Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan

serta pemanfaatian sutnber-sumber air

imembutulhkan data debit sungai yar

berkesinambungan. Data tcrsebut selai

dipergunakan dalam bidang ke PU an juga

diperlukan diberbagai sektor antara lain sektor

pertanian, indusiri, ketenagaan serta pariwisata

Untuk mendapatkan data debit sungai pada

suatu lokasi pos duga air diperiukan empar

tahap program pelaksanaan pekerjaan, yaitu

1) pengumpulan data tinggi muka air

2) pengukuran debit sungai,

3) analisis lengkung debit,

4) perhitungan dan evaluasi data debit

Keempat taliapan tersebut berhubungan erat sau

dengan lainnya dan sangat menentukan

ketelitian hastl akur perhitungan debit Buku

ini menupakan salah satu hasil akhur

pelaksomaan pekerjaan eempat talapan

terscbut

1.2 Maksud

Mclaksnnakan pengumpulan dan pengolahan


data debit sungai sesuai dengan Surat Keputusan

Menteri Pekerjaan Umum No IK 0101-Mn/64,

Tanggal 26 Januari 1987, yang mencgaskan

Balai Penyelidikan Hidrologi sebagai unit

pelaksann teknis serta "Clearing House &

Scientific Backbone" di bidang penyelidikao

tcknologi hidrologi di lingkungan Departemen

Pckerjaan Umum

1.3 Tujuarn

Menyajikan data debit sungai dari pos duga air

yang ditempatkan di sungai-sungai tersebir

seluruh dacrah Indonesia, untuk menunjang

pelaksanaan program yang berkatan dengan

pengembangan dan pemanfaatan sumber

sumber air

BAB II

PENGUMPULAN DATA

TINGGI MUKA AIR

2.1

Pengamatan Tinggi Muka Air

Tinggi muka air sungai adalah tinggi

permukaan air yang diukur dari titik tertentu

yang telah ditetapkan. Tinggi muka air

dinyatakan dalam satuan meter (m) atau

centimeter (cm). Titik nol duga air ditentukan


pada suatu titik tetap dari ketinggian muka air

laut rata-rata atau suatu titik referensi tertentu

yang dipilih, ini dimaksudkan untuk

keseragaman penggunaan data tinggi muka air

tersebut. Untuk menghindari adanya nilai tinggi

inuka air negatip maka sebaiknya titik nol duga

air ditempatkan kira-kira 10 sampai 20 cm di

bawah permukaan air terendah. Titik nol harus

dijaga sedapat mungkin jangan sampai berubah-

ubah selama pos duga air itu berfungsi dengan

membuat patok tetap dari beton atau besi (bench

2.2 Jenis Alat Duga Air

Pengamatan tinggi muka air dilakukan dengan

tiga jenis alat, yaitu

1) Alat duga air biasa, berupa papan

pencatatan tinggi muka air yang dibaca

sebanyak tiga kali sehari pada pukul 07.00,

itu dibaca pada tinggi muka air tertentu

2) Alat duga air otomatik berupa alat yang

pencatatan berupa hidrograf muka air yang

pukul 12.00 dan pukul 17.00. Disamping

seperti pada saat banjir

dapat melakukan pencatatan fluktuasi

tinggi muka air secara otomatis. Hasil

menggambarkan hubungan antara muka


air dan waktu.

3) Alat duga air dengan sistim telemetri

Fluktuasi tinggi muka air menunjukkan

fluktuasi dari pada debit sungai oleh karena itu

pengamatan fluktuasi muka air harus

dilaksanakan seteliti mungkin sesuai dengan

tata cara yang telah ditentukan

LUAN

BAB III

PENGUKURAN DEBIT

SUNGAI

3.1

Prinsip Pengukuran Debit Sungai

Prinsip pelaksanaan pengukuran debit sungai

adalah mengukur luas penampang basah, dan

kecepatan aliran pada tinggi muka air sungai

tertentu

Debit dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan

Qdebit (m3/detik)

aIuas bagian penampang basah (m2

v kecepatan aliran rata-rata pada luas

bagian penampang basah (m/detik)

3.2 Pembacaan Tinggi Muka Air

Sebelum dan sesudah pengukuran debit sungai


perlu dilakukan pencatatan tinggi muka air

dengan membaca tinggi muka air pada alar duga

air. Apabila perbedaan fluktuasi muka air pada

waktu mulai dan akhir pengukuran debit sungai

lebih besar daripada 3 cm, maka diperlukan

koreksi terhadap perhitungan debit sebagai

fungsi dari tinggi muka air tersebut.

