 3862

10. Prigen 31 20 20 9 8 8 4 3 3 60 12 10 19723 6724 6505

11. Sukorejo 38 38 38 5 5 5 5 5 5 48 37 34 21752 1974 1860

12. Pandaan 43 5 4 8 0 0 9 0 0 48 25 19 23898 7303 5727

13. Gempol 35 35 34 7 6 6 7 4 4 42 32 29 26248 9081 8655

14. Beji 30 30 3 8 8 2 3 3 1 53 40 35 16544 5196 4940

III - 8
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

15. Bangil 35 28 21 11 8 2 4 0 0 82 46 38 15587 2592 2068

16. Rembang 27 0 0 2 0 0 2 0 0 42 19 16 16299 1299 909

17. Kraton 29 21 21 5 1 1 0 0 0 53 46 43 16249 2688 1753

18. Pohjentrek 18 18 18 2 2 2 0 0 0 11 9 8 6868 2531 1110

19. Gondangwetan 23 18 18 4 0 0 1 1 1 37 25 23 10104 3450 2970

20. Rejoso 25 22 22 3 3 3 0 0 0 25 21 19 11402 1208 1088

21. Winongan 23 18 16 2 2 2 1 1 1 18 19 18 9530 1020 444

22. Grati 35 20 17 5 2 2 2 0 0 26 20 16 18181 2559 1226

23. Lekok 30 3 3 3 2 2 0 0 0 33 23 20 16170 350 97

24. Nguling 29 4 3 0 0 0 1 0 0 15 9 7 12488 1162 567

Sumber : Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Tahun 2010

III - 9
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Data kegiatan Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan pada tahun 2009 tergambarkan
pada tabel berikut ini :

Tabel 3.4
Kegiatan Promosi Kesehatan Program PHBS Tahun 2009
No Nama Kegiatan Jumlah
1 Penyuluhan Pola Hidup bersih Sehat Rp 10,400,000
2 Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan Rp 50,500,000
3 Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Rp 16,750,000
4 Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Rp 17,725,000
5 Pelaksanaan Kerjasama Bakti Sosial Kesehatan Rp 795,000,000
dan Promosi Kesehatan
6 Sosialisasi Masalah Kesehatan Rp 20,675,000
7 Advokasi Ke Lintas Sektor Terkait Rp 2,100,000
8 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Rp 24,845,000
Masyarakat
9 Pembinaan dan Penilaian Sekolah PHBS Rp 3,350,000
10 Pengembangan Media Promosi Kesehatan Dan Rp 15,700,000
Informasi Sadar Hidup Sehat

Total Rp 957,045,000
Sumber : Dinas Kesehatan tahun 2010

III - 10
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.1.3 Kuantitas dan Kualitas air

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan penting bagi


kehidupan manusia. Kebutuhan air bersih bagi penduduk Kabupaten
Pasuruan sebagian dipenuhi oleh PDAM, sumur gali, sumur pompa,
sumber mata air dan sungai.

Permasalahan air bersih KABUPATEN PASURUAN ditingkat


masyarakat antara lain :
1. Besarnya angka pertumbuhan penduduk KABUPATEN
PASURUAN mengakibatkan harus mencari alternatif baru
sumber air baku.
2. Beberapa masyarakat di KABUPATEN PASURUAN yang belum
terakses oleh layanan air bersih atau PDAM. Di Kabupaten
Pasuruan hanya separuh (12 dari 24 Kecamatan) yang terlayani
oleh PDAM Kabupaten Pasuruan.
3. Faktor ekonomi masyarakat yang rendah/terbatas menjadi
alasan masyarakat tersebut untuk tidak melakukan
pemasangan jaringan air bersih dari PDAM.
4. Banyak masyarakat berpendapat bahwa kualitas air PDAM
kurang bagus, sehingga masyarakat lebih mengandalkan
sumber sumur dalam untuk memperoleh sumber air bersih
Permasalahan air bersih ditingkat PDAM :
1. Debit air dari suplay PDAM sangat kecil, sehingga tidak
mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat di KABUPATEN
PASURUAN
2. Banyak terjadi kebocoran sehingga kinerja dan usia sistem
distribusi kurang efesien.
3. Meter rusak/tidak berfungsi, pencatatan meter air yang tidak
akurat.
4. Kurangnya jam kerja operasional, hal ini disebabkan oleh
kurangnya tekanan air pada sistem transmisi dan distribusi
5. Kinerja dan umur sistem distribusi kurang efesien.

III - 11
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Pemanfaatan sumber air baku di Kabupaten Pasuruan ditangani


oleh PDAM Kabupaten Pasuruan. Pada saat pembentukan, PDAM
Kabupaten Pasuruan hanya terdiri dari 4 (empat) cabang saja, namun
sekarang sudah menjadi 8 (delapan) cabang dan 4 (unit kerja) yang
meliputi :
1. Cabang Bangil
2. Cabang Prigen
3. Cabang Gempol
4. Cabang Pandaan
5. Cabang Purwosari
6. Cabang Sukorejo
7. Cabang Tutur
8. Cabang Purwodadi
9. Unit Nguling
10. Unit Wonorejo
11. Unit Grati
12. Unit Puspo

Sumber Air yang Dimanfaatkan


Dalam kegiatan operasionalnya, PDAM Kabupaten Pasuruan
menggunakan air baku dari 13 mata air, 3 sumur bor dan 4 IPA.
Sumber-sumber air yang dimanfaatkan adalah sebagai berikut :

A. Mata Air
o Mata Air Umbulan
o Mata Air Gempol/Ringin
o Mata Air Plintahan
o Mata Air Kajar
o Mata Air Alap-Alap
o Mata Air Gubisan
o Mata Air Dawuhan
o Mata Air Kali Biru
o Mata Air Sumber Kambang

III - 12
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

o Mata Air Padas Gempal


o Mata Air Banyu Meneng
o Mata Air Sabrangan
o Mata Air Sono
B. Sumur Bor
o Sumur Bor Grati
o Sumur Bor Wonorejo
o Sumur Bor Nguling
C. IPA
o IPA Plintahan
o IPA Kali Getih
o IPA Kali Gupit
o IPA Sungai Kletak

III - 13
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.5
Data Pelanggan PDAM Kabupaten Pasuruan Tahun 2006 :
RUMAH NIAGA NIAGA NIAGA INDUSTRI INDUSTRI HU /
NO CABANG/UNIT PEMERINTAH SOSIAL JUMLAH
TANGGA KECIL SEDANG BESAR KECIL BESAR KU

1 BANGIL 1567 23 75 8 2 - 4 41 - 1720

2 PRIGEN 2179 9 186 12 2 - 1 10 26 2425

3 GEMPOL 3367 16 94 11 - 16 12 74 5 3595

4 PANDAAN 2177 14 177 11 6 3 1 28 9 2426

5 PURWOSARI 2460 16 69 4 - 2 2 41 53 2647

6 SUKOREJO 836 7 55 7 2 7 2 6 9 931

7 TUTUR 705 6 10 1 - - - 14 2 738

8 TOSARI - - - - - - - - 0

9 NGULING 371 5 10 1 - - - 3 3 393

10 GRATI 447 8 4 - - - - 6 5 470

11 WONOREJO 434 5 13 1 - - - 5 4 462

12 PURWODADI 1412 10 27 3 - - 1 5 33 1491

13 PUSPO 168 3 - - - - - 3 6 180

JUMLAH TOTAL 16123 122 720 59 12 28 23 236 155 17478

Sumber : PDAM Kabupaten Pasuruan, Agustus 2007

III - 14
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.6
Jumlah Penduduk Yang Terlayani PDAM Tahun 2006
RUMAH NIAGA NIAGA NIAGA INDUSTRI INDUSTRI HU /
NO CABANG/UNIT PEMERINTAH SOSIAL JUMLAH
TANGGA KECIL SEDANG BESAR KECIL BESAR KU

1 BANGIL 9402 690 3750 400 100 - 2000 2050 - 18392

2 PRIGEN 13074 270 9300 600 100 - 500 500 5200 29544

3 GEMPOL 20202 480 4700 550 - 8000 6000 3700 1000 44632

4 PANDAAN 13062 420 8850 550 300 1500 500 1400 1800 28382

5 PURWOSARI 14760 480 3450 200 - 1000 1000 2050 10600 33540

6 SUKOREJO 5016 210 2750 350 100 3500 1000 300 1800 15026

7 TUTUR 4230 180 500 50 - - - 700 400 6060

8 NGULING 2226 150 500 50 - - - 150 600 3676

9 GRATI 2682 240 200 - - - - 300 1000 4422

10 WONOREJO 2604 150 650 50 - - - 250 800 4504

11 PURWODADI 8472 300 1350 150 - - 500 250 6600 17622

12 PUSPO 1008 90 - - - - - 150 1200 2448

JUMLAH TOTAL 96738 3660 36000 2950 600 14000 11500 11800 31000 208248

Sumber : PDAM Kabupaten Pasuruan, Agustus 2007, SPAM Tahun 2008

III - 15
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga

Penyebab terbesar terjadinya pencemaran air di Kabupaten


Pasuruan sebagian besar adalah akibat dari buangan limbah domestik
rumah tangga. Selain itu juga disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut :
1. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah
tangga karena dibeberapa wilayah banyak dijumpai sarana
pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar.
2. Kurangnya sarana IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) di
Wilayah Kabupaten Pasuruan.

Pengelolaan persampahan dan air limbah di Wilayah KABUPATEN


PASURUAN dibawah kewenangan Badan Lingkungan Hidup
KABUPATEN PASURUAN.
Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu :
Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system) dan Sistem
Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).
1. Sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) adalah
sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara
individual/komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu
atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan
secara setempat atau di lokasi sumber, seperti : cubluk, tangki
septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil.
2. Sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site system) adalah
sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan
pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL). Sistem ini adalah yang terbaik untuk memecahkan
masalah sanitasi di daerah padat penduduk dalam jangka waktu
lama, tetapi mebutuhkan biaya investasi yang tinggi. Sistem ini
dibangun berdasarkan standar kualitas yang cukup tinggi dan
terdiri atas sambungan rumah, jaringan pipa pengumpul, pipa
pembawa, stasiun pompa dan instalasi pengolahan air limbah

III - 16
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

yang dipusatkan pada satu atau beberapa lokasi saja untuk


melayani permukiman di suatu kota. Sistem ini menganut
metoda self cleansing sehingga membutuhkan kemiringan
saluran yang cukup.
Sistem pengelolaan air limbah di KABUPATEN PASURUAN masih
banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat
(on-site system) baik itu secara individu dan dibeberapa tempat
secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat
yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang
limbahnya langsung ke saluran atau sungai.
Di wilayah Kabupaten Pasuruan perkiraan total produksi air
limbah domestic (rumah tangga) untuk black dan grey water adalah
80% dari jumlah pemakaian air bersih. Sistem pengolahan limbah yang
di gunakan di MCK adalah septiktank, sedangkan pada MCK++ umum
adalah biodegester dan anaerobic system.
Tabel 3.7
Jumlah penduduk yang memanfaatkan layanan MCK, MCK++
umum dan perpipaan air limbah komunal adalah sebagai berikut :
Jumlah
Tahun No. Lokasi Unit
Pemakai (jiwa)

2009 1. Cukur Guling, Kec. Lumbang 2 unit 220


2. Rebalas, Kec. Grati 1 unit 118
3. Karanglo, Kec. Grati 1 unit 106
4. Oro-oro bulu, Kec. Rembang 1 unit 108
5. Kalisat, Rembang 1 unit 112
6. Kedung Banteng, Kec. Rembang 1 unit 100
7. Karang Pandan, Kec. Rejoso 1 unit 116

2010 1. Geneng Waru, Kec. Rembang 1 unit 162


2. Ranuklindungan, Kec. Grati 1 unit 108
3. Randugong, Kec. Kejayan 1 unit 186
4. Sumberanyar, Kec. Nguling 1 unit 152
5. Semare, Kec. Kraton (MCK++) 1 unit 150
6. Bendungan, Kec. Kraton 1 unit 160

III - 17
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

7. Lecari, Kec. Sukorejo 1 unit 80

2011 1. Kemlaten, Kec. Nguling (MCK++) 1 unit 155


2. Jatirejo, Kec. Lekok (MCK++) 1 unit 168
3. Bendomungal, Kec. Bangil (MCK++) 1 unit 156
4. Tambakan, Kec. Bangil (MCK++) 1 unit 160
5. Klampisrejo, Kec. Kraton (Perpipaan 1 unit 430
Air Limbah Komunal)
Sumber : Dinas Cipta Karya

3.1.5 Limbah Padat (sampah)

Sampah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sebab


pada dasarnya sampah merupakan produk yang sebetulnya tidak
dapat diharapkan adanya. Dari keterangan ini maka timbul beberapa
pengertian mengenai sampah antara lain :
 Sampah adalah suatu bahan buangan padat atau semi padat
yang timbul akibat aktifitas manusia atau hewan yang
dibuang karena tidak diinginkan atau dianggap tidak berguna
lagi
 Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan
organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan
harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan
 Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses yang berbentuk padat
Permasalahan persampahan ditingkat masyarakat :
1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih
kurang
2. Prilaku masyarakat KABUPATEN PASURUAN membuang
sampah di sungai atau badan saluran masih banyak terlihat
3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan
masih rendah

III - 18
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

4. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh


layanan persampahan
5. Pada saat ini rumah tangga yang berasal dari permukiman yang
berada diluar jalan protokol belum ditangani secara baik, dan
masih ditangani secara individual.

Permasalahan persampahan ditingkat pemerintah :


1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk data
base persampahan
2. Status lahan TPA yang masih sewa dengan masa akhir
pemakaian Tahun 2010
3. Pada saat ini diperlukan lahan untuk dijadikan TPA karena TPA
yang sudah ada tidak dapat menampung kapasitas sampah
yang semakin hari semakin banyak.
4. Sistem pengolahan sampah di TPA yang ada di Kabupaten
Pasuruan masih menggunakan sisten Open Dumping, daur
ulang dan composting.

Pengelolaan sampah KABUPATEN PASURUAN berada dibawah


kewenangan Badan Lingkungan Hidup. Kegiatan pengelolaan sampah
dimulai dari kegiatan pengumpulan sampah dari sumber sampah,
pemindahan sampah ke TPS yang selanjutnya dilakukan pengangkutan
sampah ketempat pusat pengelolaan sampah. Pada tahap pewadahan
sampai dengan sampah terkumpul di TPS, pengelolaanya melibatkan
masyarakat dan pengelola setempat untuk area komersial. Sedangkan
pengelolaan sampah mulai dari TPS menuju ke TPA menjadi
tanggungjawab sepenuhnya oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan
yaitu Badan Lingkungan Hidup.

Sarana dan Prasarana Pengangkutan Sampah


Pengangkutan sampah yang dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup seksi Kebersihan di Kabupaten Pasuruan merupakan kegiatan
pengangkutan sampah dari TPS menuju ke TPA. Adapun sistem

III - 19
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

pengangkutan yang dilakukan yaitu menggunakan sistem HCS (Hauled


Caontainer System) dimana pada saat datang ke lokasi penampungan
sampah sementara (TPS), truk pengangkut sampah membawa
bak/container kosong yang kemudian akan diletakkan/ditinggal
dilokasi TPS untuk menggantikan bak/container sampah yang sudah
penuh. Bak/container yang telah penuh diangkut truk sampah (dump
truck/arm roll truck) menuju ke TPA Kenep.

Tabel 3.8
Jenis dan Spesifikasi Kendaraan Pengangkutan Sampah
di Wilayah KABUPATEN PASURUAN :
Jumlah
Jenis Kapasitas Kondisi
(unit)
Arm roll truck 27 Baik
Container 5 m³ 43 Baik
6 m³ dan 8 m³ 48 19 unit dalam kondisi
rusak, 29 unit dalam
kondisi baik
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010

Sumber-Sumber Sampah KABUPATEN PASURUAN


Sumber-sumber sampah di KABUPATEN PASURUAN antara lain
berasal dari :
1. Sampah Permukiman
Sampah ini berasal dari rumah tangga perkampungan maupun
permukiman jalan protokol. Sampah ini berasal dari aktivitas
dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah
tangga lain.
2. Sampah Pasar Tradisional
Merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan
pembungkus maupun sisa bahan-bahan yang diperjualbelikan

III - 20
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Kebanyakan merupakan sisa


sayur-mayur dan buah-buahan.
3. Sampah Pasar Modern
Sumber sampah pasar modem ini berasal dari pertokoan atau
daerah perdagangan dan daerah pertokoan lain. Sampah dari
kawasan ini biasanya berupa sampah kertas plastik pembungkus
atau sisa bahan yang dijual. Pada umumnya bersifat tidak
mudah membusuk, atau membutuhkan waktu yang relatif lama.
4. Sampah Hotel dan Penginapan
Sumber sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau
penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah
kertas, makanan. sampah dapur dan lain-lain.
5. Sampah Rumah Sakit
Merupakan sampah yang berasal dari aktifitas rumah sakit baik
ternasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium.
Biasanya sampah yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non
B3.
6. Sampah Industri
Sampah jenis ini berasal dari sisa-sisa aktifitas pemrosesan di
industri. Sampah dari kawasan ini yang dihasilkan dan dibuang
ke TPA adalah sampah jenis non B3.
7. Sampah Jalan
Merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara
kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain.
Sampah jalan ditangani oleh penyapu jalan baik dalam
pengumpulan maupun pengangkutan.

