Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TENTANG TRAUMA ABDOMEN

Dosen Pengajar :
Nurma Afiani

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Florentina Narus (1608.14201.484)


Marzella I.C. Milla (1608.14201.498)
Riskayani (1608.14201.516)
Yustina Mete
Ferdianto R. Nene
Julian Mahendra

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah,


taufik, dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah yang berjudul “TRAUMA ABDOMEN ”ini dengan
tujuan untuk mengetahui teori tentang pasien dengan Trauma Abdomen
Mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah
selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan


bagi pembaca umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis,

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Otitis Media ....................................................................................... 6
2.2 Etiologi ............................................................................................................ 7
2.3 Patofisologi ..................................................................................................... 8
2.4 Manifestasi Klinik ............................................................................................ 9
2.5 Penatalaksanaan ...........................................................................................10
2.6 Komplikasi .....................................................................................................11
2.7 Asuhan Keperawatan.....................................................................................12
2.8 Diagnosa .......................................................................................................13
2.9 Rencana Tindakan Keperawatan ...................................................................13
2.10 Evaluasi....................................................................................... ..................19

BAB III STUDI KASUS


BAB IV PEMBAHASAAN
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................24
3.2 Saran .............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abdomen adalah sebuah ronga besar yang dilingkupi
oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta
adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas
abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae.
Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax
atau rongga dada melaui otot diafrgma dan sebelah
bahwa

1.2 Tujuan Masalah


1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang penyakit trauma abdomen secara umum.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian trauma abdomen
b. Mengetahui tentang macam-macam otitis media
c. Mengetahui penyebab trauma abdomen
d. Mengetahui tanda dan gejala otitis media
e. Mengetahui patofisiologi otitis media
f. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan otitis media
g. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan otitis
media

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

.
2.1 Pengertian
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera (Sjamsuhidajat, 1997). Trauma abdomen terbagi menjadi jenis :
Trauma terhadap dinding abdomen.Trauma pada dinding abdomen
terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen ,disebabkan oleh trauma tumpul . Kontusio
dinding abdomen tidak terdapat cedera abdomen , tetapi trauma tumpul
pada abdomen dapat terjadi karena kecelakaan motor , jatuh, atau
pukulan.
2. Laserasi , merupakan trauma tembus abdomen yang disebabkan oleh
luka tembakan atau luka tusuk yang bersifat serius dan biasanya
memerlukan pembedahan. Hampir semua luka tembak membutuhkan
bedah ekspolarasi, luka tusuk mungkin lebih ditangani secara
konservatif. ( Smeltzer, 2001) Trauma abdomen adalah terjadinya cedera
atau kerusakan pada organ abdomen yang menyebabkan perubahan
fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme , kelainan imunologi dan
gangguan faal berbagai organ.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab trauma abdomen menurut Sjamsuhidajat (1997) antara lain :
trauma, iritasi , infeksi,obstruksi dan operasi . Kerusakan organ abdomen
dan pelvis dapat disebabkan trauma tembus ,biasanya tikaman atau
tembakan dan trauma tumpul akibat kecelakaan mobil,pukulan langsung
atau jatuh.. Luka yang tampak ringan bisa menimbulkan cedera eksterna
yang mengancam nyawa (Boswick,1996)

2.2 Patofisiologi
Trauma abdomen terjadi karena trauma ,infeksi ,iritasi dan obstruksi.
Kemungkinan bila terjadi perdarahan intra abdomen yang serius pasien

5
akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung
sel darah merah dan akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila
suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda –tanda perforasi
,tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma
abdomen tersebut meliputi nyeri tekan , nyeri spontan ,nyeri lepas dan
distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.
Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami tatikardi dan peningkatan
suhu tubuh , juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda –tanda peritonitis
belum tampak .Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak
khas yang muncul . Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk kerongga
abdomen , maka operasi harus dilakukan (Sjamsuhidajat ,1997).

2.4 Manifestasi klinik


Manifestasi klinis trauma abdomen dapat meliputi : nyeri (khususnya karena
gerakan),nyeri tekan dan lepas(mungkin menandakan iritasi peritonium
karena cairan gastrointestinal atau darah)distensi abdomen ,demam,
anoreksia, mual dan muntah ,tatikardi ,peningkatan suhu tubuh (
Smeltzer,2001)
2.5 Tanda Dan Gejala menurut (FKUI, 1995) :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium) :
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)
a. Kehilangan darah
b. Memar / jejas pada dinding perut
c. Kerusakan organ-organ
d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
e. Iritasi cairan usus

2.6 Komplikasi
Komplikasi Trauma Abdomen menurut (Smeltzer, 2001)

6
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera
2. Lambat : infeksi
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya
infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada
saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
• Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
• Trauma pada bagian bawah dari dada
• Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
• Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol,
cedera otak)
• Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang

7
belakang)
• Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPLadalah sebagai berikut :
• Hamil
• Pernah operasi abdominal
• Operator tidak berpengalaman
• Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi
dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-
sigmoidoskopi.