3.3 Pengukuran Penampang Basah

3.3.1 Pengukuran Lebar Sungai

Pengukuran lebar sungai dilakukan dengan

menggunakan alat ukur lebar. Jenis alat ukur

lebar harus disesuaikan dengan lebar

penampang basalı dan sarana penunjang yang

tersedia

3.3.2 Pengukuran Kedalaman Sungai

Pengukuran kedalaman sungai dilaksanakan

dengan menggunakan alat ukur kedalaman di

setiap penampang vertikal yang telah diukur

jaraknya Jarak setiap penampang vertikal harus

diusahakan scrapat mungkin agar debit tiap sub

bagian penampang tidak lebih dari 5% dari

debit seluruh penampang basah.

Pengukuran kedalaman dengan menggunakarn

kabel dan pemberat diperlukan koreksi

kedalainan, apabila posisi kabel membuat sudut


lebih besar daripada 5° terhadap garis vertikal.

3.4

Pengukuran Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran rata-rata di suatu penampang

basalı diperoleh dari hasil pengukuran kecepatan

rata-rata di beberapa penampang vertikal.

Kecepatan rata-rata di suatu penaunpang vertikal

diperoleh dari hasil pengukuran kecepatan

aliran satu titik, dua titik, tiga titik atau lebih

banyak titik, yang pelaksanaannya tergantung

pada kedalaman aliran, lebar aliran dan sarana

yang tersedia. Jenis cara pengukuran tersebut

adalah

1) Pengukuran kecepatan aliran satu titik,

dilaksanakan pada kedalaman (d) 0,2 atau

0,6 d dari perinukaan air,

a) pada d (0,2), biasanya dilakukan untuk

mengukur kecepatan aliran permukaan

pada saat banjir

b) pada d (0,6), dilakukan apabila ke-dala-

man air kurang dari 0,75 m

2) Pengukuran kecepatan aliran dua titik

dilaksanakan pada 0,2 d dan 0,8 d dari

perinukaan air, apabila kedalaman air lebih

dari 0,75 m, dan kecepatan rata-ratanya


dinyatakan dengan rumus

Keterangan:

v kecepatan aliran rata-rata pada

Vo kecepatan pada titik 0,2 d (m/det)

suatu penampang vertikal (m/det)

0.2

Vos kecepatan pada titik 0,8 d (m/der)

3) Pengukuran kecepatan aliran tiga titik,

dilaksanakan pada titik 0,2 d, 0,6 d, dan

0,8 d dari permukaan air dan kecepatan

aliran rata-ratanya di-nyatakan dengan

rumius

xor3)

1% 6x0.5

Se

dp

Kcterangan

V kecepatan aliran rata-rata pada

Vo.2 kecepatan pada titik 02 d

Vo 8 kecepatan pada titik 0,8 d

Vo.6 kecepatan pada titik 0,6 d

suatu penampang vertikal

(m/detik)

(m/detik)

(m/detik)
(m/detik)

4) Pengukuran kecepatan aliran di banyak

titik kedalaman, dilaksanakan pada banyak

titik dengan jarak antara 1/10 bagian dani

kedalaman mulai dari titik 0,l d sampai

0,9 d dan kecepatan rata-ratanya dapat

dihitung secara grafis

3.5 Perhitungan Debit Sungai

Perhitungan debit pengukuran dilaksanakan

dengan metode interval tengah (gambar I).