Sarana Pengolahan
Di TPA Kenep Kecamatan Beji pemisahan sampah dilakukan
secara manual oleh para pemulung yang pada umumnya berasal dari
warga sekitar yang bermukim disekitar wilayah TPA. Sebagian sampah
juga dimanfaatkan sebagai kompos yang dilaksanakan oleh petugas

III - 21
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

TPA dan para ibu-ibu yang berada disekitar lokasi TPA. Adapun
peralatan yang terdapat didalam rumah kompos ini antara lain :
Tabel 3.9
Jenis Peralatan yang ada di Rumah Kompos
Jenis Jumlah Fungsi alat Kondisi
(unit) alat
Memisahkan sampah plastic
Mesin conveyer 1 Baik
dengan sampah orgnanic
Memotong/mencacah sampah
Mesin pencacah 1 daun/sampah organic yang Baik
akan dikompos
Mengangkut sampah yang telah
Gerobak sampah 1 siap dikomposkan dari area Baik
pencacahan kerumah kompos
Mesin pengayak
1 Baik
makanis Memisahkan sampah
Mesin pengayak berdasarkan ukuran partikelnya
4 Baik
konvensional
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010
Terbatasnya lahan yang dipergunakan sebagai area komposting
menjadikan sebagian besar sampah yang masuk ke TPA Kenep ini tetap
masuk ke lahan penimbunan. Sampah yang masuk kelahan
penimbunan akan diratakan dengan menggunakan bulldozer/excavator
yang digunakan secara bergantian (sesuai dengan kebutuhan. Adapun
alat berat yang terdapat di lokasi TPA Kenep antara lain :
Tabel 3.10
Alat berat yang terdapat di TPA Kenep. Beji :
Jumlah Masih beroperasi Status
Jenis Kondisi
(unit) Ya Tidak Kepemilikan
Buldozer 1 √ - Baik Milik BLH
Soft Loader 1 - √ Rusak Milik BLH
Excavator 3 √ - Baik Sewa
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010
Timbulan Sampah

III - 22
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Timbulan sampah adalah sejumlah sampah yang dihasilkan oleh


suatu aktifitas dalam kurun waktu tertentu atau dengan kata lain
banyaknya sampah yang dihasilkan dalam satuan berat (kilogram)
gravimetri atau volume (liter) volumetri (Tchobanoglous, George
et.al.1993)
Perkiraan timbulan sampah diperlukan untuk menentukan
jumlah sampah yang harus dikelola. Kajian terhadap data mengenai
timbulan sampah merupakan langkah awal yang dilakukan dalam
pengelolaan persampahan.
Adapun standart besarnya timbulan sampah (generation)
berdasarkan masing-masing sumbernya dapat dilihat pada tabel 3.11
berikut :
Tabel 3.11
Besarnya Timbulan Sampah berdasarkan sumbernya :
Komponen Sumber Volume
No. Satuan Berat (kg)
Sampah (liter)
1. Rumah permanen /org/hari 0,350-0,400 2,25-2,50
2. Rumah semi permanen /org/hari 0.300-0.350 2,00-2,25
3. Rumah non permanen /org/hari 0,250-0,300 1,75-2,00
4. Kantor /pegewai/hr 0,025-0,100 0,50-0,75
5. Toko/Ruko /petugas/hr 0,150-0,350 2,50-3,00
6. Sekolah /murid/hr 0,010-0,020 0,10-0,15
7. Jalan arteri sekunder /m/hari 0,020-0,100 0,10-0,15
8. Jalan kolektor /m/hari 0,010-0,050 0,10-0,15
9. Jalan lokal /m/hari 0,005-0,025 0,05-0,10
10. Pasar /m²/hari 0,350-0,400 0,20-0,60
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH Kab.Pas 2010

3.1.6 Drainase Lingkungan

Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai


serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal.

III - 23
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima


(interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran
pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air
penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai
bangunan lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air
(aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, kolam tando, dan stasiun pompa.

Dalam rangka pengembangan dan penataan kawasan


permukiman dan peningkatan taraf hidup masyarakat di Kabupaten
Pasuruan, penanganan drainase merupakan salah satu prioritas yang
perlu mendapatkan penanganan. Karena gangguan dan kerugian akan
masalah banjir dan genangan telah mengakibatkan dampak penurunan
kondisi sosial ekonomi masyarakat, kerusakan lingkungan pemukiman
dan sektor-sektor ekonomi yang potensial.

Tabel 3.12
Jumlah Drainase yang ada dengan panjang saluran drainase :
No. Tahun
Lokasi Uraian
Pelaksanaan
1. 2008 a. Kelurahan Gratitunon, Kec. Grati 436 m'
b. Kelurahan Kalirejo, Kec. Bangil 490 m'
c. Desa Penataan, Kec. Winongan 151 m'
d. Desa Wonorejo, Kec. Wonorejo 85 m'
2. 2009 a. Desa Pasrepan, Kec. Pasrepan 993,18 m'
b. Desa Rejoso Lor, Kec. Rejoso 435,40 m'
c. Desa Wonosari,Kec. Gd.Wetan 586,80 m'
d. Desa Sumberejo, Kec. Winongan 196,52 m'
e. Desa Nguling, Kec. Nguling 386,08 m'
f. . Desa Karangkliwon, Kec. Grati 157 m'
g. Desa Sumberanyar, Kec. Nguling 337 m'
h. Desa Kenep Kec. Beji 374 m'
Sumber : Dinas Cipta Karya

Genangan Banjir di Kabupaten Pasuruan

III - 24
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.1.7 Pencemaran Udara

Pencemaran udara di Kabupaten Pasuruan dapat dilihat dari


hasil pengukuran kualitas udara (ambien) di Kabupaten Pasuruan.

3.1.8 Limbah Industri

Saat ini pola perubahan kualitas air dan debit air semakin
menurun pada berbagai sumber di wilayah Kabupaten Pasuruan, hal
ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah adanya
kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama kegiatan
industri besar, industri rumah tangga dan kegiatan pertanian serta
sampah yang ada di wilayah Kabupaten Pasuruan sangat berpengaruh
akan terjadi pencemaran air dimana-mana.

3.1.9 Limbah Medis

Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan


beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun 1999
lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode limbah D 227. Dalam
kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan
limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk
farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan
produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari proses insinerasi.

Jenis limbah medis padat meliputi :


 Limbah Benda Tajam
Contoh : Jarum Suntik, Jarum Infus
 Limbah Patologi
Contoh : Potongan Tubuh / Jaringan dari Kegiatan Operasi
 Limbah Infeksius
Contoh : Botol Infus, Perban, Kasa, Ampul Bekas Tindakan Medis
 Limbah Sitotoksis
Contoh : Botol Obat, Jarum Injeksi Bekas Obat-Obatan yang
Bersifat Infeksius

III - 25
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

 Limbah Farmasi
Contoh : Limbah Bekas Obat-obatan Farmasi
Jenis Limbah Medis Cair meliputi :
 Limbah Cair Infeksius
Limbah Cair yang dihasilkan dari semua kegiatan di Rumah Sakit
khususnya yang dihasilkan dari Ruang Tindakan dan perawatan,
dan Ruang Cucian.
 Limbah Cair yang mengandung bahan Kimia dan Sitotoksis
Limbah cair dari kegiatan Farmasi, Sisa desinfektan dan
Laboratorium

Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan


lingkungan Rumah Sakit antara lain diatur dalam :

a. Permenkes 1204/Menkes/PerXI/2004, mengatur tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

b. Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair


Bagi Kegiatan Rumah Sakit

c. PP 18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang


pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3)

Tabel 3.... :
Timbulan Sampah Medis dari Puskesmas Dalam Wilayah
Kabupaten Pasuruan

Rata – Rata Timbulan Sampah


No Nama Puskesmas
(Kg/Hari)
1 Purwodadi 3–5
2 Nongkojajar 2-3
3 Sumberpitu 0,2 – 0,5
4 Puspo 1 – 1,5
5 Tosari 0,5 – 1
6 Lumbang 0,5 – 1
7 Pasrepan 1 -1,5
8 Kejayan 1 – 1,5

III - 26
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

9 Ambal-ambil 0,5 – 0,8


10 Wonorejo 0,5 – 1
11 Purwosari 2–3
12 Karangrejo 0,2 – 0,5
13 Prigen 1,5 – 2
14 Bulukandang 0,3 – 0,8
15 Sukorejo 1,5 – 2
16 Pandaan 3–4
17 Sebani 0,2 – 0,8
18 Gempol 1,5 – 2
19 Kepulungan 0,5 – 1
20 Beji 2–3
21 Bangil 1,5 – 2
22 Raci 0,5 – 1
23 Rembang 0,5 – 1
24 Kraton 0,5 – 1
25 Ngempit 1,5 – 2
26 Pohjentrek 0,5 – 1,8
27 Gondangwetan 2–3
28 Rejoso 1,5 – 2
29 Winongan 1 – 1,5
30 Grati 4–5
31 Kedawungwetan 0,5 – 1
32 Lekok 2–3
33 Nguling 2,5 – 3
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan 2010

Penanganan Limbah Medis

Menurut Depkes Republik Indonesia berbagai jenis buangan yang


dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana
dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi
pengunjung, masyarakat terutama petugas yang menanganinya disebut
sebagai limbah klinis. Limbah klinis berasal dari pelayanan medis,

III - 27
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah


yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan,
pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang
ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda
tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif
dan limbah plastik

a. Limbah Benda Tajam. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat
yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang
dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik,
perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radio aktif

b. Limbah Infeksius. Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan


dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta
limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi
penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain :
sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai
binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi,
limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan
terkontaminasi ( medical waste ).

c. Limbah Jaringan Tubuh. Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan


tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain
yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh
tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas
khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.

d. Limbah Citotoksik. Limbah citotoksik adalah bahan yang


terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik
selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik.
Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar
dalam incinerator dengan suhu diatas 1.000°C.

III - 28
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

e. Limbah Farmasi. Limbah farmasi berasal dari : obat-obatan


kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch tidak
memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang
terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah
tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil
produksi obat-obatan.

f. Limbah Kimia. Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia


dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan
riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah
citotoksik.

g. Limbah Radio Aktif. Limbah radioaktif adalah bahan yang


terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan
medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari
tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis
yang daapt berupa padat, cair dan gas.

h. Limbah Plastik. Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang


oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain
seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga
pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

Pengelolaan Sampah Medis

Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan


pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan,
yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan.

a. Penimbulan (Pemisahan Dan Pengurangan ). Proses pemilahan dan


reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang
pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran
penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume
dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta
menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan

III - 29
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk


efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

b. Penampungan. Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat


kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau
pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam
pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi
kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang
bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan
lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna
ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong
berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif
dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”.

c. Pengangkutan. Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu


pengangkutan internal dan eksternal. Pengangkutan internal
berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau
ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal
biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label,
dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis


ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal
memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi
petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi
peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer
khusus, harus kuat dan tidak bocor.

d. Pengolahan dan Pembuangan. Metoda yang digunakan untuk


mengolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-
faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan
peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh
terhadap masyarakat.

III - 30
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Secara umum penanganan limbah medis di Kabupaten Pasuruan


di beberapa rumah sakit dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3....
Penanganan Limbah Medis di Kabupaten Pasuruan

Nama Rumah Sakit Jenis Limbah/Sampah Penanganannya Keterangan


RSUD BANGIL a. Limbah Medis Cair - ditampung di septi tank dan bila penuh disedot Limbah Medis Cair = 0,4 L /hari/ bed = 40 L/hari
b. Limbah Padat Infeksius - dibakar di insenerator, seminggu 2x Limbah Padat Infeksius = 3,2 kg /hari/bed = 320 Kg/hari
c. Limbah Radioaktif (radiologi) - diambil pemulung
d. Obat-obast Kadaluarsa - dikubur di TPA
e. Sampah Domestik - diangkut petugas kebersihan
RSI MASYITOH a. Limbah Padat Infeksius - langsung ke TPA tanpa diolah Insenerator tidak berfungsi
b. Limbah Cair Radioaktif - ditampung tanpa diolah, diambil oleh pengumpul Limbah Cair Radioaktif (radiologi) = 20 - 30 L / bulan
c. Limbah Cair Laboratorium - langsung ke IPAL
d. Limbah Domestik - langsung ke IPAL
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan 2010

3.2. Pengelolaan Limbah Cair

Di Kabupaten Pasuruan lingkungan perairannya terutama di


perairan sungai menjadi saluran pembuangan limbah kota menuju
laut, baik itu digunakan oleh pihak industri maupun juga yang
dilakukan oleh rumah tangga. Kebijakan yang telah ditetapkan adalah
meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai
baku mutu lingkungan yang ditetapkan, dengan pertanda
meningkatnya kualitas air sungai, berkurangnya pencemaran air dan
tanah, membaiknya kualitas udara khususnya di kota, dan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya memelihara
sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Limbah perkotaan berasal pada dua kegiatan pokok, yaitu limbah
yang bersumber dari kegiatan industri dan limbah yang berasal dari
kegiatan rumah tangga (limbah domestik).

III - 31
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.2.1 Landasan Hukum/Legal Operasional

Undang-Undang Republik Indonesia :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang


Hygiene.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990


Tentang Pengendalian Pencemaran Air

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999


Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001


Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Keputusan Menteri Republik Indonesia :

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor


35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor


112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

3.2.2 Aspek Institusional

Instansi Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang menangani


masalah Limbah Cair adalah Badan Lingkungan Hidup dan Dinas
Pekerjaan Umum.

3.2.3 Cakupan Pelayanan

3.2.4 Aspek Teknis dan Teknologi

a. Sistem Terpusat/offsite system

b. Sistem setempat/onsite system

3.2.5 Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan


Limbah Cair

III - 32
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Masyarakat mempunyai perannya masing-masing sesuai dengan


tingkat kesadaran akan kesehatan lingkungan dan kemampuan
finansialnya masing-masing. Masyarakat yang telah mampu, umumnya
telah memiliki fasilitas penanganan limbah cair dengan baik. Namun
masyarakat yang belum memiliki kemampuan finansial, penyediaan
sarana ini menjadi sulit bagi mereka. Sehingga dapat kita katakan
dengan kondisi masyarakat dengan berbagai latar belakang yang
dimilikinya, penanganan leimbah ini belum maksimal.

3.2.6 Permasalahan

1. Masih ada pandangan dari masyarakat yang beranggapan bahwa


pengelolaan limbah ini tidak begitu mendesak atau tidak menjadi
perhatian bagi masyarakat. Masyarakat masih menggunakan cara
yang tidak sehat yaitu dengan memanfaatkan badan sungai atau
saluran drainase untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana
pengelolaan limbah cair ini.

2. Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang


tinggi dan juga ketersediaan lahan yang tidak begitu luas bagi
penyediaan SPAL, tentunya sistem SPAL berskala rumah tangga
lebih sulit diterapkan karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Hal
ini tentunya harus menjadi perhatian kita semuanya.

3.3. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat)

3.3.1 Landasan Hukum/Legal Operasional

Undang-Undang Republik Indonesia :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang


persampahan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999


Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

III - 33
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Keputusan Menteri Republik Indonesia :

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17


Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL

3.3.2 Aspek Institusional

Instansi Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang menangani


masalah Persampahan adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH).

3.3.3 Cakupan Pelayanan

Area Pelayanan Sampah

Dari total 24 kecamatan yang terdapat di Kabupaten asuruan


saat ini, cakupan wilayah pelayanan pengelolaan sampah oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan mencakup 14 Kecamatan,
yaitu :

a. Kecamatan Bangil h. Kecamatan Lekok

b. Kecamatan Beji i. Kecamatan Kejayan

c. Kecamatan Gempol j. Kecamatan Rejoso

d. Kecamatan Pandaan k. Kecamatan Gondang Wetan

e. Kecamatan Prigen l. Kecamatan Purwodadi

f. Kecamatan Purwosari m.Kecamatan Rembang

g. Kecamatan Sukorejo n. Kecamatn Wonorejo

Namun dari ke-14 (empat belas) kecamatan tersebut, pelayanan


pengelolaan sampah belum menjangkau seluruh wilayah kecamatan.
Sebagian besar wilayah yang terlayani adalah ibukota kecamatan (IKK),
pusat-pusat kegiatan dan area komersial.

Adapun cakupan wilayah/area yang sampahnya terangkut oleh


kegiatan pengangkutan sampah di Kabupaten Pasuruan yang disajikan
dalam tabel berikut :

III - 34
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.....
Wilayah/ lokasi yang sampahnya terangkut oleh kendaraan Pengangkut Sampah
di Kabupaten Pasuruan
INDUSTRI HOTEL/RUMAH KAWASAN INSTANSI / SEKOLAH PASAR/KAWASAN
PERUMAHAN/KELURAHAN PERDAGANGAN
1. PT. PQ Silica Indonesia 1. Hotel Surya 1. Perum Keboncandi Permai 1. POLRES Pasuruan 1. Plaza Untung
Suropati
Lokasi : Kawasan Pier Lokasi : Tretes-Prigen Lokasi : Keboncandi Gondang Lokasi : Jl. Dr. Soetomo
Rembang Wetan No. 1 Bangil Lokasi : Bangil

2. PT. Meiji Indonesia 2. Hotel Tretes Raya 2. Perum Gondang Legi 2. Rumah Tahanan 2. Plaza Barat
Lokasi : Jl Mojoparon No. 1 Lokasi : Tretes-Prigen Lokasi : Beji Lokasi : Bangil Lokasi : Bangil
Bangil
3. PT. Sorini Towa Berlian Corp 3. RM. Kartika Sari 3. Perum Gempol Citra Asri 3. Rumah Sakit Umum 3. Pasar Ds.
Lokasi : Dsn Cangkring Malang Lokasi : Gempol Lokasi : Gempol Lokasi : Jl. Raya Raci Kejapanan
Beji Bangil Lokasi : Gempol
4. PT. Indofood Cbp Sukses 4. RM. Gempol Asri 4. Perum Asabri 4. RS. Islam Masyitoh 4. Pasar Buah
Makmur Lokasi : Gempol Lokasi : Pandaan Lokasi : Jl. Ahmad Yani Dekopin
Lokasi : Dsn. Cangkring - Bangil Lokasi : Pandaan
Malang Beji
5. PT. Cargill Indonesia 5. RM. Cianjur 5. Desa Duren Sewu 5. Pondok Pesantren YAPI
Lokasi : Dsn. Cangkring Lokasi : Pandaan Lokasi : Pandaan Lokasi : Bangil
Malang Beji
6. PT. Indofood Cbp Sukses 6. Kelurahan Pogar 6. Pondk Pesantren Al
Makmur Lokasi : Bangil Yasini
Lokasi : Jl. Raya Ngerong Lokasi : Wonorejo
Gempol

III - 35
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

7. PT. Heinz ABC Indonesia 7. Kelurahan Kauman 7. SMP Negeri I


Lokasi : Ds. Wonokoyo Beji Lokasi : Bangil Lokasi : Bangil
8. PT. Guntner Indonesia 8. Kelurahan Gempeng 8. SMP Negeri 3
Lokasi : Ds. Wonokoyo Lokasi : Bangil Lokasi : Bangil
9. PT. AGIP Lubrindo Pratama 9. Kelurahan Petung Asri 9. SMK Negeri I
Industri
Lokasi : Pandaan Lokasi : Jl. Tongkol 34
Lokasi : Jl. Raya Legok Gempol Bangil
10. PT. Prima Duta Sejati 10. Kelurahan Pandaan
Lokasi : Gempol Lokasi : Pandaan
11. PT. A. Schulman Plastics 11. Kelurahan Jogosari
Lokasi : Gempol Lokasi : Pandaan
12. PT. Gudang Garam Tbk 12. Kelurahan Purwosari
Lokasi : Gempol Lokasi : Purwosari
13. PT. Coca Cola Bottling 13. Dsn. Cangkring Malang Utara
Indonesia
Lokasi : Beji
Lokasi : Gempol
14. PT. Nestle Indonesia 14. Dsn. Gunung Gangsir
Lokasi Gempol Lokasi : Beji
15. PT. Nestle Indonesia 15. Dsn Wonoayu
Lokasi : Kejayan Lokasi : Gempol
16. PT. Tirta Investama (AQUA) 16. Dsn. Kalitengah
Lokasi : Pandaan Lokasi : Pandaan
17. PT. BEHAESTEK 17. Dsn. Jetak
Lokasi : Pandaan Lokasi : Pandaan
18. PT. Koki Indocan 18. Dsn Sukorejo

III - 36
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Lokasi : Pandaan Lokasi : Pandaan


19. PT. Karyadibya Mahardika 19. Dsn Sangarejo
Lokasi : Pandaan Lokasi : Pandaan
20. PT. Widatra Bhakti 20. Dsn Karang Kepuh
Lokasi : Pandaan Lokasi : Pandaan
21. PT. HM Sampoerna Tbk 21. Dsn. Candiwates
Lokasi : Sukorejo Lokasi : Prigen
22. PT. Eka Timur Raya 22. Gang Dalia
Lokasi : Purwodadi Lokasi : Prigen
23. PT. DESTEX
Lokasi : Purwodadi
24. PT. Gema Ista Raya
Lokasi : Kejayan
25. PT. Philips Seafood Indonesia
Lokasi : Rejoso
26. PT. Tirta Investama (TIV)
Lokasi : Kebon Candi _
Gondang Wetan
27. PT. Sadhana
Lokasi : Purwosari
Sumber : Manajemen Pengelolaan Sampah, BLH 2010

III - 37
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.3.4 Aspek Teknis dan Teknologi

a. Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

Sarana Prasarana Penampungan Sementara di Kabupaten


Pasuruan ini dikenal dengan sebutan TPS (Tempat Pembuangan
Sementara). TPS berfungsi menampung sampah dari kegiatan
pengumpulan sampah yang telah dilakukan sebelumnya, sebelum
sampah diangkut ke TPA.

