Anda di halaman 1dari 61

ii

PENGARUH WAKTU PEREBUSAN TERHADAP KUALITAS CPO YANG

DIHASILKAN PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT

DI PTPN III RAMBUTAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

KHAIRUNI ULFA SITOMPUL

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
iii

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH WAKTU PEREBUSAN TERHADAP


KUALITAS CPO YANG DIHASILKAN PADA
PROSES PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT
DI PTPN III RAMBUTAN
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : KHAIRUNI ULFA SITOMPUL
Nomor Induk mahasiswa : 052409042
Program Studi : DIPLOMA 3 (D-3) KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Disetujui di
Medan, Juli 2008

Diketahui
Program Studi D-3 Kimia Industri FMIPA USU
Ketua, Pembimbing,

Dr.Harry Agusnar, M.Sc.,M.Phil Dr.Harry Agusnar, M.Sc.,M.Phil


NIP : 131 273 466 NIP : 131 273 466

Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,

DR. Rumondang Bulan, MS.


NIP : 131 469 466

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
iv

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU PEREBUSAN TERHADAP KUALITAS CPO YANG


DIHASILKAN PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT
DI PTPN III RAMBUTAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, Mei 2008

KHAIRUNI ULFA SITOMPUL


052409042

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
v

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
yang berjudul “Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang
Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit di PTPN III Rambutan”.

Karya ilmiah ini adalah merupakan hasil kerja praktek di Pabrik Kelapa Sawit
di PTPN III Rambutan. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan akademik
mahasiswa untuk memperoleh gelar Ahli Madya Diploma D-3 untuk program studi
Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara.

Karya ilmiah ini dapat disusun dan diselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
setulusnya kepada :
1. Keluarga tercinta, Ayahanda Marhayun Sitompul dan ibunda Hasnah Munthe,
beserta Kakanda Isma Hasnina,Adik – adikku (Rionaldy,Jefry Haris dan Arief
Ariansyah) yang selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan dan doa kepada
penulis.
2. Bapak Dr.Harry Agusnar M.Sc.M.Phil, selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan ,MS, selaku ketua jurusan Program studi D-3 Kimia
Industri di Fakultas MIPA USU.
4. Bapak Zulkifli, selaku pembimbing lapangan yang dengan tulus memberikan
pengarahan kepada saya di lapangan.
5. Bapak Drs. Eddy Marlianto,MSc, selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
6. Staf dan karyawan Program studi D-3 Kimia Industri, terima kasih atas kerja
samanya.
7. “Ry” yang selalu siap membantu, menemani dan memberikan semangat dalam
penyelesaian karya ilmiah ini (makasih yach..!!)
8. Teman dan sahabat ku Mila, Anggia, Nora, Fitria,Vicil, Videk, Yenny makasih
atas semangat dan keceriaan saat bersama.
9. Teman – teman seperjuangan PKL (Henni, Yudi, Bayu), makasih atas kerja
samanya.
10. Teman- teman stambuk 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
dan adik stambuk, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan moril
yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa penyajian karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada. Tapi penulis berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
vi

ABSTRAK

Proses pertama pengolahan kelapa sawit dan inti sawit dimulai dari proses
perebusan. Proses perebusan yang tidak benar akan mempengaruhi proses berikutnya.
Demikian juga ketidak lancaran perebusan akan mengganggu kelancaran proses
berikutnya, berarti kegagalan – kegagalan perebusan akan menurunkan produktivitas
oleh pabrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi proses perebusan antara lain
adalah tekanan steam dan waktu perebusan. Pada penulisan karya ilmiah ini penulis
mengambil judul “Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang
Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit di PTPN III Rambutan”.
Pada penulisan karya ilmiah ini penulis ingin mengemukakan faktor-faktor
yang menyebabkan kualitas CPO berubah oleh pengaruh proses perebusan.
Dilaporkan bahwa, pada proses perebusan tekanan yang tinggi akan mempengaruhi
tingkat pemucatan minyak sehingga akan merusak warna minyak sawit yang
dihasilkan, perebusan yang lama akan menybabkan kenaikan kehilangan minyak
dalam air kondensat dan janjangan kosong dan perebusan dengan sistem tiga puncak
digunakan. Dari penelitian digunakan tekanan maksimum sebesar 2,8 kg/cm2,suhu
135oC dan waktu siklus perebusan 90 menit untuk menghasilkan kualitas CPO yang
baik

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
vii

THE EFFECT OF THE LENGTH STERILISING PROCESS OF QUALITY


CPO TO PRODUCE PROCESS PRODUCT OF COCONUT’S FACTORY
IN PTPN III RAMBUTAN

ABSTRACT

First step in the processing of oil palm and kernel oil palm is sterilising process.
Failure in the process will affect the following processes, which may lowers
productivity of the palm oil mill. Various factors affecting efficiency of the sterilising
process, such as steam’s pressure and the length of the sterilising. Therefore, title of
this paper is chosen “The Effect Of The Length Sterilising Process Of Quality CPO
To Produce Process Product Of Coconut’s Factory In PTPN III Rambutan”.
In this paper the above factors affecting the loss of CPO in sterilising process will be
discussed. It was reported that high pressure resulted in darker colour of the CPO
produced, and longer sterilising in caused the loss of CPO into condensate and leupt
buches and sterilising triple peak used. From research that is done, it is obtained that
maximum pressure is 2,8 kg/cm2,temperature 135oC and timing strelizer 90 minute to
yield of good quality,s CPO.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
viii

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar isi vii
Daftar tabel viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4


2.1. Pengenalan Minyak Atau Lemak Secara Umum 4
2.2. Susunan Minyak Kelapa Sawit
2.2.1. Lemak – Lemak 6
2.2.2. Provitamin 8
2.2.3. Likopin – Likopin 9
2.2.4. Lutin dan Xantofil (Fitoxantin) 9
2.2.5. Sterin – Sterin 9
2.2.6. Triakontanol 9
2.3. Konstanta – Konstanta Minyak Sawit 10
2.4. Proses Pengolahan Minyak Sawit 11
2.4.1. Penerimaan Buah (fruit reception) 12
2.4.2. Rebusan (sterilizer) 13
2.4.3. Penebahan (thresher) 14
2.4.4. Pencacahan (digester) dan Pengempaan (presser) 14
2.4.4.1. Pencacahan (digester) 14
2.4.4.2. Pengempaan (presser) 15
2.4.5. Pemurnian (clarifier) 16
2.4.6. Pemisahan biji dan kernel 18
2.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi
Pada Ampas Pressan 19
2.6. Kehilangan Minyak 22
2.7. Standar Mutu Minyak Sawit 23
2.8. Kegunaan Minyak Kelapa Sawit 24
2.8.1. Minyak Sawit untuk Industri Pangan 24
2.8.2. Minyak Sawit untuk Industri non pangan 25
2.8.3. Minyak Sawit sebagai Bahan Bakar Alternatif 29
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
ix

2.9. Pengaruh Kontaminan Terhadap Daya Guna Minyak Sawit 30


2.10. Karakteristik TBS 32
2.11. Pemanenan dan Transportasi Panen 34
2.12. Teknologi Ekstraksi CPO dan Inti 36
2.13. Pengolahan Buah Sawit Menjadi Minyak Sawit 37
2.13.1. Perebusan (strelizer) 37
2.13.2. Perlakuan – Perlakuan Pada Saat Perebusan 38
2.14. Kendala – Kendala Pada Perebusan 44

BAB 3 BAHAN DAN METODE 46


3.1 Alat dan Bahan 46
3.1.1. Alat 46
3.1.2. Bahan 46
3.2 Prosedur 47
3.2.1. Penentuan Asam Lemak Bebas 47
3.2.2. Penentuan Kadar Air 47
3.2.3. Penentuan Kadar Kotoran 48

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 49


4.1 Data 49
4.2 Perhitungan 49
4.2.1. Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas 50
4.2.2. Perhitungan Kadar Air 50
4.2.3. Perhitungan Kadar Kotoran 51
4.3 Pembahasan 52

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 53


5.1 Kesimpulan 53
5.2 Saran 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.2 Data Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit 7


Dan Minyak Inti Kelapa Sawit
Tabel 2.7 Spesifikasi Mutu Minyak Sawit 23
Tabel 2.10.1 Karakteristik Tipe Kelapa Sawit 32
Tabel 2.10.2 Karakteristik Umum Buah Sawit tipe D x P 34
Tabel 2.11 Kriteria Kematangan Buah 36
Tabel 4.1 Data Pecobaan 49

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sistem Perebusan Satu Puncak 39


Gambar 2. Sistem Perebusan Dua Puncak 40
Gambar 3. Sistem Perebusan Tiga Puncak 41
Sistem Perebusan Tiga Puncak Datar
Sistem Perebusan Tiga Puncak Bertahap

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah

minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik Kelapa Sawit

(PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit

ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa

sawit. PKS merupakan unit pengolahan paling hulu dalam industri pengolahan kelapa

sawit dan merupakan titik kritis dalam alur hidup ekonomi buah kelapa sawit

khususnya dan industri kelapa sawit umumnya.