Gambar 1. Penampang melintang sungai

Debit pada bagian penampang basah dihitung

dengan rumus

Keterangarn

q debt pada bagian penampangx

V kecepatan rata-rata pada kedalaman

) jarak vertikal x dari titik tetap (m)

vertikal x (im/detik)

bx-1)

= jarak vertikal sebelum titik x dari titik

tetap (m) b(x+1) = jarak vertikal

sesudah titik x dari titik tetap (n)

b(x+1) -jarak vertikal setelah titik x dan titik

d kedalaman pada vertikal x (m)


tetap (m)

Jumlah debit dari selurulh bagian penampang

basah adalah debit yang melalui penampang

basah sungai pada saat pengukuran' di-

laksanakan

3.6 Pelaksanaan Pengukuran

3.6.1 Merawas

Pengukuran cara ini menggunakan sejenis

tongkat yang umumnya dikenal dengan batang

duga sebagai pengikat alat ukur arus dan

sekaligus sebagai alat pengukuran kedalaman

Cara pengukuran ini dapat dilakukan secara

langsung artinya kita memegang alat dengan

cara berdiri tegak di sungai Apabila perlu,

lokasi pengukuran dapat dibersihkan lebili

dahulu dari sampah maupun benda lain yang

dapat mengganggu aliran sejauh tidak

mengubah penampang kontrol. Pengukuran

dimulai setelah keadaan aliran normal kembali

3.6.2 Menggunakan Perahu

Cara ini dilaksanakan apabila kedalaman sungai

tidak memungkinkan dilakukan pengukuran

dengan cara inerawas dan sarana pembantu

seperti jembatan maupun kabel gantung

melintang tidak tersedia


3.6.3 Menggunakan Jembatan

Keadaan fisik sungai tidak memungkinkan

untuk mengukur dengan merawas naupun

dengan perahu sedangkan sarana kabel gantung

melintang juga tidak ada, yang ada hanya

jembatan, maka pengukuran dapat dilakukan

melalui jembatan. Pengukuran dapat dilakukan

dengan menggunakan jembatan dengan mem-

perhatikan bentuk fisik jembatan, keadaan lalu-

lintas dan lain sebagainya

NY941

3.6.4 Memakai Kabel Melintang

(cable winch)

Kabel gantung melintang merupakan sarana

pembantu yang sudah disediakan pada lokasi

pengukuran dan sifatnya tetap. Biasanya juga

dilengkapi dengan kereta gantung atau alat

winch. Pengukuran dengan menggunakan kabel

gantung melintang ini adalah dengan cara

menggantungkan alat ukur pada kabel alat

penggulung yang dilengkapi alat pemberat

(bandul) agar posisi kabel penggantung

senantiasa dalam keadaan tegang. Usahakan

sedemikian rupa agar pada waktu mengukur


melalui kabel gantung melintang posisi kabel

duga tidak hanyut. Oleh karena itu pemilihan

alat pemberat yang sesuai sangat diperlukan.

3.6.5 Memakai Kereta Gantung

(cablc car)

Kereta gantung merupakan sarana pembantu

pengukuran debit yang sudalı disediakan pada

lokasi pengukuran dan sifatnya permanen

Sarana ini mempunyai perbedaan dengan kabel

melintang (cable winch) yang dipakai relatif

lebih kuat sebab menyangga beban antara lain

kereta ukur, dua orang tim pengukuran, alat

pengukur arus (current meter) dan pemberat

(bandul)