Berdasarkan kegiatan yang berlangsung didalamnya, TPS di


Kabupaten Pasuruan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu :

1) TPS Transfer Depo

Di Kabupaten Pasuruan terdapat 4 unit TPS Transfer depo yaitu


TPS Kauman, TPS Pasar Bangil (Kidul Dalem), TPS Kelurahan Pandaan
dan TPS Segok yang kapasitasnya adalah 10-20 m³ . Fasilitas yang ada
di setai TPS yaitu dibangun dengan lantai beton, abngunan penjagaan
permanen, gerobak sampah yang beberapa dintaranya kondisinya
sudah tidak layak pakaidan terdapat pula rumah kompos yang
dilengkapi dengan instrumentasi proses pengomposan.

2) TPS Umum

TPS umum ini merupakan sebuah tempat penampungan sampah


yang kapasitasnya 6 m³ atau lebih yang dilengkapi dengan landasan
container. TPS umum ini di Kabupaten Pasuruan berjumlah 29 unit.
Berikut lokasi TPS di Kabupaten Pasuruan :

 Kecamatan Bangil

a. TPS Glanggang

b. TPS Desa Kalikuting

c. TPS Kalirejo

d. TPS Stasiun Kereta Api

 Kecamatan Beji

a. TPS Cangkring Malang

III - 38
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

 Kecamatan Pandaan

a. TPS Sukorejo

b. TPS Jetak Karangjati

c. TPS Pasar Buah Pandaan

d. TPS Pasar Pandaan

e. TPS Petung Asri

f. TPS Raya Pandaan

g. TPS Sanggarejo Karangjati

h. TPS Telkom Pandaan

i. TPS Terminal Pandaan

 Kecamatan Gempol

a. TPS Ngerong

b. TPS Pasar Gempol

c. TPS Perumahan Gempol Citra Asri

d. TPS Tempel Legok

e. TPS Wonoayu

f. TPS Masyarakat Gempol

 Kecamatan Prigen

a. TPS Hotel Tretes Raya

b. TPS Pasar Candi Wates

c. TPS Gang Dahlia

d. TPS Pasar Prigen

e. TPS Pasar Tretes

 Kecamatan Purwosari

a. TPS Pasar Purwosari

b. TPS Raya Purwosari

III - 39
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

 Kecamatan Sukorejo

a. TPS Pasar Sukorejo

b. TPS Suwayuwo

b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Kabupaten Pasuruan saat ini


dilakukan di Desa Kenep Kecamatan Beji. TPA Kenep ini beroperasi
sejak tahun 1989 pada lahan yang berupa jurang dengan kedalaman
±13 m (Depression Methode) TPA Kenep terletak dilahan seluas 2,5 Ha
beroperasi dengan menggunakan sistem open dumping (penimbunan
sampah pada lahan terbuka) dan controlled landfill yang dilakukan
pada pada lahan seluas ±0,5 Ha dengan cara melapisi lahan yang akan
dijadikan area penimbunan dengan lapisan geomembran. TPA di Kenep
ini untuk melayani wilayah Kabupaten bagian barat.
Sedangkan wilayah timur masih diupayakan untuk mereview
kemungkingkinan memfungsikan kembali dan
meningkatkan/mengembangkan TPA Rebalas di Kecamatan Grati
untuk melayani wilayah bagian timur.

3.3.5 Peran Serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan


Sampah

3.3.6 Permasalahn dalam Pengelolaan Sampah

3.4. Pengelolaan Drainase

3.4.1. Landasan Hukum/Legal Operasional

a. UU No 33 th 2004 tentang Pengelolaan lingkung Hidup.

b. UU No 7 th 2004 tentang sumber daya air

c. Peraturan pemerinta RI Nomer 22 tahun 1982 tentang


Pengaturan air.

d. PP RI Nomer 35 th 1991 tentang sungai.

III - 40
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

e. Keputusan Mendagri 59 Th 1988 tgg petunjuk pelaksaan


Peraturan Mendagri No 2 ttg Pedoman penyusunan
rencana Tehnis Tata Ruang Kota.

f. Keputusan Menteri Kimpraswil No 534 /2001 ttg standar


pelayanan minimal Daerah.

g. Keputusan meneri Lingkungan Hidup RI No 35/ MEN LH /


1995 tentang program Kali Bersih.

h. Keputusan menteri pekerjaan umum No 239/KPTS/1987 ttg


fungsi utama saluran Drainase wilayah dan sebagai
pengendalian banjir.

i. PP no 82 /2001 ttg pengolaan kwalitas air dan pengendalian


pencemaran air.

j. PP no 14 th 1987 ttg penyerahan sebagian tugas Departemen


PU kepada Pemrrintah daerah.

k. UU No 1992 ttg Perumahan dan Permukiman.

3.4.2 Aspek Institusional

Dalam upaya mengatasi permasalahan banjir di Kabupaten


Pasuruan pembangunan sistem drainase dilakukan oleh Dinas Cipta
Karya, Dinas Bina Marga, Bapemas, Dinas Pengairan. Sedangkan
sarana pembuangan air limbah dari rumah tangga yang merupakan
bagian dari darinase dibangun oleh masyarakat.

3.4.3 Cakupan Pelayanan

Secara umum sistim drainase dapat didefinisikan sebagai


serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi kelebihan
air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal.

Dalam rangka pengembangan dan penataan kawasan


pemukiman dan peningkatan taraf hidup masyarakat di kabupaten
Pasuruan, penanganan drainase merupakan salah satu prioritas,
karena permasalahan yang ditimbulkan dari drainase yang kurang

III - 41
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

memadahi sangatlah mengganggu dan merugikan ,dimana adanya


banjir dan genangan air telah mengakibatkan dampak penurunan
kondisi sosial ekonomi masyarakat, kerusakan lingkungan pemukiman
dan sektor –sektor ekonomi yang potensial.

Saat ini saluran drainase di kabupaten Pasuruan secara umum


mengalami penurunan fungsi disebabkan karena adanya sedimentasi,
sampah, saluran drainase yang belum sepadan serta penyempitan
suangai karena ulah masyarakat yang tidak brtanggung jawab, di
tunjang dengan pertumbuhan enceng gondok yang sangat pesat
sehingga mengganggu sikulasi di sungai.

Di kabupaten Pasuruan terdapat 143.689,975 m saluran irigasi


primer dan 107.232,375 m salurann irigasi sekunder dan 1.893 buah
bangunan.

Secara kompleks saluran irigasi di kabupaten Pasuruan


mengalami penurunan fungsi .

Gambaran irigasi di kabupaten pasuruan di paparkan melalui


data dan mapping di bawah ini :

III - 42
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

DAFTAR REKAPITULASI JARINGAN IRIGASI


Di Wilayah Kabupaten Pasuruan

PANJANG SALURAN JUMLAH


NO. UPTD KETERANGAN
BANGUNAN
PRIMER SEKUNDER
(m) (m) (buah)

1. Pandaan 16.008.000 2.589.000 189


2. Sukorejo 12.028.000 6.201.960 289
3. Bangil 13.207.000 13.329.000 327
4. Purwosari 21.513.000 10.544.000 247
5. Pasuruan 2.115.975 6.080.415 47
6. Grati 31.242.000 23.599.000 163
7. Wonorejo 24.280.000 27.604.000 423
8. Kejayan 23.296.000 17.285.000 228
Jumlah 143.689.975 107.232.375 1.913
Sumber data : Dinas Pengairan Kab. Pasuruan

III - 43
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

DRAINASE LINGKUNGAN

DIBANGUN OLEH
CIPTA MASYARAKAT /
KECAMATAN BAPEMAS BINA MARGA PENGAIRAN
KARYA SPAL
m³ m³ m³ m³ m³
PURWODADI - 3421 - - -
TUTUR - - - - -
PUSPO - - - - -
TOSARI - - - - -
LUMBANG - - 4.806 4.806 6480
PASREPAN 493 4911 - - -
KEJAYAN - - - - 2045
WONOREJO 85 - 1.196 1196 12254
PURWOSARI - - - - 13836
PRIGEN - - 340 - 13385
SUKOREJO - - - - 231
PANDAAN - - - - -
GEMPOL - 671 133 133 13715
BEJI 374 - - - 5716
BANGIL 532 - 144 - 6735
REMBANG - - 587 587 -
KRATON - 160 - - 5136
POHJENTREK - - - - 4238
GONDSNG WETAN 801 - - - 4609
REJOSO 576 - 3.914 3974 11402
WINONGAN 643 765 1.649 1649 12254
GRATI 776 - - - 10842
LEKOK - - - - -
NGULING 723 2639 3512 3842
Sumber data : Dinas Pengairan Kab. Pasuruan

3.4.4 Aspek Teknis dan Operasional

Aspek tehnis yang dilakukan dalam perencanaan drainase adalah


berdasarkan prmasalahan yang ada serta hasil analisa dari daerah
studi.

III - 44
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.4.5 Peran Serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan


Drainase Lingkungan

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sarana drainase


lingkungan Kabupaten Pasuruan dapat dikategorikan kutang.Hal ini
dapat terlihat dari perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana
drainase lingkungan ,khususnya terkait kebiasaan drai masyarakat
untuk tidak membuang sampah pada saluran drainase yang dapat
menyumbat aliran air yang berdampak pada pengurangann kapasitas
saluran.Selain itu masih banyak saluran drainase yang digunakan
sebagai sarana jamban untuk BAB, khususnya kawasan bantaran
Sungai Welang, Sungai Kedung Larangan, Sungai Rejoso dan
sebagainya. Untuk keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam
pembersihan saluran drainase lingkungan pada kabupaten Pasuruan
dikelola oleh masyarakat ( RT & RW ) melalui media kerja bhakti
lingkungan.

Akan tetapi , saat ini peran serta masyarakat dalam sector


drainase di Kabupaten Pasuruan sudah mulai terbentuk. Masyarakat
sudah mulai berperan aktif untuk segera melaporkan apabila ada
kerusakan ataupun gangguan pada saluran / system drainase. Dalam
forum musrenbang, masyarakat selalu menyalurkan aspirasinya
mengenai perbaikan jalan maupun pembangunan jalan baru di wilayah
mereka. Kemudian juga telah terbentuk program kali bersih ( Prokasih )
yang mengikut sertakan masyarakatsecara aktif dalam tujuannya
untuk menjaga kebersihan sungai dan saluran-saluran drainase di
Kabupaten Pasuruan. Memang pada kenyataannya kesadaran
masyarakat akan pentingnya fungsi dan peranan drainase masih
rendah, namun dengan adanya program semacam ini, maka kesadaran
masyarakat lambat laun akan dapat ditingkatkan.

3.4.6 Permasalahan

Drainase Kabupaten Pasuruan mempunyai beragam kendala


dan masalah yang membutuhkan solusi untuk mengurangi kerawanan

III - 45
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

terhadap genangan air, permasalahn ini timbul dari satu perilaku


masyarakat sebagai pengguna dan kurangnya perawatan.
Permasalahan pada saluran drainase dan irigasi adalah sebagai berikut
:

 Tingginya tingkat sedimentasi yang menghambat kelancaran


aliran dan mengurangi kapasitas saluran.

 Terjadinya penumpukan sampah di ruas saluran maupun di


dinding saluran yang belum di plengseng yang dapat
menghambat aliran air

 Di beberapa tempat belum ada treatment seperti plengsengan,


terutama pada bagian ruas saluran yang kondisi tebingnya
rawan terhadap longsor, erosi dan pada belokan-belokan saluran.

 Karena kurangnya kemiringan saluran yaitu pada ruas – ruas


tertentu yang dapat disebabkan oleh endapan mengakibatkan
tumbuhnya tanaman liar sehingga menghambat dan mengurangi
kapasitas aliran.

 Kurang atau terlambatnya pemeliharaan jaringan drainase akan


mempercepat usia guna dan kerusakan.

 Beberapa tempat kondisi tanggul yang berfungsi sebagai jalan


inspeksi sudah terkikis dan longsor.

Belum adanya ketegasan fungsi system saluran drainase


,untuk mengalirkan air permukaan / mengalirkan air hujan, apakah
juga berfungsi sebagai saluran air limbah. ( Grey water ).
Sedang fungsi dan karakteristik sisem drainase berbeda dengan
air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada hilir aliran.
Apalagi kalau kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang
dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh
pengelola sampah dan masyarakat.
Selain permasalahan tersebut juga terdapat permasalahan
terkait timbulnya genangan di Kabupaten Pasuruan, dimana pada

III - 46
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

musim hujan setiap tahunnya selalu timbul genangan air yang


disebabkan saluran drainase yang ada tidak dapat mengalirkan air
limpasanhujan dengan cepat, hal ini disebabkan adanya endapan dan
sampah pada saluran drainase yang ada. Disamping itu rendahnya
elevasi daerah tersebut dibandingkan letak saluran drainase yang
menyebabkan terjadinya genangan di daerah tersebut. Di Kabupaten
Pasuruan setiap tahun selalu terjadi banjir di beberapa kecamatan,
bahkan pada tahun 2009 terjadi banjir besar yang mengakibatkan
kerusakan plensengan dan membawa korban jiwa, dengan ketinggian
air antara 30 – 120 cm. dengan lama genangan mencapai lebih 4 jam.
Hal ini dikarenakan :

1. Terdapatnya sedimen akibat tidak rutinnya pengerukan yang


dilakukan oleh pihak Pemerintah Kabupaen Pasuruan.

2. Banyaknya sampah yang menumpuk pada saluran-saluran dan


pintu air

3. Di beberapa daerah saluran yang ada masih berupa saluram


alami, dimana model saluran tersebut sukar untuk
dipertahankan dan diandalkan, karena adanya erosi dan proses
sedimentai yang berlangsung cepat pada suatu saat dapat
menyumbat saluran – saluran sekunder.

4. Di beberapa daerah terdapat bangunan di atas saluran drainase,


dengan posisi mengurangi dimensi saluran drainase dibawahnya.

5. Beberapa daerah masih belum ada saluran di kanan kiri jalan.

6. Di beberapa jalan elevasi badan jalan berada dibawah elevasi


sluran drainase yang ada

Kasus – kasus ini yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir.


Untuk mengantisipasi hal ini , dibutuhkan suatu perencanaan detail
system jaringan drainase perkotaan terpadu dan tidak direncanakan
sepotong – sepotong. Jaringan drainase perkotaan yang direncanakan
merupakan saluran yang di buat di tepi kiri kanan jalan dengan
kondisi kokoh dan permanen, agar dapat mengurangi sedimentasi dari

III - 47
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

pengikisan tebing dan dasar saluran. Apabila tebing dan saluran dasar
masih dipertahankan berupa tanah, dimensi saluran tidak dapat
dipertahankan sesuai perencanaan.

3.5. Penyediaan Air Bersih

3.5.1 Landasan Hukum/Legal Operasional

Undang-Undang Republik Indonesia

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang


Sumber Daya Air.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982


Tentang Pengaturan Air.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999


Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Keputusan Menteri Republik Indonesia

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan
Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

3.5.2 Aspek Institusional

Lembaga yang melakukan pelayanan penyediaan air bersih di


Kabupaten Pasuruan adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
yang terletak di Kecamatan Pandaan.

3.5.3 Cakupan Pelayanan

3.5.4 Aspek Teknis dan Operasional

3.5.5 Permasalahan

3.6. Komponen Sanitasi Lainnya

3.6.1 Penanganan Limbah Industri

3.6.2 Penanganan Limbah Medis

III - 48
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.6.3 Kampanye PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang
dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian baik pada
masyarakat maupun keluarga artinya masyarakat mampu berperilaku
mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan.

Dengan adanya pembinaan dan penyuluhan PHBS diharapkan :

a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.

b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pencegahan penyakit


dan upaya penyehatan lingkungan.

c. Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat, institusi


untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

d. Meningkatkan derajat kesehatan terutama kesehatan ibu, bayi dan


balita.

e. Meningkatkan kemampuan penyebaran informasi bagi petugas


kesehatan.