Sifat yang krusial ini disebabkan beberapa faktor yang penting diantaranya :

Sifat buah kelapa sawit yang segera mengalami penurunan kualitas dan rendemen bila

tidak segera diolah.

CPO dan inti sawit merupakan bahan antara lain industri olahan kelapa sawit dimana

kualitasnya menentukan daya gunanya untuk diolah menjadi produk akhir industri dan

konsumen rumah tangga seperti olein, stearin, minyak goreng, margarin, shortening,

minyak inti sawit, kosmetik, sabun dan deterjen, shampoo, dan lain-lain.

Karenanya, PKS merupakan salah satu faktor kunci sukses pembangunan industri

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xiii

perkebunan kelapa sawit. PKS tersusun atas unit – unit proses yang memanfaatkan

kombinasi perlakuan mekanis, fisik dan kimia. Parameter penting produksi seperti

efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting peranannya dalam

menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit dibanding industri minyak

nabati lainnya.

Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit terdiri dari komponen kimia yang

sebagian besar mudah mengalami perubahan-perubahan kimia baik penguraian dari

dalam maupun dari luar. Keadaan ini memerlukan cara - cara pengolahan yang cermat

dan teliti sehingga produksi pabrik kelapa sawit (PKS) dapat memenuhi permintaan

konsumen yang merupakan suatu jaminan pemasaran. Perebusan TBS untuk PKS

sangatlah mempunyai peranan penting, karena hasil akhir dari proses PKS ditentukan

oleh hasil dari sistem/cara perebusan sehingga perebusan dilaksanakan secara

optimum tanpa mengurangi kapasitas perebusannya, dan kesulitan-kesulitan yang

terdapat dalam proses perebusan dapat diatasi. Kesulitan-kesulitan itu dapat berakibat

pada kualitas minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul:

PENGARUH WAKTU PEREBUSAN TERHADAP KUALITAS CPO YANG

DIHASILKAN PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT Di PTPN

III RAMBUTAN.

1.2. Permasalahan

Bagaimana pengaruh waktu perebusan terhadap kualitas minyak sawit mentah (CPO)

yang dihasilkan pada proses pabrik kelapa sawit di PTPN III Rambutan.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xiv

1.3. Tujuan

- Untuk mengetahui pengaruh waktu perebusan terhadap kualitas minyak

mentah (CPO) dengan mengetahui temperatur maksimum, tekanan uap dan

waktu yang diperlukan untuk proses perebusan yang dilakukan oleh sterilizer.

1.4. Manfaat

- Sebagai sumbangan pemikiran kepada almamater dalam pemecahan masalah

yang dihadapi di lapangan pabrik.

- Sebagai bahan masukan bagi perusahaan.

- Memberikan gambaran kualitas CPO yang baik sebagai hasil produksi

- Memberikan pengetahuan tentang tahapan-tahapan yang terjadi pada proses

perebusan.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xv

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Minyak atau Lemak Secara Umum

Minyak atau Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan

tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang

lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein, dimana satu gram lemak

atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya

menghasilkan 4 kkal/gram. Selain itu lemak atau minyak juga berfungsi sebagai

pelarut bagi vitamin A, D, E, dan K.

Minyak atau Lemak jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam

lemak rantai panjang dan satu molekul gliserol. Adapun proses hidrolisis dari

trigliserida tersebut adalah sebagai berikut :

O O

CH2 O C R1 CH2 OH R1 C OH

O O

CH2 O C R2 + 3H2O CH OH + R2 C OH

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xvi

O O

CH2 O C R3 CH2 OH R3 C OH

Trigliserida Gliserol Asam Lemak

Trigliserida (atau lebih tepatnya triasilgliserol atau triasilgliserida) adalah

sebuah gliserida, yaitu ester dari gliserol dan tiga asam lemak. Trigliserida merupakan

penyusun utama minyak nabati dan lemak hewani.

Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR'-CH2-COOR", dimana

R, R' dan R" masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam

lemak RCOOH, R'COOH and R"COOH bisa jadi semuanya sama, semuanya berbeda

ataupun hanya dua diantaranya yang sama.

Keragaman jenis trigliserida bersumber dari kedudukan dan jati diri asam

lemak. Trigliserida sederhana adalah triester yang terbuat dari gliserol dan tiga

molekul asam lemak yang sama. Misalnya dari gliserol dan tiga molekul asam stearat

akan diperoleh trigliserida sederhana yang disebut gliseril tristearat atau tristearin.

Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat

bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16, 18, atau 20 atom karbon.

Asam lemak alami yang ditemukan pada tumbuhan dan hewan biasanya terdiri dari

jumlah atom karbon yang genap disebabkan cara asam lemak dibiosintesis dari asetil

KoA. Sekalipun begitu, bakteria memiliki kemampuan untuk menyintesis asam lemak

dengan atom karbon ganjil ataupun rantai bercabang. Karena itu, hewan memamah

biak biasanya memiliki asam lemak berkarbon ganjil, misalnya 15, karena aksi

bakteria didalam rumennya.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xvii

Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, dan hal ini tergantung dari

komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berbentuk

cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat, linoleat,

atau asam linolenat dengan titik cair yang rendah. Lemak hewani pada umumnya

berbentuk padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam lemak jenuh,

misalnya asam palmitat dan stearat yang mempunyai titik cair yang lebih tinggi.

Gliserol adalah senyawa organik dari polialkohol yang disebut juga dengan

gliserin, sebagai nama dagang atau nama trivial yang kemurniannya lebih rendah dari

gliserol.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit)

2.2 Susunan Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit terdiri dari lemak, atau minyak, yang dapat disabunkan, dan

bagian lain yang tidak dapat disabunkan, yang jumlahnya tidak melebihi 2 %-nya.

Lemak atau minyak terdiri dari gliserin yang terikat pada asam-asam lemak. Satu

molekul gliserin dapat mengikat tiga molekul asam lemak. Jika molekul-molekul

asam lemak itu berbeda-beda, maka lemak disebut trigliserida campuran. Tetapi pada

umumnya ketiga tempat itu diduduki oleh tiga asam lemak yang sama, misalnya

triolein, tripalmitin, dan sebagainya.

Susunan minyak kelapa sawit kurang lebih sebagai berikut :

2.2.1. Lemak-lemak

Gliserida asam olein dan asam linol k.l. 50 % = 40 % + 10 %

Gliserida asam palmitin k.l. 45 %

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xviii

Gliserida asam stearin k.l. 3 – 5 %

Gliserida asam miristin k.l. 1,4 – 2,2 %

Gliserida asam lignoserin k.l. 0,1 %

Tabel 2.2.Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa

Sawit

Asam lemak Mnyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%)

Asam Lemak Jenuh

Oktanoat - 2–4

Dekanoat - 3–7

Laurat 1 41 – 55

Miristat 1–2 14 – 19

Palmitat 3,2 – 4 6 – 10

Stearat 7,4 – 10 1–4

Asam Lemak Tidak Jenuh

Oleat 38 – 50 10– 20

Linoleat 5 – 14 1–5

Linolenat 1 1–5

Sumber : S. Ketaren

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xix

Didaerah tropika pada hari terpanas campuran tersebut sama sekali cair. Jika

sedikit didinginkan stearin dan palmitin akan menjadi padat dan memisah. Di Eropa

minyak kelapa sawit sama sekali padat, mempunyai konsistensi yang seperti mentega.

2.2.2. Provitamin

Provitamin adalah bahan-bahan yang jika dipecah dapat menghasilkan vitamin.

Pemecahan ini terjadi pada tubuh binatang yang bukan pemakan daging (herbivora

dan omnivora), khususnya di dalam hati. Provitamin yang setelah dipecah

menghasilkan vitamin A disebut provitamin A. dalam bagian minyak sawit yang tidak

dapat disabunkan terdapat tiga provitamin A yang membentuk warna jingga-merah,

yang memberikan warna yang khas pada minyak sawit. Zat warna terserbut diberi

nama karotin. Kandungan karotin dapat mencapai 1000 ppm atau lebih tetapi dalam

minyak dari jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm.

Ketiga macam provitamin A ini mempunyai susunan kimia yang hampir

bersamaan, yang kemudian disebut karotin-α, β, dan γ. Ketiganya adalah hidrokarbon,

yaitu persenyawaan yang hanya tersusun dari atom karbon dan atom hidrogen. Tipe

karotin-β mempunyai rumus kimia C40H56, yang setelah mengikat dua molekul air

akan menjadi dua molekul vitamin A yang mempunyai rumus kimia C20H30O.

Karotin-α dan karotin-γ berbeda dengan karotin-β pada gugus-gugus

ujungnya, khususnya pada tempat ikatan rangkapnya. Perbandingan karotin-α dan

karotin-β dalam minyak sawit kurang lebih 1 : 2.