BAB IV

ANALISA LENGKUNG

DEBIT

4.1

Penggambaran Lengkung Debit

Dari data hasil pengukuran debit sungai dapat

dibuat lengkung debit dengan metoda grafis

Data pengukuran debit digambarkan nada kertas

grafik aritmatik (blanko lengkung debit),

dengan skala mendatar merupakan nilai debit


scdangkan skala vertikal atau tegak merupakan

ketinggian muka air Dengan demikiarn

lengkung debit menyatakan hubungan antara

tiaggi muka air dengan debit sungai

Penggambaran lengkung debit harus memenuhi

ketentuan-ketentuan sebagai berikut

1) minimum menggunakan satu mistar

lengkung debit sesuai dengan posisi data

debit yang telah diplot pada kertas grafik

Mistar leng-kung debit merupakan suatu

garis persamaan yang menghubungkan

setiap posisi data debit,

2) lengkung debit ditentukan berdasarkan

urutan kronologis dari data pengukuran

debit dengan menperhatikan proses

mengendapan dan penggerusan yang

terjadi

3) lengkung debit ditentukan mulai dari posisi

debit pada muka air rendah, muka air

sedang saimnpai muka air tinggi

4) penentuan arah lengkung debit pada posisi

muka air yang lebih tinggi harus

memperhatikan lengkung debit pada posisi

muka air yang lebih rendah

5) apabila telah terscdia lengkung debit dari


suatu pos duga air yang sama, maka

lengkung debit tersebut harus digunakan

sebagai dasar dalam menentukan lengkung

debit berikutnya;

6) skala gambar lengkung debit untuk muka

air rendah, muka air sedang dan muka air

tinggi larus dapat digambar pada suatu

blanko lengkung debit

7) kemiringan lengkung debit antara 30°

sampai 45°

4.2 Penggambaran Lengkung debit dengan

komputer

Dalam neningkatkan kualitas. reliabilitas,

elitian, dan kccepatan pengolahan data, maka

telalı dilakukan uji penyusunan lengkung debit

dengan bantuan program komputer. Pembuatan

lengkung debit beserta konversi muka air

merjadi debit aliran dengan menggunakarn

progtam Hymos

dinyatakan dalam bentuk persamaan

eksponensial sebagai berikut

0ira

Hi

Konstanta a, b dan c dilutung berdasarkan

jumlah kuadrat terkecil pada persamaan regresi


tidak linear dengan menggunakan data

pengukuran Q dan H yang ada.

Ekstrapolasi untuk muka air tinggi dilakukan

dengan menggunakan salah satu dari dua bualı

metode sebagai berikut:

a) Menggunakan cara Luas -Kecepatan.

Debit eksrtapolasi dihitung dengan rumus

Keterangan

Q debit ektrapolasi (m'/detik)

A luas penampang basah (m')

V kecepatan aliran rata-rata (m/detik)

Kurva dari luas penampang basah dan

kecepatan rata-rata dari hasil pengukuran

digambarkan pada kertas grafik linier

Luas penampang basalh dan kecepatan rata-

rata pada muka air tinggi ditentukan dari

perpanjangan kedua kurva tersebut.

b) Menggunakan rumus Manning sebagai

Keterangan

Q = debit hasil ekstrapolasi (m/det)

n nilai kekasaran Manning

A luas penampang basah (m2)

R = jari-jari hidrolik (m)

Skemiringan dasar sungai.

Prinsip penggunaanya adalaı dengan


mem-perkirakan besaran Stm pada muka

air banjir (tinggi).

Kcuntungan menggunakan komputer

adalah terpadunya sistem basis data dengan

model pengolahan data lidrologi, sehingga

baik data mentah maupun hasil

perhitungan dapat disimpan (storage)

dalanı suatu sisteni basis data untuk

pengolahan dan pemanggilan (retricval)

selanjutnya

4.3 Tabel Aliran

Tabel aliran adalah tabel yang menyajikan data

hubungan antara tinggi muka air dan debit.

Debit ditentukan dari lengkung debit yang

dibaca pada setiap ketinggian muka air 0,10 rm

kemudian diinterpolasi untuk setiap ketinggian

0,010 m secara linier

BAB V

PERHITUNGAN DAN

EVALUASI DEBIT

5.1 Pengolahan Data Tinggi Muka Air

5.1.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan koreksi, antara lain

I) tinggi muka air saat pemasangan dan pada

saat pengambilan grafik, terhadap pem-


bacaan papan duga air,

2) "waktu", saat pemasangan dan peng

ambilan terhadap skala waktu pada grafik

3) peinbalikan tinggi muka air,

4) keterlambatan atau kecepatan putaran

grafik

5) kedudukan clevasi nol papan duga,

6) karena faktor lain misalnya pengaruh

lumpur, pena blobor, grafik bertingkat-

tingkat dan sebagainya

5.1.2 Tahap Perhitungan

Perhitungan dilaksanakan sebagai berikut

1) data pembacaan papan duga

Tinggi muka air rata.rata harian dilitung

dengan rumus

h +h +

Keterangarn

H tinggi muka air rata-rata

, tinggi muka air hasil pembacaan

pada pukul 07.00

pada pukul 12.00

pada pukul 17.00

li tinggi muka air hasil pembacaan

tinggi muka air hasil pembacaan

Sebelum dirata-rata hanis diperiksa dulu


kebenarannya

2) data pembacaan grafik muka air (MA)