3.7. Pembiayaan Sanitasi Kabupaten

3.7.1. Aspek Kelembagaan

Aspek kelembagaan perlu dibahas pada masing-masing sektor


pembangunan dengan memperhatikan fungsi koordinasi dan
sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan prasarana wilayah,
sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/
instansi guna tercapainya hasil pembangunan yang optimal.
Kelembagaan di Kabupaten/ Kota perlu dioptimalisasi dan
dikoordinasikan serta disinkronisasi uraian jabaran dari fungsi-fungsi
sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit
organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan
peningkatan kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan
prasana wilayah, termasuk di dalamnya pembangunan sanitasi
perkotaan.

III - 49
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Untuk Kabupaten Pasuruan dalam rangka pengembangan program pendanaan


pembangunan dilihat dari aspek kelembagaan daerah telah dibentuk beberapa lembaga
Perangkat Daerah untuk mendukung program dimaksud yang terdiri dari 12 Dinas Daerah, 12
Lembaga Teknis Daerah, Sekretariat Daerah. Dari lembaga Perangkat Daerah tersebut di atas
di dalamnya terdapat lembaga-lembaga yang terkait dengan program pendanaan dan
pengembangan sanitasi permukiman. Pembiayaan untuk bidang sanitasi di Kabupaten Pasuruan
secara langsung masih dilakukan oleh beberapa SKPD antara lain : Badan Perencanaan
Pembangunan, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Badan Lingkungan Hidup, Dinas
Kesehatan, BAPEMAS, Dinas Komunikasi dan Informatika, Bagian Organisasi Setda ab.
Pasuruan, Bagian Kerja Sama Stda Kab. Pasuruan .
Bappeda :
Berperan sebagai leading sector dalam pembentukan Pokja sanitasi dan merupakan
instansi penanggung jawab program PPSP Pemerintah Kota Probolinggo. Dalam struktur
kelembagaan pokja sanitasi Kota Probolinggo, Bappeda berperan sebagai koordinator
kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite, coordinator kelompok kerja
bidang Sosialisasi dan Monitoring - Evaluasi serta koordinator sekretariat pokja. Dalam
perencanaan pembangunan sanitasi, yang memiliki peranan secara langsung adalah Bidang
Fisik dan Prasarana dan Bidang Sosial Budaya pada Bappeda. Dana operasional pokja
dianggarkan oleh Bappeda, dimana progran dan kegiatannya merupakan pembuatan
perencanaan pembangunan sanitasi. Secara umum peranan Bappeda bersifat
mengkoordinasikan perencanaan pembangunan lintas sector / bidang. Untuk alokasi
anggaran pada APBD Kota Probolinggo untuk pendampingan program sanitasi PPSP tahun
2010 adalah sebesar Rp 120.000.000, 00.
 Badan Lingkungan Hidup :
Peran BLH dalam kelompok kerja sanitasi Kota Probolinggo adalah sebagai anggota
kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan
adalah Bidang Tata dan Penataan Lingkungan Hidup BLH) serta anggota sekretariat pokja
(dalam hal ini yang berperan adalah Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak
Lingkungan Hidup, Bidang Tata dan Penataan Lingkungan Hidup BLH). Lingkup tanggung
jawab dalam pembangunan sanitasi untuk BLH terkait dengan pengelolaan sampah dari
sumber sampah hingga ke TPA, pengelolaan limbah cair rumah tangga yang meliputi
pengolahan limbah tinja pada IPLT di wilayah TPA, serta penanganan limbah industri.
Lingkup pendanaan yang dianggarkan oleh BLH terkait sanitasi antara lain dimanfaatkan

III - 50
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

untuk pendanaan Pengadaan Gerobak Sampah, Pembuatan Bak Sampah, Pembuatan


TPS, Operasional UPTD Komposting, Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengelolaan
Persampahan, Peningkatan TPA, Pembuatan Sanitary Landfill, Pembuatan & revitalisasi
IPAL Komunal – IPAL TPA, dll.
 Dinas Pekerjaan Umum :
Peranan DPU dalam pembangunan sanitasi (pokja sanitasi) adalah sebagai anggota
kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan
adalah Bidang Perumahan dan Permukiman DPU serta Bidang Pengairan DPU) serta
anggota sekretariat pokja (dalam hal ini yang berperan adalah Seksi Pengembangan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Bidang Perumahan dan Permukiman DPU
serta Seksi Pembangunan Prasarana Pengairan dan Drainase Bidang Pengairan DPU).
Lingkup tanggung jawab dalam pembangunan sanitasi untuk DPU antara lain terkait dengan
pengelolaan drainase, pengelolaan limbah cair yang terkait dengan pembangunan fisik MCK
umum, serta MCK Komunal serta penyediaan air bersih non perpipaan yang terkait dengan
uji laboratorium baku mutu air.
 Dinas Kesehatan :
Peranan Dinas Kesehatan dalam pengembangan sanitasi adalah sebagai bagian dari
anggota kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang
berperan adalah Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan) serta anggota
kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring – Evaluasi (dalam hal ini yang berperan
adalah UPTD dari 6 Puskesmas yang ada wilayah Kota Probolinggo). Program dan kegiatan
Dinas Kesehatan terkait sanitasi adalah kegiatan jambanisasi dan promosi kesehatan
(khususnya PHBS) serta program promosi sanitasi dasar. Dalam pelaksanaan program
promosi kesehatan kepada masyarakat, dengan memanfaatkan kader-kader yang ada pada
tingkat kelurahan, baik itu kader posyandu, kader kesehatan lingkungan dan lainnya. Dalam
pengelolaan sanitasi, dinas kesehatan berperan juga dalam pengelolaan limbah medis
puskesmas. Dalam menjalankan program terkait sanitasi Dinas Kesehatan bekerja secara
lintas sektoral, diantaranya dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana serta Kantor Pemberdayaan Masyarakat dalam promosi kesehatan serta dalam
monitoring dan evaluasi pengembangan sanitasi perkotaan.
 RSUD Dr Moh Saleh :
Dalam pokja sanitasi, RSUD Dr Moh Saleh berperan dalam anggota kelompok kerja bidang
Sosialisasi dan Monitoring – Evaluasi yang ditangani oleh Bidang Penunjang Non Medis

III - 51
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

pada RSUD Dr Moh Saleh. Dalam pengelolaan aspek sanitasi, RSUD berperan dalam
penanganan limbah medis Rumah Sakit.
 Bagian Humas dan Protokol pada Sekretariat Daerah
Peranan lembaga ini dalam pengembangan sanitasi Kota terkait dengan sosialisasi
program –program pembangunan daerah. Bagian Humas dan Protokol selalu menjajagi
kerjasama dengan pihak lain dalam mensosialisasi program-programnya (bahkan terbuka
untuk bekerjasama dengan pihak swasta) diantaranya juga kamapanye berbagai isu
sanitasi. Media yang digunakan untuk sosialisasi antara lain radio, media cetak, penerbitan
spanduk dan banner.
 Hal-hal lain terkait aspek kelembagaan :
Peranan SKPD lain dalam pengelolaan sanitasi terbagi menjadi anggota kelompok kerja
bidang perencanaan dalam organizing commite yaitu untuk Bagian Hukum Sekretariat
Daerah (berperan dalam legalitas produk perencanaan sanitasi); Bidang Industri Dinas
Koperasi, Energi, Mineral, Industri dan Perdagangan (berperan dalam perencanaan
pengelolaan limbah yang terkait dengan industri) serta anggota kelompok kerja bidang
Sosialisasi dan Monitoring – Evaluasi yaitu untuk Dinas Pendidikan (berperan dalam
sosialisasi sadar sanitasi sejak usia dini melalui media sekolah-sekolah adiwiyata); Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dan Kantor Pemberdayaan
Masyarakat (berperan dalam sosialisasi dan monev promosi sanitasi dasar masyarakat).

3.7.2. Prioritas Pendanaan Pembangunan Kota

Berdasarkan data RPJMD Kota Probolinggo, diketahui bahwa terdapat penjabaran misi
dan kebijakan pembangunan daerah yang mengarah pada adanya dukungan yang cukup tinggi
dari Pemerintah kota Probolinggo terhadap pembangunan sanitasi kota. Ini terkait dengan tujuan
untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya daerah secara lestari dan berwawasan
lingkungan secara berkelanjutan dengan dukungan peran serta aktif masyarakat serta tujuan
untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kota, khususnya meningkatkan kualitas dan
kuantitas penyediaan air bersih. Selain itu, terdapat pula program-program pembangunan daerah
yang secara langsung merujuk pada pengembangan sanitasi perkotaan, antara lain : Program
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Program Pengembangan Lingkungan
Sehat, Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan, Program Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Persampahan, Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup, Program Peningkatan Pengendalian Polusi, Program Lingkungan Sehat Perumahan,

III - 52
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Program Pembangunan Saluran Drainase dan Gorong-Gorong, Program Penyediaan dan


Pengelolaan Air Baku, Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo adalah 5,938%, mendekati rata – rata
pertumbuhan perekonomian nasional yang sebesar 6% - 7%. Dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang relatif baik, kota Probolinggo dapat dengan mudah melakukan pembangunan
untuk sektor – sektor yang terkait sanitasi, hal ini juga terkait dengan sudah adanya dokumen
perencanaan sanitasi yang terintegrasi untuk Kota Probolinggo yang berupa Dokumen Profil
Sanitasi Kota Probolinggo Tahun 2009 serta Rencana Investasi Perkotaan (RITA) Tahun 2010 -
2014.
Pendanaan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo secara langsung terdapat dalam
alokasi program dan kegiatan dari Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas
Kesehatan dan RSUD Dr Moh Saleh. Pendanaan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo dalam
3 tahun terakhir (2008 - 2010), diketahui bahwa alokasi pendanaan sanitasi Kota Probolinggo
yang mendapatkan prioritas pendanaan terbesar adalah untuk alokasi anggaran sanitasi dari
Dinas Pekerjaan Umum sebesar 53,28% dari total belanja sanitasi kota dengan alokasi anggaran
sanitasi terbesar untuk penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi
masyarakat miskin. Sedangkan prioritas pendanaan sanitasi selanjutnya adalah untuk Badan
Lingkungan Hidup dengan prosentase alokasi anggaran rata-rata selama 3 tahun terakhir adalah
35,64% dari total belanja sanitasi kota dengan alokasi anggaran sanitasi terbesar adalah untuk
pengembangan kinerja pengelolaan sampah.
Belanja sanitasi Kota Probolinggo selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan, dari
3% pada tahun 2008 menjadi 2,51% pada tahun 2010. Hal ini terkait dengan sector lain di luar
sanitasi yang dianggap lebih mendesak sehingga memerlukan alokasi anggaran yang jauh lebih
besar. Akan tetapi, rata-rata besaran anggaran sanitasi Kota Probolinggo selama tiga tahun
terakhir sebesar 2,49% dari total belanja APBD masih lebih besar dibandingkan dengan rata –
rata belanja sanitasi kota dan kabupaten di Indonesia yang tidak mencapai 1% dari total belanja
APBD nya.
Untuk perencanaan pengembangan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo, khusunya
di Tahun 2011, diarahkan untuk prioritas pendanaan penyediaan sanitasi dasar, terutama bagi
masyarakat miskin yang berupa pembangunan septicktank komunal di 29 kelurahan dengan
pengajuan alokasi dana APBD tahun anggaran 2011 sebesar Rp 10.287.750.000, 00 yang
dianggarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Selain itu, prioritas pendanaan bidang sanitasi yang
direncanakan untuk dikembangkan pada tahun 2011 adalah untuk pengembangan kinerja

III - 53
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

pengelolaan sampah yang berupa pengadaan sarana prasarana persampahan, kegiatan


revitalisasi TPA dengan total anggaran sebesar Rp 11.292.000.000, 00 yang dianggarkan pada
alokasi Dana APBD tahun 2011 pada Badan Lingkungan Hidup.

3.7.3. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah

Sumber-sumber keuangan daerah Kota Probolinggo terdiri dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), dana perimbangan dan pendapatan lain-lain yang sah. Struktur keuangan daerah Kota
Probolinggo dalam 5 tahun terakhir masih didominasi oleh Dana Perimbangan dari Pemerintah
berupa Dana Alokasi Umum (DAU). Dari aspek pendapatan dan pengeluaran, struktur anggaran
Kota Probolinggo dalam 5 tahun terakhir sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. 1 Struktur APBD Kota Probolinggo Tahun 2005-2009


TAHUN (dalam jutaan)
NO URAIAN
2005 2006 2007 2008 2009
1 Pendapatan :
a. Pendapatan asli 20.626 25.284 28.114 32.087 36.087
daerah;
b. Dana 160.407 265.910 283.755 316.108 333.017
perimbangan;
c. Lain-lain 7.264 3.000 57.533 56.941 64.950
pendapatan
daerah yang sah
2 Belanja :
a. Belanja langsung 167.389 265.767 268.063 266.305 227.188
b. Belanja tidak 17.082. 20.274 128.578 176.892 231.067
langsung
Sumber : RPJMD Kota Probolinggo, Tahun 2010 – 2014

Secara keseluruhan, total pendapatan Kota Probolinggo dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir terus mengalami peningkatan. Sedangkan nilai belanja Probolinggo dalam 5 tahun juga
terus mengalami peningkatan. Sumber pendapatan terbesar Kota Probolinggo berasal dari dana
perimbangan yang memberikan kontribusi 81,43% dari total pendapatan daerah. Sedangkan nilai
belanja terbesar Kota Probolinggo adalah belanja langsung dengan proporsi 72,18% dari total
belanja daerah.

3.7.4. Besaran Pendanaan Sanitasi per Tahun

Sesuai dengan yang telah dijabarkan pada pokok bahasan sebelumnya, bahwa SKPD
yang memiliki anggaran pembangunan sanitasi atau yang berasosiasi dengan kegiatan terkait
sanitasi dan memiliki program kegiatan yang mengelola sector sampah, air limbah, drainase
adalah Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan

III - 54
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

RSUD Dr Moh Saleh. Pendanaan sanitasi ini dihitung berdasarkan besaran belanja langsung
sanitasi, dimana angka belanja langsung ini berkaitan dan digunakan untuk melaksanakan
pelayanan public atas pengoperasian, pemeliharaan, pembinaan dan investasi sub sector yang
bersangkutan.

Tabel 3. 2 Proporsi Belanja Sanitasi Per SKPD


BELANJA SANITASI
NO SKPD
2008 2009 2010
1. BAPPEDA 60.000.000 260.000.000 120.000.000
2. DINKES 1.367.378.412 1.249.600.000 505.745.000
3. BLH 5.967.532.500 3.800.647.500 2.487.138.612
4. DPU 5.240.667.500 4.416.331.500 8.702.727.300
5. RSUD 37.820.000 52.000.000 53.200.000
Jumlah Belanja Sanitasi Kota 12.673.398.412 9.778.579.000 11.868.810.912
Total Belanja APBD 422.995.355.456,13 495.304.486.753,34 472.577.968.109,17
Proporsi Belanja Sanitasi thd
3,00% 1,97% 2,51%
Total Belanja APBD
Sumber : Realisasi dan Perhitungan APBD 2008-2010

III - 55
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

KOTA LOKSUMAWE
3.7.1. Kesehatan Lingkungan

Untuk melihat kondisi kesehatan lingkungan di Wilayah Pemerintahan Kota


Lhokseumawe ada beberapa indikator yang dapat dikemukakan, antara lain sebagai
berikut:

Tabel 3.1
Penderita Penyakit Berhubungan Dengan Lingkungan
Menurut Kecamatan Tahun 2009-2010

Tahun
NO KECAMATAN 2009 2010 (s/d April)
Kasus DBD ISPA Diare Kasus DBD ISPA Diare
1 Banda Sakti 287 12632 3492 74 17 1256
2 Muara Satu 51 666 432 14 4 296
3 Muara Dua 125 9529 2033 50 2 443
4 Blang Mangat 8 7534 1693 6 9 343
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe

Tabel 3.2
Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan
Kota Lhokseumawe Tahun 2006

III - 56
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Balita Yang di Ukur Jumlah Anak Menurut Status Gizi


NO Puskesmas Laki-laki Perempuan
L P Total
Buruk % Kurang % Baik % Lebih % Buruk % Kurang % Baik % Lebih %
1 Banda Sakti 996 1239 2235 1 3.1 65 34.2 927 37 3 3.9 3 11.1 76 35.7 1154 39.9 6 7

2 Muara dua 629 577 1206 - - 16 8.4 599 23.9 14 18.2 - - 9 4.2 559 19.3 9 10.5

3 Mon Geudong 346 476 822 6 18.8 53 27.9 250 10 37 48.1 6 22.2 64 30 358 12.4 48 55.8

4 Blang Mangat 492 573 1065 25 78.1 47 24.7 397 15.8 23 29.9 18 66.7 48 22.5 484 16.7 23 26.7

5 Blang Cut 344 353 697 - - 9 4.7 335 13.4 - - - - 16 7.5 337 11.7 - -

Jumlah 2807 3218 6025 32 100 190 100 2508 100 77 100.1 27 100 213 100 2892 100 86 100
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe

Tabel 3.3
Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan
Kota Lhokseumawe Tahun 2007
Balita Yang di Ukur Jumlah Anak Menurut Status Gizi
NO Puskesmas Laki-laki Perempuan
L P Total
Buruk % Kurang % Baik % Lebih % Buruk % Kurang % Baik % Lebih %
1 Banda Sakti 2267 1981 4185 5 0.22 322 14.2 1860 82.05 77 3.4 5 0.25 248 12.52 1584 79.96 84 4.24

2 Muara dua 2369 2409 4778 1 0.04 89 3.76 2190 92.4 89 3.7 4 0.1 97 4 2223 92.2 85 3.5

3 Mon Geudong 771 694 1465 2 0.2 130 16.8 531 68.8 108 14 7 1 131 18.8 461 66.4 95 13.6

4 Blang Mangat 645 623 1268 3 0.4 70 10.8 553 85.7 19 2.9 4 0.6 68 10.9 518 83.1 33 5.2

5 Blang Cut 380 379 759 - - 9 9 371 - - - - - 22 5.8 357 94.1 - -

Jumlah 6432 6086 12455 11 0.1 620 54.56 5505 85.5 293 4.5 20 0.3 566 9.3 5143 84.5 297 4.8
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe

Tabel 3.4
Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan
Kota Lhokseumawe Tahun 2008