Karotin minyak sawit dapat dipisahkan dengan terlebih dahulu menyabunkan

lemak-lemak. Dapat juga dilakukan tanpa menyabunkannya terlebih dahulu, yaitu


Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xx

dengan langsung menangkap zat warna itu dengan tanah pucat yang diaktifkan

(bleaching earth). Minyak yang terikut dihilangkan dengan petroleum ether yang

selanjutnya karotin-karotin dilarutkan dalam aseton.

2.2.3. Likopin-likopin

Likopin dan neo-likopin adalah karatinoid-karatinoid yang juga terdapat dalam

minyak kelapa sawit. Likopin memiliki atom C yang sama banyak dengan provitamin

A, tetapi semuanya teratur pada rantai yang lurus, sehingga tidak mempunyai cincin-

cincin ujung.

2.2.4. Lutin dan Xantofil (Fitoxantin)

Lutein dan neo-lutein yang juga terdapat dalam minyak sawit, adalah karotinoid pula,

yang berbeda dengan provitaminA karena mempunyai beberapa atom oksigen. Jadi

inii bukan karbohidrat, namun alkohol-alkohol atau keton-keton.

2.2.5. Strerin-sterin

Dalam minyak kelapa sawit terdapat ergosterol juga, setrin-sterin dari minyak sawit

setelah dihamburkan berulang-ulang dalam metilalkohol berbentuk papan-papan tak

berwarna dengan titik cair 136,5oC.

2.2.6. Triakontanol

Di antara alkohol-alkohol dengan rantai panjang yang terdapat dalam minyak sawit,

triakontanol yang diidentifikasikan dengan berat molekul 438,5 dengan rumus

molekul C30H61OH.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxi

2.3. Konstanta-Konstanta Minyak Sawit

Titik cair (tergantung kadar asam lemak bebas) 27 – 42,5oC

Titik beku (tergantung kadar asam lemak bebas) 31 – 41oC

Titik didih 308 – 360oC

Titik nyala 289oC

Nilai bakar 8825 cal

Angka penyabunan 198,7 – 201,9

Angka yodium (Wijs) 53,6 – 57,9

Angka rhodan 43,6 – 45,3

Angka asetil 11,7 – 18

Angka Reichert-Meissl 0,4 – 1,9

Angka Polenske 0,40 – 0,69

Angka Hehner 94 – 99

Refraksi (tergantung kadar asam lemak) 1,4583 – 1,4520

Berat jenis asam-asam lemak 15oC 0,8369

Titik cair asam-asam lemak 44oC – 50oC

Titik beku asam-asam lemak 35 – 49oC

Refraksi asam-asam lemak 40oC 1,4497

Berat jenis minyak kelapa sawit pada 15oC 0,920 – 0,926

Berat jenis minyak kelapa sawit pada 30oC 0,9096

Berat jenis minyak kelapa sawit pada 35oC 0,9015

Berat jenis minyak kelapa sawit pada 40oC 0,8961

Berat jenis minyak kelapa sawit pada 50oC 0,8899

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxii

Berat jenis minyak kelapa sawit pada 60oC 0,8853

Berat jenis minyak kelapa sawit pada 70oC 0,8807

Berat jenis minyak kelapa sawit pada 80oC 0,8760

(Heurn, V, 1948).

2.4. Proses Pengolahan Minyak Sawit

Kelapa sawit memiliki beberapa jenis varietas yang dikenal sebagai Dura (D), Tenera

(T), Pisifera (P). Perbedaan dari ketiga jenis ini dapat diketahui dengan memotong

buah secara melintang atau memanjang. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak

dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar 17 – 18 %.. Tenera merupakan hasil

persilangan antara Dura dan Pisifera, memiliki cangkang tipis di sekeliling biji, serta

ekstraksi minyak sekitar 22 – 25 %. Pisifera tidak memiliki cangkang dengan inti

kecil sehingga tidak dikembangkan menjadi tanaman komersil.

Stasiun proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Minyak Kelapa

Sawit (MKS) umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun

utama berfungsi sebagai berikut :

1. Penerimaan buah (fruit reception)

2. Rebusan (sterilizer)

3. Perontokan buah (thresher)

4. Pencacahan (digester) dan pengempaan (Presser)

5. Pemurnian (clarifier)

6. Pemisahan biji dan kernel (kernel plant)

2.4.1. Penerimaan Buah (fruit reception)

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxiii

Sebelum diolah di PKS ,tandan buah segar (TBS) yang diterima dari kebun pertama

sekali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang

(weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp).

1. Jembatan timbang (weight bridge)

Setiap truk atau trailer yang masuk ke pabrik harus ditimbang pada saat berisi

(bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). selisih timbangn yang berisi dan kosong

merupakan berat TBS yang akan diolah.

2. Penampungan buah (loading ramp)

TBS yang ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading

ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk. Untuk perhitungan rendemen

dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik.

Karena itu perlu diadakan sortasi. (Iyung Pahan,2006)

2.4.2. Rebusan (sterilizer)

Lori-lori yang berisi TBS dikirim ke stasiun perebusan dengan cara ditarik

menggunakan capstand yang digerakkan menggunakan motor listrik menuju

sterilizer. Setiap ketel dapat diisi dengan 10 lori, dengan kapasitas 2,5 ton per lori.

Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135oC

dan tekanan 2,0 – 28 kg/cm2 selama 80 – 90 menit. Proses perebusan dilakukan secara

bertahap dalam tiga puncak (triple peak) tekanan agar diperoleh hasil yang optimal.

Proses perebusan mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mematikan enzim-enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi penguraian

minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserin.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxiv

2. Mengkoagulasikan zat putih telur yang terdapat dalam daging buah agar tidak

ikut serta dengan minyak kasar dari hasil pengempaan karena dapat

menyebabkan emulsi.

3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis. lendir akan menyulitkan

pemisahan air dengan minyak dalam karifikasi.

4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukan.

5. Memudahkan buah lepas dari tandan pada penebahan.

6. Merenggangkan buah inti dengan cangkang untuk memudahkan pemecahan

biji pada mesin pemecah (cracker)

7. Menurunkan kadar air daging buah.

8. Memperbaiki proses penjernihan minyak.

2.4.3. Penebahan (Thresher)

Lori yang berisi TBS yang telah direbus, ditarik keluar dengan menggunakan hoisting

crane yang digerakkan oleh motor dan dapat bergerak di tas lintasan rel. Hoisting

crane digunakan untuk mengangkat lori yang berisi TBS, melintangkan lori lalu

membalikkannya ke atas mesin penebah (thresher) dengan tujuan melepaskan buah

dari tandannya.

Dalam proses ini kadang-kadang masih ada buah yang melekat dalam tandan

kosong (katte kopen). Keadaan katte koppen dapat disebabkan beberapa faktor sebagai

berikut :

1. Adanya buah abnormal dari kebun.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxv

2. Waktu perebusan yang terlalu singkat.

3. Proses bantingan yang tidak tepat.

4. Adanya buah mentah dari kebun.

2.4.4. Pencacahan (digester) dan pengempaan (Presser)

2.4.4.1. Pencacahan (digester)

Digester adalah alat untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari

biji serta memudahkan pengeluaran minyak pada tahap pengepressan. Buah yang

lepas dari thresher langsung dimasukkan ke dalam ketel adukan (digester). Dalam

ketel adukan, buah dihancurkan dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as,

sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya (nut).

Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk

pengempan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging

buah dengan kerugian sekecil-kecilnya.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengadukan sebagai berikut :

1. Pelumatan buah harus berjalan baik, berarti daging buah lepas dari bijinya

secara sempurna.

2. Hasil adukan tidak boleh terlalu lumat seperti bubur.

3. Serat-serat buah harus masih jelas kelihatan.

4. Minyak yang terbentuk pada ketel adukan harus dikeluarkan.

5. Temperatur massa buah diupayakan lebih rendah dari 90oC dan tidak boleh

sampai mendidih.
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxvi

6. Ketel adukan sedikitnya berisi ¾ adukan tetapi tidak boleh terlalu penuh,

karena pengadukan akan menjadi tidak maksimal.

7. Waktu pelumatan dalam digester diupayakan selama 20-25 menit.

(Sunarko 2006).

2.4.4.2. Pengempaan (presser)

Pada proses ini minyak pertama sekali diambil dari brondolan dengan cara melumat

dan mengempa, proses ini sangat mempengaruhi efisiensi pengutipan minyak. Alat ini

terdiri dari satu buah silinder (press cylinder) dan di dalamnya terdapat dua buah ulir

(screw) yang berputar berlawanan arah.

Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat

pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak

terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang

berlwanan tertahan oleh slidding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam

sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang

diseluruh permukaannya. Dengan demikian, maka minyak dari bubur buah yang

terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya

keluar melalui celah antara sliding cone dan press cone (Iyung Pahan, 2006).