Pembacaan grafik muka air dilaksanakan

dengan ienggunakan digitizer untuk

memperoleh data muka air setiap jam

Apabila dilaksanakan secara manual

dilaksanakan dengan cara

(1) apatila fiaktumsi MA pada grafik iaak

eralu sajamnmaka maraa raia Mika

Air mengeunakan cara "ea and

2) apabila pendatan e MA pada

grafik teriau tajsm maka rala raa

Muka Ais dilabuban dengan a

dibaca setiap jam (Sub Divisie)

inggi ka ais aar dig

dengan rums

19)

24

all

ntan

Keterangan

IH nggi muka air harian rala raa

H, nggi muka air pada pubul

It, inggi maka ais pada pakul

Hi. unggi muka air pada pukul


01.00

02.00

24.00

5.2 Periitungan Koreksi Peayimpangan

Bentuk penampang meliniang alur sungai pada

umumnya berubali karena proses pengendapan

ataupun penggerusan, li karena

perliitungan debit pada tinggi muka air tertentu

harus dilakukan koreksi, seperti beriku

1) besaroya koreksi debit dihitung deugan

menggunakan numus

Keterangan

Do-besarnya koreksi debit(%)

O -debit dani pembacaan iengkung

debit (m'idetil)

Q -debit dari hasil pengukuran

(m'/detik)

Apabila DQ lebih besar dari 10%, inaka

perlu dilakukan koreksi debit yang

dihitung berdasarkan koreksi tinggi muka

ain

2) besamya koreksi tinggi muka air dihituog

dengan menggunakan romus sebagai

berikut

(12)
Keterangan

DH besarnya koreksi tinggi muka air

Hc tinggi muka air yang ditunjukan

Hm tinggi muka air pada saat

pada lengkung debit (m)

pengukuran debit (m)

5.3 Perhitungan Debit Sungai

Setelah diperoleh data tinggi muka air setiap

jam atau data tinggi muka air harian rata-rata

dan tabel aliran untuk setiap tinggi muka air,

serta besarnya koreksi penyimpangan maka

debit harian rata-rata dapat dihitung

Perhitungannya dilaksanakan dengan program

PERDAS yang telah tersedia di Balai Hidrologi

5.4 Evaluasi Debit Sungai

Debit harian rata-rata digambarkan pada kertas

grafik dengan menggunakan plotter dan

program komputer serta menghasilkan gambar

hidrograph debit. Gambar hidrograph debit dari

dua atau lebilh pos duga air dibandingkan untuk

inenentukan kebenaran data debitnya

5.5 Publikasi Debit Sungai

Data debit sungai yang dipublikasi adalah data

yang sudah memenuhi syarat teknis dan hasl

evaluasi sebagai data perkiraan.


BAB VI

URAIAN UMUM

PENYAJIAN DATA

G.1

Penomoran Pos Duga Air

Nomor pos duga air terdiri dari sembilan angka

yang dibagi dalam 4 (empat) unit masing

masing sebagai benkut

Pulau - Induk sungai Sub bagian - No. Unut

Pos Duga Air

a. Pulau

Indonesia terdiri dari kurang lebih 13.000

pulau akan tetapi hingga saat ini banu

sebagian kecil dari jumlah tersebut telah

dipasang pos duga air. Di bawah ini

diberikan nomor kode untuk 15 (lima belas)

