Gadar 4
Gadar 4
Dosen Pengajar :
Nurma Afiani
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1
KATA PENGANTAR
Penulis,
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian trauma abdomen
b. Mengetahui tentang macam-macam otitis media
c. Mengetahui penyebab trauma abdomen
d. Mengetahui tanda dan gejala otitis media
e. Mengetahui patofisiologi otitis media
f. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan otitis media
g. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan otitis
media
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.
2.1 Pengertian
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera (Sjamsuhidajat, 1997). Trauma abdomen terbagi menjadi jenis :
Trauma terhadap dinding abdomen.Trauma pada dinding abdomen
terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen ,disebabkan oleh trauma tumpul . Kontusio
dinding abdomen tidak terdapat cedera abdomen , tetapi trauma tumpul
pada abdomen dapat terjadi karena kecelakaan motor , jatuh, atau
pukulan.
2. Laserasi , merupakan trauma tembus abdomen yang disebabkan oleh
luka tembakan atau luka tusuk yang bersifat serius dan biasanya
memerlukan pembedahan. Hampir semua luka tembak membutuhkan
bedah ekspolarasi, luka tusuk mungkin lebih ditangani secara
konservatif. ( Smeltzer, 2001) Trauma abdomen adalah terjadinya cedera
atau kerusakan pada organ abdomen yang menyebabkan perubahan
fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme , kelainan imunologi dan
gangguan faal berbagai organ.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab trauma abdomen menurut Sjamsuhidajat (1997) antara lain :
trauma, iritasi , infeksi,obstruksi dan operasi . Kerusakan organ abdomen
dan pelvis dapat disebabkan trauma tembus ,biasanya tikaman atau
tembakan dan trauma tumpul akibat kecelakaan mobil,pukulan langsung
atau jatuh.. Luka yang tampak ringan bisa menimbulkan cedera eksterna
yang mengancam nyawa (Boswick,1996)
2.2 Patofisiologi
Trauma abdomen terjadi karena trauma ,infeksi ,iritasi dan obstruksi.
Kemungkinan bila terjadi perdarahan intra abdomen yang serius pasien
5
akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung
sel darah merah dan akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila
suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda –tanda perforasi
,tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma
abdomen tersebut meliputi nyeri tekan , nyeri spontan ,nyeri lepas dan
distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.
Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami tatikardi dan peningkatan
suhu tubuh , juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda –tanda peritonitis
belum tampak .Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak
khas yang muncul . Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk kerongga
abdomen , maka operasi harus dilakukan (Sjamsuhidajat ,1997).
2.6 Komplikasi
Komplikasi Trauma Abdomen menurut (Smeltzer, 2001)
6
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera
2. Lambat : infeksi
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya
infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada
saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
• Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
• Trauma pada bagian bawah dari dada
• Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
• Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol,
cedera otak)
• Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
7
belakang)
• Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPLadalah sebagai berikut :
• Hamil
• Pernah operasi abdominal
• Operator tidak berpengalaman
• Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi
dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.
Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-
sigmoidoskopi.
2.8 Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi
dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera
ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika
korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membukajalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
8
dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing
lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
B. Asuhan keperawatan
A. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :
1. Aktifitas / istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami
gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori
9
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
statusmental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak.
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi keadaan perdarahan
c. Kaji tetesan infus
R/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
10
d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
e. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar.
11
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam
menghadapi situasi
12
g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :
a. mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
b. mengkaji resiko terjadinya infeksi
c. mengontrol tanda-tanda infeksi
d. membantu proses penyembuhan luka dan menjaha agar luka kering dan
bersih
e. memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat
f. menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme
g. membunuh mikroba penyebab infeksi
Rasional :
a. mengetahui keadaan umum klien
b. menjaga agar luka bersih dan kering
c. mencegah terjadi infeksi lebih lanjut
d. memberikan data penunjang tentang resiko infeksi
e. membunuh mikroorganisme penyebab infeksi
13
BAB III
STUDI KASUS
14
80x/m, suhu afrebis. Pada pemeriksaan regio mastoid kanan tampak
sikatrik bekas insisi operasi, pada airkula dekstra (AD), liang telinga
lapang,sekret mukopurulen berwarna kekuningan, membran timpani
perforasi atik. Pada aurikula sinistra (AS) , liang telinga lapang, tidak ada
sekret, membran timpani utuh dan reflek cahaya positif. Pada
pemeriksaan hidung yaitu rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior
dalam batas normal. Tenggorok dalam batas normal. Pada test penala
didapatkan didapatkan kesan tuli konduktif pada telinga kanan. Pasien di
diagnosis dengan otitis media Supuratif Kronik (OMSK) tipe bahaya.
Dilakukan pengambilan sekret liang telinga untuk kultur dan tes
sensitifitas. Diberikan terapi siprofloksasin 2x500 mg, H2O2 3% 2x5 tetes
dan ofloksasin 3% 2x5 tetes ditelinga kanan. Pasien didiagnosis dengan
OMSK AD tipe bahaya dan dipersiapkan untuk timpani-mastoidektomi
dinding runtuh. Hasil pemeriksaan laboratorium darah,Hb 15 gr/dl,
leukosit 5600/mm3, hematokrit 47%,trombosit 295.000/mm3, PT 11,5
detik, APTT41,5 detik. Pada hasil pemeriksaan audiometri didapatkan tuli
konduktif derajat sedang-berat ditelinga kanan dengan ambang dengar
61,25db.
15