BALITA YANG DI UKUR KATAGORI STATUS GIZI INDEKS BB/U


NO PUSKESMAS GIZI BURUK GIZI KURANG GIZI BAIK GIZI LEBIH
L P TOTAL
L P TOTAL % L P TOTAL % L P TOTAL % L P TOTAL %
1 BANDA SAKTI 2581 2406 4987 5 8 13 0.26 515 420 935 18.75 2045 1950 3995 80.11 16 28 44 0.88
2 MON GEUDONG 973 953 1926 27 22 49 2.54 182 140 322 16.72 753 769 1522 79.02 11 22 33 1.71
3 MUARA DUA 1830 1836 3666 16 25 41 1.12 276 255 531 14.48 1523 1541 3064 83.58 15 15 30 0.82
4 BLANG MANGAT 741 756 1497 19 14 33 2.2 185 123 308 20.57 516 602 1118 74.68 21 17 38 2.54
5 BLANG CUT 365 376 741 0 0 0 0 9 7 16 2.159 356 369 725 97.84 0 0 0 0
JUMLAH 6490 6327 12817 67 69 136 1.06 1167 945 2112 16.48 5193 5231 10424 81.33 63 82 145 1.13
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe

Tabel 3.5
Rekapitulasi Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan

III - 57
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Kota Lhokseumawe Tahun 2009

BALITA YANG DI UKUR KATAGORI STATUS GIZI INDEKS BB/U


NO PUSKESMAS GIZI BURUK GIZI KURANG GIZI BAIK GIZI LEBIH
L P TOTAL
L P TOTAL % L P TOTAL % L P TOTAL % L P TOTAL %
1 BANDA SAKTI 96 122 218 - 3 3 1.4 16 20 36 16.6 79 97 176 80.8 1 2 3 1.4
2 MON GEUDONG 69 76 145 - - - 21 17 38 26.2 47 59 106 73.1 1 - 1 0.7
3 MUARA DUA 114 110 224 14 8 22 9.9 17 22 39 17.5 83 79 162 72.4 - 1 1 0.5
4 MUARA SATU 65 66 131 6 6 12 9.2 15 9 24 18.4 43 50 93 71 1 1 2 1.6
5 BLANG MANGAT 112 109 221 - 2 2 0.9 23 17 40 10.1 89 90 179 81 - - - -
6 BLANG CUT 58 52 110 1 3 4 3.7 18 14 32 29.1 38 35 73 66.4 1 - 1 0.9
JUMLAH 514 535 1049 21 22 43 4.1 110 99 209 20 379 410 789 75.3 4 4 8 0.8
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe

3.7.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat

Tabel 3.6
Rekapitulasi Pendataan Rumah Sehat,
Pekarangan Sehat dan Kadang Ternak
Di Wilayah Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Kondisi Perumahan
Jumlah
No Puskesmas Rumah Pekarangan Rumah Kandang Ternak
Rumah
Sehat Tidak Sehat Sehat Tidak Sehat TP TTP
1 Muara Dua 17,299 11,715 5,613 8,605 8,825 3,134 4,590
2 Banda Sakti 8,506 5,918 2,588 4,378 2,472 940 413
3 Mon Geudong 5,613 1,013 799 596 226 74 3
4 Blang Mangat 3,339 1,822 1,067 1,841 998 1,623 857
5 Blang Cut 1,362 1,346 175 1,188 204 978 263
Total 36,119 21,814 10,242 16,608 12,725 6,749 6,126
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Ket: TP : Terpisah Dengan Rumah
TTP : Tidak Terpisah Dengan Rumah

Dari profil kesehatan lingkungan di Kota Lhokseumawe pada tahun 2008


menunjukkan bahwa sebanyak 1.346 atau 88.5% rumah dalam kategori sehat dan 175
atau 11.5% rumah dalam kategori tidak sehat. Bila kita lihat dari pekarangan rumah,
maka ada 1.118 pekarangan rumah atau 85.3% dalam keadaan sehat dan sisanya
sebanyak 204 atau 14.% pekarangan rumah dalam keadaan tidak sehat. Kandang ternak
dalam kondisi terpisah atau tidak terpisah dari rumah juga dapat menunjukkan
bagaimana kesehatan dan pola hidup masyarakat Kota Lhokseumawe. Dari survei
kesehatan lingkungan tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 978 kandang ternak atau

III - 58
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

78.8% telah terpisah dari rumah dan sisanya sebanyak 263 kandang atau 34.6%
kandang ternak tidak terpisah dari rumah.

Tabel 3.7
Rekapitulasi Pendataan Jamban
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Jenis Jamban
Jumlah
No Puskesmas Leher Angsa Plengsengan Cemplung
Rumah
MS TMS MS TMS MS TMS
1 Muara Dua 17,299 13,809 156 2,195 585
2 Banda Sakti 8,506 6,182 700 135
3 Mon Geudong 5,613 861 858 684 1,084
4 Blang Mangat 3,339 1,380 754 29 695 27
5 Blang Cut 1,362 938 189 9 12 133
Total 36,119 23,170 2,657 38 - 3,586 1,964
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Ket MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Penggunaan jamban juga merupakan salah satu indikator penting untuk melihat
bagaimana kesehatan dan pola hidup masyarakat. Survei kesehatan lingkungan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa ada tiga jenis jamban yang
umumnya digunakan oleh masyarakat Kota Lhokseumawe. Pada kategori leher angsa,
sebanyak 23.170 atau 89,71 % rumah telah menggunakan jamban leher angsa yang
memenuhi syarat. Selebihnya ada 2.657 atau 10,29% rumah menggunakan leher angsa
yang tidak memenuhi syarat. Jamban metode plengsengan menurut survei kesehatan
lingkungan, semuanya berada pada kategori memenuhi syarat. Rumah yang
menggunakan model jamban cemplung, menurut survei kesehatan lingkungan sebanyak
3.586 atau 64,61% berada dalam kategori memenuhi syarat. Sedangkan sebanyak 1.964
rumah atau 35,39 % berada dalam kondisi tidak memenuhi syarat.

Tabel 3.8
Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat
Kota Lhokseumawe tahun 2009

Rumah Tangga
No Kecamatan Puskesmas
Jumlah Dipantau Ber PHBS %
1 Muara Dua PKM Muara Dua 210 66 31,4
2 Muara Satu PKM Muara Satu 210 93 44,3
3 Blang Mangat PKM Blang Mangat 210 73 34,8
4 PKM Blang Cut 210 8 3,8
5 Banda Sakti PKM Banda Sakti 210 36 17,1
6 PKM Mon Geudong
Sumber : Dinas Kesehatan Tahun 2010

III - 59
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Survei rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat tahun 2009 di Kota
Lhokseumawe dilakukan berbasis puskesmas. Setiap puskesmas mengambil sampel
sebanyak 210 rumah. Dari hasil survei dapat diketahui bahwa rumah yang berperilaku
hidup sehat di setiap puskesmas di bawah 50 %. Bahkan di wilayah puskesmas Blang
Cut rumah berPHBS hanya 3,8% saja. Secara berturut-turut hasil survei dari yang
terendah adalah puskesmas Banda Sakti sebesar 17,1%, Puskesmas Muara Dua 31,4%,
Puskesmas Blang Mangat 34,8% dan Puskesmas Muara Satu 44,3 %.

3.7.3. Kuantitas dan Kualitas Air

Permasalahan air bersih di Kota Lhokseumawe dapat kita lihat dari bagaimana
pola masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya. Masyarakat menggunakan
berbagai macam cara dalam memenuhi kebutuhan airnya. Dari data profil kesehatan
lingkungan terlihat bahwa sebanyak 25.039 atau 82,91 % rumah menggunakan sumur
gali (pada kategori memenuhi syarat). Sedangkan ada juga rumah yang menggunakan
sumur gali yang tidak memenuhi syarat sebanyak 5.162 atau 17,09% rumah. Metode
lain yang digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya adalah
dengan mengandalkan sumur pompa. Masyarakat yang menggunakan sumur jenis
sebanyak 264 rumah atau 98,51% yang berada dalam kondisi memenuhi syarat. Namun
ada juga masyarakat yang menggunakan sumur ini pada kategori tidak memenuhi syarat
sebanyak 1,49% atau 4 rumah. Sumber air bersih lainnya yang digunakan oleh
masyarakat adalah PAH (penampungan air hujan). Menurut hasil survei, wilayah yang
banyak menggunakan fasilitas ini adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Muara
Dua dengan jumlah rumah adalah 532 rumah dengan kondisi memenuhi syarat.

Tabel 3.9
Hasil Rekapitulasi Pendataan Sumber Air Bersih (SAB)
Di Wilayah Kerja Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008

III - 60
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Jenis Sarana Air Bersih


Jumlah
No Puskesmas Sumur Gali Sumur Pompa PAH
Rumah
MS TMS MS TMS MS TMS
1 Muara Dua 17.299 11.902 997 98 - 532 -
2 Banda Sakti 8.506 7.773 2.524 67 - - -
3 Mon Geudong 5.613 2.491 765 - - - -
4 Blang Mangat 3.339 1.505 705 91 - - -
5 Blang Cut 1.362 1.368 171 8 4 - -
Total 36.119 25.039 5.162 264 4 532 -
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Ket: MS : Memenuhi Syarat
TMS: Tidak Memenuhi Syarat

Sumber air bersih lainnya yang umumnya digunakan oleh masyarakat Kota
Lhokseumawe adalah PDAM. Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah pelanggan
PDAM. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah pelanggan 50 pelanggan. Pada
tahun 2010 jumlah pelanggan menjadi 6.892 pelanggan dari tahun sebelumnya. Artinya
ada peningkatan sebanyak 143 pelanggan.

Tabel 3.10
Jumlah Pelanggan Berdasarkan Golongan PDAM
di Kota Lhokseumawe

T ahun
No G olong an
2008 2009 2010
1 Rumah tangga 5,858 5,934 6,042
2 Niaga & Industri 717 692 727
3 Instansi Pemerintah 78 76 76
4 Khusus - - -
5 Sosial Khusus 35 37 37
6 Sosial Umum 11 10 10
6,699 6,749 6,892
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010

Bila kita bandingkan antara jumlah penduduk di Kota Lhokseumawe dan jumlah
penduduk yang dapat mengakses air bersih pada PDAM, maka dapat kita lihat
bagaimana tingkat pelayanan PDAM. Pada tahun 2008 masyarakat yang terlayani air
bersih dari PDAM hanya 25,32% saja. Pada tahun 2009 persentase jumlah penduduk

III - 61
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

yang menikmati air bersih hanya meningkat 0,11% saja. Jumlah peningkatan persentase
yang sangat kecil tentunya. Pada tahun 2010 tingkat masyarakat yang terlayani air
PDAM pun sangat kecil. Tahun 2010 total pelanggan hanya 6.892. Artinya hanya
mencakup 25,59% saja. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, maka hanya terjadi
peningkatan hanya sebesar 0,16% saja.

Tabel 3.11
Tingkat Pelayanan PDAM di Kota Lhokseumawe

No URAIAN Th 2008 Th 2009 Th 2010


1 Jumlah Penduduk 158,760 159,239 161,574
2 Penduduk yg menikmati air (jiwa) 40,194 40,494 41,352
Persentase (%) 25.32 25.43 25.59
3 Jumlah Pelanggan (sambungan) 6,699 6,749 6,892
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010
: BPS TAHUN 2008 (Angka tahun 2010 adalah angka perkiraan)

III - 62
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.7.4. Limbah Cair Rumah Tangga

Setiap hari manusia menghasilkan air limbah rumah tangga (domestic waste
water). Air limbah tersebut ada yang berasal dari kakus disebut black water. Ada pula
yang berasal dari kamar mandi, tempat mencuci pakaian, tempat mencuci piring dan
peralatan dapur yang disebut juga grey water.

Secara umum ada dua tipe sistem pengolahan air limbah. Pertama, sistem
pembuangan setempat (On Site Sanitattion). Pada setiap pembuangan setempat ini, air
limbah dialirkan ke tempat pembuangan atau pengolahan yang terletak di sekitar
pekarangan rumah atau bangunan. Istilah lain dari sistem setempat ini disebut juga
sebagai sistem individual. Adapun jenis sarana yang termasuk tipe ini, misalnya cubluk,
septic tank, dan lain-lain.

Kedua, sistem pembuangan terpusat (Off Site Sanitation). Pada sistem


pembuangan terpusat ini, air limbah disalurkan ke saluran air limbah kota yang
mengalir menuju pengolahan air limbah kolektif di daerah tertentu. Sistem ini juga
dikenal dengan istilah sistem komunal. Jelasnya, pada sistem komunal air limbah
dialirkan dari sumbernya menuju ke tempat pengolahan terpusat dengan
mempergunakan pipa riol. Adapun riol yang dipakai untuk mengalirkan air limbah
tersebut dinamakan dengan Sewerage System.

Di dalam wilayah Kota Lhokseumawe, umumnya masyarakat menggunakan


sistem pembuangan air limbah dengan metode on site sanitation. Dari hasil survei
kesehatan lingkungan, di wilayah kerja Puskesmas Muara dua terdapat 8.859 atau 56,41
% rumah yang memiliki SPAL yang memenuhi syarat. Sedangkan sisanya sebanyak
6.845 atau 43,59% rumah memiliki SPAL yang tidak memenuhi syarat. Puskesmas
Banda Sakti memiliki 2.956 rumah atau 48,68 % yang memiliki SPAL yang memenuhi
syarat. Selebihnya masih dalam kondisi tidak memenuhi syarat atau sebanyak 51,32%
rumah di wilayah Puskesmas Banda Sakti masih memiliki SPAL yang tidak memenuhi
syarat. Untuk Puskemas Mon Geudong sebanyak 39,57% memiliki SPAL yang
memenuhi syarat dan 60,43 % memiliki SPAL yang tidak memenuhi syarat. Di
Puskesmas Blang Mangat terdapat 1.036 rumah yang memiliki SPAL yang memenuhi
syarat, sisanya tidak memenuhi syarat. Puskesmas Blang Cut dari hasil survei
menunjukkan bahwa sebanyak 783 rumah atau 56,70 % memiliki sistem air limbah
yang memenuhi syarat. Sedangkan sisanya masih memiliki SPAL yang tidak memenuhi
syarat.

III - 63
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.12
Hasil Rekapitulasi Pendataan Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Di Wilayah Kerja Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008

Jumlah SPAL Tidak


No Puskesmas
Rumah MS TMS MS TMS
1 Muara Dua 17,299 8,859 6,845 - -
2 Banda Sakti 8,506 2,956 3,116 - -
3 Mon Geudong 5,613 567 866 - -
4 Blang Mangat 3,339 1,036 751 - -
5 Blang Cut 1,362 783 598 - -
Total 36,119 14,201 12,176 - -
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2008
Ket MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Dari tabel di atas diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas Blang Mangat
mempunyai persentase terbesar SPAL yang memenuhi syarat. Sedangkan wilayah
Puskesmas Mon Geundong memiliki persentase terbesar tingkat SPAL yang tidak
memenuhi syarat.

3.7.5. Limbah Padat (Sampah)

a. Sumber-Sumber Sampah Kota Lhokseumawe

Sumber-sumber sampah di Kota Lhokseumawe antara lain berasal dari :

1. Sampah Permukiman. Sampah ini berasal dari rumah tangga. Sampah ini berasal
dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain.

2. Sampah Pasar. Sampah ini berasal dari kegiatan pasar, yang kebanyakan merupakan
sisa sayur-mayur dan buah-buahan.

3. Sampah Hotel dan Penginapan. Sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau
penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan.
sampah dapur dan lain-lain.

4. Sampah Rumah Sakit. Sampah yang berasal dari aktivitas rumah sakit baik
termasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang
dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3.

III - 64
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

5. Sampah Jalan. Sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan
maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani oleh penyapu
jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan.

6. Sampah Perbengkelan. Sampah ini berasal dari kegiatan usaha perbengkelan yang
berada di Kota Lhokseumawe. Sampah ini dapat berupa limbah cair seperti oli dan
juga limbah padat seperti berbagai macam sisa onderdil kendaraan.

7. Sampah Perkantoran. Jumlah sarana perkantoran yang ada di kota memberikan


kontribusi sampah yang umumnya berwujud kertas.

8. Sampah Sarana Pendidikan. Jenis sampah dari sarana pendidikan terdiri dari
berbagai macam jenis sampah antara lain plastik, organik, kertas dan lain-lain.

b. Sarana Pengolahan

Belum ada instalasi pengkomposan, instalasi pembakaran sampah dan belum


ada instalasi daur ulang sampah.

Tabel 3.13
Perkiraan Timbulan Sampah Per Kecamatan

No Kecamatan Total Timbulan


1 Blang Mangat 2,02 kg/hari/rumah
2 Banda Sakti 5,69 kg/hari/rumah
3 Kecamatan Muara Dua 2,16 kg/hari/rumah
4 Muara Satu 2,37 kg/hari/rumah
Sumber: BLHK Kota Lhokseumawe tahun 2010

Tabel di atas memberikan gambaran bagaimana tingkat timbulan sampah tiap


kecamatan di Kota Lhokseumawe per rumah tangga. Kecamatan Banda Sakti
menyumbang timbulan sampah tertinggi di Kota Lhokseumawe dengan tingkat
timbulan sampah mencapai 5,69 kg/hari/rumah. Hal ini didukung dengan jumlah
kepadatan penduduk yang tinggi di kecamatan tersebut. Kecamatan Muara Satu
menyumbang timbulan sampah kedua terbesar yaitu 2,37 kg/hari/rumah. Dua
kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Blang Mangat masing-
masing menyumbang timbulan sampah sebesar 2,16 kg/hari/rumah dan 2,02
kg/hari/rumah.

III - 65
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.14
Perkiraan Total Timbulan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

No Jenis Sampah Total Timbulan


1 Sampah Perbengkelan 332,76 kg/hari
2 Sampah Perhotelan 1.412,50 kg/hari
3 Sampah Rumah Sakit/Pukesmas 885,06 kg/hari
4 Sampah Perkantoran 325,66 kg/hari
5 Sampah Sarana Pendidikan 2.447,25 kg/hari
6 Sampah Pasar 18.100 kg/hari
Sumber: BLHK Kota Lhokseumawe tahun 2010

Sampah pasar adalah sampah yang paling banyak menimbulkan timbulan


sampah di Kota Lhokseumawe. Sampah yang berasal dari pasar menghasilkan timbulan
sampah sampai 18.100 kg/hari. Pada posisi kedua, sampah sarana pendidikan
menyumbangkan timbulan sampah mencapai 2.447,25 kg/hari. Secara berturut-turut
terlihat bahwa sampah perhotelan, sampah rumah sakit, sampah perbengkelan dan
sampah perkantoran menyumbangkan timbulan sampah dengan nilai 1.412,50 Kg/hari,
885,06 Kg/hari, 332,76 Kg/hari, dan 325,66 Kg/hari.