Hasil minyak kasar yang keluar dari screw press akan dialirkan ke sand trap

tank pad stasiun klarifikasi sedangkan ampas dan biji akan dibawa menuju ke stasiun

pabrik biji. Secara umum proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar

dengan kadar 50 % minyak, 42 % air, dan 8 % zat padat. Pada proses pengempaan

dilakukan penambahan air yang bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxvii

massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur terlalu rapat

maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses

pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Penambahan air suplesi

dilakukan pada suhu 900C – 95oC sebanyak 20-25 %.

2.4.5. Pemurnian (clarifier)

Minyak yang keluar dari crude oil tank segera di klasifikasi di instalasi-

instalasi penjernihan yang tahapannya sebagai berikut :

1. Continous Settling Tank

Minyak dalam tank ini masih bercampur dengan sludge (lumpur, air dan kotoran

lainnya). Di sini minyak dipisahkan dengan sludge berdasarkan perbedaan berat jenis

(minyak berada di bagian atas). Minyak bersih dari continous tank dialirkan ke top oil

tank, sedangkan sludge dialirkan ke sludge tank.

2. Top Oil Tank

Top Oil Tank berfugsi untuk mengedapkan kotoran dan sebagai bak penampungan

sebelum minyak masuk ke oil purifier. Temperatur pada tank ini mencapai 90-95oC

sehingga air menguap Karena minyak masih mengandung air dan kotoran, maka perlu

diolah lagi sampai kadar air dan kotorannya sekecil mungkin.

3. Oil Purifier

Proses ini merupakan pembersihan lanjutan berdasarkan perbedaan berat jenis dan

gaya - gaya sentrifugal. Dengan gerakan 7.500 putaran per menit, kotoran dan air yang

berat jenisnya lebih berat daripada minyak akan berada di bagian luar. Minyak yang

ada dibagian tengah dapat ke luar menuju ke vacum drier.

4. Vacum Drier

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxviii

Di vacum drier, minyak diuapkan dengan sistem pengabutan minyak. Minyak

yang sudah bebas air dipompakan ke tangki penimbunan melalui flow meter.

5. Sludge Tank

Sludge yang keluar dari continous tank masih mengandung minyak dan diolah lagi

untuk diambil minyaknya dengan cara memanaskan hingga mencapai temperatur 80-

90oC. proses ini berlangsung dalam sludge tank.

6. Vat Pit

Sludge yang keluar dari sludge centrfuge masih mengandung minyak. Sludge ini

bersama air pencuci mesin centrifuge dikumpulkan dalam vat pit untuk diambil

minyaknya.

2.4.6. Pemisahan biji dan kernel (kernel plant)

Proses pemisahan biji-serabut dari ampas pengempaan bertujuan untuk memperoleh

biji sebersih mungkin. Kemudian dari biji tersebut harus menghasilkan inti sawit

secara rasional, yakni dengan kerugian sekecil-kecilnya dengan hasil inti sawit yang

setinggi-tingginya. Pemisahan inti dari cangkang didasarkan pada perbedaaan berat

jenis antara inti sawit dan cangkang. Alat yang digunakan adalah hydrocylone

separator. Inti dan tempurung dipisahakan dengan aliran air yang berputar dalam

sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang pecah dalam

larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan tersebut inti sawit

akan mengapung dan cangkang akan tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian

inti sawit dan cangkang sampai bersih.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxix

Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus

dikeringkan dengan suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut

yaitu dengan proses ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil,

PKO). (Yan Fauzi,2002).

2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi Pada Ampas Pressan

Pokok permasalahan dalam hal kehilangan minyak yang terikut dalam ampas pada

pengempaan adalah faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor

penyebabnya adalah tekanan kempa yang dipergunakan pada pengempaan yang sesuai

agar kehilangan minyak dapat ditekan sedikit mungkin.

Faktor-faktor yag mempengaruhi kehilangan minyak yang terikut dalam ampas

pada proses pengempaan adalah sebagai berikut :

1. Pemanenan buah yang terlalu dini (buah masih mentah)

Semakin tua umur dari tanaman kelapa sawit, maka ukuran buah kelapa sawit

akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi.

Umur tanaman kelapa sawit yang baik untuk dipanen adalah pada saat tanaman

tersebut mencapai umur 2,5 – 3 tahun dengan melihat jumlah berondolan yang jatuh

atau rontok. Oleh karena itu, jika pemanenan buah terlalu dini dilakukan, maka

minyak diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit akan menghasilkan jumlah yang

sangat sedikit, sebab buah masih mentah dan lumpur yang dihasilkannya dari

pengolahan tersebut akan bertambah banyak.

2. Waktu dan kondisi operasi perebusan buah

Perebusan dengan waktu yang cepat dan tekanan uapnya yang rendah akan

mengakibatkan kurangnya kematangan pada buah sehingga sulit memperoleh minyak

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxx

pada proses pengepressan. Jika waktu perebusan terlalu lama akan meyebabkan

peresapan minyak pada celah-celah serabut meningkat akibat kurangnya kadar air

pada serat serabut sehingga minyak akan sulit dikeluarkan pada proses pengepressan.

3. Proses pengadukan

Prinsip dari proses pengadukan adalah untuk mengaduk massa buah

sehomogen mungkin untuk memperoleh daging buah yang benar-benar terlepas dari

bijinya. Tujuannya adalah agar serabut pada biji tidak banyak yang tertingggal, yang

dapat menimbulkan kehilangan minyak pada ampas setelah pengepressan.

4. Tekanan pengempaan

a. Bila tekanan kempa terlalu rendah akan mengakibatkan :

- Ampas masih basah

- Kehilangan minyak pada ampas bertambah

- Pemisahan ampas pada biji tidak sempurna sehingga proses p\engolahan biji

akan mengalami kesulitan.

- Bahan bakar ampas masih basah, sehingga pembakaran dalam boiler tidak

sempurna.

b. Bila tekanan kempa terlalu tinggi akan mengakibatkan :

- Kadar biji yang pecah akan bertambah

- Kehilangan minyak dalam biji akan naik

- Hasil produksi akan meningkat

- Daya kerja screw press menjadi lambat

5. Putaran pada alat screw press

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxxi

Putaran pada alat screw press yang terlalu tinggi akan mengakibatkan

kehilangan minyak pada ampas press berkurang tetapi alat putar tersebut akan cepat

aus sehingga peremasan pada buah akan menjadi lemah. Jika putaran pada alat screw

press terlalu rendah akan mengakibatkan kadar biji pecah berkurang, kehilangan

minyak pada ampas bertambah sehingga hasil produksi menurun.

6. Kekurangan bahan bakar pada ketel uap (boiler)

Ketel uap merupakan alat untuk memproduksi atau menghasilkan uap dari

bahan baku air dengan menggunakan bahan bakar fiber (ampas) dan cangkang.

Kekurangan bahan bakar pada boiler akan mengakibatkan kurangnya pasokan energi

listrik untuk menggerakkan atau memanaskan alat-alat di pabrik. Karena energi listrik

yang didapat berkurang, maka secara otomatis tenaaga untuk menggerakkan mesin

kempa akan berjalan lambat sehingga proses pengolahan tidak berjalan sempurna

akibatnya pengutipan minyak dan inti menjadi rendah.

7. Alat pengukur tekanan yang tidak standar lagi

Pemakaian alat pengukur tekanan yang tidak standar lagi pada stasiun

pengempaan akan menyebabkan pemerasan minyak menjadi tidak optimal karena

tekanan dapat berubah-ubah setiap waktu dan bila tidak dikontrol secara nyata, maka

kehilangan minyak dalam ampas press akan meningkat.

8. Kelalaian dan kekurangmampuan pekerja

Kelalaian dan kekurangmampuan perkerja dalam mengoptimalkan atau

menjalankan alat pada stasiun pengempaan dapat menimbulkan kehilangan minyak

pada ampas pres. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan tentang

pemakaian alat yang dimiliki oleh pekerja dan kemungkinan juga disebabkan oleh

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxxii

lingkungan kerja yang kurang kondusif serta alat-alat yang digiunakan juga sudah

dalam jangka waktu yang lama (Naibaho, P.M., 1996).

2.6. Kehilangan Minyak

Penyebab terjadi losis di ampas kempa yaitu :

- Buah kurang matang. Buah fraksi mentah ini akan sulit diaduk di digester sehingga

pada pengempaan minyak masih terdapat dalam ampasnya.

- Buah kurang aduk karena pisau pengaduk aus (norma jarak 0,5 cm) mengakibatkan

buah tidak lumat diaduk sehingga tidak semua minyak dapat diperas di kempa.

- Temperatur digester rendah (norma 80oC - 90oC) mempersulit pengadukan dan

pada pengempaan akan mengakibatkan timbul pelumasan sehingga minyak sulit

dipisahkan dengan ampasnya.