pulau yang besar

0i Sumatera 06 Madura Sumba

02 Jawa

03 Kalimantan08 Lombok 13 Seram

04 Sulawesi 9Sumbawa 14 Bun

OSİ Irian Jaya | 101 Flores

07 Bali

12 Timor

15 Halmahera
b. Induk Sungai

Sctiap sungai atau beberapa sungai yang

inengalir ke laut inempunyai satu nomor

induk sungai. Pemberian nomor disusun

nulai dari arah barat laut masing-masing

pulau dan berputar mengelilingi pulau yang

bersangkutan menurut arah jarum jam

e. Sub Bagian/Anak Sungai

Setiap daerah pengaliran sungai dibagi

dalam luas-luas yang lebilı kecil atau sub

bagian. Batas sub bagian dinyatakan sesuai

dengan batas sub daerah pengaliran

d. Nomor Urut Pos Duga Air

Setiap pos dalam induk sungai atau sub

bagian daerah pengaliran sungai diberi

nomor 1,2,3,... dan seterusnya, menurut

urutan tahun pendiriannya

Contoh:

Sebagai contoh, nomor kadaster untuk pos

Ciseel di Cilisung adalah 2-92-2-1, artinya

2 lokasi di pulau Jawa, 92 pada daerah

pengaliran sungai Citanduy; 2 sub bagian

daerah pengaliran Ciseel, 1 pos duga air

yang pertama didirikan di sub daerah

pengaliran Ciseel
Untuk komputer cara penulisannya adalah

020920201 dan untuk manual 2-92-2-1

dengan menghilangkan semua angka 0 dan

memberikan tanda diantara kelompok angka

(unit).

6.2 Definisi dan Satuan

Definisi dan satuan yang digunakan di dalam

buku ini adalah sebagai berikut

MA (muka air)

tinggi muka air (dihitung darı titik nol papan

duga air terhadap titik ketinggian)

Debit (im''det)

volume air yang mengalir mclalui

penampang melintang sungai dalam satuan

waktu tertentu.

Lengkung debit

garis lengkung yang menunjukkan hubungan

antara tinggi muka air dengan debit

Rata-rata (m'/det)

debit rata-rata bulanan

Aliran/km (/devkm')

debit rata-rata dalam satu buian persatuan

luas (km2) dari daerah aliran sungai yang

bersangkutan

Tinggi aliran (mm)


tebal aliran rata-rata dalaim satu bulan di

dalam daerah aliran sungai

Volume (Meter kubik x 10)

jumlah volume air yang mengalir dalam satu

bulan

Lengkung lama aliran harian

adalali garis lengkung yang menunjukkan

hubungan antara yang nilainya sama atau

lebih kecil dari nilai yang dicantumkan pada

sumbu tegak, dengan proscntase waktu

kejadiannya yang dinyatakan pada sumbu

datar

Data tahunan rata-rata (m3/det)

adalah debit rata-rata tahunan dilitung dari

debit rata-rata bulanan

pi dalam tabel debit harian rata-rata terdapat

anda-tanda yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. tanggal dilakukan pengukuran

b. Q(K) debit yang didapat dengan cara

aliran

membandingkan hidrograp besar-

: tidak ada data, disebabkan antara

tidak ada pencatat data

muka air meragukan ke-


nya aliran

(-)

lain

tinggi muka air (MA),

benarannya

: debit nol, tidak ada aliran.

d. 0 (nol)

6.3 Pengisian Data Kosong

Sering ditemui bahwa data pencatatan tinggi

muka air yang dikumpulkan dari lapangan tidak

tersedia, sehingga urutan pencatatan Muka Air

kosong untuk bebcrapa hari tertentu

Data yang kosong dapat diisi dengan cara

memperkirakan debit dari

1) pos duga air yang berdekatan dalam satu

aliran sungai,

2) pos duga air dari daerah pengaliran sungai

yang berdekatan dan mempunyai sifat

hidrologi yang sama

3) pos lujan di daerah aliran sungai ber-

sangkutan dengan mengadakan kalibrasi

debit perlhitungan dari curah hujan dengan

debit penganatan

Di dalam buku publikasi ini, pengisian data


kosong dilakukan dengan cara I) dan 2) di atas,

sepanjang korelasi antara pos yang diisi dengan

pos pengisi cukup tinggi. Hal ini sesuai dengarn

prosedur Hymos

Anda mungkin juga menyukai