Tabel 3.15
Perkiraan Total Timbulan Sampah Spesifik

No Jenis Sampah Total Timbulan


1 Plastic 17.137.68 kg/hari
2 Organic 89.183,54 kg/hari
3 Kertas 8.132,67 kg/hari
4 Kaca 5.157,38 kg/hari
5 Besi 1.651.15 kg/hari
6 Jenis lainnya 209.85 kg/hari
Sumber: BLHK Kota Lhokseumaw e tahun 2010

III - 66
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.16
Perkiraan Timbulan Sampah Di Kota Lhokseumawe

Tahun
No Kecamatan
2007 2012 2017 2022 2027
1 Blang Mangat 45,030 46,744 48,524 50,371 52,288
2 Banda Sakti 178,378 185,168 192,217 199,534 207,130
3 Muara Dua 91,126 94,595 98,196 101,934 105,814
4 Muara Satu 81,028 84,113 87,315 90,638 94,089
TOTAL 395,562 410,620 426,252 442,477 459,321
Jumlah Sampah Non Domestik 98,891 102,655 106,563 110,619 114,830
Jumlah Total (l/hari) 494,453 513,275 532,814 553,096 574,151
Jumlah Total (m3/hari) 494 513 533 553 574
Sumber : RPIJM PU/CK Kota Lhokseumawe 2008

3.7.6. Drainase Lingkungan

Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan


air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain),


saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk
(main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering
dijumpai bangunan lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct),
pelimpah, pintu-pintu air, kolam tando, dan stasiun pompa.

Dalam rangka pengembangan dan penataan kawasan permukiman dan


peningkatan taraf hidup masyarakat di Kota Lhokseumawe, penanganan drainase
merupakan salah satu prioritas yang perlu mendapatkan penanganan. Karena gangguan
dan kerugian akan masalah banjir dan genangan telah mengakibatkan dampak
penurunan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kerusakan lingkungan pemukiman dan
sektor-sektor ekonomi yang potensial.

III - 67
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.7.7. Limbah Medis

Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3)
sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik
dengan kode limbah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa
limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis,
produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk
farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari proses insinerasi.

Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan Rumah


Sakit antara lain diatur dalam :

d. Permenkes 1204/Menkes/PerXI/2004, mengatur tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit

e. Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit

f. PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan Beracun (B3)

Perkembangan mengenai sarana dan prasarana kesehatan disajikan dalam tabel


berikut ini:

Tabel 3.17
Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan Dalam Wilayah
Kota Lhokseumawe Tahun 2009
SARANA KESEHATAN YANG TERSEDIA
RSU RS NON POSKES GUDANG
NO KECAMATAN KLINIK
DAERAH / PEMERIN PKM PUSTU DES/POLI FARMASI
KESEHATAN
RS TNI TAH NDES
1 BANDA SAKTI 1 5 2 2 9 3
2 MUARA DUA 0 1 0 1 4 7 1
3 MUARA SATU 0 1 1 1 2 7
4 BLANG MANGAT 1 0 1 2 7 12
TOTAL 2 7 4 6 22 29 1
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe

III - 68
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.18
Timbulan Sampah Medis dari Puskesmas
Dalam Wilayah Kota Lhokseumawe Tahun 2009

No Nama Puskesmas Sampah Yang Dihasilkan


1 Puskesmas Banda Sakti 5 - 18 Kg / Hari
2 Puskesmas Muara Dua 7 - 14 Kg / Hari
3 Puskesmas Mon Geudong 5 - 7 Kg / Hari
4 Puskesmas Blang Mangat 3 - 4 Kg / Hari
5 Puskesmas Blang Cut 2- 4 Kg / Hari
6 Puskesmas Muara Satu 3 - 5 Kg / Hari
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2010

3.8. Pengelolaan Limbah Cair

3.8.1. Landasan Hukum

Undang-Undang Republik Indonesia

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang


Pengendalian Pencemaran Air

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Keputusan Menteri Republik Indonesia

3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor


35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

III - 69
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.8.2. Aspek Kelembagaan

Instansi Pemerintah Kota Lhokseumawe yang menangani masalah Limbah Cair


adalah Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Kota Lhokseumawe dan
Dinas Pekerjaan Umum.

3.8.3. Cakupan Pelayanan

Sesuai dengan hasil survei kesehatan lingkungan maka di wilayah Kota


Lhokseumawe dapat kita ketahui bahwa ada 31.415 jamban dengan berbagai jenis
jamban dan juga terdapat 26.377 unit SPAL. Secara umum semua fasilitas jamban dan
SPAL dibangun secara swadaya oleh masyarakat sendiri.

3.8.4. Aspek Teknis dan Operasional

Pada umumnya masyarakat di wilayah Kota Lhokseumawe menggunakan dua


sistem yaitu sistem terpisah dan sistem gabungan. Sistem terpisah yaitu terjadinya
pemisahan antara penyaluran air limbah dan air hujan. Air limbah dialirkan ke dalam
SPAL yang berbentuk septic tank. Air hujan umumnya disalurkan melalui saluran
drainase kota. Sistem gabungan yaitu semua air limbah tersebut masuk ke dalam satu
wadah (septic tank). Pemerintah Kota telah melakukan pengadaan sarana dan prasarana
yang berhubungan dengan pengelolaan limbah ini. Dari data Badan Kebersihan dan
Lingkungan Hidup bahwa Kota Lhokseumawe telah memiliki Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) sebanyak 1 unit. Pemerintah pun telah memiliki 2 unit mobil
penyedot dan pengangkut tinja. Volume lumpur tinja yang dibuang ke ILPT ini berkisar
3 m3/hari.

3.8.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Penanganan Limbah Cair

Masyarakat mempunyai perannya masing-masing sesuai dengan tingkat


kesadaran akan kesehatan lingkungan dan kemampuan finansialnya masing-masing.
Masyarakat yang telah mampu, umumnya telah memiliki fasilitas penanganan limbah
cair dengan baik. Namun masyarakat yang belum memiliki kemampuan finansial,
penyediaan sarana ini menjadi sulit bagi mereka. Sehingga dapat kita katakan dengan

III - 70
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

kondisi masyarakat dengan berbagai latar belakang yang dimilikinya, penanganan


leimbah ini belum maksimal. Hal ini terlihat dari data kesehatan lingkungan bahwa
36.119 rumah yang disurvei, hanya 14.201 rumah yang memiliki SPAL. Bahkan dari
total 14.201 SPAL tersebut, 53,84 % SPAL berada dalam kondisi memadai, sedangkan
sisanya sebesar 46,16 % berada dalam kondisi tidak memadai.

3.8.6. Permasalahan

3. Masih ada pandangan dari masyarakat yang beranggapan bahwa pengelolaan limbah
ini tidak begitu mendesak atau tidak menjadi perhatian bagi masyarakat. Masyarakat
masih menggunakan cara yang tidak sehat yaitu dengan memanfaatkan badan sungai
atau saluran drainase untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana pengelolaan
limbah cair ini.

4. Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan juga
ketersediaan lahan yang tidak begitu luas bagi penyediaan SPAL, tentunya sistem
SPAL berskala rumah tangga lebih sulit diterapkan karena keterbatasan lahan yang
dimiliki. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian kita semuanya.

5. Unit pengolahan tinja yang dimiliki Pemerintah Kota Lhokseumawe sudah penuh
dan bahkan dua bak penampungnya sudah rusak sehingga tidak dapat difungsikan
lagi. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh kepada pengelolaan limbah cair.

3.9. Pengelolaan Persampahan

3.9.1. Landasan Hukum

Undang-Undang Republik Indonesia

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang persampahan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan.

III - 71
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Keputusan Menteri Republik Indonesia

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001


tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

Peraturan Daerah (Qanun) Kota Lhokseumawe

1. Qanun Kota Lhokseumawe No 08 Tahun 2007 mengenai Retribusi Pelayanan


Persampahan/Kebersihan dalam wilayah Kota Lhokseumawe.

2. Qanun Kota Lhokseumawe No 06 Tahun 2003 mengenai Syarat Kontruksi


Bangunan dalam wilayah Kota Lhokseumawe.

3.9.2. Aspek Kelembagaan

Instansi Pemerintah Kota Lhokseumawe yang menangani masalah Persampahan


adalah Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Kota Lhokseumawe.

3.9.3. Cakupan Pelayanan

Cakupan pelayanan persampahan di Kota Lhokseumawe telah mencakup seluruh


kecamatan. Dengan kondisi timbulan sampah yang berbeda, maka cakupan pelayanan
menyesuaikan dengan eksisting persampahan setiap kecamatan tersebut. Kecamatan
Banda Sakti misalnya sarana TPS/Drum yang tersedia mencapai 2.250 unit dan truk
yang melayani wilayah ini mencapai 8 unit. Kalau dibandingkan dengan kecamatan
lain, umumnya hanya dilayani oleh 3 unit truk.

3.9.4. Aspek Teknis dan Operasional

Mekanisme Sistem pengelolaan sampah di Kota Lhokseumawe adalah sebagai


berikut:

1. Pewadahan Pola. Pewadahan yang direncanakan berupa pola pewadahan individual


yang diletakkan dekat rumah untuk permukiman dan diletakkan di belakan untuk
pertokoan serta pola pewadahan komunal yang diletakkan sedekat mungkin dengan
sumber sampah di tepi jalan besar.
2. Pengumpulan Sampah. Sama dengan pola pewadahan, rencana sistem
pengumpulan sampah akan mengunakan dua sistem juga yaitu pengumpulan

III - 72
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

individual yang dilakukan dengan sistem pelayanan door to door (dengan truk kecil
dikumpulkan ke depo atau langsung diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir) dan
sistem pelayanan door to door (dengan gerobak dan dikumpulkan di depo atau
Tempat Pembuangan Sementara yang akan disediakan pada setiap pusat BWK).
Cara lain dengan sistem individual adalah dengan cara mengumpulkan sekaligus
memusnahkan sampah tersebut sendiri. Sistem pengumpulan komunal adalah
dimana masyarakat mengantarkan sampah ke tempat yang telah ditentukan.
3. Pengangkutan Sampah. Pengangkutan dilakukan dengan dump truk, arm rool truk
dan mobil patrol dari Tempat Pembuangan Sementara ke Tempat Pembuangan
Akhir.
4. Tempat Pembuangan Akhir. Tempat pembuangan akhir berlokasi di Gampong
(desa) Alue Lim dengan sistem open dumping, lokasi ini dianggap cukup
representative karena jauh dari permukiman penduduk dan arealnya cukup luas.
(Sumber : RPIJM PU/CK Kota Lhokseumawe 2008)
Sarana dan prasarana persampahan menjadi faktor penting dalam pengelolaan
sampah di Kota Lhokseumawe. Tabel berikut ini dapat menggambarkan bagaimana
ketersediaan sarana dan prasarana persampahan.

Tabel 3. 19
Sarana dan prasarana sampah di Kota Lhokseumawe
No Kecamatan Sarana dan Prasarana Vol / Unit
Jumlah TPS/Drum 2,250
Jumlah TPS/Bak 29
Jumlah TPS/Gerobak Sampah 8
1 Banda Sakti
Jumlah TPS/Container 13
Mobil Kijang Pick Up 5
Truck 8
Jumlah TPS/Drum 950
Jumlah TPS/Bak 11
2 Muara Satu Jumlah TPS/Gerobak Sampah 2
Jumlah TPS/Container 1
Truck 3
Jumlah TPS/Drum 250
Jumlah TPS/Bak 5
3 Muara Dua Jumlah TPS/Gerobak Sampah 2
Jumlah TPS/Container 1
Truck 3
Jumlah TPS/Drum 250
Jumlah TPS/Bak 4
4 Blang Mangat Jumlah TPS/Gerobak Sampah 2
Jumlah TPS/Container 1
Truck 3
Sumber : BLHK Kota Lhokseumawe, 2010

III - 73
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3. 20
Sarana Lainnya Dalam Persampahan

No Sarana dan Prasarana Ket


1 Tempat Pengolahan Akhir
- Lokasi Desa Alue Lim
- Sistem yang digunakan Open damping
- Kapasitas dan luas TPA 18 Ha
- Volume sampah yang masuk ke TPA 202 m3/hari
- Alat Berat 2 Unit (Beco dan Buldozer)
2 Fasilitas Pendukung
- Ketersediaan instalasi pengolahan air
3 Unit
lindi (leachate)
- Sumur Pantau 3 Unit
Sumber : BLHK Kota Lhokseumawe, 2010

3.9.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Persampahan

Masyarakat telah melakukan upaya pengelolaan sampah sesuai dengan kondisi


kemampuan ataupun pengetahuan yang dimilikinya. Di beberapa kawasan perumahan,
seperti Kompleks Panggoi Indah, Kompleks Banda Masen, Kompleks Mutiara dan
Komplek Bank Duta, warga perumahan dari kompleks tersebut telah melakukan
pemilahan jenis sampah kering dan sampah basah. Menurut data dari Badan
Lingkungan dan Kebersihan Kota Lhokseumawe tahun 2010, di kawasan pemukiman
tersebut telah mampu melakukan pemilihan sampah basah dan kering dengan bobot
mencapai 0,5 m3/hari/35 rumah tangga. Data tersebut juga memberikan makna kepada
kita bahwa masyarakat juga telah mampu mengolah sampah di tempat (on site) di
rumahnya sendiri atau dikawasan perumahannya sendiri.

3.9.6. Permasalahan

Permasalahan persampahan di tingkat masyarakat :

1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang. Hal ini jelas
terlihat dari tingkat pencemaran saluran drainase yang dipenuhi oleh sampah.

2. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah. Dengan


tingkat retribusi sampah yang rendah menjadikan pelayanan persampahan menjadi
tidak begitu maksimal.

III - 74
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Permasalahan persampahan di tingkat pemerintah :

1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk database persampahan.


Database ini tentunya sangat berguna bagi pemerintah dalam upaya melakukan
forecasting terhadap permasalahan sampah.

2. Sarana dan prasarana sampah belum mampu menjawab kebutuhan akan pelayanan
persampahan yang baik. Lokasi TPA misalnya, bila masih menggunakan model
pengelolaan sampah hanya dengan menggunakan metode open damping saja, maka
dalam waktu yang tidak begitu lama, pemerintah harus mencari lokasi baru atau
melakukan perluasan lokasi TPA. Artinya life time penggoperasian TPA tidak
begitu lama.

3. Terdapat beberapa wilayah di Kota Lhokseumawe yang belum terjangkau oleh


layanan persampahan. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan
pelayanan secara menyeluruh kepada semua anggota masyarakat membuat masalah
persampahan menjadi tidak tuntas ditangani. Artinya pelayanan ini masih bersifat
parsial.

Permasalahan persampahan di tingkat swasta :

Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual
kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut. Kelompok masyarakat
yang berhubungan dengan kegiatan persampahan umumnya

III - 75
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.10. PENGELOLAAN DRAINASE

3.10.1. Landasan Hukum

Undang-Undang Republik Indonesia

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang


Perumahan dan Pemukiman

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang


Pengaturan Air.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang


Sungai.

Keputusan Menteri Republik Indonesia

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor


35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

3.10.2. Aspek Kelembagaan

Dinas yang terkait dengan pengelolaan drainase adalah Dinas Pekerjaan Umum
dan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan.

3.10.3. Cakupan Pelayanan

Saat ini cakupan pelayanan drainase sudah mencakup seluruh Kota


Lhokseumawe.

3.10.4. Aspek Teknis dan Operasional

Sarana drainase yang ada di Kota Lhokseumawe lebih banyak mengikuti pola
dan drainase jalan, khususnya di kawasan pusat kota. Kontruksi saluran dibuat

III - 76
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

dari pasangan bata dan beton, sedangkan dibagian pinggiran lebih banyak dalam
bentuk saluran tanah.

Menurut survey yang pernah dilakukan, terdapat sekitar 106 km saluran drainase
di Kota Lhokseumawe, 37,2 km diantaranya adalah saluran primer dan
sekunder, 69,1 km berupa saluran tersier, sebagian besar saluran sudah
berdinding pasangan/beton dengan variasi kondisi. Sebagian besar saluran
primer merupakan saluran buatan, karena tidak ada sungai yang mengalir di
Kota Lhokseumawe.

Kondisi drainase saat ini, masih menggunakan sistem gravitasi dan pompa,
dimana pada kondisi pasang, kelebihan air hujan dibuang dengan menggunakan
pompa. Terdapat 3 sistem pompa masing-masing ada di 3 stasiun pompa (Tando
1, Tando 2 dan Tando 3). Tetapi mulai tahun 2011 sistem pompa akan
ditiadakan dengan telah dibangunnya reservoir seluas 60 Ha yang akan mampu
menampung banjir akibat hujan.

3.10.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase

Secara keseluruhan dapat kita katakan bahwa masyarakat kurang peduli terhadap
pengelolaan drainase lingkungan. Perilaku masyarakat yang dapat kita amati di
wilayah Kota Lhokseumawe adalah masyarakat masih menggunakan drainase
sebagai saluran pembuangan sampah. Akibatnya selalu terjadi penyumbatan
saluran drainase lingkungan. Kecenderungan yang lainnya adalah sering kali
badan drainase digunakan sebagai tempat usaha masyarakat.

3.10.6. Permasalahan

Permasalahan yang sering dihadapi adalah terjadinya genangan pada saat musim
hujan. Data banjir dan genangan di Kota Lhokseumawe dapat disajikan dalam
tabel berikut ini :

III - 77
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3. 21
Lokasi Genangan di Kota Lhokseumawe

Besaran Genangan
Frekuensi
No Lokasi Genangan Luas Tinggi Lama Kejadian
(ha) (cm) (jam)
Gampong Kota
1 23 50 3 Setiap Hujan
Lhokseumawe
Gampong Keude Aceh dan
2 20 50 3 Setiap Hujan
Simpang Empat
3 Gampong Lancang Garam 40 50 5 Setiap Hujan
Gampong Teumpok Teungoh
4 61 50 3 Setiap Hujan
dan Ujung Blang
Gampong Kampung Jawa
5 26 50 5 Setiap Hujan
dan Hagu Selatan
6 Gampong Hagu Teungoh 33 50 12 Setiap Hujan
Banjir Kiriman &
7 Gampong Asan Kareung 25 50 48
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
8 Gampong Mane Kareung 19 50 48
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
9 Gampong Rayeuk Kareung 21 80 48
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
10 Gampong Blang Punteut 28 100 60
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
11 Gampong Mns.Punteut 16 50 48
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
12 Gampong Kd.Punteut 7 50 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
13 Gampong Baloy 17 50 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
14 Gampong Blang Teu 15 50 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
15 Gampong Tunong 9 50 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
16 Gampong Ujung Pacu 5 60 12
Saat Pasang
Banjir Kiriman &
17 Gampong Cot Trieng 40 50 48
Saat Pasang

III - 78
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Gambar 3.1
Peta Jaringan Drainase Kota Lhokseumawe

III - 79
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.11. Penyediaan Air Bersih

3.11.1. Landasan Hukum

Undang-Undang Republik Indonesia

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya


Air.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang


Pengaturan Air.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan.