- Tekanan pressan kurang (norma 50 Bar) sehingga minyak tidak semaksimal

mungkin dapat diperas dan masih terdapat pada ampas kempa.

- Air suplesi kurang (norma 7 %) dan suhu air suplesi rendah (norma 80 oC)

mengakibatkan terjadi emulsipada digester dan kempa sehingga menyulitkan

ekstraksi minyak pada pengempaan.

- Kontinuitas pengempaan terganggu (norma stagnasi = 0)

(Tim PTPN XIII, Februari 2000).

2.7. Standar Mutu Minyak Sawit

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxxiii

Standar mutu adalah hal penting untuk menentukan minyak yang bermutu

baik. Ada beberaa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu : kandungan air dan

kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi mutu adalah titik cair dan kadungan gliserida,

refining loss, plastisitas dan spread ability, kejernihan kandungan logam berat dan

bilangan penyabunan.

Tabel 2.7. Spesifikasi Mutu Minyak Sawit

No. Parameter Norma (%)


1. Mutu Minyak
Asam lemak Bebas (ALB) 3,5
Kadar air 0,15
Kadar kotoran 0,02
2. Mutu Inti
ALB 2
Air 7
Cangkang + kotoran 6
Biji pecah 15
Berubah warna 40
Lemak dalam inti 46
3. Kehilangan Minyak
Pada Ampas 4 – 4,5
Pada Drap Akhir 0,5 – 0,7
Pada drap buangan 0,49
Pada tandan kosong 2,5 – 3,0
Pada minyak di biji 0,5 – 1,5
Pada air rebusan 0,50
Kenaikan ALB dalam pabrik 0,30
4. Kehilangan Inti
Dalam ampas 2
Jumlah inti dalam cangkang 2
Dalam tandan kosong 0,2
Sumber : PTPN IV Kebun Adolina

2.8. Kegunaan Minyak Kelapa Sawit

Manfaat minyak sawit di antaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan dan

nonpangan.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxxiv

2.8.1. Minyak sawit untuk industri pangan

Kenyataan menunjukkan banyak industrilis dan konsumen cenderung menyukai dan

menggunakan minyak sawit. Dari aspek ekonomis, harganya relatif murah

dibandingkan dengan minyak nabati lain. Selain itu komponen yang terkandung di

dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam sehingga pemanfaatannya juga

beragam. Saat ini telah banyak pabrik pengolah yang memproduksi minyak goreng

dari kelapa sawit dengan kandungan kolesterol yang rendah.

Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak

sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenesis.

Produksi CPO di Indonesia sebagian besar di fraksinasi sehingga dihasilkan fraksi

olein cair dan fraksi stearin padat.

Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain juga

digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan

bahan untuk membuat kue-kue. (Fauzi, Y., 2002).

Margarin memiliki titik cair pada suhu 42oC. Oleh sebab itu minyak tersebut

perlu dihidrogenasi dengan bantuan katalis Ni. Proses hidrogenasi adalah penambahan

atom H pada ikatan ganda rantai karbon akan menghasilkan konfigurasi cis dan trans.

Vanaspati sejenis minyak makan yang banyak digunakan di daerah Timur

Tengah. Minyak tersebut memiliki titik leleh 41oC. Memiliki sifat khas yang bentuk

nya semi solid, banyak digunakan dalam penggorengan makanan. Pabrik vanaspati

akan banyak menyerap fraksi stearin yang dihasilkan oleh reaksi fraksinasi dan

rafinasi. Shortening banyak digunakan dalam pembuatan roti yang memiliki sifat yang

hamper sama dengan margarine (Lubis, A.U., 1995).

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxxv

Sebagai bahan pangan, minyak sawit memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui

berfungsi sebagai zat anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping

itu kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang

terbuat dari minyak sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan

tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng

bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan minyak sawit tidak cepat

tengik.

2.8.2. Minyak sawit untuk industri nonpangan

Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri-

industri nonpangan, industri farmasi dan industri oleokimia (fatty acids, fatty alcohol,

dan glycerine). Produk non-pangan yabg dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti

sawit diproses melalui proses hidrolisis (splitting) untuk menghasilkan asam lemak

dan gliserin.

a. Bahan baku untuk industri farmasi

Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1%, antara lain

terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor

tersebut menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri

farmasi. Di antara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten

dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (defisiensi vitamin A) dan pemusnahan

radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker,

arterosklerosis dan memperlambat proses penuaan.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxxvi

Karoten

Karoten dikenal juga sebagai pigmen warna jingga. Kandungannya dalam

minyak sawit mencapai 0,005-0,18%. Dari setiap satu ton minyak mengandung

kurang lebih 240 gram karoten. Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat

dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan payudara. Selain sebagai obat anti

kanker, karoten juga merupakan sumber provitamin A yang cukup potensial. Karoten

terdiri dari 36% alfakaroten dan 54% betakaroten dan tersimpan dalam daging buah

kelapa sawit.

Betakaroten merupakan bahan pembentuk vitamin A (provitamin A) dalam

proses metabolisme dalam tubuh. Betakaroten dimanfaatkan sebagai obat anti kanker.

Beberapa bentuk dari obat yang berasal dari betakaroten adalah kapsul dan sirup.

Untuk menghasikan betakaroten dilakukan proses fraksinasi dan ekstraksi betakaroten

sehingga terpisah dari minyak sawit.

Tokoferol

Unsur ini dikenal sebagai antioksidan alam dan juga sebagai sumber vitamin

E. Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600-1.000 ppm, dalam olein 800-1.000

ppm, dan dalam stesrin hanya 250-530 ppm. Minyak sawit yang bermutu baik

mengandung tokoferol berkisar antara 500-800 ppm.

b. Bahan baku oleokimia

Oleokimia adalah bahan baku industriyang diperoleh dari minyak nabati, termasuk

di antaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Proses utama minyak yang

digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino,

metil ester dan glserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunan

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxxvii

sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga

digunakan dalam pembuatan bahan detergen.

Asam lemak

Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara

kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dan jamur

Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu

10-250C. Selain itu, Proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun, hidrolisis

enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya yang belangsung 2-3

hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi, dan selanjutnya

difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni. Asam-asam lemak tersebut

digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk industri

makanan, tinta, tekstil, aspal dan perekat.

Lemak alkohol

Lemak alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan asam lemak.Lemak

alkohol merupakan bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari

metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya akan laurat merupakan bahan

dasar pembuatan lemak alkohol.

Lemak amina

Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai bahan

pelumas dan pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam

industri tekstil, surfaktan dan lain-lain.

Metil ester

Metil ester dihasilkan melalui proses waterfikasi pada lemak yang diberi

metanol atau etanol, dengan katalisator Nametoksi. Unsur ini merupakan hasil antara

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxxviii

asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metil ester dapat digunakan sebagai

bahan pembuat sabun.

Gliserin

Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak . Gliserin terutama digunakan

dalam industri kosmetik, antara lain sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan

shampoo, pomade, obat kumur dan pasta gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai

hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelicin, cat, adesif, plester dan

sabun.

2.8.3. Minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif (palm biodiesel)

Pengembangan dan penggunaan minyak tumbuhan sebagai bahan bakar telah

dilakukan oleh Amerka Serikat dan beberapa negara Eropa. Minyak tumbuhan

tersebut dikonversi menjadi bentuk metil ester asam lemak yang disebut biodosel.

Amerika menggunakan biodisel dari minyak kedelai sedangkan negara-negara Eropa

menggunakan minyak rapeseed.

Indonesia dan Malaysia adalah negara produsen utama minyak sawit di dunia juga

telah mengembangkan biodisel dari minyak sawit (palm diodiesel), tetapi

pemgembangan belum komersial. Di Indonesia, penelitian dilakukan oleh Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan dan telah berhasil mengembangkan biodisel

dari minyak sawit mentah (CPO), refined bleached deodorised palm oil (RBDPO),

dan fraksi-fraksinya seperti stearin dan olein serta minyak inti sawit.

Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi

(petroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau

dicampur dengan petroleum diesel. Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xxxix

yaitu mengandung oksigen sehingga flash oint-nya lebih tinggi dan tidak mudah

terbakar. Selain itu, palm iodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan kebih

mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur dan senyawa benzene yang

karsinogenik.

Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus dilakukan

karena selain untuk mengantiipasi cadangan minyak bumi yang semakin terbatas,

produk biodisel temasuk yang bahan bakunya dapat diperbaharui dan ramah

lingkungan. Di samping itu, produksi gas karbon dioksida (CO2) dari hasil

pembakarannya dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman. Penggunaan palm

biodiesel juga dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi

kelestarian perairan dan sumber air minum. Hal ini berhubungan dengan sifat biodisel

yang dapat teroksigenasi relatif sempurna atau terbakar habis, non-toksik dan dapat

terurai secara alami (biodegradable).

Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO)

maupun produk turunannya atau minyak inti sawit (PKO). Produks i palm biodiesel

dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak sawit dengan methanol.

(Fauzi, Y., 2002).

2.9. Pengaruh Kontaminan Terhadap Daya Guna Minyak Sawit

a. Kerusakan Mutu Minyak Sawit

kontaminan yang umumnya terdiri dari senyawa kimia dalam minyak dapat

bertindak sebagai :

1. Pereaksi kimia

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xl

Kontaminan dapat bereaksi dengan minyak sawit dan membentuk senyawa

lain, yang dapat menyebabkan gangguan dalam pengolahan lebih lanjutan sehingga

minyak tersebut kurang sesuai dengan persyaratan bahan baku. Misalnya logam alkali

tanah yang tinggi akan dapat membentuk sabun dalam minyak dan menyebabkan

pembusaan dalam proses pengolahan selanjutnya. Sabun tersebut mempunyai sifat

bipolar sehingga dapat mengganggu dalam proses fraksinasi, dan jika masih tersisa

dalam minyak makan maka rasa pada minyak tersebut tidak enak, yang ditunjukkan

bau sabun dan dalam penggorengan akan terjadi proses penggosongan yang lebih

cepat.

Kontaminasi logam berat seperti Fe, Cu dan Pb dapat menyebabkan kerusakan

minyak yaitu terjadinya pembentukan hydroperoksida yang menimbulkan minyak

tengik dan rasa tidak enak.

Kontaminasi dengan minyak bumi menimbulkan kerusakan mutu yaitu bau

minyak bumi, dan juga terjadi penurunan flash point yang dapat menyebabkan

gangguan dalam proses pengolahan terutama dalam proses fraksinasi yaitu terjadi

penurunan rendemen olein. Juga kontaminasi air laut dapat terjadi pada

pengangkkutan minyak dari PKS ke tangki pelabuhan melalui tangki kapal laut atau

tongkang, yang menyebabkan penurunan mutu.

2. Katalisator

Kontaminan dapat bertindak mempercepat reaksi pembentukan atau reaksi

peruraian. Logam-logam peroksidan seperti Fe, Cu dab Pb yang terdapat dala minyak

dapat mempercepat proses oksidasi yang membentuk aldehida dan keton yang

mengakibatkan minyak tengik dan beracun. Apabila dalam minyak terdapat katalis

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xli

yang dapat mempercepat proses hidrogenasi seperti nikel maka kandungan asam

lemak tidak jenuh menurun dan dapat menyeabkan perubahan sifat fisika dan kimia.

b. Gangguan Kesehatan

Beberapa senyawa kimia yang terkontaminasi ke dalam minyak dapat

menyebabkan gangguan kesehatan konsumen, terutama untuk minyak makan dan

sabun. Akan tetapi sampai sekarang ini belum ditemukan kontaminan yang langsung

berpengaruh terhadap kesehatan. Hasil reaksi minyak dengan kontaminan ini dapat

mengganggu kesehatan seperti aldehid dan keton yang terbentuk dari hasil reaksi

oksidasi primer dan sekunder. (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, 1993)

2.10. KARAKTERISTIK TBS

Tandan buah segar (TBS) merupakan produk utama kebun kelapa sawit dan bahan

baku utama PKS. Rendemen dan mutu hasil produksi hasil dari PKS tergantung

kepada mutu TBS yang masuk ke pabrik dari kebun. PKS tidak dapat meningkatkan

mutu TBS, hanyalah dapat meminimalisasi penurunan mutu. Faktor kebun yang dapat

mempengaruhi kualitas bahan baku adalah genetik dan tipe tanaman, umur tanaman,

agronomi, lingkungan dan teknik panen serta transportasi TBS.

Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq) terbagi atas tipe jenis

berdasarkan karakter keteban cangkang buahnya, yaitu dura (D), tenera dan pisifera

(P). Kelapa sawit dura memiliki cangkang yang tebal (2 - 5 mm), tenera yang

memiliki dan pisifera (hamper) tidak mempunyai inti dan cangkang. Tenera adalah

hibrida dari persilangan Dura dan Pisifera sehingga memiliki cangkang intermediate

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xlii

(0,5 – 4 mm) dan merupakan tipe umum yang digunakan di perkebunan. Ketebalan

cangkang ini sangat berkaitan erat dengan persentase mesokarph/buah (berasosiasi

dengan kandungan minyak) dan persentase inti/buah (berasosiasi dengan rendemen

inti).

Tabel 2.10.1. Karakteristik tipe kelapa sawit dura, tenera dan pisifera

Tipe Cangkang, mm Mesokarph/buah,% Inti/buah, %


Dura 2-5 20-65 4-20
Tenera 1-2,5 60-90 3-15
Pisifera Tidak ada 92-97 3-8
Sumber : D.Darnoko
Buah merupakan bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi

dibanding bagian lain. Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah pada umur 30

bulan setelah tanam. Buah pertama yang keluar (buah pasir) belum dapat diolah di

PKS karena kandungan minyaknya yang rendah. Buah kelapa sawit normal berukuran

12-18 g/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir berisi sekitar 10-18 butir tergantung

kepada kesempurnaan penyerbukan. Bulir – bulir ini menyusun tandan buah yang

berbobot rata - rata 20-30 kg/tandan. Setiap TBS berisi sekitar 2000 buah sawit. TBS

inilah yang dipanen dan diolah di PKS.

Buah kelapa sawit tenera (untuk selanjutnya, yang dimaksud kelapa sawit

adalah tenera) memiliki sebuah inti/kernel (yang mengandung minyak inti sawit) yang

dikelilingi oleh perikarp. Perikarp tersusun atas tiga lapisan yaitu endocarp yang keras

(cangkang), mesokarp yang berserat dan mengandung minyak sawit (CPO) dan

ensokarp ( lapisan luar yang berlapis lilin).

Pada saat matang, mesokarp mengandung sekitar 49 % minyak sawit kasar,

35 % air dan 16 % padatan non minyak atau dengan kata lain mengandung sekitar
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xliii

70 – 75 % (basis kering) minyak sawit. Karakteristik umum buah sawit diuraikan

lebih detail dalam Tabel 2.10.1

Tanaman kelapa sawit tenera unggul yang bersumber dari Pusat Penelitian

Kelapa Sawit dapat menghasilkan 23-38 ton tandan buah segar ( TBS )/ha/tahun.

Dengan tingkat produktivitas yang demikian dapat diperoleh sekitar 5,5 – 7,5 ton CPO

dan 0,5 ton minyak inti sawit/ha/tahun pada tingkat oil extraction rate 23 – 26 % dan

kernel extraction rate 6,5 – 8 %. Secara komersial tanaman kelapa sawit saat sekarang

ini mampu memberikan 4,5 ton CPO/ha/tahun dan 0,5 ton PKO/ha/tahun dan 0,45 ton

bungkil inti sawit ha/tahun. Produktivas minyak tanaman kelapa sawit 3 kali di

banding tanaman kelapa dan 10 kali lipat dibanding kedelei.

Tabel 2.10.2. Karakteristik umum buah sawit tipe DxP (Tenera)

Karakteristik Nilai Karakteristik Nilai % bobot

Jumlah buah jadi, buah 57 - 60 Buah/TBS 61 – 62


Berat rata-rata (Kg) 13.0 - 13.5 Mesokarp/buah 72 - 80
Berat biji (Kg) 3-4 Biji/buah 20 - 28
Berat buah normal (Kg) 14 - 16 Inti/buah 8 - 10
Berat buah parthenocarpi 0.5 - 1.0 Cangkang/buah 12 - 20
(Kg) 1.0 Minyak/mesokar 76 - 77
Berat buah tidak jadi (Kg) 35 - 39 P 20 - 25
Minyak/buah segar(%) 3.6 - 4.5 CPO/TBS 5–7
Minyak inti/buah segar(%) Inti/TBS

Sumber : Naibaho (1998) dan PORIM (1985)

2.11. Pemanenan Dan Transportasi Panen

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xliv

Tandan buah segar (TBS) dipanen saat kematangan buah tercapai dengan ditandai

oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas/kg TBS. Dengan criteria panen ini, diharapkan

kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan ALB yang sangat rendah

dan biaya panen yang relatif lebih ekonomi.

Kematangan ini ditandai oleh warna buah. Buah sawit berwarna hitam bila

masih muda dan berubah menjadi orange-merah pada saat matang. Buah di bagian

dalam janjangan buah relatif gepeng, lebih kecil dan kurang berpigmen dibanding

buah di bagian luar. Pada minggu-minggu terakhir proses pematangan buah, pada saat

produksi minyak meningkat, warna buah berubah dengan cepat dari kuning menjadi

lebih kemerahan.

Kandungan asam lemak bebas buah sawit yang baru dipanen biasanya < 03 %.