2.8 Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi
dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera
ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika
korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membukajalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat

8
dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing
lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).

B. Asuhan keperawatan

A. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :
1. Aktifitas / istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami
gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori

9
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
statusmental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak.

B. Diagnosa keperawatan

1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan


2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi / terkontrol.

C. Intervensi Keperawatan
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi keadaan perdarahan
c. Kaji tetesan infus
R/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.

10
d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
e. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar.

2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi


abdomen.
Tujuan : Nyeriteratasi
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien.
b. Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen
c. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
e. Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status


kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
a. perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil
pada waktu lalu
R/ koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa
takut dan berikan penanganan
R/ mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan
untuk memberikan penjelasan kepada klien.
c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai
penyakit
R/ apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan,
klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stres

11
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam
menghadapi situasi

e. Dorong dan dukungan orang terdekat


R/memotifasi klien

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
R/ identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
b. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
R/ meminimalisir pergerakan kien
c. Berikan latihan gerak aktif pasif
R/ melatih otot-otot klien
d. Bantu kebutuhan pasien
R/ membantu dalam mengatasi kebutuhan dasarklien
e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
R/ terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.


Tujuan:
Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
c. Pantau peningkatan suhu tubuh.
d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.

12
g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :
a. mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
b. mengkaji resiko terjadinya infeksi
c. mengontrol tanda-tanda infeksi
d. membantu proses penyembuhan luka dan menjaha agar luka kering dan
bersih
e. memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat
f. menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme
g. membunuh mikroba penyebab infeksi

6. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,


perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
• Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
• Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter,
drainase luka,
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti
Hb dan leukosit.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

Rasional :
a. mengetahui keadaan umum klien
b. menjaga agar luka bersih dan kering
c. mencegah terjadi infeksi lebih lanjut
d. memberikan data penunjang tentang resiko infeksi
e. membunuh mikroorganisme penyebab infeksi

13
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Masalah utama


Seorang pasien laki-laki berumur 25 tahun, datang ke poliklinik THT-KL
pada tanggal 15 juni 2011, dengan keluhan: telinga kanan berair sejak
kecil, warna cairan kekuningan dan berbau, cairan yang keluar hilang
timbul terutama bila batuk pilek. Riwayat operasi telinga kanan 2 tahun
yang lalu dirumah sakit daerah. Telinga yang dioperasi ini tidak berair
selama 2 bulan setelah operasi, setelah itu kembali berair. Pasien sudah
berobat tetapi tidak sembuh.pendengaran telinga kanan menurun,tidak
ada sakit kepala hebat,tidak ada pusing berputar,tidak ada muntah
proyektik tidak ada wajah mencong.pada pemeriksaan fisik status
generalis,keadaan umum sedang, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi

14
80x/m, suhu afrebis. Pada pemeriksaan regio mastoid kanan tampak
sikatrik bekas insisi operasi, pada airkula dekstra (AD), liang telinga
lapang,sekret mukopurulen berwarna kekuningan, membran timpani
perforasi atik. Pada aurikula sinistra (AS) , liang telinga lapang, tidak ada
sekret, membran timpani utuh dan reflek cahaya positif. Pada
pemeriksaan hidung yaitu rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior
dalam batas normal. Tenggorok dalam batas normal. Pada test penala
didapatkan didapatkan kesan tuli konduktif pada telinga kanan. Pasien di
diagnosis dengan otitis media Supuratif Kronik (OMSK) tipe bahaya.
Dilakukan pengambilan sekret liang telinga untuk kultur dan tes
sensitifitas. Diberikan terapi siprofloksasin 2x500 mg, H2O2 3% 2x5 tetes
dan ofloksasin 3% 2x5 tetes ditelinga kanan. Pasien didiagnosis dengan
OMSK AD tipe bahaya dan dipersiapkan untuk timpani-mastoidektomi
dinding runtuh. Hasil pemeriksaan laboratorium darah,Hb 15 gr/dl,
leukosit 5600/mm3, hematokrit 47%,trombosit 295.000/mm3, PT 11,5
detik, APTT41,5 detik. Pada hasil pemeriksaan audiometri didapatkan tuli
konduktif derajat sedang-berat ditelinga kanan dengan ambang dengar
61,25db.

15

Anda mungkin juga menyukai