Keputusan Menteri Republik Indonesia

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004


tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

3.11.2. Aspek Kelembagaan

Lembaga yang melakukan pelayanan penyediaan air bersih di Kota


Lhokseumawe adalah PDAM Tirta Mon Pase cabang Lhokseumawe.

3.11.3. Cakupan Pelayanan

Dari data yang tersedia, dapat kita ketahui bahwa pelayanan air bersih dari
PDAM di Kota Lhokseumawe hanya mencakup 25% saja dari total penduduk Kota
Lhokseumawe. Artinya ada 75% masyarakat lainnya yang belum terjangkau pelayanan
PDAM. Tingkat pelayanan yang tentunya cukup rendah. Pemerintah tentunya harus
melakukan terobosan yang inovatif untuk terpenuhinya kebutuhan air bersih
masyarakat.

Cakupan pelayanan PDAM di kota Lhokseumawe dapat kita lihat dari tabel
berikut ini :

Tabel 3.22
Tingkat Pelayanan PDAM Kota Lhokseumawe

III - 80
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

No URAIAN Th 2008 Th 2009 Th 2010


1 Jumlah Penduduk 158,760 159,239 161,574
2 Penduduk yg menikmati air (jiwa) 40,194 40,494 41,352
Persentase (%) 25.32 25.43 25.59
3 Jumlah Pelanggan (sambungan) 6,699 6,749 6,892
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010
: BPS TAHUN 2008 (Angka tahun 2010 adalah angka perkiraan)

3.11.4. Aspek Teknis dan Operasional

Pipa transmisi yang digunakan oleh PDAM ada dua jenis, yaitu jenis PVC dan
ACP. Secara umum pipa yang paling banyak adalah pipa PVC dengan berbagai macam
ukuran (diameter). Untuk jenis pipa ini penggunaannya dalam sistem jaringan air bersih
bahkan telah mencapai 53.480 meter. Sedangkan pipa ACP penggunaannya hanya
sepanjang 2.000 meter dan pipa ini telah terpasang sejak tahun 90-an.

Tabel 3.23
Pipa Transmisi Air Baku PDAM

Pipa Transmisi Air Baku


Unit Pelayanan Kondisi
Jenis Pipa Diameter (mm) Panjang (m)
Cabang Lhokseumawe PVC 300 11,466
250 9,300
200 2,500
150 8,779
100 13,445
75 5,746
50 2,244
ACP 200 2,000 Pipa lama thn 90-an
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010

3.11.5. Permasalahan

Permasalahan umum yang dihadapi oleh instansi penyedia air adalah tingkat
kehilangan air. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor misalnya kebocoran jaringan
pipa. Hal ini didukung juga dengan adanya berbagai macam pekerjaan pembangunan
yang dampaknya secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan kerusakan
jaringan pipa PDAM, seperti pembangunan jalan dua jalur dan penggalian berbagai
macam kabel bawah tanah. Faktor lainnya yang terjadi adalah kesalahan pembacaan
meter air dan terjadinya pencurian air.

III - 81
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.24-
Tingkat Kehilangan Air PDAM

Tahun
No Unit Pelayanan
2006 2007 2008 2009 2010
1 Cabang Lhokseumawe 43,6 46,5 45 42,3 42,3
Sumber : PDAM Tirta Mon Pase, Tahun 2010

III - 82
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.25
Identifikasi Permasalahan Teknik

N Indikator Indikasi
Indikasi Akar Masalah Action Plan
o Teknik Permasalahan
1 Sumber air baku Kualitas air baku Kondisi turbiditi air baku rata-rata Diperlukan bangunan
dari WTP tidak baik berkisar 700 NTU, dan pada saat prasedimentasi untuk
Krueng Pase musim hujan bisa mencapai 3.000 menurunkan turbiditi
NTU atau lebih air baku
Produksi air Kemampuan pengolahan instalasi
tidak optimal dari desain maksimal turbiditi 500
NTU
Tingginya turbiditi air baku
mengakibatkan produksi terganggu
dan tidak optimal sehingga
pendistribusian air ke pelanggan
terganggu
2 Suplai/ Belum Kondisi pipa jaringan yang Diperlukan
pendistribusian meratanya terpasang rata-rata berumur diatas pemasangan pipa
air tekanan air 10 tahun baru dengan ukuran
yang sesuai
Diameter pipa terpasang tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan saat
ini
Masyarakat tidak Tidak tersedianya jaringan pipa Diperlukan
dapat menikmati distribusi primer, sekunder dan pemasangan jaringan
layanan air retikulasi perpipaan untuk
bersih dari wilayah tersebut
PDAM
3 Masih minimnya Biaya produksi Biaya produksi air lebih besar dari Perlu dilakukan
tingkat air lebih besar biaya penjualan air review tarif penjualan
pelayanan dari biaya air minimal full cost
kepada penjualan air recovery
pelanggan

Pendapatan Rendahnya tingkat kesadaran Perlu dilakukan


rekening air masyarakat untuk membayar sosialisasi kepada
bulanan masih rekening air PDAM masyarakat ttg
belum sesuai kesadaran
pembayaran rekening
air tepat waktu serta
pentingnya air bersih

3.12. Komponen Sanitasi Lainnya

3.12.1. Penanganan Limbah Medis

Menurut Depkes Republik Indonesia berbagai jenis buangan yang dihasilkan


rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan
menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama petugas

III - 83
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis. Limbah klinis berasal dari pelayanan
medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang
dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian.
Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan
dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio
aktif dan limbah plastik

i. Limbah Benda Tajam. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki
sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan
gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radio aktif

j. Limbah Infeksius. Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien
yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan
ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah
mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang
terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan,
limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ).

k. Limbah Jaringan Tubuh. Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ,
anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan
dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan
hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.

l. Limbah Citotoksik. Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau


mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya
harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1.000°C.

m. Limbah Farmasi. Limbah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-


obatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah
terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-
obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil
produksi obat-obatan.

III - 84
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

n. Limbah Kimia. Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan
medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga
meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.

o. Limbah Radio Aktif. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan
radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal
limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan
bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.

p. Limbah Plastik. Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik,
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable
yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

Pengelolaan Sampah Medis

Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-


beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan,
penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

e. Penimbulan (Pemisahan Dan Pengurangan ). Proses pemilahan dan reduksi sampah


hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus
mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah,
pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta
menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang
jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

f. Penampungan. Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak
mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan
tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan
perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong
yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang
biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik
untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk
limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”.

III - 85
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

g. Pengangkutan. Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal


dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan
internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan
dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi
dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di


luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat
dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi
peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus
kuat dan tidak bocor.

h. Pengolahan dan Pembuangan. Metoda yang digunakan untuk mengolah dan


membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan
institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat.

Secara umum penanganan limbah medis di Kota Lhokseumawe di beberapa


rumah sakit dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.26
Penanganan Limbah Medis di Kota Lhokseumawe

Nama Rumah Sakit Jenis Limbah/Sampah Penanganannya Keterangan


RS. Kesrem a. Limbah Medis Cair - ditampung di septi tank dan bila penuh disedot Limbah Medis Cair = 0,4 L /hari/ bed = 40 L/hari
b. Limbah Padat Infeksius - dibakar di insenerator, seminggu 2x Limbah Padat Infeksius = 3,2 kg /hari/bed = 320 Kg/hari
c. Limbah Radioaktif (radiologi) - diambil pemulung
d. Obat-obast Kadaluarsa - dikubur di TPA
e. Sampah Domestik - diangkut petugas kebersihan
RS. Cut Meutia a. Limbah Padat Infeksius - langsung ke TPA tanpa diolah Insenerator tidak berfungsi
b. Limbah Cair Radioaktif - ditampung tanpa diolah, diambil oleh pengumpul Limbah Cair Radioaktif (radiologi) = 20 - 30 L / bulan
c. Limbah Cair Laboratorium - langsung ke IPAL
d. Limbah Domestik - langsung ke IPAL

3.12.2. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah dan Dayah (Pesantren)

Pada tahun 2009 jumlah sekolah yang ada di Kota Lhokseumawe terdapat 43
sekolah untuk pendidikan pra sekolah (TK), Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta

III - 86
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

sebanyak 58 sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) baik negeri ataupun swasta
sebanyak 33 sekolah dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 25 sekolah (negeri
dan swasta). Dari hasil survei diketahui bahwa :

a. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di Kota Lhokseumawe sudah ada toilet
guru dan murid.

b. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di empat kecamatan di Kota
Lhokseumawe belum terpisah antara toilet guru (laki-laki dan perempuan) dan
murid (laki-laki dan perempuan).

c. Ratio jumlah toilet tidak berimbang dengan jumlah murid yang ada di sekolah
tersebut.

d. Sumber air tersedia cukup baik yang bersumber dari PDAM dan sebagian besar
menggunakan sumur gali. Sedangkan untuk SMPN 6 Lhokseumawe di Batuphat
Timur air tawar diperoleh dengan membeli per jerigen.

e. Yang membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah.

f. Pengetahuan mengenai Higiene dan Sanitasi belum dimasukkan dalam mata


pelajaran Pendidikan Jasmani.

g. Umumnya sekolah telah memiliki anggaran untuk pengadaan air bersih, sanitasi dan
higiene namun dirasakan masih adanya kekurangan.

h. Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah belum ada upaya untuk diadakannya
pemilahan dan pengolahan lanjutan dari sampah.

i. Air limbah/kotor dari toilet di buang ke dalam septic tank dan air dari kamar mandi
dibuang ke saluran drainase.

j. Kondisi higiene sekolah umumnya sehat dan bersih.

k. Khusus untuk sanitasi di Dayah atau Pesantran, secara umum dari 34 Dayah yang
ada di wilayah Kota Lhokseumawe, kondisi sanitasinya masih sangat buruk. Dan ini
butuh perhatian dari kita semua.

3.12.3. Kampanye PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh
untuk menghasilkan kemandirian baik pada masyarakat maupun keluarga artinya

III - 87
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan


kesehatan.

Dengan adanya pembinaan dan penyuluhan PHBS diharapkan :

f. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.

g. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pencegahan penyakit dan upaya


penyehatan lingkungan.

h. Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat, institusi untuk melaksanakan


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

i. Meningkatkan derajat kesehatan terutama kesehatan ibu, bayi dan balita.

j. Meningkatkan kemampuan penyebaran informasi bagi petugas kesehatan.

Data kegiatan Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe pada


tahun 2009 tergambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.27
Kegiatan Promosi Kesehatan Program PHBS Tahun 2009

No Nama Kegiatan Jumlah


1 Penyuluhan Pola Hidup bersih Sehat Rp 10,400,000
2 Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan Rp 50,500,000
3 Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Rp 16,750,000
4 Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Rp 17,725,000
5 Pelaksanaan Kerjasama Bakti Sosial Kesehatan Rp 795,000,000
dan Promosi Kesehatan
6 Sosialisasi Masalah Kesehatan Rp 20,675,000
7 Advokasi Ke Lintas Sektor Terkait Rp 2,100,000
8 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Rp 24,845,000
Masyarakat
9 Pembinaan dan Penilaian Sekolah PHBS Rp 3,350,000
10 Pengembangan Media Promosi Kesehatan Dan Rp 15,700,000
Informasi Sadar Hidup Sehat

Total Rp 957,045,000
Sumber : Dinas Kesehatan tahun 2010

III - 88
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

3.13. Pembiayaan Pengelolaan Sanitasi

3.13.1. Perkembangan APBK

Untuk melihat perkembangan APBK Lhokseumawe, maka kami akan


menyajikan bagaimana perkembangan Target dan Realisasi Pendapatan Kota
Lhokseumawe dan Perkembangan Belanja Kota Lhokseumawe dari tahun 2006 s/d
2010. Data target dan realisasi pendapatan sumber datanya berasal dari Penjabaran
APBK tahun 2006 s/d 2010 dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat
perkembangan APBK. Sedangkan Perkembangan Total Belanja Kota Lhokseumawe
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan belanja Kota
Lhokseumawe dilihat dari aspek Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Untuk
lebih jelasnya mengenai perkembangan pendapatan Kota Lhokseumawe dari tahun 2006
s/d 2010 dapat dilihat pada Tabel III.28 berikut ini :

III - 89
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

TABEL III . 28
RINGKASAN TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN KOTA LHOKSEUMAWE
PERIODE 2006 - 2010

NO URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010


TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % TARGET REALISASI

1 PENDAPATAN 266,798,051,623 305,363,895,225 19.6 358,124,093,624 365,364,600,791 6.0 396,412,389,700 387,364,219,427 (2.2) 424,283,141,107 378,805,125,027 (99.9) 373,000,227,409 256,051,232
A Pendapatan Asli Daerah 15,542,692,042 19,012,089,077 6.2 20,355,898,777 21,093,748,566 5.8 25,404,571,421 20,604,686,381 5.3 25,658,318,385 14,212,385,947 3.8 26,080,980,000 256,051,232
a. Hasil Pajak Daerah 10,784,360,626 11,645,356,057 61.3 13,319,663,371 14,149,458,908 67.1 14,878,245,940 13,173,347,226 63.9 14,040,643,385 12,079,457,655 85.0 14,215,130,000 111,048,482
b. Hasil Retribusi Daerah 761,725,000 1,072,203,965 5.6 1,596,872,590 1,405,616,365 6.7 2,228,996,050 2,178,729,500 10.6 2,489,675,000 2,132,928,292 15.0 3,783,350,000 145,002,750
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan - - 386,024,410 267,154,063 1.3 2,240,000,000 373,496,344 1.8 2,540,000,000 - 0.0 2,540,000,000 -
d. Bagi Laba Usaha Daerah 50,000,000 118,870,548 0.6 - - - - - 0.0 0.0 -
f. Lain-lain PAD yang sah 3,946,606,416 6,175,658,507 32.5 5,053,338,406 5,271,519,230 25.0 6,057,329,431 4,879,113,311 23.7 6,588,000,000 0.0 5,542,500,000

B Dana Perimbangan 248,506,359,581 282,441,088,655 92.5 337,768,194,847 344,270,852,225 94.2 348,205,492,687 345,046,417,664 89.1 381,898,298,138 350,114,528,634 92.4 332,076,427,754 -
a. Dana Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak 51,397,515,045 65,421,758,597 23.2 84,016,198,873 92,364,728,893 26.8 83,687,065,687 80,527,990,664 23.3 99,077,112,138 67,293,342,634 19.2 58,884,567,754
b. Dana Alokasi Umum 168,470,000,000 168,470,000,000 59.6 211,310,000,000 211,310,000,000 61.4 233,315,427,000 233,315,427,000 67.6 248,522,186,000 248,522,186,000 71.0 253,964,760,000
c. Dana Alokasi Khusus 18,890,000,000 18,890,000,000 6.7 25,703,000,000 24,414,700,000 7.1 31,203,000,000 31,203,000,000 9.0 34,299,000,000 34,299,000,000 9.8 19,227,100,000
d. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Prov. 9,748,844,536 29,659,330,058 10.5 16,738,995,974 16,181,423,332 4.7 -

C Lain-lain Pendapatan Yang Sah 2,749,000,000 3,910,717,493 1.3 - - 22,802,325,592 21,713,115,382 5.6 16,726,524,584 14,478,210,446 3.8 14,842,819,655

Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2006 s/d 2010

III - 90
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Dari tabel diatas terlihat bahwa trend nominal pendapatan Kota Lhokseumawe
mengalami kenaikan selama 3 tahun terakhir yaitu selama tahun 2006 sampai dengan
2009, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan yang drastis dibandingkan dengan
tahun 2009, hal ini terjadi disebabkan berkurangnya Dana Perimbangan dari pusat.