ALB minyak yang diperoleh dari buah yang tetap berada pada janjang sebelum diolah

( dan tidak mengalami memar ) tidak pernah melewati 1,2 % sedangkan ALB

brondolan biasanya sekitar 5,0 %. Peningkatan ALB yang mencapai sekitar 20 kali ini

terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan.

Kemungkinan penyebab utama kerusakan terjadi pada saat pengisian buah di tempat

pemungutan, penurunan buah di tempat pengumpulan hasil, pengisian buah ke alat

transport pembawa buah ke pabrik, penurunan buah di loading ramp dan pengisian

buah ke lori. TBS yang memar juga akan membawa lebih banyak tanah dan kotoran

yang membantu mempercepat kenaikan ALB oleh karena kontaminasi

mikroorganisme, sekaligus menjadi sumber kontaminasi logam diantaranya besi yang

menjadi pro-oksidan proses hidrolisis minyak.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xlv

Selain berpengaruh terhadap ALB, kerusakan buah pada saat panen juga

menurunkan daya pemucatan CPO yang diperoleh. Warna dari inti juga menjadi lebih

gelap pada buah yang rusak atau lewat matang.

Tabel 2.11. Kriteria Kematangan Buah

Fraksi Buah Kategori Persyaratan Jumlah Brondolan


Fraksi 00 ( F – 00 ) Sangat mentah (afkir) 00,0% Tidak ada
Fraksi 0 ( F – 0 ) Mentah Maks 3,0 % 1 – 12,5 % buah
luar
Fraksi 1 Kurang matang 12,5 – 25 % buah
Fraksi 2 Matang I F1 + F2 + F3 luar
Fraksi 3 Matang II min 85 % 25 – 50 % buah
luar
50 – 75 % buah
luar
Fraksi 4 Lewat matang Maks 10 % 75 % buah luar
Fraksi 5 Terlalu matang Maks 2,0 % Buah dalam
membrondol

Brondolan Maks 10 %
Tandan Kosong 0,0 %
Buah busuk 0,0 %
Panjang tangkai Maks 2,5 cm
TBS
Sumber : D. Darnoko

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xlvi

2.12. TEKNOLOGI EKSTRAKSI CPO DAN INTI

Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara

mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses

pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang

berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain. Kegagalan pada satu tahap

proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap

tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.

Adapun unit – unit proses yang dibahas adalah :

- Stasiun perebusan

- Penebahan

- Stasiun presan

- Stasiun pemurnian minyak

- Stasiun pengolahan biji dan inti

(D.Darnoko,Donald Siahaan,2003)

2.13. PENGOLAHAN BUAH SAWIT MENJADI MINYAK SAWIT

Perlakuan – perlakuan pada proses pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit :

a. Perebusan yang dilakukan oleh Strelizer.

b. Pemipilan buah oleh mesin penebah (Thresher).

c. Pemisahan minyak/bahan cair (ekstraksi)

d. Pemurnian minyak (Klarifikasi)

2.13.1. PEREBUSAN (STRELIZER)

Ada tiga kondisi dasar yang diperlukan dalam perebusan yaitu :

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xlvii

- Temperatur antara 135oC – 140oC

- Tekanan uap 2,8 – 3 kg/cm2

- Wakyu yang diperlukan 85 menit

TUJUAN PEREBUSAN :

a. Melepaskan Buah Dari Tandannya

Temperatur yang tinggi sekitar 120oC – 140oC menyebabkan sel-sel pengikat

tidak berfungsi sehingga buah mudah lepas dari tandan.

b. Menghentikan Kegiatan Enzim Dan Ko-Enzim Dalam Buah

Dengan perebusan pada temperature + 140oC enzym – enzym menjadi hancur

dan tidak aktif lagi.

c. Menurunkan Kadar Air Dari Buah Dan Inti

Apabila dilakukan pemanasan molekul – molekul minyak bersatu dengan

minyak, demikian juga air bersatu dengan molekul air. Selanjutnya terjadilah

pemisahan secara fisiko khemis antara air dengan minyak.

Oleh karena titik uap dari air lebih rendah dari minyak, maka ketika

pemanasan didalam ketel rebusan, air sebagian menguap dan keluar dari

jaringan buah.

d. Menguraikan Zat – Zat Perekat didalam Buah

Buah sawit pada hakikatnya seperti juga buah – buah lain, apabila dipanaskan

akan menjadi empuk (lunak). Hal ini terjadi karena jaringan – jaringan

pengikat yang ada dalam buah terurai.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xlviii

2.13.2. PERLAKUAN – PERLAKUAN PADA SAAT PEREBUSAN

Merebus tidak cukup hanya dengan memasukkan uap panas kedalam ketel rebusan

dengan tekanan tinggi saja, tetapi juga dengan membuat tekanan berubah – ubah agar

terjadi kejutan – kejutan pada jaringan sel buah.

Maksud dari membuat kejutan – kejutan tekanan ini agar penetrasi panas kedalam

jaringan buah serta celah – celah diantara spiklet berjalan dengan baik.

Pada rebusan kelapa sawit ada 3 sistem yang digunakan :

SISTEM PEREBUSAN SATU PUNCAK (SPSP)

Uap panas pada temperatur 135oC – 140oC dialirkan ke dalam ketel rebusn

sambil menaikkan tekanan. Apabila tekanaan ketel telah mencapai norma tertentu

misalnya 3 kg/cm maka tekanan dipertahankan selama waktu tertentu, kemudian

tekanan diturunkan dan perebusan dianggap selesai.

Sistem perebusan ini dipakai pada pabrik – pabrik kelapa sawit tua sebelum

tahun 1970. Seperti ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Sistem Perebusan Satu Puncak

SISTEM PEREBUSAN DUA PUNCAK (SPDP)

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
xlix

Uap panas dengan temperature diinginkan dialirkan kedalam ketel rebusan

sambil menaikkan pada tekanan tertentu. Setelah tekanan tercapai seperti diinginkan,

tekanan diturunkan bertahap – tahap, kemudian tekanan dinaikkan kembali.

Pada puncak terakhir biasanya dibuat lebih tinggi dan lebih lama dibandingkan

dengan puncak yang pertama. Beda tekanan puncak pertama dengan puncak kedua

serta waktu yang dipergunakan disesuaikan dengan karakteristik dari pabrik yang

bersangkutan.

Sistem perebusan dua puncak jarang dipakai pada saat ini, tetapi masih dapat

ditemukan pada pabrik – pabrik tertentu. Seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Sistem Perebusan Dua Puncak

SISTEM PEREBUSAN TIGA PUNCAK (SPTP)

Sistem ini yang paling banyak dipergunakan pada saat sekarang, karena

dianggap lebih efisien dilihat dari segi kehilangan minyak dalam pengolahan.

Oleh karena sistem perebusan tiga puncak ini banyak digunakan maka akan dijelaskan

lebih rinci pada gambar berikut ini :

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
l

Gambar 3. Sistem Perebusan Tiga Puncak

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
li

Data – data ini diambil dari PMKS Rejosari PT. Perkebunan X yaitu suatu kondisi

yang cocok untuk pabrik tersebut.

O – A Masa pengisian ketel rebusan dengan TBS.

A – B Tekanan dinaikkan hingga 1,5 kg/cm selama 8 menit ( Puncak I ).

B –C Membuang air kondesat (air yang berasal dari kondesat uap) sambil menurunkan

tekanan selama 3,5 menit dari 1,5 kg – 0,5 kg/cm2.

C – D Menaikkan tekanan dari 0,5 kg/cm ke 2,5 kg/cm selama 10 menit ( Puncak II ).

D – E Membuang air kondesat dan uap air sambil menurunkan tekanan dari 2,5 kg/cm

ke 0,5 kg/cm selama 5 menit.

E – F Menaikkan tekanan dari 0,5 kg/cm – 2,8 kg/cm.

F – G Membuat tekanan 2,8 kg/cm2 selama 21 menit ( Puncak III ).

G – H Membuang uap dan menurunkan tekanan dari 2,8 kg/cm2 – 0 kg/cm selama

10 menit.

H – I Membuka pintu dan mengeluarkan lori selama 5 menit.

Tidak semua pabrik mempunyai norma – norma yang sama dengan Rejosari

tergantung dengan sistem pengolahannya serta kemampuan dari boiler yang dimiliki

pabrik tersebut.

Ada beberapa variasi sistem perebusan dalam upaya pabrik untuk mendapatkan hasil

olah yang optimal antara lain :

a. Perebusan Tiga Puncak Datar

b. Perebusan Tiga Puncak Bertahap

Seperti dilihat pada gambar dibawah ini :

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
lii

Gambar 4. Sistem Perebusan Tiga Puncak Datar dan Bertahap

Variasi tersebut biasanya terjadi atas dasar pertimbangan beberapa factor :

- Kemampuan, konstruksi dari sterieizer serta boiler.

- Bahan olahan.

- Sistem olah yang dipergunakan.