Kemudian untuk tingkat pertumbuhan pendapatan daerah pada tahun 2007


cukup tinggi yaitu sebesar 19,6% kemudian turun pada tahun 2008 sebesar 6 %,
sedangkan pada tahun 2008 terjadi penurunan yang cukup jauh yaitu sebesar -2,2%,
kemudian pada tahun 2010 terjadi penurunan sangat drastis tingkat pertumbuhan
pendapatan kota yaitu sebesar -99,9%, hal ini dikarenakan pencatatan realisasi baru
sampai bulan januari sehingga pertumbuhan belum bisa dihitung secara akurat. Untuk
menggambarkan tingkat pertumbuhan pendapatan hanya bisa dilihat dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2009 saja. Selanjutnya untuk lebih jelas mengenai perkembangan
Belanja Kota Lhokseumawe dari tahun 2006 s/d 2010 dapat dilihat dalam tabel 3.29
berikut ini :

TABEL 3 . 29
TOTAL BELANJA KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2006 s/d 2010
2006 2007 2008 2009 2010
No URAIAN
Rp. ( %) Rp. ( %) Rp. ( %) Rp. ( %) Rp. ( %)
BELANJA TIDAK
1 122,070,296,112 36.02 199,756,568,214 42.94 232,725,158,060 49.05 258,277,127,702 55.02 246,362,829,231 65.86
LANGSUNG
a. Belanja Pegawai 68,013,130,276 20.07 144,866,627,069 31.14 169,811,379,560 35.79 188,944,872,702 40.25 196,615,658,831 52.56
b. Belanja Bunga - - - - - - - - -
c. Belanja Subsidi - - - - - - - - -
d. Belanja Hibah 8,671,433,000 2.56 - - 9,431,631,500 1.99 24,369,600,000 5.19 16,743,720,400 4.48
e. Belanja Bantuan Sosial 27,552,277,800 8.13 46,439,941,145 9.98 45,236,947,000 9.53 43,962,655,000 9.37 26,445,850,000 7.07
f. Belanja Bagi Hasil kepada
Prov/Kab./Desa 7,260,444,536 2.14 - - - - - - - -
g. Belanja Bantuan Keuangan 8,573,010,500 2.53 6,950,000,000 1.49 7,245,200,000 1.53 - - 6,057,600,000 1.62
h. Belanja Tidak Terduga 2,000,000,000 0.59 1,500,000,000 0.32 1,000,000,000 0.21 1,000,000,000 0.21 500,000,000 0.13

2 BELANJA LANGSUNG 216,783,050,511 63.98 265,391,451,791 57.06 241,710,006,270 50.95 211,143,060,731 44.98 127,734,445,442 34.14
a. Belanja Pegawai 59,918,067,771 17.68 46,764,026,366 10.05 44,072,193,931 9.29 40,007,661,845 8.52 31,603,068,085 8.45
b. Barang dan Jasa 75,743,982,659 22.35 70,196,989,424 15.09 82,078,369,079 17.30 88,805,913,583 18.92 54,706,720,343 14.62
c. Belanja Modal 81,121,000,081 23.94 148,430,436,001 31.91 115,559,443,260 24.36 82,329,485,303 17.54 41,424,657,014 11.07

TOTAL BELANJA 338,853,346,623 465,148,020,005 474,435,164,330 469,420,188,433 374,097,274,673

Sumber : Penjabaran APBK Lhokseumawe 2006 s/d 2010

III - 91
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total belanja Kota Lhokseumawe dari
tahun 2006 sampai dengan 2010 sangat berfluktuasi. Pada tahun 2006 total belanja
daerah sebesar Rp.338.853.346.623,- dengan pengalokasian untuk belanja tidak
langsung sebesar Rp.122.070.296.112,- atau 36,02% dan untuk belanja langsung
sebesar Rp.216.783.050.511,- atau sebesar 63,98%. Pada tahun 2007 total belanja Kota
Lhokseumawe sebesar Rp.465.148.020.005,- dengan pengalokasian untuk belanja tidak
langsung 42,94% atau sebesar Rp.199.756.568.214,- dan untuk belanja langsung
sebesar Rp.265.391.451.791,- atau 57,06%. Kondisi dua tahun tersebut (2006 dan 2007)
menunjukkan bahwa persentase pengalokasian total belanja lebih didominasi
pengalokasiannya untuk belanja langsung.

Pada tahun 2008 total belanja Kota Lhokseumawe yang mencapai jumlah
sebesar Rp.474.435.164.330,- dan merupakan total belanja tertinggi selama lima tahun
terakhir, pengalokasian untuk belanja tidak langsung dan belanja langsung hampir
mendekati angka keseimbangan. Jumlah belanja tidak langsung pada tahun tersebut
sebesar Rp.232.725.158.060,- atau 49,05% dan jumlah belanja langsung sebesar
Rp.241.710.006.270,- atau 50,95%.

Selanjutnya tahun 2009 total belanja Kota Lhokseumawe mengalami penurunan


dibandingkan dengan tahun 2008. Total belanja pada tahun 2009 sebesar
Rp.469.420.188.433,-, pengalokasian belanja pada tahun tersebut lebih didominasi oleh
belanja tidak langsung yaitu sebesar Rp.258.277.127.702,- atau 55,02% dan belanja
langsung sebesar Rp.211.143.060.731,- atau 44,98%.

Pada tahun 2010 total belanja Kota Lhokseumawe turun sebesar Rp.95.322.913.760,-
dari tahun 2009. Total belanja belanja pada tahun ini sebesar Rp.374.097.274.673 dan
pengalokasiannya sangat didominasi oleh belanja tidak langsung yaitu 65,86% atau
sebesar Rp.246.362.829.231,- sedangkan belanja langsung hanya sebesar
Rp.127.734.445.442,- atau 34,14%.

3.13.2. Besaran Pendanaan Sanitasi Pertahun

Dalam menganalisa pendanaan sanitasi di Kota Lhokseumawe, maka cara yang


dilakukan adalah dengan melakukan pendataan dari dari dinas-dinas yang terkait dengan
masalah sanitasi. Di Pemerintahan Kota Lhokseumawe umumnya SKPD yang berkaitan

III - 92
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

dengan masalah sanitasi adalah Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Badan
Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Dari tiga dinas terkait tersebut kemudian dilakukan
penelusuran terhadap program dan kegiatan apa saja yang berkaitan dengan sanitasi.

Data mengenai berbagai program dan kegiatan SKPD yang berkaitan dengan
sanitasi tergambarkan dalam tabel berikut ini:

III - 93
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.30
Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2007

NO SKPD PROGRAM DAN KEGIATAN DANA

1 DINAS KESEHATAN Program : PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Kegiatan : 1.Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat 18,160,000
: 2.Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat 39,650,000
Program : PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT
Kegiatan : 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat 9,600,000
: 2. Penyuluhan DBD 3,600,000
: 3. Penyuluhan Malaria 3,600,000
: 4. Penyuluhan Diare 4,200,000
: 5. Penyuluhan Penyakit kusta 3,525,000
Program : PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Kegiatan : 1. Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging 20,256,000
: 2. Pelayanan pencegahan dan penaggulangan penyakit menular 7,900,000
: 3. Peningkatan surveilace epidemologi dan penanggulangan wabah 8,700,000

2 DINAS PEKERJAAN UMUM Program : PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG


Kegiatan : 1. Pembangunan saluran air limbah 6,743,546,435
: 2. Pembangunan saluran air limbah (luncuran) 1,007,451,687

3 DINAS BLHK Program : PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH


Kegiatan : 1. Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (DAK) 789,746,211
Program : PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan : 1. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (DAK) 53,300,000
Program : PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (DAK)
Kegiatan : 1. Konservasi sumber daya air & pengendalian kerusakan sumber- sumber air 190,447,500
Program : NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR
Kegiatan : 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor 358,407,125
: 2. Pengadaan sapras jaringan air limbah 177,080,000
Total Dana Sanitasi 9,439,169,958
Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2007

III - 94
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.31
Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2008
NO SKPD PROGRAM DAN KEGIATAN DANA

1 DINAS KESEHATAN Program : PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT


Kegiatan : 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat 67,800,000
: 2. Penyuluhan Malaria 11,100,000
: 3. Penyuluhan DBD 11,100,000
: 4. Penyuluhan Scabies 11,100,000
: 5. Penyuluhan Diare 21,900,000
: 6. Penyuluhan Penyakit TBC 11,100,000
: 7. Penyuluhan Penyakit Kusta 11,100,000
Program : PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Kegiatan : 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk 441,168,000
: 2. Pelayanan pencegahan & penanggulangan penyakit menular 10,800,000
: 3. Pemusnahan/ karantina sumber penyebab penyakit menular 79,480,000
: 4. Peningkatan survelece epidemologi & penanggulangan wabah 43,127,500

2 DINAS PEKERJAAN UMUM Program : PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG


Kegiatan : 1. Pembangunan saluran air limbah 1,969,960,000
Program PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR MINUM DAM AIR LIMBAH
Kegiatan : 1. Pengembangan sistem distribusi air minum (DAK) 2008 2,553,100,000
: 2. Pembangunan saluran air bersih 318,450,000
Program PROGRAM LANJUTAN
Kegiatan : 1. Pembangunan saluran air limbah 1,122,134,240
: 2. Pembangunan jaringan air bersih 191,985,200
Program : LINGKUNGAN SEHAT PERUMAHAN
Kegiatan : 1. Pembangunan jalan lingkungan 5,306,941,953

3 DINAS BLHK Program : PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH


Kegiatan : 1. Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (DAK) 148,496,803
: 2. Bimbingan teknis persampahan 50,000,000
: 3. Penyedian sarana prasarana tempat pembuangan akhir 151,350,500
Program : PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan : 1. Koordinasi penyusunan AMDAL 50,000,000
Program : PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
Kegiatan : 1. Konservasi sumber daya air & pengendalian kerusakan sumber- sumber air 105,286,956
: 2. Pemantauan kualitas air sumur penduduk 69,000,000
Program : NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR
Kegiatan : 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor 694,452,500
Program : PENINGKATAN KUALITAS SDM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan : 1. Diklat teknis aparatur pengelolaan lingkungan hidup 100,000,000
Program PROGRAM LANJUTAN
Kegiatan : 1. Penyediaan sarana prasarana pengelolaan persampahan (DAK) 31,500,000
Total Dana Sanitasi 13,582,433,652
Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2008

III - 95
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.32
Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2009
NO SKPD PROGRAM DAN KEGIATAN DANA

1 DINAS KESEHATAN Program : PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT


Kegiatan : 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat 33,940,000
Program : PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Kegiatan : 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk 250,232,000
: 2. Pelayanan pencegahan & penanggulangan penyakit menular 17,515,000

2 DINAS PEKERJAAN UMUM Program : PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG


Kegiatan : 1. Pembangunan saluran drainase / gorong-gorong 1,949,858,500
Program : PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR MINUM DAM AIR LIMBAH
Kegiatan : 1. Pengembangan sistem distribusi air minum (DAK) 2009 2,702,387,775

3 DINAS BLHK Program : PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP


Kegiatan : 1. Kegiatan Pengelolaan B 3 dan Limbah B 3 43,500,000
: 2. Kegiatan Koordinasi Penyusunan AMDAL 55,000,000
: 3. Kegiatan Pembangunan Sisitem Informasi Kualitas lingkungan hidup (DAK) 35,000,000
Program : PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (DAK)
Kegiatan : 1. Peningkatan konservasi daerah tangkapan air , Sumber, Air (DAK) 13,000,000
Program : NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR
Kegiatan : 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor 93,357,350
Total Dana Sanitasi 5,193,790,625
Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2009

III - 96
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Tabel 3.33
Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2010
NO SKPD PROGRAM DAN KEGIATAN DANA
1 DINAS KESEHATAN Program : PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT
Kegiatan : 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat 9,000,000
Program : PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Kegiatan : 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk 112,820,000

2 DINAS PEKERJAAN UMUM Program : PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG


Kegiatan : 1. Pembangunan saluran air limbah 1,050,712,079
Program : PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR MINUM DAM AIR LIMBAH
Kegiatan : 1. Kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah 1,342,983,000
: 2. Pengembangan sistem distribusi air minum (DAK) 2009 1,525,115,301
Program : LANJUTAN
Kegiatan : 1. Kegiatan Pengembangan Saluran Drainase / Gorong - gorong 612,895,000
: 2. Kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi Air Minum (DAK 2009) 32,497,400
Program : LINGKUNGAN SEHAT PERUMAHAN
Kegiatan : 1. Pembangunan Jalan Lingkungan 4,240,551,916

3 DINAS BLHK Program : PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH


Kegiatan : 1. Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (DAK) 137,606,000
: 2. Bimbingan teknis persampahan 10,000,000
: 3. Kegiatan Sosialisasi kebijakan Pengelolaan Persampahan 10,000,000
: 4. Penyedian sarana prasarana tempat pembuangan akhir 19,071,250
Program : PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan : 1. Kegiatan Koordinasi, Penilaian Kota Sehat / Adipura 27,000,000
: 2. Pengelolaan B 3 dan Limbah B 3 28,000,000
: 3. Koordinasi Penyusunan AMDAL 37,500,000
Program : PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (DAK)
Kegiatan : 1. Konservasi Sumber daya Air dan pengendalian Kerusakan sumber- sumber air (DAK) 25,101,250
Program : NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR
Kegiatan : 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor 213,425,000
Total Dana Sanitasi 9,434,278,196
Sumber : Penjabaran APBK Tahun 2010

III - 97
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

Dari tabel diatas maka kita dapat mengetahui perkembangan pembiayaan


sanitasi di Kota Lhokseumawe dari tahun 2007 – 2010. Pada tahun 2007 Dana Sanitasi
yang terdapat pada tiga SKPD berjumlah Rp 9.439.169.958,- yang terakomodir dalam 8
program dan 17 kegiatan. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan dana sanitasi kota. Total
dana yang terakomidir dalam SKPD berjumlah Rp 13.582.433.652,-. Artinya terjadi
peningkatan dana sebesar Rp 4.143.263.694,- atau terjadi peningkatan sebesar 30.50%
anggaran sanitasi. Perkembangan ini ditunjukkan dengan jumlah program yang
mencapai 12 Program dan 26 Kegiatan. Pada tahun 2009 terjadi penurunan yang sangat
signifikan terhadap dana sanitasi. Anggaran Sanitasi Kota Lhokseumawe hanya Rp
5.193.790.625,- yang terdistribusikan dalam 7 Program dan 10 Kegiatan. Artinya terjadi
penurunan sebanyak 161.51%. Pada tahun 2010, Anggaran Sanitasi terjadi peningkatan
sebesar Rp 4.240.487.471 atau 44,95%, di mana total dana sanitasi berkembang menjadi
Rp 9.434.278.196. Secara keseluruhan dapat kita ketahui bahwa Dana Sanitasi di Kota
Lhokseumawe terjadi perubahan yang sangat fluktuatif.

3.13.3. Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi

Dalam dokumen laporan realisasi DPKAD Kota Lhokseumawe, tercatat hanya


1 jenis retribusi yang berkaitan dengan layanan sanitasi yaitu Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan. Data mengenai tingkat realisasi dari jenis retribusi ini
disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.34
Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
di Kota Lhokseumawe

Ret.Pelayanan Persampahan/ Kebersihan


Tahun Rasio
Target Realisasi
Efektivitas
2006 30,250,000 43,000,000 142.15
2007 60,000,000 43,236,000 72.06
2008 97,500,000 105,622,000 108.33
2009 122,000,000 134,630,000 110.35
2010 172,000,000 12,720,000 7.40
Sumber : Realisasi DPKAD 2006 s/d 2010 (data diolah)

Dari tabel diatas terlihat bahwa retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan


mempunyai tingkat rasio efektivitas yang cukup baik. Tingkat realisasi dari retribusi ini
pada tahun 2006 sebesar 142,15%. Pada tahun 2006 tingkat penerimaan retribusi

III - 98
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

mencapai Rp 43.000.000,- dari target yang hanya Rp 30.250.000,-. Tingkat pencapaian


yang kurang efektif terjadi pada tahun 2007 dengan target yang diinginkan adalah Rp
60.000.000,- namun pencapainnya hanya mampu menyentuh angka Rp 43.236.000,-
saja sehingga angka rasio efektivitas hanya 72,06 %. Pada tahun 2008 rasio
efektivitasnya mencapai 108,33% dan tahun 2009 sebesar 110,35%. Dari dua tahun
tersebut menunjukkan bahwa angka realisasi diatas angka target retribusi yang telah
direncanakan. Dengan pencapaian yang cukup efektif tersebut, maka retribusi ini dapat
lebih dioptimalkan untuk menunjang tingkat Pendapatan Asli Daerah Kota
Lhokseumawe di masa yang akan datang.

Tabel 3.35
Kontribusi Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan
Terhadap Keseluruhan Retribusi di Kota Lhokseumawe

Realisasi Total
Realisasi Retribusi
Tahun Retribusi Kota Persentase
Persampahan
Lhokseumawe
2006 43,000,000 1,283,297,960 3.35
2007 43,236,000 1,405,616,865 3.08
2008 105,622,000 2,178,729,500 4.85
2009 134,630,000 2,132,928,292 6.31
2010 12,720,000 145,002,750 8.77
Sumber : Realisasi DPKAD 2006 s/d 2010 (data diolah)

Dari pemasukan retribusi ini terhadap total penerimaan retribusi setiap tahunnya
di Pemerintah Kota Lhokseumawe, jelas terlihat bahwa memberikan kontribusi yang
cukup berarti pemasukan Pendapatan Asli Daerah. Pada tahun 2006 retribusi ini
memberikan kontribusi sebesar 3.35% dari total jumlah retribusi sejumlha Rp
1.283.297.960,-. Namun pada tahun 2007 terjadi penurunan kontribusi terjadi total
retribusi menjadi 3.08 %. Pada tahun 2008 dan 2009 kecenderungan yang terjadi adalah
terjadinya peningkatan kontribusi Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan
terhadap total Retribusi Kota Lhokseumawe. Tahun 2008 kontribusi yang diberikan
adalah 4.85% dan tahun 2009 terjadi peningkatan kontribusi yang mencapau angka
6.31% dari total retribusi yang mencapai angka Rp 2.132.928.292,-. Tentunya dengan
data tersebut dapat kita pahami adalah bahwa Retribusi Pelayanan Persampahan /
Kebersihan dapat dikembangkan atau digali lebih mendalam guna menunjang
pencapaian PAD yang lebih baik. Masih banyak potensi yang dapat menjadi sumber
pemasukan kas daerah, apabila pihak-pihak terkait mampu melakukan analisa lebih

III - 99
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan

mendalam terhadap segala potensi dan permasalahan dalam upaya menaikkan


kontribusi retribusi ini.

3.13.4. Besaran Pendanaan Sanitasi Perkapita

Besarnya biaya pembangunan sanitasi perkapita dihitung dengan menghitung


berapa besar dana sanitasi setiap tahunnya dibagi dengan jumlah penduduk.

Tabel 3.36
Besaran Pendanaan Sanitasi di Kota Lhokseumawe

Jumlah Pendanaan Sanitasi


No Tahun Dana Sanitasi
Penduduk Perkapita
1 2007 Rp 9,439,169,958 158,169 Rp 59,678
2 2008 Rp 13,582,433,652 158,760 Rp 85,553
3 2009 Rp 5,193,790,625 159,239 Rp 32,616
4 2010 Rp 9,434,278,196 161,574 Rp 58,390
Sumber : Hasil Analisis 2010
* Jumlah Penduduk tahun 2010 merupakan data perkiraan

Dari tabel diatas jelas tergambarkan bagaimana perkembangan pendanaan


sanitasi per kapita di Kota Lhokseumawe. Pada tahun 2007 dana sanitasi sebesar Rp
9.349.169.958 dengan jumlah penduduk mencapai 158.169 jiwa, maka pendanaan
sanitasi perkapita sebesar Rp 59.678. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan dana sanitasi
perkapita. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2008, Pemerintah Kota Lhokseumawe
mempunyai anggaran sanitasi sebesar Rp 13.582.433.652. Hal ini berdampak pada
terjadinya peningkatan dana sanitasi perkapita menjadi Rp 85.553. Namun pada tahun
2009, angka pendanaan sanitasi per kapita di Kota Lhokseumawe adalah Rp 32.616.
Pada tahun 2009 angka ini adalah angka terendah dari angka pendanaan sanitasi
perkapita. Tahun 2010, Pemerintah Kota Lhokseumawe meningkatkan anggaran bidang
sanitasi per kapita menjadi Rp 58.390.

III - 100

Anda mungkin juga menyukai