Beberapa pabrik minyak kelapa sawit karena tuanya dilakukan modifikasi

disana-sini dengan maksud mempertahankan kondisi optimal.

2.14. KENDALA – KENDALA PADA PEREBUSAN

a. Buah Bervariasi

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
liii

Tanaman kelapa sawit umurnya dibawah 5 tahun tandannya berkisar 12 – 20

kg, sedangkan yang lebih tua tandannnya dapat mencapai berat lebih dari 40 kg.

Variasi buah yang jauh berbeda ini dalam perebusan akan menimbulkan

tingkat kematangan berbeda pada perlakuan yang sama. Buah yang tandannya kecil

akan cepat matang sedangkan buah yang tandannya besar matangnya relatif lama.

Hal tersebut akan menimbulkan :

- Apabila terlalu matang akan menimbulkan kadar minyak dalam air kondesat

tinggi.

- Apabila kurang matang akan menimbulkan kadar buah ikut janjang naik,

demikian juga kadar kotorannya.

b.Penimbunan Air Kondesat

Air didalam ketel rebusan adalah berasal dari uap air yang dialirkan kedalam

ketel rebusan dengan maksud menaikkan temperatur serta meningkatkan tekanan.

Uap tersebut, karena bersentuhan dengan buah yang temperaturnya rendah

akan mengalami kondensasi menjadi air yang disebut air kondesat. Air kondesat ini

makin lama makin banyak dan apabila tidak dibuang akan mempengaruhi temperatur

dan tekanan dalam ketel, sehingga sulit untuk mencapai tekanan puncak.

c. Bahaya Oxygen Dalam Perebusan

Bahaya gas oxygen dalam perebusan disebabkan gas oxygen ini akan bereaksi

dengan minyak yang ada dalam buah rebusan ketika dilakukan pemanasan (reaksi

peroxide).

Menurut Dr.Poten Naibaho dalam azas dan pengolahan kelapa sawit reaksinya

sebagai berikut :

RH R+ + H-
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
liv

R + O ROO+

ROO+ + H- ROOH

Oleh karena itu udara bebas ini harus dibuang dengan mengalirkan uap air

kedalam ketel rebusan melalui bagian bawah dari ketel yang telah disediakan. Apabila

pembuangan udara ini tidak dilaksanakan akan terjadi oksidasi dan penguraian

didalam ketel rebusan . (Karim, A. 2005)

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
lv

BAB 3
BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat
1. Cawan Petridish

2.Timbangan Analitis

3. Tang Jepit

4. Desikator

5. Oven

6. Beaker Glasss

7. Labu ukur

8. Erlenmeyer

9. Gelas Ukur

10. Buret automatic

11. Pipet Tetes

3.1.2 Bahan

1. CPO

2. N-hexan

3. Alkohol

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
lvi

4. BTB

5. Larutan KOH 0,053 N

3.2. Prosedur

3.2.1 Penentuan Asam Lemak Bebas

1. Ditimbang berat erlenmeyer kosong dengan neraca analitis.

2. Ditambahkan CPO 2,5 gram ke dalam Erlenmeyer.

3. Ditimbang Erlenmeyer yang berisi CPO.

4. Ditambahkan 10 ml N-hexan.

5. Ditambahkan 15 ml Alkohol.

6. Ditambahkan 3 tetes BTB.

7. Dititrasi dengan larutan KOH 0,053 N sampai meyebabkan perubahan warna dari

kuning menjadi biru.

8. Dicatat volume KOH yang terpakai.

3.2.2 Penentuan Kadar Air

1. Ditimbang cawan petridish kosong.

2. Ditimbang cawan petridish berisi CPO.

3. Dikurangi berat cawan petridish berisi CPO dengan berat cawan petridish kosong.

Hasil minyak sawit mentah (CPO).

4. Dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105oC selama ± 3 jam.

5. Dikeluarkan cawan petridish dari oven dan ditimbang hasilnya.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
lvii

6. Dihitung kembali berat minyak sebelum di oven dikurangi dengan berat minyak

sesudah di oven dibagi dengan berat sampel dikali dengan 100 %.

7. Dicatat hasilnya.

3.2.3 Penentuan Kadar Kotoran

Ditimbang berat total kotoran dibagi dengan berat sampel dikali dengan 100 %.

BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Tabel 4.1. Data Percobaan

No Jumlah TBS Waktu Tekanan Suhu Berat


yang direbus siklus (kg/cm2) (oC) Sampel
(ton) Rebusan (g)
(menit)
1 20 70 2,8 135 2,2338
2 20 80 2,8 135 2,2212
3 20 90 2,8 135 2,2321
4 20 100 2,8 135 2,2235
5 20 110 2,8 135 2,2341
6 20 120 2,8 135 2,2311

4.2. Perhitungan

Contoh untuk waktu 70 menit

4.2.1. Kadar Asam Lemak Bebas

Berat Erlenmeyer kosong : 72,3900 g

Berat Erlenmeyer + sampel : 74,6138 g


Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
lviii

Berat Sampel : 2,2338 g

% ALB = x

= 2,36 %

4.2.2. Kadar Air

Kadar Air = x 100 %

Keterangan : A = Berat sampel sebelum di oven

B = Berat sampel sesudah di oven

C = Berat sampel

Contoh Perhitungan:

Berat Sampel = 2,2338 g

Berat Cawan = 8,8327 g

Berat Cawan + Berat Sampel = 11,0665 g

Berat Cawan + Berat Sampel setelah dipanaskan = 10,9876 g

Kadar Air = x 100 %

= x 100 %

=3%

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
lix

4.2.3. Kadar Kotoran

Kadar Kotoran =

Contoh perhitungan

Kadar Kotoran = x 100 %

= 0

No Jumlah Waktu Tekanan Suhu Berat Kadar Kadar Kadar


(oC)
TBS Siklus (kg/cm2) Sampel Asam Air Kotoran

yang Rebusan (g) Lemak (%) (%)

direbus (menit) Bebas

(ton) (%)

1. 20 70 2,8 135 2,2338 2,36 3 0

2. 20 80 2,8 135 2,2212 2,38 3 0

3. 20 90 2,8 135 2,2321 2,37 3 0

4. 20 100 2,8 135 2,2235 2,37 3 0

5. 20 110 2,8 135 2,2341 2,36 3 0

6. 20 120 2,8 135 2,2311 2,37 3 0

4.3. Pembahasan

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kadar Asam Lemak Bebas sekitar 2,36 % - 2,38 %,

kadar air sekitar 3 % dan kadar kotoran 0%.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
lx

Jadi kadar asam lemak bebas, kadar air,dan kadar kotoran berpengaruh

terhadap kualitas minyak serta waktu sangat berpengaruh terhadap kualitas minyak

pada proses perebusan, semakin lama waktu perebusan maka % kadar minyak juga

semakin tinggi. Maka waktu perebusan yang paling baik adalah 90 menit dengan

tekanan 2,8 kg/cm2 agar buah sawit benar – benar masak dan aktivitas enzimnya mati.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Waktu perebusan berpengaruh terhadap kualitas CPO yang dihasilkan, semakin

lama waktu perebusan maka % kadar minyak juga semakin tinggi dengan temperatur

maksimum 130 – 135oC, tekanan uap 2,8 kg/cm2 dan waktu 90 menit.

5.2. Saran

Untuk menghasilkan kualitas CPO yang baik dengan standart mutu, maka kondisi

operasi harus diperhatikan agar tidak menyimpang dari kondisi operasi yang

optimum,misalnya seperti memperhatikan temperature dan tekanan pada tahap

perebusan.

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
lxi

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis
Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
GAPKI & PPKS. 1993. Kontaminasi Pada Minyak Sawit dalam Perdagangan
Internasional, Medan.
Heurn, V. 1948. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Acasana Karya Bakti.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit. Diakses tanggal 28 April 2008
Karim, A. 2005. Metode Kwalitatif Pengolahan Kelapa Sawit dan Program Peringatan
Dini (EWP) Program Perawatan Pada Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bantuan
Komputer.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Lemak dan Minyak Pangan. Jakarta: UI-Press.
Lubis, A.U. 1995. Prospek Pengembangan Industri Hilir Pengolahan Kelapa Sawit.
Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Naibahao, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta:
PT Agro Media Pustaka.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Shreve, R.N. 1977. Chemical Process Industries. Fourth Edition. London: Mc Graw-
Hill, Inc.
Tim PTPN III. 1989. Pedoman Kerja Bagian Teknik dan Pengolahan PTPN III.
Tim PTPN XIII. Februari 2000. Guideline Mencapai Rendemen CPO 22 %, Inti Sawit
5 % dan ALB < 3,5 % Pada RKAP 2000. PTPN XIII (Persero).
Tim Standardisasi Pengolahan Kelapa Sawit. 1997. Tandan Buah Segar Kelapa Sawit,
Edisi Revisi. Medan.
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
lxii

Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009

Anda mungkin juga menyukai